Aku Kira...
Awal
.・*:。≻───── ⋆♡⋆ ─────.•*:。
Arina Rahmania
hmm ruang 17...
[bergumam pelan]
Arina membuka ruang yang ia cari. Dalam ruang kelas itu masih sangat sepi, bukan hanya kelas tapi sekolah itu pun masih sepi dikarenakan waktu yang masih terlalu pagi.
Arina melangkah masuk dan langsung duduk di kursi belakang tepat di samping jendela. itu adalah kursi yang sangat nyaman dan pasti diinginkan oleh banyak orang.
Arina Rahmania
huh, akhirnya tidak duduk di depan lagi...
[bergumam kecil dengan wajah yang tersenyum senang]
Arina Rahmania
memang ide bagus berangkat pagi seperti ini.
[kembali bergumam]
Arina Rahmania
[mengambil ponsel dari dalam tas lalu mulai bermain dengan benda digital itu.]
Mulai datang banyak murid perempuan dan laki-laki dalam kelas. mereka saling bertukar sapa setelah duduk di tempat kursi mereka.
Rangga Syahputra
[melangkah masuk ke dalam kelas]
Rangga Syahputra
[melirik sekilas ke arah Arina sebelum berjalan dan duduk di kursi tepat di depan Arina.]
Arina Rahmania
[menyadari Rangga yang duduk di kursi yang ada di depannya]
Arina Rahmania
'a-astaga!! d-dia.. dia duduk di depanku!'
[matanya menatap dengan tatapan penuh senang pada Rangga yang duduk membelakanginya]
Arina Rahmania
[menundukkan kepalanya dengan wajah yang tampak begitu senang dan senyum-senyum sendiri]
Arina Rahmania
'ah, beruntungnya aku memilih kursi ini'
di hari itu, Arina merasa semuanya tampak berbunga-bunga hanya karena lelaki yang yang disukainya selama setahun itu duduk di kursi di depannya.
.・*:。≻───── ⋆♡⋆ ─────.•*:。
Bel pulang sekolah berbunyi. semua murid bergemuruh dengan langkah cepat untuk segera pulang ke rumah masing-masing. Begitu pula dengan Arina dan Rangga.
Arina Rahmania
[memasukkan beberapa buku dan alat tulisnya ke dalam tas]
Arina Rahmania
[mengambil earphones dari dalam tas dan memakainya.]
Arina Rahmania
[Bangkit dari kursi sebelum mulai berjalan keluar dari kelas]
Arina Rahmania
[berjalan pelan namun dengan langkah yang cukup panjang.]
Arina Rahmania
[Menatap ke arah bawah sembari menikmati musik yang bermain di kedua telinganya]
?
H-hei...
[memanggil Arina dengan nada pelan]
Arina Rahmania
[masih berjalan dan tampak tak mendengar panggilan dari orang itu]
seseorang itu terus memanggil Arina namun karena tak kunjung digubris, orang itu pun akhirnya melakukan tindakan yang membuat Arina langsung menoleh padanya.
?
A-Arina!
[memanggil sembari meraih tangan Arina agar berhenti dan menoleh padanya]
Arina Rahmania
[merasa terkejut karena tangannya yang diraih oleh seseorang]
Arina Rahmania
[menoleh dan kembali terkejut saat melihat wajah orang itu]
Rangga Syahputra
h-hai...
[menyapa sembari tersenyum canggung pada Arina. tak lupa ia juga segera melepas tangannya yang tadinya meraih tangan Arina]
Arina Rahmania
h-hai
[membalas sapaan Rangga dengan nada pelan sembari menundukkan kepalanya]
Arina Rahmania
'apa? apa ini?! kenapa dia menahan dan menyapaku?'
Arina Rahmania
[mematikan musik melalui ponselnya]
Rangga Syahputra
itu... Arina, kau pulang naik bus kan?
[bertanya dengan nada pelan]
Rangga Syahputra
[menatap Arina yang menunduk dengan wajah tersenyum]
Arina Rahmania
ah, i-iya. aku pulang naik bus.
[menjawab dengan nada masih pelan sembari menatap ke arah bawah tanpa berani menatap wajah Rangga]
Rangga Syahputra
kalau begitu, kita pulang bersama ya? karena aku juga sama naik bus.
[berkata dengan nada lembut dan wajah tersenyum]
Arina Rahmania
[terdiam dengan wajah yang sedikit terkejut mendengar ajakan dari Rangga]
Arina Rahmania
[setelah beberapa saat, wajahnya berubah menjadi senang dan tersenyum kecil]
Arina Rahmania
ba-baiklah.
[menjawab dengan nada pelan dan sedikit menganggukkan kepalanya]
Rangga Syahputra
[tersenyum senang saat Arina menerima ajakannya]
mereka akhirnya berjalan bersama menuju halte bus dengan langkah berdampingan.
setelah sampai di halte bus, mereka duduk bersebelahan di kursi yang sudah disediakan sembari menunggu bus mereka.
Mereka duduk dalam diam dan dalam pikiran masing-masing. tampak masih canggung untuk memulai obrolan satu sama lain.
Arina Rahmania
'aku tidak menyangka akan sedekat ini dengan Rangga'
Arina Rahmania
[menggerakkan kakinya dengan gugup sembari menatap ke arah tanah]
Rangga Syahputra
[menyadari Arina yang merasa gugup dan canggung]
Rangga Syahputra
apa kau suka mendengarkan musik?
[bertanya dengan nada lembut sembari menatap wajah Arina yang masih tertunduk]
Arina Rahmania
i-iya, aku sedikit menyukai musik.
[menjawab dengan nada pelan dan wajah tersenyum sembari melirik sekilas ke arah Rangga]
Arina Rahmania
'Ba-bagaimana bisa dia tahu?'
[bertanya dalam hati]
Rangga Syahputra
musik apa yang sedang kau dengar?
[kembali bertanya dengan wajah yang mulai tersenyum]
Arina Rahmania
[terpaku melihat senyuman Rangga]
Arina Rahmania
[memalingkan wajahnya dan kembali menatap ke arah tanah]
Arina Rahmania
A-aku... tidak sedang mendengarkan musik.
[menjawab dengan nada pelan dan sedikit gugup]
Rangga Syahputra
[menatap bingung wajah Arina setelah mendengar jawabannya]
Rangga Syahputra
[menyadari sesuatu sebelum akhirnya tertawa kecil]
Arina Rahmania
[merasa bingung dan gugup setelah mendengar tawa kecil dari Rangga]
Arina Rahmania
'kenapa? kenapa dia tertawa? apa yang lucu sih? memangnya ada hal yang lucu?
[bertanya-tanya dalam hati]
Rangga Syahputra
[menyadari Arina yang kebingungan]
Rangga Syahputra
sepertinya kau tak menyadarinya ya?
[bertanya sembari tersenyum pada Arina]
Arina Rahmania
[mengerutkan keningnya dan merasa semakin bingung]
Arina Rahmania
[menoleh lalu mulai menatap wajah Rangga]
Arina Rahmania
me-menyadari apa?
[bertanya balik dengan nada masih pelan]
Rangga Syahputra
[menatap sembari tersenyum wajah Arina yang masih kebingungan]
Rangga Syahputra
[menggerakkan tangan kirinya dan menunjuk telinganya sendiri]
Rangga Syahputra
kau masih memakai earphones, arina.
[berkata sembari kembali tertawa kecil]
Arina Rahmania
[sadar dan mulai merasa sedikit malu karena melihat Rangga yang tertawa]
Arina Rahmania
[memalingkan wajahnya dari Rangga sembari melepas earphone dari kedua telingannya]
Arina Rahmania
'ugh, sangat memalukan. bagaimana bisa aku masih memakai earphone disaat dengan dia. arina aku tak percaya kau bisa tidak menyadarinya'
Arina Rahmania
ma-maaf, aku tadi masih tak menyadarinya.
[bergumam pelan dan hendak memasukkan earphonenya ke dalam tas]
Rangga Syahputra
kenapa dilepas?
[bertanya dengan nada pelan dan bingung]
Rangga Syahputra
apa kau merasa tak nyaman karena ada aku?
[kembali bertanya sembari masih menatap wajah Arina]
Arina Rahmania
'kenapa dia.. berpikir seperti itu?'
Arina Rahmania
bu-bukan begitu...
Rangga Syahputra
kau tak perlu melepasnya. aku tak masalah jika kau memakainya.
[berkata dengan nada lembut dan wajah kembali tersenyum]
Arina Rahmania
ti-tidak. aku tidak akan memakainya.
[berkata dengan nada tegas sembari menatap ke arah tanah]
Rangga Syahputra
[merasa sedikit terkejut dan bingung]
Rangga Syahputra
kenapa tidak?
[bertanya sembari menatap wajah Arina]
Arina Rahmania
karena itu... tidak sopan.
[menjawab dengan nada pelan dan kepala tertunduk]
Rangga Syahputra
hm? tidak sopan?
[bertanya dengan ekspresi masih bingung]
Arina Rahmania
[melirik sekilas wajah Rangga sebelum kembali menatap ke arah lain]
Arina Rahmania
itu... saat bersama orang lain, akan lebih baik jika melepas alat musik seperti ini. karena jika tidak, itu akan membuat orang yang bersama kita merasa tak dihargai. jadi tidak sopan jika masih memakainya.
[menjelaskan dengan nada pelan namun terdengar jelas oleh Rangga]
Arina Rahmania
[menaruh kembali earphone yang masih dipegang ke dalam tas]
Rangga Syahputra
begitu ya. aku baru mendengarnya.
[bergumam pelan]
Rangga Syahputra
tapi sungguh, aku tak masalah jika kau ingin memakainya.
[berkata sembari menatap wajah Arina]
Arina Rahmania
[menggelengkan kepalanya dengan pelan sembari menoleh dan menatap wajah Rangga]
Arina Rahmania
aku ingin menghargai orang yang ada bersamaku. mendengarkan musik bisa aku lakukan lagi saat di rumahku.
[berkata dengan nada pelan sembari tersenyum]
Rangga Syahputra
[terpaku melihat senyuman Arina]
Rangga Syahputra
[membalas senyuman Arina]
Rangga Syahputra
iya, kau benar.
Bus berhenti tepat di depan halte. ada beberapa orang yang melangkah keluar dan ada pula yang melangkah masuk ke dalam Bus.
Arina dan Rangga kemudian masuk ke dalam Bus dan duduk berdampingan. mereka kembali berbincang-bincang saat berada dalam Bus yang selalu diawali oleh Rangga.
.・*:。≻───── ⋆♡⋆ ─────.•*:。
Berusia 16 tahun. Menyukai musik dan novel romantis. Tidak suka dengan sesuatu yang berisik karena membuatnya tak nyaman dan mengganggu.
Untuk karakternya bisa dilihat ya dari ceritanya... ♡
Nomornya
.・*:。≻───── ⋆♡⋆ ─────.•*:。
Arina berjalan sendiri menuju rumahnya setelah turun dari bus. berjalan dengan langkah pelan dan kepala yang menunduk menatap ke arah tanah. tampak wajahnya merah dan tersenyum kecil seperti sedang berbunga-bunga.
iya. tentu dia berbunga-bunga. bayangkan saja, lelaki yang selama ini hanya bisa ia lihat dari jauh sekarang mendekat padanya. ia seperti diberi kesempatan untuk dekat dan mungkin menjadi teman atau bahkan lebih dengan lelaki itu.
Arina Rahmania
[berlari kecil agar segera sampai di rumahnya]
Arina sampai di rumahnya. ia lalu membuka gerbang dan segera masuk ke dalam rumah.
Arina Rahmania
[membuka pintu]
Arina Rahmania
Aku pulang.
[berkata dengan nada pelan]
Arina Rahmania
[melepas sepatu dan kemudian memakai sandal rumah]
Arina Rahmania
[berjalan melewati ruang tamu dan menaiki anak tangga]
Lela (Ibu Arina)
Ari! sudah pulang ya?
[bertanya sembari berjalan mendekat]
Arina Rahmania
[berhenti berjalan]
Arina Rahmania
iya ibu.
[tersenyum sembari kembali berjalan menuju kamar]
Lela (Ibu Arina)
kenapa mau ke kamar? tidak makan?
[ kembali bertanya sembari menatap Arina yang sudah berada di depan pintu kamar]
Arina Rahmania
aku akan makan nanti bu setelah mandi.
[menjawab dengan nada pelan dan tersenyum]
Lela (Ibu Arina)
kalau begitu, segera ya! ibu sudah masak lauk kesukaan kamu.
[berkata dengan nada ceria dan tersenyum]
Arina Rahmania
[tersenyum senang]
Arina Rahmania
baiklah, nanti setelah mandi aku akan segera makan, Ibu.
Lela (Ibu Arina)
iya udah, kalau begitu mandi yang bersih tapi jangan lama-lama.
Arina Rahmania
iya... tentu pasti bersih bu.
[berkata sembari tersenyum]
Lela (Ibu Arina)
[tersenyum sebelum mulai berjalan pergi ke ruang tamu]
Arina Rahmania
[melihat Lela pergi]
Arina Rahmania
[meraih handle pintu dan membukanya]
Arina Rahmania
[menutup pintu]
Arina Rahmania
[bersandar pada pintu kamar dengan kepala tertunduk]
Arina Rahmania
[memejamkan mata dan menghela nafas]
Arina Rahmania
Aaaaa!
[teriak dengan penuh kegirangan]
Arina Rahmania
Astaga! ada apa dengan hari ini?
Arina Rahmania
apa hari ini adalah hari keberuntunganku?!
Arina Rahmania
kenapa?! kenapa hari ini begitu sangat menyenangkan untukku?!
Arina Rahmania
[tersenyum lebar]
Arina Rahmania
[wajahnya tampak kembali berbunga-bunga]
Arina merasa seakan hari ini adalah hari yang terbaik dan menyenangkan yang pernah ia rasakan.
Arina Rahmania
[berjalan dan langsung berbaring di atas kasur]
Arina Rahmania
[menatap ke arah langit-langit atap sembari masih tersenyum-senyum sendiri]
Arina Rahmania
Aaa! benar-benar menyenangkan.
[berteriak dan bergumam kecil]
setelah berpuas diri berbunga-bunga, Arina kemudian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. selesai mandi, ia pun keluar dari kamar dan pergi ke ruang makan untuk makan bersama ibunya.
suara goresan pulpen yang dilakukan oleh Arina.
Arina Rahmania
[duduk di atas kursi sembari mengerjakan tugas]
Arina Rahmania
ugh, kenapa pertanyaan ini begitu sulit?
[bergumam kesal]
Arina Rahmania
[menatap tajam pada pertanyaan yang sedari tadi jawabannya tidak kunjung ditemukan]
Arina Rahmania
Arina, kau harus lebih fokus! tidak mungkin ada pertanyaan tapi tidak ada jawaban!
[berbicara pada diri sendiri]
Arina Rahmania
iya! pasti ada! kau hanya perlu lebih berusaha lagi!
[menyemangati dirinya sendiri]
Arina Rahmania
[kembali fokus mengerjakan tugasnya]
Arina Rahmania
Ah! akhirnya selesai juga!
[bersorak dengan wajah yang senang]
Arina Rahmania
[meregangkan badannya]
Arina Rahmania
ugh, melelahkan.
Arina Rahmania
[melirik bukunya]
Arina Rahmania
[merapikan buku dan alat tulisnya ke tempat semula]
Arina Rahmania
hm?
[menoleh]
Arina Rahmania
[melirik ponselnya yang berada di atas kasur]
Arina Rahmania
[bangkit dari kursi dan duduk di atas kasur sembari mengambil ponselnya]
Arina Rahmania
[menyalakan ponsel]
Arina Rahmania
[mengerutkan keningnya]
notifikasi pesan 📩
nomor tak dikenal
> P
Arina Rahmania
[membaca pesan dari nomor tak dikenal]
Arina Rahmania
[menggeram kesal]
Arina Rahmania
pesan seperti ini lagi.
Arina Rahmania
kenapa sih selalu di awali pesan seperti ini? aku kan jadi bingung balasnya...
[bergumam kesal]
Arina Rahmania
kenapa tidak salam atau sapa? kenapa harus selalu ini?
[berbicara dengan diri sendiri]
Arina Rahmania
[menghela nafas dengan kesal]
Arina Rahmania
huh, aku tidak mau membalas pesan seperti ini.
Arina Rahmania
[hendak mematikan ponsel]
Arina Rahmania
[memutar matanya]
Arina Rahmania
[mulai membuka dan membaca pesan yang masuk]
pesan masuk 📩
nomor tak dikenal
> Arina
> Ini Rangga.
> di simpan ya kontaknya 😊
Arina Rahmania
[terkejut dan tak percaya]
Arina Rahmania
'a-apa ini? ini... nomornya Rangga?'
[bertanya dalam hati]
Arina Rahmania
[tersenyum lebar]
Arina Rahmania
Aaaaa!
[berteriak kecil sembari memukul kasurnya]
Arina Rahmania
ini beneran Rangga? Rangga yang itu?
Arina Rahmania
Aaa! aku tak percaya dia mengirim pesan padaku!
[berkata dengan wajah yang tampak senang]
Arina Rahmania
[langsung membaca pesan yang masuk]
pesan masuk 📩
nomor tak dikenal
> itu.. mungkin kamu tidak memikirkannya, tapi aku hanya ingin memberitahumu kalau aku dapat nomormu dari teman sekelas kita. itu saja.
> 😅
Arina Rahmania
[tersenyum]
Arina Rahmania
padahal tidak perlu memberitahu pun aku tak masalah.
[bergumam kecil]
Arina Rahmania
[terus menatap dan membaca pesan dari Rangga]
Arina Rahmania
ah, aku juga harus membalas pesannya.
[berkata pada diri sendiri]
Balasan pesan 📥
< aku akan menyimpannya.
< aku tak masalah tentang itu. tapi Terima kasih telah memberitahuku.
Arina Rahmania
[menatap khawatir]
Arina Rahmania
balasannya.. tidak kaku, kan?
[bertanya pada diri sendiri]
Arina Rahmania
ugh, sepertinya ini terlalu kaku.
Arina Rahmania
'sebenarnya aku ingin memakai emoticon agar tidak terlalu kaku. tapi.. tidak ada yang cocok dengan kalimat pesannya!'
[berkata dengan nada frustasi dalam hati]
Arina Rahmania
[terus menatap pesan yang masih belum mendapatkan balasan dari Rangga]
Arina Rahmania
s-sudah dibaca.
pesan masuk 📩
nomor tak dikenal
> iya sudah. makasih ya, Arina.
> maaf kalau mengganggu waktumu. 😥
Arina Rahmania
[membaca pesan]
Arina Rahmania
t-tidak, kau tidak mengg_ ugh, aku harus menjawabnya.
[bergumam pelan]
Arina Rahmania
[mengetik pesan]
Arina Rahmania
kali ini harus ada emoticonnya!
[berkata pada diri sendiri]
mengirim balasan terlalu lama karena mencari emoticon yang terlalu ingin sempurna dengan kalimatnya.
Arina Rahmania
[mengirim pesan]
balasan pesan 📥
< Tidak perlu minta maaf karena aku tak merasa terganggu. 🙂
Arina Rahmania
[menatap pesannya sendiri]
Arina Rahmania
hm~ ini perasaanku saja atau memang emoticonnya yang aneh?
Arina Rahmania
tidak, tidak. emoticon itu sudah sesuai arina. itu cocok.
[menenangkan diri dengan pikiran positifnya sendiri]
Pesan masuk 📩
nomor tak dikenal
> ☺
Arina Rahmania
ah, ini... jika pesannya seperti ini tak apa kan jika tidak dibalas?
Arina Rahmania
iya, pasti tidak apa.
[kembali menenangkan diri sendiri]
Arina Rahmania
[membaca ulang semua pesan dari Rangga]
Arina Rahmania
[tersenyum kecil]
"Ari! turunlah dan makan malam!"
Arina Rahmania
Ah, iya ibu! Ari akan segera turun!
[berkata dengan nada sedikit keras agar lela mendengarnya]
Arina Rahmania
[menaruh ponsel di atas meja belajar]
Arina Rahmania
[turun dari kasur dan berjalan keluar dari kamar menuju ruang makan]
setelah sampai di ruang makan, tampak ada dua orang yang sedari tadi sudah menunggu kedatangan Arina.
Radit (Ayah Arina)
kenapa tidak langsung turun? ini sudah waktunya makan malam. seharusnya Ari sudah datang sebelum dipanggil.
[berkata dengan nada lembut]
Arina Rahmania
[menggaruk kepala]
Arina Rahmania
ah, maaf ayah, tadi Arina sedang fokus... mengerjakan tugas.
[berkata dengan wajah tersenyum tipis]
Radit (Ayah Arina)
[menatap Arina]
Lela (Ibu Arina)
sudahlah, ayo sekarang kita mulai makan malamnya.
[berkata sembari tersenyum]
Arina Rahmania
[berjalan duduk di kursi depan Lela]
Lela (Ibu Arina)
lihatlah, hari ini ibu masak begitu banyak. jadi semua habiskan ya!
[berkata dengan nada ceria]
Arina Rahmania
[menatap makanan]
Arina Rahmania
itu... bukankah ini.. terlalu banyak, ibu?
[bertanya dengan nada pelan]
Lela (Ibu Arina)
[tersenyum]
Lela (Ibu Arina)
ibu hari ini sedang senang. makanya masak begitu banyak.
[menatap seluruh makanan]
Radit (Ayah Arina)
[menatap makanan]
Radit (Ayah Arina)
dihabiskan ya? itu tidak mungkin
[berkata tanpa sadar]
Lela (Ibu Arina)
[mengerutkan kening]
Lela (Ibu Arina)
kenapa "tidak mungkin"? kamu ingin menyisakan masakan aku dan membuangnya, begitu?
[bertanya dengan nada kesal]
Radit (Ayah Arina)
[sadar akan perkataannya]
Radit (Ayah Arina)
huh, itu juga tidak mungkin, sayang.
[menjawab dengan nada panik]
Radit (Ayah Arina)
aku tidak mungkin membiarkan masakanmu yang lezat ini tersisa dan terbuang, sayang.
[berkata dengan nada lembut dan tersenyum]
Lela (Ibu Arina)
kalau begitu, habiskan!
[berkata dengan nada tegas]
Radit (Ayah Arina)
ah, tentu saja. kita pasti akan menghabiskannya. iya kan Ari?
[bertanya dengan nada lembut]
Radit (Ayah Arina)
[menatap Arina dengan senyum]
Arina Rahmania
a-ah, tentu. aku dan ayah.. akan menghabiskannya.
[berkata dengan nada pelan dan senyum dipaksakan]
Lela (Ibu Arina)
[tersenyum]
Lela (Ibu Arina)
iya sudah, sekarang mari kita makan.
Lela (Ibu Arina)
[mengambil banyak makanan untuk piring Radit dan Arina]
Arina Rahmania
[menatap piringnya]
Arina Rahmania
[merasa tertekan]
Radit (Ayah Arina)
[tertekan]
mereka pun mulai makan malam
Radit (Ayah Arina)
[menatap piringnya yang kosong]
Radit (Ayah Arina)
'ugh, aku tak menyangka akan kuat menghabiskannya.'
Arina Rahmania
[menatap piringnya yang masih tersisa makanan]
Arina Rahmania
aku.. aku tidak kuat lagi.
[bergumam pelan sembari menutup mulut dengan telapak tangan]
Lela (Ibu Arina)
[menatap tajam piring Arina]
Arina Rahmania
[merasa tak enak dengan perutnya]
Lela (Ibu Arina)
kenapa tidak diha_
Lela (Ibu Arina)
[sedikit terkejut]
Radit (Ayah Arina)
[menatap khawatir Arina]
Lela (Ibu Arina)
Ari, apa kau baik-baik saja?
Lela (Ibu Arina)
[beranjak dari kursi dan berjalan mendekati Arina]
Arina Rahmania
ah, i-iya.. aku Baik-baik saja kok ibu. tidak perlu khawatir.
[berkata dengan wajah tersenyum namun masih menutup mulutnya]
Arina Rahmania
aku hanya... kekenyangan saja.
Lela (Ibu Arina)
[menghela nafas dengan lega]
Lela (Ibu Arina)
kalo Ari merasa kenyang, bilang dong. Ibu kan tidak akan memaksa Ari untuk memakan semuanya.
[berkata dengan nada lembut sembari menatap Arina]
Arina Rahmania
[menganggukkan kepalanya]
Arina Rahmania
'syukurlah, aku kira ibu akan tetap memaksaku.'
Radit (Ayah Arina)
ekhm!
[berdeham pelan]
Radit (Ayah Arina)
karena Ari sudah kekenyangan, lebih baik sisa lauknya disimpan saja buat nanti.
Lela (Ibu Arina)
baiklah, kalau begitu aku akan menyimpannya nanti.
[menurut perkataan Radit]
Radit (Ayah Arina)
[tersenyum]
Radit (Ayah Arina)
oh iya, ada yang ingin Ayah bicarakan dengan Ari.
[menatap Arina]
Arina Rahmania
[menatap Radit]
Arina Rahmania
ayah ingin bicara apa?
[bertanya dengan nada pelan]
Radit (Ayah Arina)
ini tentang kakakmu, Lili.
Arina Rahmania
ada Apa dengan Kakak Lita? apa ada sesuatu yang terjadi padanya?
[bertanya dengan nada sedikit khawatir]
Lela (Ibu Arina)
[tersenyum melihat Arina]
Lela (Ibu Arina)
tidak ada sesuatu yang buruk kok. ini kabar bahagia dari Lili.
Arina Rahmania
[menoleh dan menatap Lela]
Arina Rahmania
kabar bahagia?
[bertanya dengan nada bingung]
Lela (Ibu Arina)
iya. bulan depan Lili akan bertunangan.
[berkata sembari tersenyum]
Arina Rahmania
apa?! benarkah?
[menoleh dan menatap Radit]
Radit (Ayah Arina)
[menganggukkan kepalanya]
Arina Rahmania
aku... tak menyangka kak Lita sudah akan bertunangan.
[bergumam pelan sembari tersenyum kecil]
Radit (Ayah Arina)
[tersenyum menatap Arina]
Radit (Ayah Arina)
2 minggu lagi Lili akan pulang untuk mempersiapkan pertunangannya.
Arina Rahmania
kakak... akan pulang lagi?
Lela (Ibu Arina)
iya, ibu tak sabar bertemu Lili. sudah 3 tahun Lili tak pulang dari luar negeri.
[berkata dengan nada lembut sembari menatap wajah Arina]
Lela (Ibu Arina)
ibu merindukannya.
[berkata dengan nada penuh rindu]
Arina Rahmania
[menatap Lela]
Arina Rahmania
Ari Juga merindukan Kak Lita.
Radit (Ayah Arina)
hm? bukankah kamu sudah bertemu Lili saat kunjungan orang tua di sekolah? Lili kan yang menggantikannya?
[menatap Arina]
Arina Rahmania
tapi itu kan hanya sebentar, ayah. bahkan kak lita langsung pergi tanpa pulang ke rumah.
[bergumam pelan]
Radit (Ayah Arina)
iya, ari benar. setelah itu Lili langsung kembali ke luar negeri.
Lela (Ibu Arina)
[hanya diam dan tersenyum]
Radit (Ayah Arina)
[menatap Lela dan Arina]
Radit (Ayah Arina)
Ayah juga merindukan Lili. kita semua merindukannya.
[berkata dengan wajah tersenyum]
setelah selesai mengobrol, mereka pun membereskan meja makan bersama-sama. Lela yang membersihkan meja, Arina yang mencuci piring, dan Radit yang menyimpan sisa makanan ke dalam setiap wadah tupperware.
.・*:。≻───── ⋆♡⋆ ─────.•*:。
Berusia 16 tahun. suka bermain bola dan sedikit suka melukis. tidak suka dengan hal-hal yang mengganggu atau mengusiknya.
kontak
.・*:。≻───── ⋆♡⋆ ─────.•*:。
Arina Rahmania
[duduk di tepi kasur dengan posisi bersandar pada kepala kasur]
Arina Rahmania
[kaki diluruskan dengan bantal berada di atas pangkuannya]
Arina Rahmania
[mendengarkan lagu melalui earphones yang sedang ia gunakan]
Arina Rahmania
ah, nyamannya~
[bergumam sembari tersenyum]
📱ting... drrt,, drrt,,, drt,,
Arina Rahmania
[merasakan getaran ponsel]
Arina Rahmania
[mematikan lagu melalui tombol earphone]
Arina Rahmania
[meraih ponsel yang ada di atas meja dan membaca pesan masuk]
Tampilan layar chat ponsel Arina
obrolan chat grup "nanina"
Laurani Bella
kapan mainnya?
Laurani Bella
dah kangen nih 😚
Eliana Trinadia
nggak ada waktu
Laurani Bella
dih.. kok gitu sih balesnya. 🥺
Eliana Trinadia
iya mau gimana lagi? aku kan emang sibuk.
Eliana Trinadia
lagian seminggu yang lalu juga baru main, dah kangen aja.
Laurani Bella
bodo ah, aku bosan. dah kangen sama kalian..
Laurani Bella
emangnya kalian nggak kangen sama aku? 😞👉👈
Arina Rahmania
kengen lah Bella.... 🥰
Arina Rahmania
kita semua sama-sama kangen...
Arina Rahmania
iya kan, El?
Laurani Bella
dih.. balesnya gitu banget..
Eliana Trinadia
ya terserah dong. intinya kan aku juga kangen. 😌
Arina Rahmania
gimana kalo sabtu depan aja mainnya?
Laurani Bella
sabtu depan itu sabtu minggu ini?
Eliana Trinadia
bukan. sabtu depannya lagi.
Laurani Bella
hah? gimana sih maksudnya?
Eliana Trinadia
maksudnya ya sabtu depanlah. pake nanya.
Laurani Bella
heh, El ini nyebelin banget sih. 😠
Arina Rahmania
maksudnya itu, minggu ini kan minggu pertama. nah, sabtu depan itu minggu di keduanya.
Arina Rahmania
paham nggak Bella?
Laurani Bella
jadi sabtu depan nih?
Arina Rahmania
iya, kalau sabtu depan mungkin aku bisa. 😊
Arina Rahmania
kalau El bisa nggak? atau masih sibuk?
Eliana Trinadia
bisa kok. 😎
Eliana Trinadia
kayaknya nanti udah luang deh jadi bisa aja main sama kalian.
Laurani Bella
yaudah janji ya ini.
Laurani Bella
awas loh kalo nanti nggak jadi lagi.
Arina Rahmania
iya, semoga aja nggak ada kendala.. ☺
tampilan layar ponsel selesai
Arina Rahmania
[mematikan ponsel]
Arina Rahmania
[menghela nafas dan menengadahkan kepala]
Arina Rahmania
[menatap langit-langit atap]
Arina Rahmania
jadi nggak sabar ketemu mereka.
[bergumam pelan sembari tersenyum]
Arina, Bella, dan El sudah berteman sejak sekolah dasar. jadi hubungan pertemanan mereka kuat karena diawali dengan perkenalan yang polos dan murni.
Setelah memasuki SMP, pertemanan mereka sedikit merenggang karena penempatan kelas yang berbeda dan jarangnya bertemu. namun sekarang, hubungan mereka sudah kembali dekat seperti sedia kala. bahkan menjadi lebih dekat.
awalnya mereka ingin memasuki sekolah SMA yang sama dan berharap dapat satu kelas lagi. sayangnya, takdir malah berkehendak lain. El dan keluarganya pindah keluar kota setelah lulus SMP. sedangkan Bella memiliki minat sekolah SMA yang berbeda.
ini membuat mereka sangat jarang bertemu karena jarak jauh dan jadwal yang berbeda. namun karena mereka memiliki keinginan kuat untuk mempertahankan persahabatan, sejauh apapun jarak yang memisahkan mereka akan terasa dekat jika mereka ingin bertemu satu sama lain.
karena itulah, mereka tidak bisa bertemu secara tiba-tiba dan harus membuat janji jauh-jauh hari terlebih dahulu.
mereka semua memiliki effort yang kuat dan pasti mengorbankan banyak waktu untuk mempertahankan hubungan persahabatan mereka.
.・*:。≻───── ⋆♡⋆ ─────.•*:。
Arina Rahmania
huh, huh, huh...
[nafas tak teratur]
Arina Rahmania
[berlari kembali]
Arina Rahmania
'astaga!! kenapa sih hari ini bisa kesiangan? padahal semalem dah tidur lebih awal loh.'
[menggerutu dalam hati]
Arina terus berlari hingga sampai di halte bus. ia kemudian menunggu bus datang dengan perasaan cemas karena takut terlambat.
hingga beberapa menit kemudian bus pun datang sesuai jadwal.
Arina kemudian melangkah masuk ke dalam bus. ia berjalan mencari kursi yang kosong hingga terdengar suara memanggil dirinya yang membuatnya menoleh.
Arina Rahmania
[menatap Rangga]
Rangga Syahputra
[tersenyum]
Rangga Syahputra
[melambaikan tangan]
Rangga Syahputra
kemarilah. duduk di sebelahku.
Rangga Syahputra
[menepuk kursi di sampingnya]
Arina Rahmania
[mengalihkan pandangan dan berjalan duduk di sebelah Rangga]
Arina Rahmania
'astaga! aku tak menyangka kesianganku malah jadi keberuntungan untukku.'
[berkata dalam hati]
Rangga Syahputra
[menatap Arina]
Rangga Syahputra
itu... bolehkah aku bertanya sesuatu?
[bertanya dengan nada lembut]
Arina Rahmania
'bertanya? apa.. apa yang ingin dia tanyakan padaku?'
[bertanya-tanya dalam hati]
Arina Rahmania
[menatap Rangga]
Arina Rahmania
tentu. t-tanyakan saja.
[menjawab dengan nada pelan]
Rangga Syahputra
[menatap Arina]
terjadi kontak mata dan membuat perasaan Arina menjadi gugup.
Arina Rahmania
[mengalihkan pandangannya]
Rangga Syahputra
[tersenyum]
Rangga Syahputra
ini tentang... kontak. sepertinya... kamu masih belum menyimpan kontak ku ya?
[bertanya dengan ragu-ragu]
Rangga Syahputra
atau mungkin tidak mau menyimpannya?
[bergumam pelan]
Arina Rahmania
[kembali menatap Rangga]
Arina Rahmania
aku sudah menyimpannya. aku sudah menyimpan kontakmu.
[menjawab dengan nada pelan namun penuh yakin]
Rangga Syahputra
ah, benarkah?
Arina Rahmania
[menganggukkan kepalanya]
Rangga Syahputra
[tersenyum]
Rangga Syahputra
begitu. ku kira kau belum menyimpannya.
[bergumam sembari memegang leher belakangnya]
Arina Rahmania
[menatap Rangga]
Arina Rahmania
kenapa kau berpikir aku belum menyimpannya?
[bertanya dengan spontan]
Arina Rahmania
'ah, tanpa sadar aku langsung menanyakannya. padahal kan tidak berniat seperti itu'
Rangga Syahputra
itu karena kontak profil milikmu masih kosong di ponselku. tapi di ponsel milik temanku ada. jadi.. itu membuatku berpikir kamu masih belum menyimpan kontak ku.
[berkata dengan nada pelan dan wajah tersenyum]
Arina Rahmania
[mengalihkan pandangannya]
Arina Rahmania
aku pakai profil kok. aku.. rasa.
[bergumam dengan nada sangat pelan]
Rangga Syahputra
[mendengar sesuatu]
Rangga Syahputra
apa.. kamu mengatakan sesuatu, Arina?
[bertanya sembari menatap wajah Arina]
Arina Rahmania
ah, t-tidak.
Rangga Syahputra
hm.. begitu ya. aku rasa aku salah dengar.
[tersenyum]
Arina Rahmania
[membalas senyuman Rangga]
Arina Rahmania
itu.. aku rasa aku perlu mengeceknya.
[berkata dengan nada pelan]
Rangga Syahputra
mengecek?
[menatap bingung]
Arina Rahmania
[menganggukkan kepalanya]
Arina Rahmania
[mengalihkan pandangan dan menatap ke arah tas miliknya]
Arina Rahmania
[membuka tas dan mengambil ponsel]
Arina Rahmania
[menyalakan ponselnya dan mencari sesuatu]
Rangga Syahputra
[masih menatap Arina]
Rangga Syahputra
[penasaran dengan apa yang dilakukan Arina]
Arina Rahmania
itu.. aku ada profilnya.
[Tiba-tiba berkata sembari menatap Rangga]
Rangga Syahputra
[sedikit terkejut dan masih bingung]
Rangga Syahputra
hah! benarkah?
Arina Rahmania
emm..
[menganggukkan kepalanya]
Arina Rahmania
lihatlah.
[mengulurkan ponselnya agar Rangga bisa melihatnya]
Rangga Syahputra
[melihat ponsel Arina]
Dalam ponsel milik Arina memperlihatkan profil yang dipakai oleh Arina pada kontaknya.
profil yang dipakai Arina
Rangga Syahputra
[terdiam]
Rangga Syahputra
jadi... ada ya?
Arina Rahmania
[kembali menganggukkan kepalanya]
Rangga Syahputra
[menatap Arina]
Rangga Syahputra
tapi.. kenapa di ponselku masih belum ada?
[bertanya dengan nada bingung]
Arina Rahmania
coba di cek lagi. mungkin kamu yang salah lihat.
[berkata dengan nada spontan]
Arina Rahmania
'ah, keceplosan.'
Rangga Syahputra
[mengalihkan pandangan dan mengambil ponsel dari dalam sakunya]
Rangga Syahputra
[membuka ponsel dan mulai mencari]
Rangga Syahputra
hmm.. masih tidak ada.
[Mengulurkan ponselnya pada Arina]
Arina Rahmania
[melihat ponsel Rangga]
dalam ponsel Rangga memperlihatkan kontak profil Arina yang masih kosong
Arina Rahmania
[mengerutkan keningnya]
Arina Rahmania
'kenapa bisa tidak ada? apa ada sesuatu yang salah?'
[bertanya-tanya dalam hati]
Rangga Syahputra
[menatap Arina yang terlihat kebingungan]
Rangga Syahputra
itu.. kamu benar sudah menyimpan kontak ku, kan?
[bertanya dengan nada pelan dan ragu]
Arina Rahmania
ah, iya. aku sudah menyimpannya.
[menjawab dengan nada yakin]
Arina Rahmania
'sudah.. kan?'
[bertanya dalam hati]
Arina Rahmania
[merasa ragu]
Arina Rahmania
[menyalakan ponselnya dan mulai mengecek]
Rangga Syahputra
[menatap bingung Arina yang terpaku]
Rangga Syahputra
[mengalihkan pandangan dan melihat ponsel Arina]
Rangga Syahputra
[terdiam]
layar ponsel milik Arina memperlihatkan kontak nomor Rangga yang masih dalam kategori "nomor tak dikenal"
ternyata Arina masih belum menyimpan kontak rangga.
Rangga Syahputra
ah, pantas saja tidak ada profilnya. ternyata belum disimpan ya...
[berkata sembari tersenyum kecil]
Arina Rahmania
ah, itu.. aku rasa aku lupa menyimpannya.
[berkata dengan nada pelan sembari menatap ponselnya]
Rangga Syahputra
[tersenyum]
Rangga Syahputra
sekarang kau bisa menyimpannya, kan?
[berkata dengan nada lembut]
Arina Rahmania
i-iya. aku akan menyimpannya.
[menjawab dengan nada masih pelan]
Arina Rahmania
[mengutak-atik ponselnya]
Rangga Syahputra
[mengalihkan pandangan]
Rangga Syahputra
[menatap layar ponselnya]
Rangga melihat profil Arina pada ponselnya.
Rangga Syahputra
[tersenyum]
Rangga Syahputra
gambar profilmu sangat lucu.
[bergumam pelan]
Rangga Syahputra
apa kamu menyukai kartun beruang ini?
[bertanya sembari menatap kembali wajah Arina]
Arina Rahmania
[menatap Rangga]
Arina Rahmania
emm, aku menyukainya.
[menjawab sembari tersenyum tipis]
Rangga Syahputra
aku juga dulu menyukai kartun ini.
Rangga Syahputra
[tersenyum]
Rangga Syahputra
beruang mana yang paling kau suka diantara mereka?
Arina Rahmania
emm, aku.. lebih suka pada Ice bear.
Rangga Syahputra
ah, benarkah? padahal beruang itu sangat dingin dan datar seperti tempat tinggalnya.
[berkata sembari tertawa]
Arina Rahmania
[tertawa pelan]
Arina Rahmania
iya, meskipun begitu, aku tetap lebih suka ice bear. karena dia selalu tenang dalam situasi apapun.
[berkata sembari tersenyum]
Arina Rahmania
berbeda denganku.
[bergumam pelan dan tanpa sadar]
Rangga Syahputra
[berhenti tertawa]
Rangga Syahputra
iya, kau benar. karena ketenangannya itu dia selalu menjadi yang paling diandalkan diantara beruang lain.
[berkata dengan nada lembut]
Rangga Syahputra
[tersenyum sembari menatap Arina]
Arina Rahmania
[hanya diam dan membalas senyuman Rangga]
Rangga Syahputra
[terpaku]
Rangga Syahputra
[mengalihkan pandangannya]
Rangga Syahputra
oh iya, selain ice bear ada juga beruang cokelat yang selalu ceria itu, yang namanya... namanya...
[berkata sembari mencoba mengingat]
Arina Rahmania
namanya.. grizzly.
[berkata sembari masih tersenyum]
Rangga Syahputra
ah benar, grizzly. namanya terlalu sulit jadi mudah melupakannya.
[menggaruk kepalanya dan tersenyum]
Arina Rahmania
[tersenyum]
Arina Rahmania
dan yang satunya lagi panda.
Rangga Syahputra
panda, beruang yang suka selfie itu kan? dia selalu mengambil gambar di setiap momen.
Arina Rahmania
[tertawa kecil]
Arina Rahmania
dia juga yang lebih mengutamakan perasaannya daripada logika. berlawanan dengan ice bear.
[berkata dengan nada lembut]
Rangga Syahputra
[terdiam]
Rangga Syahputra
kamu sepertinya sangat suka dengan beruang-beruang itu ya?
[bertanya dengan nada lembut]
Arina Rahmania
[menatap Rangga]
Arina Rahmania
[menjawab dengan anggukan dan tersenyum]
Rangga Syahputra
[membalas senyuman dari Arina]
Bus telah tiba dan berhenti tepat di depan halte.
Rangga Syahputra
sudah sampai. ayo kita turun.
[berkata sembari bangkit dari kursi Bus]
Arina Rahmania
[bangkit dari kursi]
Rangga Syahputra
[berjalan mendahului Arina]
Arina Rahmania
[mengikuti Rangga dari belakang]
Setelah keluar dari Bus, mereka pun berjalan menuju sekolah bersama-sama.
.・*:。≻───── ⋆♡⋆ ─────.•*:。
nama panggilan Bella, berusia 16 tahun. suka berkumpul, pesta, dan hal-hal yang menyenangkan. tidak suka sendirian dan mudah merasa bosan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!