" A..aku su..ka kamu. Kamu mau ga jadi pacar aku?" seorang remaja berusia 13 tahun membawa sebuah bunga dan berlutut di depan remaja Putri yang saat itu menatapnya malu malu.
"i..iya mau" jawab sang remaja Putri yang diketahui bernama Maria itu sambil mengambil bunga yang di berikan sang pria
Simon, remaja pria yang tadi berlutut pun perlahan berdiri, dengan gerakan ragu dia mendekat dan merangkul gadis didepannya itu. Hanya merangkul, dia tidak berani memeluk gadis itu karena sadar bahwa mereka masih di bawah umur.
Maria tersenyum seraya menyandarkan kepalanya di bahu pria itu.
Begitulah awal mula mereka jadian.
Maria yang berusia 12tahun baru saja masuk ke sebuah SMP swasta favorit di kota Bandung akhirnya resmi menerima cinta dari seorang cowo yang sagat populer di sekolah itu. Mereka kenal ketika masa MOPD dimana Simon saat itu menjadi panitianya. mereka bertukar nomor handphone dan akhirnya dekat lalu jadian.
Simon adalah cowo populer disekolah mereka, dia terkenal sebagai cowo yang kalem dan humble. Dia juga merupakan ketua OSIS angkatan mereka, tak heran Maria dengan begitu bahagia ketika sang ketos menyampaikan perasaannya.
Sebenarnya awalnya mereka hanya dekat karena Maria ingin mengikuti kegiatan OSIS namum lama kelamaan benih cinta mulai nersemi diantra dua remaja itu. Ya, remaja yang sedang pubertas memang sangat mudha jatuh cinta. Namun apakah cinta mereka di restui oleh kedua orang tua mereka?
...****************...
"Om, Tante perkenalkan saya Simon, cowo yang lagi dekat dengan Maria. " Ucap Simon.
Saat ini dia sedang berada di rumah Maria ngapel ceritanya. Dia memberanikan diri datang ke rumah Maria karena mereka ketahuan Video call an oleh Ayah Maria. Dan ayahnya meminta dia untuk datang ke rumah mereka.
"ayo masuk nak, " ucap ibu Maria, Sofia.
Simon pun masuk dan melihat lihat rumah mewah itu. rumah bergaya klasik eropa itu memang sangat besar da hangat. Didinding sampingnya ada foto keluar berukuran besar yang berisi Maria dan kedua orang tuanya. Ya, Maria memang anak tunggal. Satu satunya anak perempuan keluarga Hadinata. Sebuah keluarga yang terkenal di kota Bandung ini. Mereka pemilik perusahaan Jasa Raharja yang terkenal di kota itu. Jadi tidak heran jika ayahnya sangat protektif kepada anak gadis satu satunya itu.
"jadi, kamu anaknya Ron?" tanya seorang pria berusia 40tahunan ayah Maria, Brian.
"i..ya om" jawab Simon gugup. Ia seperti sedang di sidang saat ini
"kamu, sejak kapan dekat dengan anak saya?"
"sejak MOPD om," Simon kembali menunduk.
"Kalian pacaran?"
"iy... Engga om, sebelum om izinin kami" Simon masih terbata berucap. Ia dan Maria memang resmi pacaran seminggu lalu, namun orang tua mereka masih belum memberi lampu hijau pada mereka.
"mm..maksud kedatangan saya kesini adalah untuk meminta izin dari om dan tante, sa.. Saya menyukai Maria, dan saya ingin kami mempunyai status yang jelas, bukan hanya teman tapi p..pacar.." Walaupun dengan terbata akhirnya Simon dapat menjelaskan maksud dan tujuannya datang kemari.
Brian bedehem..
Sedikit takjub dengan keberanian anak ini. Padahal usianya baru 13tahun. Baru kelas 8 SMP tapi sudah berani mendatangi keluarga gadis dan memintanya merestui hubungan mereka.
"Sa.. Saya janji om, Saya Akan menjaga Maria dengan baik. Saya juga tidak akan menyakiti nya... Sa..." ucapan Simon terpotong oleh Brian
" Kalian masih SMP tugas kalian adalah belajar dan berprestasi. Bukan malah pacar pacaran. "
"i..yaa saya tau om. Tapi, setiap malam saya selalu memikirkan Maria, di sekolah jika Maria dekat dengan lelaki lain saya ga suka, sa.. Saya juga ga bisa liat Maria sedih om. Kata Papa saya, saya boleh pacaran asal Om dan tante merestui kami om. "
Brian memijat keningnya, sedikit pusing dengan perkataan anak 13tahun ini. lalu, dia mengambil Handphone nya dan menghubungi temannya.
"maksudmu apa menyuruh anakmu melamar anakku secepat ini?" ia berkata setelah dering telpon itu diangkat.
"..........."
"kemarilah dan jelaskan semuanya sekarang."
"tunggu sampai kedua orang tua mu kemari" ucap Brian lalu pergi dari kursinya. ia perlu udara segar untuk menenangkan hatinya.
Ayah mana yang tak kaget jika tiba tiba gadis kecilnya ada yang melamar? Oh tidak bukan melamar dalam artian esok akan menikah, namun dilmar menjadi pacar bocah berusia 13tahun? oh ayolah Maria bahkan baru saja mendapatkan menstruasinya sebulan lalu, dia bahkan masih suka disuapi kalo makan dan baginya, Maria tetaplah gadis kecilnya.
"Pah, Ron dan Istrinya sudah datang" Sofia mengelus bahu suaminya lembut. Memberi tau bahwa orang tua Simon telah tiba.
Mereka memang berteman, satu tongkrongan waktu kuliah di luar negeri dulu, jadi tidak heran jika Brian tau siapa itu Simon. Ron juga sering bercanda untuk menjadikan Maria menantunya jika bertemu nanti. dan sekarang, tiba tiba anaknya Ron datang untuk meminta izin berpacaran? Brian kembali menggelengkan kepalanya, entah ini beneran rencana Ron atau memang rencana Tuhan.
"aku juga tidak menyangka Dia benar benar akan datang padamu dan meminta anak mu menjadi pacarnya." Ron meneguk teh yang disediakan Sofia, sedangkan Lia menenangkan anak lelakinya dengan menggenggam tangan Simon yang sedari tadi menunduk.
Simon gugup, sangat gugup. Apalagi ini pertama kalinya dia jatuh cinta dan dia bingung bagaimana cara mengungkapnya. Dia sudah bercerita pada ayahnya bahwa dia menyukai seorang adik kelas di sekolahnya yang bernama Maria. Lalu ayahnya memintanya untuk mengungkapkan perasaannya kepada gadis itu dan setelah dia mengungkapkannya dan gadis itu menerimanya, ia malah di suruh meminta izin kepada orang tua gadis itu. Lalu sekarang ketika ia benar benar meminta izin kenapa ayahnya seperti ini.
"Sudahlah yan, izinkan saja mereka, toh anakmu juga menyukai anak ku. Mereka saling menyukai bukan?" Ron mencoba meyakinkan Brian
"aku tau, anak ku sudah menceritakan nya padaku, anakmu juga baik hanya saja aku takut mereka akan tidka fokus belajar dan malah fokus pacaran. Lalu bagaimana dengan akademiknya? Apalgi aku ingin anakku berprestasi seperti ibu nya dulu. "
"Simon, Bisakah Papa minta komitmen mu dalam hal ini?" Ron balik menatap anaknya.
"angkat kepalamu, jangan rendahkan harga dirimu. Tunjukan bahwa kau layak untuk menjaga putri satu satunya mereka." imbuh nya
Simon langsung menegakkan badannya dan mengangkat kepalanya penuh percaya diri.
ia lalu menjawab " Iya om, saya janji akan selalu menjaga Maria, dan akan tetap fokus belajar walaupun kami berpacaran. didepan mama, papa, om dan tante saya janji dan kalian bisa memegang janji saya." dengan penuh keyakinan dan ketegasan Simon menatap satu persatu orang yang ada disana.
Brian kagum dengan kelugasan Simon dalam mengatakan hal itu, tidak sebenarnya dari awal ia melihat anak ini dia memang sudah kagum, tentu saja karena keberanian dia mengungkapkan tujuan dia kemari. Iya, tadi dia memang sempat kaget dna bingung bagaimana dia harus bersikap karena ya, ini pertama kalinya ia harus menghadapi 'lamaran' mendadak untuk putri kecilnya.
Ah ternyata Putri ku sudah besar, batinnya.
"baiklah Om izinkan, tapi Ron, aku ingin kau memberikan pendidikan sex kepada anakmu, aa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak remaja seusia mereka. Aku tidak mau kalau sampai terjadi hal yang tidak diinginkan terjadi. Kau urus anakmu, dan aku urus anakku. Dengan begitu kita bisa sama sama menjaga anak kita. Kau mengerti kan maksud ku?" ungkap Brian akhirnya.
Simon menghembuskan nafas lega. Akhirnya ia bisa berpacaran dengan Maria tanpa sembunyi-sembunyi.
Selama seminggu ini dia tidak tenang ketika ingin bertemu maupun mengobrol dengan Maria, karena orang tua Maria tidak tau tentang hubungan mereka. Kini ia bisa dengan leluasa mengajak Maria jalan seperti pasangan pasangan lainnya.
"baiklah, aku mengerti tentu saja aku juga tidak mau sampai terjadi hal buruk Untuk anak anak kita. Kita akan sama sama menjaga mereka."
...****************...
"jadi semalam ka Simon ke rumah lo dan minta izin buat pacaran sama lo?" Prita kaget setelah mendengar curhatan sahabatnya Maria.
" iya. . Terus dia juga bawa orang tuanya, akhirnya papa ku setuju dia pacaran sama aku " jawab Maria polos.
Didepan pintu kelas, ada sosok pria yang mereka bicarakan itu. Sambil membawa dua buah minuman dingin ditangannya ia menghampiri kekasih hatinya yang sedang asyik curhat dengan sahabatnya.
"hai Mar.. Aku bawain kamu minuman, kamu udh makan?" sapa Simon sambil memberikan salah satu minuman itu pada Maria.
Tentu saja Aria menerimanya dengan senang hati. Walaupun masih malu malu karena setiap bertemu Simon jantungnya selalu berdebar debar, ia tetap mencoba tersenyum manis.
"thank ka, aku udah makan ko. Kaka sendiri? "
"aku juga udah makan, kata om Yan nanti siang kamu ada jadwal les Matematika, mau ku antar?"
"eeh papa bilang gitu? "
Simon mengangguk.
" Iya, mulai hari ini aku boleh mengantar jemput kamu, masih pakai supir sih."
"emang kamu ga ada jadwal latihan atau kumpulan osis?"
"engga, hari ini free kok"
"oh baiklah, setelah les aku harus membeli beberapa buku kamu bisa antar juga kan ka?"
...****************...
Tak terasa hubungan mereka sudah hampir 1 tahun. Dimana saat ini Simon sudah mulai mempersiapkan untuk ujian akhir sekolah karena dia sudah kelas 9.
Hubungan mereka berjalan seperti remaja pubertas pada umumnya, namun dengan batasan batasan batasan dari orang tua mereka tentunya.
Simon selalu diajarkan untuk tidak melakukan kontak fisik berlebihan kepada Maria oleh ayahnya. Sedangkan Maria selalu diajarkan ibunya untuk selalu menjada pakaiannya agar sopan dna tidak mengundang perhatian lawan jenis.
Selain itu, Ron, ayah Simon juga mendatangkan guru ngaji kepada Simon tentunya untuk lebih memberikan batasan agama dalam pergaulan mereka.
Walaupun mereka adalah konglomerat, namun mereka selalu mengutamakan agama dalam segala aspek kehidupan.
Dan dengan batasan batasan itu, sejauh ini gaya Pacaran Simon dan Maria hanya sebatas pergi les bareng, jalan jalan dan tentunya piknik keluarga bersama.
Sedikit pun tidak pernah terbesit hal lain dari sisi mereka walaupun terkadang, teman teman mereka selalu iseng bertanya "lu udh cium dia belum?" atau "kalian udh ngapain aja?".
Yang hanya dijawab dengan gelengan kepala oleh Simon. Awalnya ia risih. namun lama kelamaan itu adalah hal yang biasa baginya.
"kak!! Gimana hasi Try Out nya?" Maria menghampiri Simon dan bertanya. Ditangannya ada sebuah Ipad yang belakangan selalu ia bawa kemana mana karena berisi latihan soal olimpiade matematika tingkat Nasional. Ya, sesuai dengan arahan dari sang ayah, Maria sekarang menggeluti dunia OSN. Taun lalu ia berhasil mendapatkan mendali emas OSN SMP bidang Matematika dan taun ini dia berkesempatan untuk mengikuti OSN SMA.
"Alhamdulillah memuaskan dong," jawab Simon seraya mengusap kepala Maria lembut. Sejauh ini hanya itu yang dia lakukan. Merangkul, bahkan memelukpun dia tidak berani. Karena jika sampai ketahuan ayahnya sudah pasti ia akan mendapatkan hukuman.
Selama ini yang selalu keras mewanti wanti Simon adalah ayahnya, bukan ayah Maria. dan Simon selalu segan dengan ayahnya itu sehingga ia tidak berani mengecewakannya.
"Syukurlah, aku senang mendengarnya. Gimana dengan persiapan daftar SMA kamu? Apakah kamu dapat kuota?" Maria kembali bertanya.
"Papa bilang biar dia yang urus, jadi santai saja."
sekolah SMA yang akan Simon masuki adalah sekolah islam terpadu yang paling terkenal di Bandung. Untuk masuk kesana saja ada kuota dan tentunya tidak bisa sembarang anak, minimal sudah fasih baca Al-Qur'an . Jumlah siswa yang diterima pun dibatasi hanya 200 orang perangkatannya.
dan karena hal itu pula Maria takut, takut jika suatu saat Simon bisa saja memutuskannua karena dia mendapatkan wanita lain di sekolah itu. Apalagi jika dilihat mungkin saja agama mereka lebih bagus daripada Maria.
"ka, kamu ga akan mutusin aku kan?"
Simon tertawa kecil.
"kamu ngomong apa sih? Ya ga mungkin lah aku mutusin kamu. Aku kan sayang sama kamu"
"yaa kali aja di SMA nanti kamu ketemu cewe lain yang lebih dari aku." Maria murung. Ia benar Benar takut berpisah dari Simon.
"kamu, bisa ga usah SMA aja ga sih? huhu.. "kini air matanya menetes. Simon panik, pasalnya selama 1 tahun ini Maria belum pernah menangis karena dirinya.
Ya dia sering sih melihat Maria menangis, tapi paling karena cape latihan soal, atau karena dimarahi papa nya. Tapi kali ini Maria nangisin dia?
Aduh gimana ini?
Simon panik sendiri
"eehh Mar jangan nangis dongg.. Aku kan masih disini. SMA nya masih 3 bulan lagi kok. " Simon nerusaha menenangkan Maria. Ia memberikan tisu untuk menghapus air mata Maria.
Tidak berani untuk langsung menghapuskan air mata itu.
Maria menghapus air matanya da mencoba tersenyum.
" a.. Akuu cuma ga kebayang aja nanti les ga ada yang nemenin, ga ada kamu juga yang semangati aku kalo mau tanding. Terus nanti kamu ketemu cewe lain disana gimana hiks.."
"engga kok. Aku janji. Cewe yang bakal aku liat cuma kamu. Oke. Apa perlu aku janji ke papa kamu lagi?" Kembali Simon mengusap rambut Maria dengan lembut.
"udah yaa . Yuk aku anterin kamu les. Udah telat lohh.."
...****************...
Hari OSN pun tiba, Maria yanb sudah berlatih selama berbulan bulan untuk olimpiade ini akhirnya selesai mengerjakan soal.
Sampai akhirnya pengumuman hasil keluar dan Maria dinyatakan mendapatkan mendali Perak. ya, walaupun perak tapi Maria bari kelas 8 SMP dan ia mengikuti OSN tingkat SMA itu sudah sagat berprestasi.
"selamat sayang kamu hebat!!" Sofia meraih anaknya dan memeluknya erat.
"papa mana ma?" Maria melepas pelukannya dan mencari ayahnya.
"Papa ada meeting mendadak sayang, tapi ada seseorang spesial yang datang kok" ibunya mengerling kearah belakang. Dan di belakang ada Simon yang daang dengan sebuah bucket bunga yang harum.
"Ka Mon!!" Maria menghampiri Simon sambil mengacungkan mendali yang ada di lehernya, menunjukkan bahwa ia sudha berhasil memenangkan pertandingan itu.
Simon tersenyum seraya memberikan bucket bunga itu. Maria menerkmanyadengan bahagia
"selamat ya, kamu hebat!!" kemabali, hanya mengusap rambut Maria dengan lembut saja yang bisa dia lakukan.
"Makasi kak, ink semua berkat support dari kaka. Makasi ya selalu nemenin aku latihan soal"
"urwell, so aku baru buka tabungan aku, jadi hari ini aku mau traktir kamu, dan mama kamu buat makan".
Simon memang selalu menabung, hal itu karena ayahnya tak pernah memberikan ia uang untuk sekedar mentraktir Maria. Jadi, ia hanya punya jatah sebulan sekali ajak Maria jalan jalan. Tentunya dari hasil tabungan uang jajan nya selama sebulan.
Begitupun dengan Maria. Terkadang ia suka membelikan Simon beberapa barang seperti raket, sepatu ataupun buku menggunakan uang tabungan nya. Namun berbeda dengan Simon, Maria masih diberikan uang oleh ayahnya jika ia ingin membelikan sesuatu untuk Simon.
...****************...
Hari ini adalah hari perpisahan Simon. Maria murung sejak tadi pagi. Ia seperti tak rela harus berpisah dengan sang kekasih.
Namun ayahnya selalu menenangkan Maria. Ya, dalam hal ini ayahnya harus turun tangan karena jika dibiarkan, ia takut Maria akan memeluk Simon. Brian paling takut jika hal itu terjadi, baginya jika sekali saja terjadi kontak fisik antara keduanya, maka itu akan menjadi gerbang menuju kontak fisik yang lainnya.
"its okay sayang, kalian masih bisa bertemu seminggu sekali kok"
"iya pa Maria ngerti ko" jawab Maria badmood.
Ia badmood karena jika ada ayahnya, ia tak leluasa berbicara dengan Simon. Bukan karena malu, namun terkadang Ayahnya lebih senang mengobrol dengan Simon daripada dirinya. Sehingga dia merasa diabaikan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!