NovelToon NovelToon

Sang Pemuas

Bab 1

Dentuman musik yang memekakkan telinga tidak mampu mengusik wanita yang kini tengah terlelap dalam tidurnya setelah ia selesai melayani pangeran berkuda besi yang selama ini selalu datang untuk menikmati keindahan tubuhnya.

Dia adalah Gadis bernama Azura yang selama ini menjadi penghuni kamar hotel di setiap malamnya.

Gadis yang kuliah di jurusan Design tersebut memiliki mimpi yang tinggi dan untuk mewujudkan mimpi-mimpinya itu dia harus rela mengorbankan tubuh moleknya yang setiap tiga kali dalam seminggu harus melayani pangeran yang datang dengan membawa kuda besi dan kertas yang bertuliskan nominal yang fantastis itu.

Azura gadis berusia 20 tahun yang hidup sebatang kara setelah kedua orang tuanya meninggal dunia tersebut harus bergulat dengan kerasnya hidup yang membelenggu dirinya.

Jika dulu sang mama selalu membacakan dongeng sebelum tidur untuk nya yang mengisahkan pangeran berkuda putih yang akan mengubah kehidupan putri yang malang, maka di kehidupan nyatanya ada pangeran berkuda besi yang datang hanya untuk mencicipi apa yang ada pada putrinya untuk melunasi hutang yang ditinggalkan dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Azura hanya bisa pasrah dengan takdir yang membawanya nya saat ini.

Sejauh ini sudah tiga pria yang telah benar-benar menjadikan dirinya sebagai wanita malam, selebihnya hanya menghabiskan waktu dengan minum-minum saja.

Namun Azura mengagumi seseorang yang selama ini selalu bersikap dingin padanya dan tampak acuh meskipun dia sering meminta Azura untuk menemani dirinya sekedar untuk minum saja.

Dia adalah Diego Alexander pria berusia 35 tahun dengan ketampanan yang sungguh sempurna meskipun para pangeran yang datang pun banyak yang berwajah tampan karena Azura satu-satunya wanita malam yang selalu memiliki kebebasan untuk memilih dengan siapa dia akan berkencan dan selalu mengutamakan kesehatan dan keselamatan seperti yang selama ini ia lakukan.

Azura yang baru saja selesai melunasi hutang keluarga yang mencapai miliaran rupiah dari hasil kerja keras dirinya, mulai dari yang halal maupun dari yang haram.

Tadi malam dia dan tuan Diego baru saja melakukan one night stand di hotel yang ada yang yang menyatu dengan club malam tersebut.

Dia bangun dengan tubuh lemas dan bahkan tidak bisa melangkahkan kakinya setelah dia digempur habis-habisan oleh pria gagah perkasa dengan pahatan tubuh maha sempurna itu.

Azura, biasa dia dipanggil di club malam tersebut bernama lengkap Ayudia Zunaera . berusia 20 tahun mahasiswa jurusan design anak dari pasangan nyonya Adila dan tuan Wijaya.

Seorang pengusaha sukses dimasanya namun mendadak mengalami kejatuhan akibat persaingan bisnis dan akhirnya keduanya melakukan bundir karena sudah tidak kuat dengan tekanan hidup yang mereka alami.

Azura adalah gadis berparas cantik dengan tubuh yang sempurna, meskipun hidupnya kini tidak sesempurna itu.

Gadis cantik yang kini hanya bisa menangis meratapi nasibnya di bawah guyuran air shower itu bukan tidak memiliki pria yang ia cintai, tapi dia tidak ingin menyakiti hati kekasih nya dengan pekerjaan yang ia geluti saat ini dia memutuskan pria itu secara sepihak.

Namanya Delon Alexander yang kuliah di satu kampus yang sama dengan Azura, tapi beda jurusan karena Delon adalah salah satu pewaris perusahan milik kedua orang tuanya.

Kampus bergengsi itu adalah tempat dimana para calon pewaris dan calon orang sukses dilahirkan dan Azura kuliah disana karena dulu kedua orang tuanya masih memiliki segalanya tapi setelah dua tahun kuliah di sana masalah keuangan keluarganya langsung turun drastis dan Azura tidak pernah tau akan hal itu.

Karena putri tuan Wijaya tidak pernah diperkenalkan dengan yang namanya kekurangan apapun, hingga saat kedua orang tuanya tiada barulah hidupnya benar-benar jungkir balik.

Gadis cantik itu baru bisa bangkit setelah air dingin itu memberikan kesejukan pada dirinya.

Azura yang baru saja bersih-bersih dia melangkah menuju sofa dimana sebuah handbag berada.

Itu adalah pakaian ganti yang disediakan oleh Diego Alexander setelah dirinya pergi lebih dulu dari tempat tersebut.

Azura keluar dari club malam tersebut di siang hari dengan sebuah cek di tangannya.

Jika dulu dia akan sangat bahagia dan langsung menukarkan angka-angka itu dengan angka yang sesungguhnya, tapi saat ini dia berniat untuk mengembalikan benda itu pada pemiliknya karena nominal nya tidak sedikit dan sungguh tidak masuk akal dari tarif yang ia berikan selama ini.

Bukannya munafik karena biar bagaimanapun pekerjaan yang ia jalani bukanlah pekerjaan halal, tapi dia masih memiliki hati nurani meskipun tidak pernah dianggap memiliki itu oleh orang-orang di sekitarnya tapi dia takut dengan yang namanya hukum alam.

Azura sudah berusaha untuk menghubungi pria itu berulang kali, tapi kontrak yang ia tuju sama sekali tidak merespon panggilan nya.

Azura pun hanya bisa menghela nafas dan bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut karena harus bersiap untuk kuliah pada pukul 15:30 hingga selesai.

Gadis itu tidak bisa mengambil kelas pagi karena dia akan pulang terlambat dari pekerjaan nya itu.

Mobil Alphard yang ia kemudikan itu melaju hingga parkiran kampus setelah dia pulang terlebih dahulu untuk menyempurnakan penampilan sekaligus untuk mengambil tas kuliah nya.

Sore ini Azura disambut oleh sahabat terbaiknya Amalia yang juga kuliah satu jurusan dengan dirinya.

Amalia sengaja masuk sore karena dia ingin bertemu dan hangout bareng dengan Azura yang kerap kali mentraktir dirinya setiap kali dia tau bahwa Azura baru dapat uang dari pekerjaan nya itu.

Jangan bilang bahwa dia pura-pura tidak tahu tentang pekerjaan yang dilakoni oleh Azura, gadis itu tentu saja tau karena wanita yang pertama kali mengenalkan Azura pada dunia malam adalah ibu dari Amalia yang merupakan seorang pekerja sek komersil.

Bedanya hanya dikelas mana para wanita itu bekerja meskipun sama-sama hina.

"Ayudia."panggil Amalia yang kini melambaikan tangannya ke arah Azura yang baru saja memarkirkan mobilnya itu.

"Hi...Amal."ucap Azura sambil tersenyum manis.

"Ah gak asik nih, gua bukan kotak amal."ucap Amalia yang mencebikkan bibirnya itu.

"Hehe... sorry Amalia ku yang cantik ayo masuk pasti sebentar lagi dimulai."ucap Ayudia.

Ya, Ayudia adalah panggilan normal harian Azura di kehidupan terangnya.

Gadis cantik yang kini menggunakan kacamata hitam kontras dengan dress selutut yang ia kenakan saat ini.

Gadis itu menutupi area matanya karena tidak ingin ada orang yang melihat kelemahannya selama ini, tidak peduli terhadap dirinya diejek sebagai gadis buta karena sering menggunakan kaca mata hitam itu.

Dia pun menggunakan kacamata itu hingga selesai kuliah, dan Amalia tau alasan dibalik semua itu. Hingga gadis itu berulang kali meminta Azura untuk menggunakan make-up yang tidak pernah diperkenalkan pada wajah cantik nya itu selain bedak tabur dan juga lipstik.

...🧸🧸🧸🧸🧸...

Tiga minggu telah berlalu Azura kini sedang tidak mood untuk bekerja karena kondisi hatinya sedang tidak baik-baik saja saat dia melihat pria yang telah memberikan check dalam jumlah banyak itu ternyata telah memiliki anak dan istri.

Mungkin jika itu adalah pria lainnya Azura tidak akan pernah peduli, tapi tidak untuk pria yang kemarin terlihat tersenyum bahagia bersama dengan keluarganya itu.

Ada rasa bersalah yang teramat sangat di hati Azura, apalagi mengingat wanita itu adalah salah satu dosen pengajar di kelasnya dan wanita itu adalah wanita yang sangat baik di antara dosen pengajar lainnya.

Azura kini tengah duduk di depan meja bar dimana bartender itu tengah menyajikan berbagai jenis minuman di hadapan beberapa orang yang ada di sana.

Salah satunya adalah Azura, wanita itu sedang menikmati minuman keras miliknya untuk menghilangkan semua kegundahan yang ada pada pikirannya saat ini.

Sampai saat seseorang datang lalu berbisik di kupingnya, Azura pun menoleh dengan malasnya pada orang yang telah menitipkan pesan padanya.

Ekspresi wajah Azura tidak seperti biasanya, dia memang datang menghampiri pria yang kini sedang menunggu dirinya untuk mengikuti nya ke ruang VVIP club malam tersebut.

Azura pun meraih tas miliknya kemudian pergi mengikuti langkah pria yang kini berjalan di depan nya.

"Apa kau sudah tidak punya tenaga untuk berjalan?"ucapnya setibanya di ruang VVIP tersebut.

"Maafkan tuan saya sedang tidak bersemangat oh iya saya sudah lama ingin mengembalikan ini tapi anda tidak pernah merespon panggilan saya."ucap Azura yang kini menyodorkan kertas persegi panjang tersebut pada pemiliknya langsung.

"Apa maksudnya?"ucap pria yang hanya menatap kearah tangan Azura.

"Ini terlalu banyak, dan saya tidak bisa menerima itu."ucap Azura.

"Heh... aku tidak pernah mengambil apa yang sudah kuberikan pada orang lain jadi jika tidak suka kau bisa membuangnya."ucap pria tampan yang penuh dengan ketegasan itu.

"Baiklah tuan, anggap saja saya telah membuangnya permisi."ucap Azura yang hendak berbalik pergi tapi seketika itu tubuhnya terpelanting ke belakang dan tubuh ramping gadis cantik itu terduduk di atas pangkuan pria tampan yang kini tengah menatap dirinya dengan tatapan tajam.

"Siapa yang meminta mu pergi."ucapnya.

"Tapi saya sudah bilang saya sedang tidak mood."ucap Azura yang kemudian bangkit tapi lagi-lagi tubuh itu jatuh di tempat yang sama.

"Aku tidak suka penolakan."ucapnya tegas.

"Saya Azura berhak untuk menolak siapapun yang tidak ingin lagi saya temui."ucap Azura tegas.

Pria itu masih menatap tajam kearah Azura yang kini terlihat memalingkan wajahnya.

"Apa yang kau inginkan rumah bertingkat mobil perusahan atau pulau pribadi, pilih salah satunya."ucap Diego Alexander yang terlanjur kaya.

Namun gadis itu menggeleng lalu berkata."Saya tidak menginginkan semua itu karena semua itu tidak mungkin aku miliki."ucap Azura.

"Aku tidak suka mengulang perkataan ku, kau tetap harus memilih salah satunya."ucap Diego tegas.

"Saya hanya ingin hidup normal seperti dulu."ucap Azura yang kini membuat pria itu terdiam.

"Berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk menebus dirimu dari orang lain."ucap Diego.

"Saya bekerja atas keinginan saya, dan tidak ada istilah seperti itu saya bisa berhenti kapanpun saya mau tapi saya tidak bisa mengembalikan hidup saya seperti yang dulu dimana gadis baik-baik hidup di tengah-tengah keluarganya."ucap Azura yang membuat pria itu melirik ke arah lain.

"Persiapkan dirimu mulai besok kau akan menjadi wanita ku."ucap Diego tegas.

"Tidak karena dengan begitu posisi hidup ku masih si tempat yang sama."ucap Azura yang kini bangkit dari duduknya.

"Mau kemana?"tanya nya.

"Kemana saja kali ini melangkah yang jelas tidak untuk melangkah ke rumah tangga orang lain."ucap Azura.

Pria itu langsung membuang puntung rokok nya dan menginjak nya lalu bergegas mengejar wanita yang sudah membuat dia tidak bisa berpaling dari wanita itu.

Azura terus melangkah meninggalkan club tersebut lewat pintu belakang dan pria itu tidak tau kemana perginya Azura.

Hingga saat malam berlalu pria itu tidak lagi menemukan wanita yang ia cari sampai akhirnya dia meminta orang-orang suruhannya untuk mencari Azura.

Sementara Azura yang kini sudah berada di bandara dengan tujuan luar kota untuk memulai hidup baru pun terlihat sangat waspada karena bukan tidak mungkin orang-orang yang semalam datang ke tempat kost nya mengikuti dirinya lagi.

Azura yang pergi dengan beberapa koper di tangannya itu pun seolah seperti seorang tahanan yang kabur dari penjara.

Sampai akhirnya ia benar-benar pergi dan menghilang untuk selamanya dari kota tersebut.

Amalia sudah berulang kali mencari tahu keberadaan sahabatnya itu, pasalnya tidak lama setelah kepergian Azura dia dikejutkan dengan sebuah kiriman paket yang ditujukan padanya dengan isi paket yang merupakan sebuah buku tabungan dengan surat kuasa yang ada di dalamnya.

Dan dengan itu Azura meminta Amalia untuk menyumbangkan semua itu pada orang yang membutuhkan terserah Amalia mau disumbangkan kemana yang jelas Azura sudah menyerahkan harta yang ia dapatkan itu.

Sampai saat seseorang datang menghampiri Amalia dan meraih semua itu dari tangannya, dia adalah wanita yang telah melahirkannya dan yang telah mengenalkan Azura ke dunia gelap tersebut.

"Aku yang lebih membutuhkan uang itu jadi sekarang juga kau kuras seluruh isi tabungan nya lalu berikan padaku."ucap wanita itu.

"Tidak mam, ini amanah aku tidak ingin membuat tuhan murka, cukup dengan dosa-dosa yang telah Mama buat dan uang ini pun hasil dari hal yang tidak baik aku harus menyumbangkan semua itu pada orang yang benar-benar membutuhkan."ucap Amalia.

"Jangan bodoh Amalia, kau pikir cari uang itu gampang apalagi saat ini Mama sudah sepi job, dari mana kau harus bayar kuliah dan makan sehari-hari jadi berikan padaku setelah kau mengambil semuanya."ucap nya tidak mau mengalah.

Sementara itu pemilik uang yang sesungguhnya kini sudah berada di sebuah rumah yang cukup sederhana rumah peninggalan kakek dan nenek dari pihak ibunya.

Ayudia pun diterima dengan baik di sana karena tidak ada satupun yang mengenal dia kecuali saudara jauhnya yang tidak tau apa pekerjaan Azura sebelumnya.

Wanita itu tidak membawa barang berharga lainnya kecuali cek yang waktu itu sempat ia berikan pada pemberinya.

Azura masih berfikir positif.

Bab 2

Azura yang baru selesai membersihkan rumah dan dirinya pun langsung merebahkan diri karena merasa sudah tidak memiliki pekerjaan lain.

Saat ini otaknya menerawang memikirkan tentang masa depan yang akan datang, dia masih kuliah di kampus yang sama bahkan biaya kuliah subuh ia lunasi hingga kelulusannya nanti, tapi saat ini dia sedang mengambil cuti kuliah karena sedang ingin menenangkan diri dari segala pikiran yang menyiksa batinnya.

Azura pun sudah memutuskan untuk membeli sebuah rumah meskipun sederhana dan mobil kesayangan keluarga nya sudah di titipkan di rumah tersebut yang akan menjadi tempat tujuan terakhir Azura nanti untuk melanjutkan masa depan nya.

"Neng sayur!"teriak tukang sayur yang ada di depan halaman rumah tersebut yang kini diserbu oleh ibu-ibu.

Azura baru tersadar bahwa ia belum mengisi perutnya hingga saat ini karena hanya segelas kopi yang sempat mendarat di perut rata nya itu.

Jangan tanyakan tubuh Azura yang molek dan memiliki otot yang sangat sexy, semua itu dia dapatkan karena rajinnya berolahraga.

Dia memang ramping, tapi tubuhnya itu memiliki otot bukan hanya tulang berbungkus daging, dan bentuk tubuh ideal itu yang selama ini menjadi incaran para pria tampan yang menjadikan dirinya sebagai pemuas nafsu nya.

Tiga orang pengusaha tampan, dari yang mulai dengan usia 27 tahun, 30 , dan 35.

Pria tampan itu bahkan telah mampu membuat seorang Azura memiliki kehidupan yang layak dan mampu melunasi hutang lima milyar tersebut.

Namun Azura tidak pernah merasa bahagia dengan itu meskipun selalu ada senyum dan tawa di bibirnya.

"Bang sayur nya masih ada."ucap Azura.

"Banyak neng gelis, mau apa tersedia."ucap si mamang sayur yang usianya tidak jauh dari Azura tersebut.

Azura yang baru disana menjadi pusat perhatian ibu-ibu yang kini mulai berbisik-bisik mungkin karena cara berpakaian Azura yang hanya menggunakan tanktop dan hotpants yang sudah pasti bisa memperlihatkan keindahan tubuh moleknya itu.

"warga baru ya neng?"ucap mang sayur.

"Hmm... saya baru datang kemarin sore."jawab Azura.

"Pantas baru lihat, sini saya bantu mau beli apa saja?"ujar pria muda itu.

"Ayam dua kilo bang, sayuran nya yang lengkap dan ini seafood nya saya borong semua ya, maaf ibu-ibu saya belum tahu dimana letak pasar jadi belum sempat isi kulkas."ucap Azura yang merasa tidak enak pada ibu-ibu tersebut.

"Tidak apa neng borong saja ibu-ibu juga belanjanya hanya sedikit kok."ucap salah satu ibu-ibu yang merupakan ketua RT disana.

"Bang sudah lengkap bukan, tapi saya tidak ada uang kes, boleh minta nomor rekening bank Abang."ucap Azura yang kini membuka ponselnya.

"Ah tenang saja neng ini ada mesin ATM kok."ucap pria yang kini memberikan mesin ATM mini itu.

"Oh baiklah kalau begitu tunggu disini sekalian saya juga butuh uang kes."ucap Azura yang memasuki rumah nya dan mengambil dompet miliknya.

Ibu-ibu itu sungguh terkejut saat melihat isi dompet tersebut dengan kartu-kartu ATM yang kini terlihat sangat mengkilat.

Ini bang total kan semuanya setelah itu saya juga ingin sekalian ngambil uang."ucap Azura.

"Tapi non uang nya terbatas tidak bisa mengambil banyak."ucap tukang sayur tersebut.

"Tidak apa bang haya tiga puluh juta saja."ucap Azura yang membuat semua orang terkaget-kaget.

"Tiga puluh juta, yang benar saja neng saya tidak bawa uang sebanyak itu, tapi kalau hanya sepuluh juta ada."ucap kang sayur.

"Baiklah yang ada saja bang."ucap Azura yang kemudian memijit angka-angka yang ada di sana.

Jangan bilang Azura tidak memiliki uang halal, karena berangkas kedua orang tuanya menyimpan itu dalam bentuk kartu-kartu yang kini dia bawa, meskipun jumlahnya tidak mencapai miliaran seperti hutang yang mereka tinggalkan tapi cukup untuk bekal Azura hidup sebelum dia mendapatkan pekerjaan sampai lulus kuliah nanti.

Uang itu baru Azura gunakan saat ini, karena ingin menghemat nya.

Azura pun membayar sayur yang hanya satu juta dua ratus saja, selebihnya dia masukkan kedalam dompet.

"Sudah ya bang, sekarang boleh minta tolong angkut ke teras."ucap Azura sambil tersenyum manis.

"Boleh tentu saja boleh neng."ucap pria itu.

Azura pun langsung berlalu dengan dompet dan handphone nya itu.

Sementara itu di dekat gerobak sayur semua orang sudah berbisik-bisik menggosipkan gadis yang merupakan cucu dari almarhum tetangga nya itu.

"Sepertinya dia bukan gadis biasa lihat cara dia berpakaian."ucap salah satu ibu-ibu .

"Mungkin saja dia punya banyak kartu ATM."ucap salah satunya lagi.

"Jangan gosip, kalian tidak tahu Ayudia adalah anak pak Wijaya bukan. Dulu beliau selalu menyumbangkan hartanya pada orang tua kalian jika kalian lupa."ucap pak RT yang baru bergabung untuk menjemput belanjaan istrinya.

Ibu-ibu itu langsung terdiam saat ketua RT ikut bicara.

Mereka bahkan langsung bubar dari tukang sayur, Sementara Azura sibuk mencuci dan mengeringkan sayur sebelum dimasukkan kedalam kulkas.

Kebiasaan itu ia pelajari dari sang mama yang selama ini selalu mengurus keluarga dan rumah sendiri meskipun dia adalah seorang istri pengusaha sukses.

Setelah semuanya selesai, saat ini Azura pun mengambil beberapa jenis sayur dan juga ayam dan seafood yang ia beli tadi.

Azura ingin membuat salad sayur dan masak seafood campur juga ayam goreng. Rencananya dia akan berkunjung ke rumah bibinya yang tinggal sedikit jauh dari area komplek perumahan sederhana itu.

"Ah masakan sudah selesai dibuat, aku bereskan cucian kotor nya dulu, ternyata se-asyik ini memasak."gumamnya.

Azura pun langsung bergegas mencuci perabotan yang ia gunakan untuk memasak.

Beruntung rumah sederhana itu memiliki perabotan yang lengkap dan masih terjaga mungkin karena almarhum sang papah selalu memfasilitasi kedua orang tuanya.

Di rumah itu juga ada motor yang masih bisa digunakan meskipun bisa dibilang itu motor tua.

Azura pun menggunakan motor itu untuk mengunjungi rumah bibinya meskipun harus rela mendorong hingga tukang bensin eceran beruntung motor bisa digunakan dan makanan yang dia bawa masih terjaga keutuhan nya di dalam kotak makanan.

Sebenarnya bibinya sudah berjanji untuk berkunjung hari ini tapi sepertinya dia masih sibuk mengingat banyak nya anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut.

Sesampainya di depan pagar rumah sederhana meskipun cukup luas itu pun Azura langsung memasuki pagar rumah yang tidak tertutup itu lalu berteriak memanggil bibinya itu.

"Bibi Ayudia datang!"ucap Ayudia sambil tersenyum cengengesan saat melihat sang bibi kaget karena teriakan nya itu.

"Oh Ayu kamu bikin kaget bibi saja, kenapa datang kesini bukankah bibi bilang bibi yang akan berkunjung untuk bersih-bersih rumah mu."ucap sang bibi yang baik hati.

"Tidak perlu bi, semua sudah beres Ayu juga bisa beres-beres rumah kok, tapi Ayu ingin ditemani bibi makan lihat Ayu juga sudah masak banyak."ucap Azura yang kemudian memperlihatkan kotak makanan yang dia bawa.

"Oh ya ampun kamu juga masak nak."ucap wanita bernama Arum itu.

"Tentu saja bi, tapi tidak ada nasi Ayu belum beli beras."ucap Ayudia.

"Ah bibi lupa bahwa kamu juga makan nasi."ucap sang bibi sambil mengusap bahu keponakan nya itu.

...🧸🧸🧸🧸🧸...

Azura sudah selesai makan bersama sang bibi yang kini sedang membereskan piring kotor tersebut.

"Mau berapa lama kamu disini neng"ucap sepupu Azura.

"Sampai bosan, kamu bisa kunjungi aku sesekali di kota bosan kan tinggal di sini terus meskipun ada banyak sumber daya kehidupan."ucap Azura pada Rakha yang merupakan anak laki-laki satu-satunya yang memiliki usaha sebagai tengkulak hasil pertanian yang ada di sana.

"Lain kali aku dan ibu akan berkunjung kalau ada waktu."ucap Pria tampan itu.

"Yang lainnya pada kemana, bukannya bibi bilang ada tiga keluarga yang tinggal disini."ucap Azura yang penasaran.

"Mereka sedang mengunjungi saudara."ucap Rakha.

"Oh pantesan."balas Azura.

"Bagaimana kuliah mu apa masih lanjut."ucap Rakha.

"Lanjut lah, hanya sedang bosan saja mungkin beberapa bulan lagi aku akan mempercepat kelulusan ku."ucap Azura.

"Oh syukurlah kalau begitu."ucap Rakha.

"Ayu bibi mau ke pasar mau ikut?"tanya sang bibi.

"Boleh."ucap Azura yang terlihat antusias.

"Tapi jangan menangis kalau nanti kamu tau tempatnya tidak bersih seperti di supermarket."ucap Rakha yang kini memperingatkan Azura bahwa pasar tradisional tidak sebersih tempat belanja Azura di kota.

"Ngapain nangis kalau kotor tinggal bersihkan."ucap Azura yang membuat Rakha terkekeh pelan karena kekasihnya saja tidak bisa diajak ke tempat itu karena selalu becek dan berlumpur di jalanan yang ada di setiap tempat penjual yang ada di sana, belum lagi kuli angkut yang kadang tidak sabaran dan terkadang menyerempet pejalan kaki.

Azura dan Rakha pun sudah berada di dalam mobil sejuta umat milik pria tampan itu, mereka menuju ke pasar tradisional yang ada di daerah tempat tinggal nya itu.

Sementara itu di club malam tempat Azura mengais rezeki selama ini keributan sedang terjadi,di tengah hari bolong Diego Alexander dan anak buahnya mendatangi pemilik club malam tersebut untuk bertanya tentang keberadaan Azura yang tidak kunjung ia temukan beberapa hari ini.

"Kau masih ingin tempat ini berdiri di sini bukan, jika demikian sekarang katakan dimana Azura berada."ucap Diego Alexander yang sudah kehilangan kesabaran karena jawaban yang dia dapatkan tidak memuaskan.

"Ada apa ini tuan-tuan."ucap wanita paruh baya yang terlihat masih sangat cantik.

Dia adalah Anita ibu dari Amalia.

"Nah dia yang dulu membawa Azura kesini."ucap bartender yang sudah berulang kali ditanyai selain pemilik club dan manager club tersebut.

"Azura?"ucap wanita itu sambil tersenyum simpul.

"Ya kau kenal dia?"tanya Diego begitu tegas.

"Dia adalah teman dari putri saya, beberapa hari lalu dia menyumbangkan hartanya dan dia pergi entah kemana."ujar wanita yang kini mengusap lembut punggung tangan Diego.

"Dimana putri mu?"ujar Diego.

"Jam segini dia kuliah, tapi jika tuan butuh nanti malam saya bisa bawa dia kesini."ucap Anita.

"Bawa dia sekarang juga."ucap Diego tegas.

"Dia tidak akan bisa diganggu saat sedang belajar tuan."ucap Anita.

"Saya tidak ingin tau jika kau masih ingin hidup segera suruh dia kemari."ucap Diego yang kini mencengkram erat rahang wanita cantik yang terlihat sangat kesakitan dari reaksi wajahnya yang memerah.

"B ba ik lah."ucap nya terbata karena merasakan sakit yang teramat sangat.

Wanita itu pun langsung bergegas menghubungi putrinya yang tidak kunjung mengangkat panggilan nya.

Diego pun langsung meminta anak buahnya untuk menjemput paksa gadis itu. Hingga dia bertemu dengan nya di sebuah tempat.

"Katakan dimana Azura."ucap Diego saat gadis yang kini ditahan oleh anak buahnya terlihat sangat ketakutan.

"Azura?"ucapnya tidak mengerti siapa yang dia maksud.

"Teman mu Ayudia Zunaera."ucap sang mama yang juga ternyata di tahan oleh anak buah Diego.

"Oh dia sedang berada di suatu tempat yang saya tidak tahu, tapi dia akan kembali setelah cuti kuliah nya berakhir."ucap Amalia yang terlihat ketakutan.

"Berikan nomor kontak nya."ujar Diego yang kini menunggu gadis itu.

"Kontak nya tidak aktif saya sudah berulang kali menghubungi nya, mungkin anda bisa mencari dia di akun media sosial miliknya."ucap Amalia yang kini membuat Diego langsung mengeluarkan ponselnya.

"@Bangkai kecoa."ucap Amalia terdengar seperti lelucon.

"Kau serius?"tanya Diego.

"Ya memang itu akun nya."ucap Amalia yang kini memperlihatkan akun sosial media milik Azura dengan foto profil kecoak.

Terakhir posting gadis itu tengah bersandar pada sebuah bus yang entah berada di mana.

Sementara gadis yang dicari oleh mereka saat ini baru saja kembali dari pasar yang tidak pernah ia kunjungi seumur hidupnya.

Tapi gadis itu tertawa terbahak-bahak saat mengingat beberapa orang hampir terjatuh saat berdesakan di jalan yang licin dan berlumpur bahkan dirinya juga hampir mengalami hal itu jika Rakha tidak sigap memegangi dirinya.

Dengan kelinci yang dia pegang yang ia beli untuk dijadikan hewan peliharaan tersebut."Kau suka dengan itu?"ucap Rakha yang menunjuk kearah kelinci kecil itu.

"Tentu saja dulu papah tidak mengijinkan aku pelihara binatang, jadi sekarang aku ingin pelihara ini untuk teman hidup."ucap Azura.

"Teman hidup itu manusia Ayu bukan binatang."ucap sang bibi.

"Tapi Ayu ingin dia."ucap Azura.

Azura pun pulang ke rumahnya dengan riang gembira dengan kelinci dan motor tua nya itu.

Sesampainya di sana dia langsung membawa baby kelinci itu kedalam rumah dengan sangkar yang memang dibeli di pasar tadi.

"Namamu Moci mulai sekarang dan kamu harus makan ini."ucap Azura yang memberikan satu buah wortel segar yang ia beli di tukang sayur tadi.

"Aku mandi dulu, nanti giliran kamu yang mandi."ucap Azura yang akhirnya meninggalkan bayi kelinci itu bersama dengan wortel yang sedang ia makan.

Azura pun mandi sambil bersenandung ria di dalam kamar mandi sederhana itu.

Dia terkekeh geli saat dia ingat pasar dengan segala keunikan yang ia temui.

Bab 3

Satu bulan sudah Azura berada di kampung halaman keluarganya, gadis itu akhirnya memutuskan untuk kembali menjalani hidup nya di ibukota dengan rumah yang baru.

Bibinya member samai dia dengan Rakha ke ibukota berniat menggelar syukuran rumah baru yang akan ditempati oleh Azura saat ini.

Disana ada kekasih Rakha yang datang berkunjung karena tau kekasihnya itu sedang berada di kota yang sama dengan dirinya.

Awal pertemuan kekasih Rakha terlihat tidak suka pada Azura yang terlihat sangat cantik dan seksi meskipun tidak sedang menggunakan pakaian mini yang biasa Azura kenakan selama ini.

"Ayu kamar mu cukup luas kau tinggal sendiri nak apa tidak takut."ucap sang bibi yang kini tengah berkeliling rumah.

"Di kampung saja ayu tinggal sendiri kan bi takut apa apalagi disini rumahnya saling berdekatan."balas Azura .

"Dikampung tidak rawan kejahatan nak kamu harus pastikan bahwa akan ada satpam yang menjaga rumah ini."ucap sang bibi seakan sangat khawatir pada keponakan nya itu.

"Bibi tenang saja ada si mochi, dia yang akan menjaga Ayu dari kejahatan."ucap Azura sambil cengengesan mencium hewan peliharaan nya yang aktif itu.

"Ayu kapan kamu bisa jauh dari dia lihat bulunya nempel di bajumu."ucap Rakha.

"Hmm justru Ayu tidak mau jauh dari dia kesayangan Ayu kan moci kan."ucap Azura yang kembali mencium punggung kelinci yang gemoy itu.

"Yank, ini rumah keluarga mu?"tanya Lala kekasih Rakha.

"Rumah nona manis yang jomblo ini lebih tepatnya, padahal rumahnya sudah sangat besar dan luas, tapi dia memilih berkelana."ucap Rakha.

"Aku akan pulang kesana kalau sudah ada suami yang bisa membuat pandangan ku teralihkan dari masalalu."ucap Azura terlihat sendu.

Ya dia meninggalkan rumah yang sudah susah payah ia pertahankan agar tidak disita oleh pihak bank, namun rumah penuh kenangan itu membuat Azura tidak bisa berhenti menitikkan air mata kala teringat akan kedua orang tuanya yang meninggal dunia di dalam kamar mereka saat itu.

"Segeralah cari jodoh."ucap Rakha.

"Belum mau, jika kamu mau kamu bisa menempati rumah itu setelah kalian menikah nanti biar tidak tinggal berjauhan lagi, aku hanya titip barang-barang yang ada di sana tolong dirawat dengan baik."ucap Azura lembut.

"Aku tanya ibu saja."ucap Rakha.

"Ayu kemarilah nak, ini apa?"ujar sang bibi yang kini masih berada di lantai dua.

"Apa sih bi, semua ruangan masih kosong juga."ucap Azura yang kini naik ke atas.

Azura tersenyum manis saat melihat bibirnya menggunakan kekeran untuk melihat ke sebrang jalan. Tapi alangkah terkejutnya saat bibirnya mendekatkan benda itu ke mata Azura dia melihat pria yang telah membuat dia meninggalkan ibu kota tengah berdiri di samping mobilnya dan menatap kearahnya.

Azura langsung menutup pintu balkon dan menarik masuk sang bibi yang kini cengengesan setelah melihat pria super tampan dengan lebih detail.

"Ayu kamu kenal dia, lain kali kenalkan bibi mu ini padanya."ucap sang bibi.

"Boro-boro kenal Ayu hanya takut dia orang jahat, bagaimana jika dia mengincar rumah ini."ucap Azura berkilah.

"Tukang perabotan nya lama banget ya padahal sudah dibilangin suruh cepetan."ucap sang bibi yang memang ikut memilihkan barang-barang yang akan mengisi rumah baru Azura yang sedang di bersihkan oleh robot setia yang selama ini membantu ayu bersih-bersih lantai rumah.

"Sabar bi, lagian barang yang kita pesan cukup banyak bukan."ucap Azura mencoba menenangkan.

"Kenapa tidak bawa barang-barang dari rumah lama saja si neng."ucap sang bibi.

"Tidak bi aku tidak ingin ada barang yang berkurang dari sana sampai aku siap untuk kembali nanti."ucap Azura lirih.

"Bu Rakha pergi dulu mau nganter Lala ke kantornya."ucap Rakha.

"Ya pergilah hati-hati di jalan."ucap sang ibu.

"Ya, aku pinjam mobil mu dulu ya Yu, mobil ku malu-maluin kalau digunakan disini."ucap Rakha.

"Ya pergilah lagian apa bedanya sama-sama mobil yang penting jalan."ucap Azura yang kini menatap kearah mereka yang tersenyum saat memasuki mobil Alphard milik Azura.

Saat mobil itu keluar dari garasi rumah dan pintu pagar bergeser secara otomatis, mobil truk yang mengangkut perabotan rumah pun datang.

"Permisi neng barang sudah sampai."ucap sopir truk tersebut.

"Ya bang tolong di angkut."ucap Azura yang kini mengunci pagar agar tidak bergerak secara otomatis.

Azura memastikan semua barang tidak ada yang tertinggal satupun dengan catatan barang yang ia beli itu.

Ranjang empuk nya dua, sofa dua set meja makan kitchen set dan dua rak besar juga dua lemari pakaian yang akan dirangkai menjadi satu, dan ada satu lemari terpisah untuk di kamar tamu tidak lupa karpet bulu yang empuk untuk menemani nya di kamar dan ruang santai.

Televisi dan perabotan lainnya juga printilan hiasan dinding yang juga datang beserta barang-barang tersebut.

Azura pun menunjukkan letak-letak barang tersebut dimana akan di pasang oleh tukang rakit barang, dan bibinya membantu membereskan barang-barang lainnya.

Ayu bersyukur disaat dia berfikir bahwa sudah tidak ada lagi keluarga yang tersisa,adik dari mendiang ibunya masih ada dan merangkul dirinya sebagai keponakan satu-satunya dari kakak perempuan nya itu.

Keduanya sibuk menata barang-barang setelah semua selesai diturunkan dari mobil truk pengangkut barang tersebut, hingga selesai di jam makan malam setelah Rakha kembali dan membantu mereka membereskan barang-barang nya.

Setelah itu mereka pun makan bersama dengan makanan yang Azura pesan lewat delivery order.

Setelah merasa kenyang ketiganya pun kembali ke ruang keluarga dimana televisi baru itu masih menyala.

Azura pun pergi keatas untuk mengambil laptopnya mempersiapkan semua nya untuk besok melanjutkan kuliahnya kembali.

Azura pun kembali bergabung dengan ketiganya sambil bertanya bagaimana keadaan di kampung setelah pamannya menghubungi bibi Arum.

"Bagaimana keadaan di kampung bi, apa paman tidak marah jika bibi tinggal dua hari lagi sampai selesai syukuran rumah ini."ucap Azura bertanya.

"Hmm... baik tentu saja tidak neng kamu tau sendiri istri paman bukan hanya bibi."ucap Arum sambil tersenyum.

"Aku salut sama bibi bisa merelakan paman nikah lagi padahal keadaan bibi tidak ada kurangnya sama sekali."ucap Azura.

"Semua itu takdir Yu, terkadang apa yang kita lihat sempurna pun pasti ada kekurangannya semoga saja kamu terhindar dari itu semua dan mencontoh ayah ibu mu yang sehidup semati."ucap bi Arum.

"Ya papah dan mama sehidup semati tapi mereka tidak memikirkan aku bagaimana bisa hidup tanpa mereka."ucap Azura yang terkadang merasa sakit mengingat itu.

"Mereka tidak menyertakan mu nona karena mereka masih sangat mencintai mu."ucap Rakha sambil menepuk-nepuk bahu Azura.

...🧸🧸🧸🧸🧸...

Keesokan harinya Azura diantar oleh Rakha menuju kampus, Azura sengaja mengajak Rakha untuk melihat kampus bergengsi itu.

"Wow, Ayu paman dan bibi sungguh sangat mencintai mu hingga kamu bisa masuk ke tempat ini, belajarlah dengan baik nanti pulang kuliah telpon aku saja."ucap Rakha yang hanya bisa mengantar sampai parkiran karena untuk masuk kesana butuh tanda pengenal yang bisa membuat mereka lolos dari pemeriksaan satpam kampus yang berjaga di pintu masuk.

Kecuali siswa yang berkuliah di sana yang akan menempelkan IDI card nya di sensor palang pintu barulah mereka masuk kedalam karena otomatis palang pintu itu akan terbuka dengan sendirinya.

Azura pun tersenyum manis pada kedua satpam yang berjaga di sana hingga keduanya balas tersenyum ramah dan mempersilahkan Azura untuk menempelkan kartu tanda pengenal nya pada sensor du samping palang pintu tersebut dengan begitu juga daptar hadir dari para pelajar akan langsung terisi di masing-masing kelas setiap harinya.

"Azura!"ucap seorang gadis yang tidak lain adalah teman baik Azura yaitu Amalia. Tapi gadis itu tidak langsung melirik karena tidak ada yang mengenal dirinya dengan nama itu selain para pangeran berkuda besi itu.

"Ayudia Zunaera."ulang Amalia yang kini menghadang langkah Azura.

"Amalia apa kabar?"ucap Azura sambil tersenyum.

"Tega lo ya, gue dicampakkan begitu saja."ucap Amalia pura-pura merajuk.

"Jangan lebay deh, lo pasti tau gue pergi kemana."ucap Azura.

"Ayudia lo tau gue hampir mati bersama mama gue, gara-gara kenal sama lo."ucap Amalia.

"Maksudnya?"tanya Azura tidak tau tentang itu.

"Mama bilang pria itu adalah pria yang paling berkuasa di kota ini, kok bisa Lo kenal sama dia Lo punya hutang ya."ucap Amalia yang kini menyelidik.

"Aku sudah melunasi hutang keluarga ku, dan tidak ada hubungannya dengan pria manapun kecuali pihak bank semua sudah lunas dan gue dan beli rumah baru lagi besok mau ngadain syukuran lo bisa datang."ucap Azura.

"Ah makasih gue diundang."ucap Amalia antusias.

"Apa aku juga diundang babe."ucap Delon yang tiba-tiba muncul di hadapan Azura.

"Hmm... datang lah jika berkenan."ucap Azura berusaha untuk bersikap ramah.

"Tentu babe semoga dengan begitu kita bisa kembali."ucap Delon.

Sementara Azura hanya melanjutkan langkahnya dan bergegas pergi menuju kelas diikuti oleh Amalia.

"Wow pangeran kampus ingin kembali."ucap Azura.

"Jangan mengada-ada ayo bukankah kita harus menyambut dosen pengganti sementara."ucap Azura yang tidak tau siapa dosen pengganti sementara tersebut.

Sampai saat mereka tiba di dalam kelas, mereka melihat para mahasiswi berdandan secantik mungkin samber gosip rias dengan wajah berseri-seri entah apa yang terjadi pada mereka setelah hampir satu bulan Azura tinggal pergi.

Azura pun duduk dan dengan cueknya dia membuka laptopnya menyiapkan semuanya sebelum mata kuliah dimulai hingga saat seseorang masuk kedalam dan semua orang menyambutnya.

"Selamat datang Mr, semoga ada senang mengajar di kelas ini."ucap mereka serempak tidak terkecuali Amalia namun tidak dengan Azura yang bahkan tidak terusik dengan itu.

Azura pun tetap fokus pada laptopnya hingga saat suara dosen pengganti sementara itu membuat Azura mematung di tempatnya.

"Selamat pagi dan terimakasih untuk sambutannya semoga kalian senang dengan materi yang saya sampaikan saat ini."ucap salah seorang pria yang telah meluluhlantakkan pikiran Azura.

Azura pun langsung menggunakan masker dan kacamata hitam miliknya meskipun itu sebenarnya tidak diperbolehkan tapi dengan alasan sakit mata iya pun tidak tau diperbolehkan oleh dosen itu atau tidak.

Pria itu meminta satu persatu mahasiswa dan mahasiswi nya untuk maju kedepan dan memperkenalkan diri padanya.

Hal itu membuat Azura merasa malas."Hi nona yang menggunakan kacamata hitam silahkan anda maju kemari dan katakan apa alasan mu menggunakan benda itu di dalam kelas.

"Sakit mata mr, sudah tidak ada alasan lain lagi."ucap mereka yang sudah sering mendengarkan alasan dari Azura.

Azura pun langsung bergegas maju kedepan sambil menatap malas kearah lain.

"Katakan apa alasannya saat ini?"tanya pria yang kemarin ia lihat di sebrang jalan rumah barunya itu.

"Saya sakit mata melihat pria tampan di hadapan saya."lirih Azura yang kini membuat pria itu menatap dengan tatapan mata yang tidak bisa diartikan.

"Katakan siapa nama mu selengkap mungkin."ucap Pria yang tidak lain adalah Diego Alexander.

"Ayudia Zunaera Mr."ucap nya yang kemudian berbalik tapi langkahnya terhenti saat pria itu kembali berkata."Kumpulkan tugas harian mu selama satu bulan ini dan antar ke ruangan saya setelah mata kuliah saya berakhir.

Azura pun langsung berbalik karena tidak ada peraturan itu, dan dia tidak masuk karena cuti.

Pria itu pun memulai menyampaikan materi pembahasan yang menjadi mata kuliah hari ini, pria tampan dan gagah itu tidak hanya gagah perkasa tapi juga sangat cerdas buktinya dia bisa menggantikan posisi dosen terbaik di kelasnya yang Azura tau sebagai istrinya.

Leony Alexander yang begitu disegani oleh semua mahasiswa di kampus tersebut. Azura bahkan tidak fokus dengan materi yang disampaikan saat ini, pikirannya melayang beruntung ada pena perekam milik sang papah yang bisa menyelamatkan dirinya.

Azura mungkin tidak secerdas siswa lainnya, tapi dia juga tidak tertinggal dalam setiap mata kuliah hariannya itu dan nilainya cukup baik.

Sampai saat Azura selesai mencatat semua materi yang disampaikan tersebut, tibalah waktunya tanya jawab bersama dosen baru itu.

Sementara sejak tadi Diego diam-diam memperhatikan Azura yang terlihat sangat fokus pada tugasnya.

Sampai saat tanya jawab dimulai dari yang lainnya Azura langsung berpura-pura ke toilet karena dia sangat malas untuk berinteraksi dengan pria yang sedari tadi mengawasi dirinya.

Azura pun membasuh wajahnya dengan air penyejuk jiwa di wastafel toilet tersebut, dia pun kembali menggunakan riasan wajah meskipun hanya riasan alakadarnya.

Azura pun duduk diatas meja beton itu, dia yang sudah menggunakan masker dan kacamata hitam itu pun bersandar pada dinding dan memejamkan matanya mengistirahatkan pikirannya barang sejenak.

Sementara di kelas tersebut, Diego menatap kearah bangku kosong itu hingga Amalia berkata."Dia sedang istirahat di toilet Mr, sudah menjadi kebiasaan saat ada sesi tanya jawab."ucap Amalia.

Diego hanya diam tanpa berkata apa-apa kelas pun dibubarkan dan Amalia membawa barang-barang Azura dan hendak berjalan ke toilet tapi langkahnya dicegah oleh Diego yang mengambil alih laptop dan tas milik Azura.

"Suruh dia temui saya di ruangan saya."ucap Diego datar dan begitu dingin.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!