Deburan ombak pelan menyambut mereka saat kapal motor yang membawa sebelas pemuda itu merapat ke dermaga kayu kecil. Angin laut bertiup lembut, membawa aroma asin dan wangi matahari. Matahari sore menggantung rendah di ufuk, menciptakan warna oranye keemasan yang menambah kesan dramatis pada pulau kecil itu.
"Gue bilang juga apa, tempat ini kayak surga" kata Hyunjae sambil memasang kacamata hitamnya. Langkahnya penuh percaya diri seperti pemilik pulau itu. Ia menatap villa megah yang berdiri di kejauhan.
"Surga sih surga, tapi gue gak mau tidur di sofa gara-gara lu gak mikirin kamar cukup" celetuk Sunwoo, menyeret kopernya dengan malas.
Hyunjae mendengus. "Gue gak bakal nyewa tempat seadanya. Tenang aja, Sunwoo. Kalau pun ada yang tidur di sofa, itu pasti elo!"
Sementara itu, Eric sibuk mengabadikan momen dengan kamera ponselnya. "Bro, ini baru liburan! Liat aja tuh matahari, vibesnya mahal banget!" katanya sambil membidik panorama pantai.
Di ujung dermaga, Juyeon berdiri diam, memandangi laut yang tenang. Ia terlihat menikmati keindahan yang ada, sementara yang lain sibuk bercanda dan berteriak. Sangyeon berjalan mendekatinya, menyentuh pundaknya ringan.
"Lu beneran serius ngeliatin laut doang? Ini liburan, bukan meditasi" ujar Sangyeon dengan nada setengah bercanda.
Juyeon hanya tersenyum tipis. "Gue lagi nyerap energi tempat ini. Kayaknya liburan kali ini bakal beda"
Di belakang mereka, Chan Hee mengangkat keranjang penuh bahan makanan yang ia bawa dari kapal. Ia mendesah pelan, matanya melirik ke arah Changmin, yang sibuk memotret tiap sudut dermaga.
"Changmin, lu motret terus, bantuin gue bawa ini dong" kata Chan Hee setengah protes.
Changmin menurunkan kameranya sejenak. "Bentar, ini angle-nya keren banget. Cahaya sore kayak gini jarang banget dapet" jawabnya sambil kembali memotret.
Di belakang mereka, Younghoon dan Juhaknyeon sudah mulai berjalan menuju villa. Jacob dan Kevin mengikut dari belakang sambil bercanda soal siapa yang bakal lebih dulu "dapat gebetan" selama liburan.
"Ayo cepat, gue udah lapar" teriak Hyunjae dari depan, memberi perintah seolah dia pemimpin rombongan.
Villanya ternyata lebih mewah dari yang mereka bayangkan. Dinding kaca besar menghadap langsung ke laut, kolam renang infinity membentang di belakang, seolah menyatu dengan lautan biru. Sofa putih empuk memenuhi ruang tamu, dengan dapur modern di satu sisi.
"Gue gak nyangka, Hyunjae. Lo beneran niat banget kali ini," kata Jacob, langsung menjatuhkan diri di sofa.
"Ya iyalah, gue gak main-main kalau soal liburan" jawab Hyunjae sambil melemparkan kacamata hitamnya ke meja.
Di saat semua sibuk menata barang atau memeriksa kamar, terdengar suara langkah dari arah teras belakang. Semua langsung menoleh, dan di sana berdiri seorang perempuan dengan rambut hitam panjang yang tertiup angin.
"Maaf, gue gak bermaksud ganggu. Gue cuma mau nyapa," katanya dengan senyum kecil.
Semua langsung terdiam, mata mereka tertuju pada perempuan itu. Dia tampak sederhana dengan pakaian santai, tapi auranya bikin semua orang sulit mengalihkan pandangan.
"Gue Nikita. Gue tinggal di villa sebelah" lanjutnya, memecah keheningan.
Hyunjae yang pertama kali buka suara. "Oh, gue Hyunjae. Dan mereka" katanya sambil menunjuk asal ke arah teman-temannya, "temen-temen gue"
Juhaknyeon langsung melangkah maju, memasang senyum terbaiknya. "Nama gue Juhaknyeon. Seriusan, ini pulau paling keren yang pernah gue datengin. Dan kayaknya, penduduknya juga gak kalah keren"
Nikita tertawa kecil. "Gue cuma mau bilang, kalau kalian butuh apa-apa, feel free mampir ke villa gue aja. Karena kebetulan gue nggak sendirian, gue disini bareng sahabat-sahabat gue" tambahnya sambil menoleh ke belakang.
Dua perempuan muncul di belakangnya. Yang satu berambut panjang dengan wajah kalem, sementara yang lain terlihat lebih ceria dengan senyum lebar.
"Kenalin ini Echa dan ini Yesha" kata Nikita memperkenalkan mereka.
Younghoon terlihat terpaku saat melihat Echa. Dia mencoba bersikap tenang, tapi matanya gak bisa lepas dari perempuan itu. "Hai" sapanya pelan.
Echa tersenyum. "Hai juga"
Yesha meyeletuk "Roman-romannya villa ini bakalan rame nih"
Jacob langsung mengambil gitar kecilnya dan memainkan melodi santai. "Lagu buat nyambut kalian" katanya membuat Yesha terkekeh.
Kevin yang melihat itu langsung merasa tersaingi. "Lagu itu kurang ceria. Gue bisa bikin kalian ketawa" katanya sambil mencoba melucu.
Tapi Yesha lebih banyak memperhatikan Jacob, membuat Kevin sedikit kesal.
Setelah Nikita dan dua sahabatnya pamit, suasana di villa mulai terasa hidup. Malam itu, mereka makan malam di balkon sambil menikmati angin laut. Chan Hee masak pasta sederhana, tapi rasanya cukup enak untuk mengisi perut mereka yang kelaparan.
Hyunjae duduk di sudut balkon, menatap villa sebelah yang masih terang. "Dia beda" gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.
"Apa?" tanya Juyeon yang tiba-tiba muncul di sampingnya.
Hyunjae menoleh, lalu tersenyum kecil. "Gue bilang Nikita beda. Gue gak tahu apa, tapi ada sesuatu dari dia yang bikin gue penasaran"
Juyeon mengangguk pelan, matanya juga tertuju ke arah villa sebelah. "Dia emang menarik. Tapi hati-hati, Hyunjae. Cewek kayak dia gak gampang ditebak"
Di area ruang tamu, Juhaknyeon rupanya sedang bercerita dengan Echa dan Yesha tentang perjalanan mewahnya ke luar negeri. "Gue pernah dinner sama cewek Prancis yang gue temuin cuma lima menit. Itu yang gue sebut magic" katanya, membuat Echa dan Yesha tertawa dan terpesona.
Sunwoo, yang sejak tadi diam di sudut, hanya menghela napas. "Bisa gak sih, dia berhenti pamer? Gue juga bisa kalee bikin cewek ketawa" gumamnya pelan.
Dia akhirnya berdiri dan mendekati Echa. "Echa, tau gak? Gue tuh spesialis bikin cewek ketawa loh. Mau gue buktiin?" tanyanya dengan senyum penuh percaya diri.
Echa menatapnya penasaran. "Coba aja"
Sunwoo mencoba melucu dengan gaya lebay, tapi akhirnya malah terpeleset, membuat semua orang tertawa.
"Kalau itu caranya, lumayan sih" ujar Echa sambil menutup mulutnya, menahan tawa. Sunwoo malu.
Malam semakin larut, dan satu per satu mulai masuk ke kamar masing-masing. Tapi Hyunjae masih berdiri di balkon, matanya memandangi bintang-bintang. Pikirannya terus kembali ke Nikita.
"Ini baru hari pertama" gumamnya. "Tapi kayaknya kali ini bakal jadi liburan yang gak akan gue lupain"
Di kamar Chan Hee, dia duduk di tepi ranjang sambil memainkan jari-jarinya di atas meja. Pikirannya melayang ke Younghoon, yang sepanjang malam terlihat begitu terpikat oleh Echa. Ada perasaan aneh yang ia coba abaikan, tapi sulit dilawan.
Sementara itu, Juyeon duduk di kamarnya, menatap kosong ke dinding. Bayangan Nikita terus muncul di pikirannya. Ia tahu, ada sesuatu dari perempuan itu yang bikin dia ingin tahu lebih dalam.
Malam pertama di pulau itu ditutup dengan tawa, senyuman, dan rasa penasaran yang perlahan tumbuh di hati mereka. Tapi mereka belum tahu, liburan ini baru saja dimulai, dan akan ada banyak cerita yang siap mengubah segalanya.
Bersambung
Bagaimana tanggapan kalian?
■BANTU AUTHOR LIKE, FOLLOW, AND KOMENTAR YA🙏
GOMAWO CHINGU💙😉
Pagi di pulau itu terasa berbeda. Suara ombak pelan bercampur dengan kicauan burung yang jarang terdengar di kota besar. Udara hangat, tapi tidak menusuk, cukup untuk bikin siapa pun merasa seperti ada di dunia lain. Hyunjae berdiri di balkon kamarnya, menyeruput kopi hitam sambil memandangi villa sebelah yang masih sunyi.
“Kenapa lo bengong di situ?” suara Sunwoo memecah keheningan. Ia muncul dengan rambut acak-acakan dan kaus oblong yang terlihat seperti belum dicuci.
Hyunjae hanya melirik sekilas. “Gue cuma lagi nikmatin suasana. Lo udah mandi?”
Sunwoo mendengus sambil menguap lebar. “Mandi tuh overrated. Ini liburan, bro. Santai aja”
Hyunjae menggeleng pelan, lalu kembali menatap villa sebelah. Matahari mulai naik, dan dia melihat seseorang keluar ke balkon villa itu, Nikita. Rambutnya masih sedikit berantakan, tapi justru terlihat natural.
Hyunjae diam sejenak. Entah kenapa, ada sesuatu dari perempuan itu yang bikin dia nggak bisa berhenti memperhatikan.
Nikita menghirup napas dalam-dalam, menikmati udara segar pagi itu. Pandangannya melayang ke villa sebelah. Tanpa sengaja, matanya bertemu dengan Hyunjae yang masih berdiri di sana.
“Oh, hai" sapanya sambil melambaikan tangan.
Hyunjae sedikit terkejut, tapi dengan cepat memasang senyum tipis. “Pagi. Gimana tidurnya?”
“Nyenyak banget. Tempat ini bener-bener bikin gue lupa sama kehidupan kota” jawab Nikita dengan nada santai. “Lo sendiri gimana?”
“Lumayan" balas Hyunjae. Lalu, setelah jeda singkat, dia menambahkan, “Mau jalan-jalan? Gue pikir, kalau lo tinggal di sini, pasti lo tahu tempat bagus buat dikunjungi.”
Nikita terdiam sejenak, lalu tersenyum. “Tunggu gue lima menit.”
10 menit kemudian
Mereka berjalan menyusuri pantai, hanya berdua. Yang lain masih sibuk dengan rutinitas pagi masing-masing, jadi suasana terasa lebih intim. Hyunjae menyelipkan tangan di saku celana pendeknya, mencoba terlihat santai.
“Jadi, lo udah lama tinggal di sini?” tanya Hyunjae membuka percakapan.
“Belum lama. Baru beberapa bulan” jawab Nikita sambil menendang-nendang pasir. “Gue pindah ke sini karena... ya, gue butuh waktu buat diri gue sendiri"
Hyunjae mengangguk pelan. “Gue bisa relate. Kadang, tinggal di kota bikin lupa buat napas.”
Nikita tertawa kecil. "Keliatannya lo orang kaya yang hidupnya perfect. Gue nggak nyangka lo bisa relate sama konsep butuh napas”
Hyunjae berhenti sejenak, lalu menatap Nikita. Matanya yang biasanya penuh percaya diri kini terlihat lebih serius. “Cuma karena gue punya uang, bukan berarti hidup gue gampang. Semua orang punya beban masing-masing"
Nikita terdiam. Dia nggak menyangka Hyunjae bisa bicara seperti itu. “Oke, fair enough” katanya akhirnya.
Mereka melanjutkan langkah, sampai tiba di sebuah tebing kecil yang menghadap langsung ke laut. Nikita duduk di atas batu besar, menepuk tempat di sebelahnya, mengisyaratkan Hyunjae untuk duduk.
“Tempat ini favorit gue,” katanya. “Kalau lo lagi stres, duduk di sini sebentar aja udah cukup buat bikin lo merasa lebih baik”
Hyunjae menatap laut yang berkilauan di bawah sinar matahari. “Gue harus akui, ini tempat yang luar biasa”
“Tapi kayaknya lo bukan tipe orang yang gampang stres,” goda Nikita.
Hyunjae tersenyum kecil. “Gue cuma pinter nutupin aja”
Setelah beberapa saat hening, Hyunjae akhirnya bertanya, “Btw, kenapa lo pindah ke sini?”
Nikita terlihat ragu sejenak, tapi akhirnya menjawab, “Ada terlalu banyak hal yang gue coba lariin”
Hyunjae nggak mendesak. Dia tahu ada cerita panjang di balik kalimat sederhana itu, tapi dia nggak mau memaksa. Sebagai gantinya, dia berkata, “Kadang, lari itu pilihan yang tepat. Asal lo tahu kapan harus berhenti”
Nikita menoleh, menatap Hyunjae dengan mata yang penuh pertanyaan. “Lo sering lari?”
Hyunjae tertawa kecil. “Gue lari dari orang tua gue hampir setiap hari. Itu udah jadi hobi gue”
Nikita ikut tertawa, tapi ada rasa penasaran yang tetap tinggal di matanya. Dia merasa Hyunjae lebih rumit daripada apa yang terlihat di permukaan.
“Gue nggak nyangka, lo ternyata punya sisi kayak gini" kata Nikita akhirnya.
“Sisi kayak apa?” tanya Hyunjae, memasang ekspresi penasaran.
“Gue emang baru first kenal loe. Tapi gue ngerasa lo punya sisi dewasa dari lainnya” jawab Nikita dengan senyum kecil.
Hyunjae hanya mengangguk. Dia nggak tahu kenapa, tapi dia merasa nyaman di dekat Nikita. Ada sesuatu dari perempuan ini yang bikin dia ingin membuka diri, sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Mereka kembali ke villa menjelang siang. Hyunjae merasa ada kelegaan aneh di dadanya, seperti dia baru saja melepas sesuatu yang selama ini dia tahan.
“Thanks buat pagi ini” katanya ketika mereka sampai di depan pintu villa masing-masing.
Nikita tersenyum. “Kapan-kapan kita bisa jalan lagi?”
Hyunjae mengangguk, lalu masuk ke dalam villa, meninggalkan Nikita yang masih berdiri di depan pintunya dengan senyum tipis dari bibirnya.
Di dalam, Juyeon langsung mendekatinya. “Lo ke mana aja?” tanyanya.
Hyunjae hanya tersenyum tipis. “Jalan-jalan”
Juyeon menatapnya curiga. “Sama siapa?" Hyunjae langsung fast respon "Nikita”
Hyunjae menjawab dengan senyumnya yang cukup untuk mengkonfirmasi sedang tumbuh fall in love.
“Lo seriusan?” tanya Juyeon lagi.
“Gue cuma jalan-jalan” balas Hyunjae santai, lalu melangkah ke kamarnya. Tapi dalam hati, dia tahu, itu lebih dari sekadar jalan-jalan.
Sesampainya di kamar, Hyunjae mengunci pintunya dan berdiri di balik pintu. Dia nggak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi satu hal yang pasti, liburan ini baru saja berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih menarik dengan kehadiran Nikita.
Di sisi lain villa, Chan Hee sedang duduk di ruang tamu bersama Younghoon, yang sedang membaca buku sambil menikmati segelas jus jeruk. Suasana terasa nyaman, hanya terdengar bunyi kipas angin dan ombak yang sayup-sayup dari kejauhan.
Chan Hee, dengan senyumnya yang selalu terlihat ceria, mencondongkan tubuh sedikit lebih dekat ke arah Younghoon. “Younghoon, gue baru sadar, lo makin keren sejak terakhir kali kita ketemu" ucapnya dengan nada menggoda.
Younghoon mengangkat alisnya, menatap Chan Hee sekilas sebelum kembali fokus pada bukunya. “Makasih, Chan. Lo juga kelihatan sehat, kayaknya liburan ini cocok buat lo”
Chan Hee tertawa kecil, lalu menyandarkan punggungnya ke sofa, tapi tetap menatap Younghoon. “Tapi serius deh, gue kadang suka mikir, lo nggak capek apa nggak ada yang muji tiap hari? Kalo gue jadi lo, kayaknya bakal kebanjiran perhatian”
Younghoon tersenyum tipis, mulai merasa Chan Hee terlalu berlebihan. “Nggak juga. Gue lebih suka santai kayak gini aja”
“Tapi, lo tau nggak?” Chan Hee melanjutkan sambil menatap Younghoon lebih dalam. “Gue tuh salut banget sama lo. Cara lo bawa diri, gaya lo yang kiyowo tapi natural itu bikin orang gemes sama lo”
Younghoon berhenti membaca, kini menatap Chan Hee langsung. “Lo lagi serius apa bercanda, Chan?”
Chan Hee mendekat sedikit lagi, sampai jaraknya kini terasa terlalu dekat bagi Younghoon. “Serius lah. Gue kan nggak sembarangan ngomong kayak gini ke orang”
Younghoon tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana. “Lo kayaknya kebanyakan baca novel romantis, Chan.”
Chan Hee hanya tersenyum. “Mungkin. Tapi nggak ada salahnya kan nge-spill apa yang gue rasain? Gue cuma pengen lo tau, gue bener-bener appreciate lo”
Younghoon mulai merasa ada yang aneh, tapi ia tidak ingin langsung bereaksi. Ia mencoba bergeser sedikit, memberi jarak yang lebih nyaman. “Gue juga appreciate lo, Chan. Tapi santai aja, kita lagi liburan, nggak usah terlalu serius”
Chan Hee tertawa, tapi matanya tetap menatap Younghoon dengan cara yang membuatnya agak gugup. “Gue santai kok. Tapi kadang, lo perlu denger hal kayak gini biar lo tau betapa spesialnya lo”
Younghoon menghela napas pendek, mencoba tetap ramah meskipun dalam hati mulai merasa risi. “Gue ngerti maksud lo, dan gue hargain. Tapi kayaknya gue butuh lanjut baca buku ini dulu, ya”
Chan Hee mengangguk dengan senyum kecil. “Oke, oke. Gue nggak maksa. Tapi kalau lo butuh ngobrol atau sekadar ditemenin, gue selalu ada buat lo”
Younghoon mengangguk, lalu kembali ke bukunya. Namun, pikirannya terusik oleh kehangatan yang terlalu intens dari Chan Hee. Ada rasa ingin menjaga jarak, tapi ia juga tidak ingin merusak suasana. Dalam hati, ia berharap Chan Hee bisa menangkap sinyal halus itu tanpa harus dia ucapkan secara langsung.
Bersambung
Bagaimana tanggapan kalian?
■BANTU AUTHOR LIKE, FOLLOW, AND KOMENTAR YA🙏
GOMAWO CHINGU💙😉
Langit siang itu cerah. Angin pantai bertiup lembut, bikin suasana jadi lebih santai. Sebelas pemuda itu berkumpul di area belakang villa, dekat kolam renang. Mereka udah sepakat buat nggak ngundang Nikita, Echa, dan Yesha hari ini. Alasannya? Karena mereka pengen quality time sebagai genk. Setidaknya, itu yang diomongin Sangyeon.
"Guys, ini saatnya kita balik ke masa SMA!" seru Sangyeon sambil mengangkat segelas minuman dinginnya.
"Tunggu, siapa yang SMA? Kita udah lewat masa itu, bro" celetuk Eric, yang sibuk membenarkan rambutnya di pantulan kaca pintu villa.
"Udah, diam lo. Maksud gue, kita nostalgia. Kita main game kayak dulu. Truth or dare, misalnya" balas Sangyeon sambil menyengir.
"Denger kata 'truth or dare,' kenapa gue langsung curiga?" Kevin menatap Sangyeon penuh rasa waspada.
Sementara mereka ribut soal aturan main, di pojok villa, Hyunjae duduk sendirian di sofa outdoor. Dia kelihatan nggak ikut larut dalam obrolan. Matanya terpaku ke layar ponsel, di mana sebuah pesan muncul:
"Kapan kamu mau balik dan urus perusahaan, Hyunjae? Main-main terus bukan solusi"
Pesan dari ayahnya. Pesan yang selalu membuat dadanya terasa berat.
Hyunjae membaca ulang pesan itu beberapa kali, seperti mencari arti tersembunyi di balik kata-kata sederhana itu. Tapi dia tahu, nggak ada yang tersembunyi. Ayahnya hanya ingin dia kembali ke rumah, kembali ke dunia yang selama ini dia coba hindari.
"Hyunjae, lo kenapa diem aja?" suara Changmin tiba-tiba memotong lamunannya.
Hyunjae langsung menyembunyikan ponselnya dan mencoba tersenyum. "Nggak apa-apa. Gue cuma lagi menikmati udara"
Changmin mendudukkan dirinya di sebelah Hyunjae sambil membawa kamera. "Udara apa? Lo keliatan kayak orang abis baca surat penolakan cinta"
Hyunjae hanya tertawa kecil, tapi nggak menjawab.
Di sisi lain kolam, Jacob dan Sunwoo sudah mulai perang bantal air. Sunwoo yang dikenal penuh energi nggak mau kalah begitu saja. "Jacob, lo pikir lo bisa menang lawan gue? Gue raja game, bro!"
Jacob hanya tersenyum sambil menyiapkan serangan berikutnya. "Raja game, tapi kalah sama bantal air? , bro!"
Di dekat mereka, Juhaknyeon duduk santai di kursi panjang sambil menikmati jus mangga. Gayanya tetap seperti biasa, parlente dan penuh percaya diri. Dia mengamati temannya yang sibuk berisik sambil menggeleng pelan.
"Kadang gue mikir, kita ini terlalu tua buat main kayak gini" katanya setengah bicara ke diri sendiri.
"Terlalu tua? Lo ngomong kayak kakek-kakek aja" sahut Younghoon, yang duduk di sebelahnya sambil scrolling feed media sosial di ponselnya.
"Ya, tapi jujur aja, gue lebih suka suasana tenang. Main kayak gini tuh... gimana ya? Anak kecil banget" jawab Juhaknyeon sambil mengibaskan tangannya.
Di dapur terbuka, Chan Hee sibuk bikin camilan untuk semua orang. Dia menuang adonan pancake ke penggorengan sambil bersenandung kecil. Sementara itu, Sangyeon duduk di meja, mengawasi.
"Lu beneran masak sendiri? Gue pikir lu bakal nyuruh orang" komentar Sangyeon sambil melirik adonan.
"Masak tuh terapi buat gue" jawab Chan Hee santai. "Lagian, gue lebih percaya diri sama hasil masakan gue daripada makan makanan yang lo pilih"
Sangyeon tertawa kecil. "Oke, fair point."
Sementara semua orang sibuk dengan kegiatan masing-masing, Hyunjae tetap terdiam di tempatnya. Matanya sesekali melirik ponselnya yang tergeletak di meja.
"Hei, bro, lo kenapa? Dari tadi diem aja" suara Juyeon tiba-tiba muncul. Dia duduk di sofa sebelah Hyunjae, membawa dua kaleng soda.
Hyunjae menghela napas pelan. "Gue cuma lagi nggak mood buat ikutan main aja"
Juyeon menyerahkan salah satu kaleng soda ke Hyunjae, lalu menatapnya serius. "Kalau ada apa-apa, lo tau kan lo bisa cerita ke gue?"
Hyunjae hanya tersenyum tipis. "Gue tau. Tapi ini bukan sesuatu yang bisa dipecahin dengan cerita"
Juyeon nggak mendesak. Dia tahu Hyunjae bukan tipe orang yang gampang buka diri. Tapi dia tetap di sana, duduk diam di samping temannya, memberi ruang kalau Hyunjae mau bicara.
Di dekat kolam, Eric yang penuh energi mencoba menghidupkan suasana lagi. "Oke, gue punya ide! Gimana kalau kita lomba loncat dari tebing ke laut. Siapa yang takut, dia yang masak malam ini!"
Sunwoo langsung berdiri. "Tebing? Gue suka tantangan! Mana tebingnya?"
Changmin mengangkat kamera sambil tersenyum. "Oke, ini bakal jadi konten epic. Gue siap ngerekam!"
Tapi Juhaknyeon hanya melipat tangan di dada. "Gue nggak mau. Loncat dari tebing tuh bahaya. Dan gue nggak bakal masak malam ini."
"Lo takut, ya?" goda Eric dengan nada mengejek.
Juhaknyeon menatap Eric dengan tajam. "Takut? Siapa yang takut?? Gue cuma nggak mau mati muda, bro. Tantangan lo tuh terlalu diluar manusia pada umumnya!! Coba bayangin kalau tiba-tiba loe kpleset pas lagi manjat trus mati??!! Emang nyama dijual?? Enggak bro!!!"
Kevin tiba-tiba ikut campur. "Gue setuju sama Juhaknyeon. Kadang lo terlalu... apa ya? Nggak pake otak"
"Udah, udah. Jangan berantem. Kita bikin kompetisi lain aja," usul Changmin cepat-cepat sebelum suasana makin panas.
Eric manyun, Sunwoo membalikkan bibirnya seolah ngomong "HMMMM"
Matahari mulai turun, menciptakan gradasi warna oranye dan merah di langit. Hyunjae masih di tempatnya, tapi kali ini dia memegang ponselnya, membaca pesan ayahnya untuk kesekian kali.
"Hyunjae" suara Juyeon kembali memanggilnya. Kali ini nada suaranya lebih serius.
Hyunjae menoleh. "Kenapa?"
"Gue tahu lo punya masalah. Dan gue nggak bakal maksa lo cerita. Tapi lo harus ingat satu hal. Kita di sini buat santai. Jangan bawa beban itu ke sini,okey" kata Juyeon sambil menatapnya dalam-dalam.
Hyunjae terdiam. Kata-kata Juyeon seperti tamparan lembut yang membangunkan dia dari lamunannya.
"Oke. Thanks bro" jawabnya pelan.
Malam itu, meski suasana di villa penuh dengan tawa dan canda, Hyunjae tetap merasa ada jarak. Tapi dia berjanji pada dirinya sendiri, dia akan mencoba menikmati liburan ini. Karena mungkin, ini satu-satunya kesempatan dia buat benar-benar merasa bebas sebelum dia kembali ke kenyataan yang menunggu di luar sana.
Malam semakin larut. Suara ombak di kejauhan dan desiran angin pantai menjadi melodi yang menenangkan. Satu per satu penghuni villa mulai terlelap di kamar masing-masing. Tapi tidak dengan Sangyeon.
Dia duduk di sofa ruang tengah dengan layar ponselnya menyala. Wajah di layar itu adalah pacarnya yang sedang kuliah di luar negeri. Sangyeon tersenyum hangat, matanya tidak lepas dari layar.
"Sayang, Hari ini gimana kabarnya? Capek nggak?" tanya Sangyeon dengan nada lembut.
"Capek banget honey! Tugas numpuk!!! Tapi ya gitu deh, untungnya ada kamu" jawab gadis di seberang layar sambil tersenyum manis.
"Sayang, pap itu kamu dong"
"Tadi siangkan udah??" ucapnya dengan nada sedikit kesal.
"I'm h**ny. Buruan baby!!"
Percakapan itu terus berlanjut. Sangyeon bahkan berbicara dengan pacarnya layaknya hubungan suami istri. Sangyeon terbawa nikmat hingga ke ubun-ubun. Saking menikmatinya, dia menyandarkan tubuhnya ke sofa dan tidak sadar bahwa Eric, yang baru selesai bermain game, mengintip dari balik pintu dapur.
Eric menonton dan melihat sisi Sangyeon yang jarang dia lihat. Dia mendekat pelan, lalu pura-pura batuk keras.
"Eghmm" seru Eric dengan nada menggoda sambil melipat tangan di dada.
Sangyeon langsung panik, wajahnya memerah. "Eric, sialan lo! Ngapain lo di sini?"
Gadis di layar tampak terkejut. "Itu siapa baby?"
"Ah, cuma temen satu villa. Jangan peduliin dia," jawab Sangyeon cepat-cepat.
Eric tertawa kecil, jelas menikmati situasi itu. "Gue nggak nyangka ternyata Sangyeon hip......"
Sangyeon buru-buru matiin video callnya dan tabok Eric.
"Eric, sumpah, gue tabok lo!" ucap Sangyeon marah, mencoba menahan suara agar tidak membangunkan yang lain.
Kericuhan kecil itu berlanjut, tapi untungnya tidak sampai membangunkan penghuni villa lainnya.
Angin malam bertiup lembut, membawa suara debur ombak yang menenangkan. Echa berjalan sendirian di tepi pantai, menikmati kesendirian di bawah langit malam yang penuh bintang. Ia hanya ingin melarikan diri sejenak dari keramaian villa. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara dari belakang.
"Echa?"
Echa menoleh. Ia melihat sosok Younghoon berdiri beberapa meter darinya. Dengan hoodie yang terlihat kebesaran dan ekspresi ragu, dia tampak sedikit canggung.
"Eh, Younghoon? Kok lo di sini?" tanya Echa, suaranya terdengar datar, namun matanya sedikit menyipit, mencoba memahami maksud kedatangannya.
Younghoon tertawa kecil, gugup. "Eh... gue liat lo jalan keluar, jadi... ya, gue ikut aja. Gue nggak ganggu, kan?"
Echa menaikkan alis. "Ganggu? Nggak sih. Omong-omong malam gini lo ngapain jalan sendirian?"
Younghoon menggaruk tengkuknya, sebuah kebiasaan yang langsung muncul saat dia gugup. "Gue cuma... ya, pengen jalan juga. Sekalian... eh, kenalan lebih baik?"
Echa tertawa kecil sambil menundukkan kepala
Younghoon terlihat lega mendengar itu. Ia berjalan di samping Echa, menjaga jarak, tapi jelas-jelas tampak kikuk. Beberapa kali dia melirik Echa, tapi langsung mengalihkan pandangannya ke arah laut ketika Echa menoleh.
Mereka berjalan dalam keheningan beberapa menit sebelum Younghoon membuka suara. "Btw, lo sering jalan sendirian malam-malam gini?"
"Kadang" jawab Echa singkat. "Kenapa emang?"
"Ah, nggak apa-apa. Gue cuma penasaran aja. Maksudnya, gue nggak pernah kepikiran buat keluar malem cuma buat jalan-jalan" balas Younghoon sambil tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana.
Echa meliriknya. "Berarti lo kurang menikmati hidup"
Younghoon langsung salah tingkah. "Eh, nggak juga. Maksud gue ya beda orang, beda kebiasaan, kan?"
Echa hanya tersenyum tipis. Mereka melanjutkan langkah sampai tiba di batu besar yang menghadap ke laut. Echa duduk di atasnya tanpa berkata apa-apa, sedangkan Younghoon ragu-ragu sebelum ikut duduk di dekatnya.
"Eh... gue boleh duduk di sini, kan? Maksud gue, kalau lo nggak keberatan" tanyanya pelan.
Echa menatapnya dengan alis terangkat. "Duduk aja. Nggak usah izin segala"
Younghoon tersenyum canggung, wajahnya memerah. "Iya, iya. Maaf... gue... agak kikuk aja"
"Kikuk kenapa?"
Younghoon mengangkat bahu, menunduk sambil memainkan ujung hoodie-nya. "Nggak tahu. Mungkin karena gue baru kenal lo. Gue jarang ngobrol sama orang baru, sih"
Echa tersenyum kecil, lalu memandang ke laut. "Santai aja. Gue nggak gigit, kok"
Younghoon tertawa kecil mendengar itu, tapi dia masih tampak malu-malu. Beberapa kali dia mencoba membuka obrolan, tapi selalu gagal menemukan kata-kata yang pas.
"Eh... bintang malam ini bagus, ya" akhirnya dia berkata, mencoba mengisi keheningan.
Echa melirik ke atas, lalu mengangguk. "Iya, bagus."
Younghoon tersenyum lega, merasa setidaknya dia tidak salah bicara kali ini. "Kayaknya lo suka banget sama suasana kayak gini, ya? Tenang, nggak rame"
"Kadang gue butuh kayak gini. Apalagi kalau suasana di villa terlalu ribet" jawab Echa.
Younghoon mengangguk pelan, mencoba memahami. "Gue ngerti sih. Gue juga nggak terlalu suka keramaian"
Percakapan mereka terus mengalir pelan. Younghoon masih sering terlihat malu-malu, tapi Echa mulai merasa ada sisi manis dari kegugupannya. Di bawah langit malam yang penuh bintang, mereka berbagi obrolan kecil yang sederhana namun membuat mereka saling mengenal sedikit lebih baik.
Dan di balik semua rasa canggungnya, Younghoon tahu satu hal, dia ingin mengenal Echa lebih dekat lagi.
Bersambung
Bagaimana tanggapan kalian?
■BANTU AUTHOR LIKE, FOLLOW, AND KOMENTAR YA🙏
GOMAWO CHINGU💙😉
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!