NovelToon NovelToon

Pelangi Cinta Shafiya

Shafiya Alifa

Pagi yang cerah, matahari bersinar di ufuk timur. Di depan teras rumah bercat kuning seorang Gadis dengan jilbab abu-abu tengah memakai sepatunya bersiap berangkat kerja karna hari ini adalah hari pertama ia kerja.

" Bunda fiya berangkat dulu ya, doain ya bun semoga lancar. " Pamitnya pada bundanya yang sedang menyapu di halaman Rumahnya.

" Iya Sayang, semangat ya, doa Bunda bersamamu." Jawab Bunda Tya sambil menaruh sapu.

" Assalamuallaikum Bun..." Shafiya salim dan mencium tangan bundanya.

"Walaikumsalam Sayang..." Bunda Tya tersenyum sambil mengelus kepala putrinya.

Shafiya berjalan menuju motornya, kemudian menaiki motornya dan melaju ke kantor tempat di di terima bekerja, lumayan jauh jadi dia berangkat pagi agar tidak terlambat

Shafiya Alifa adalah gadis usia 23 tahun, yang baru kemarin dia lulus kuliah dengan predikat terbaik di Kampusnya.

Gadis yang cantik dengan kulit putih, bermata sipit , bibir mungil, hidung mancung dan berlesung pipit. Takaran pas untuk seorang Gadis kembang desa dan kembang kampus.

Kedua Orang tuanya adalah orang yang sederhana, Ayahnya seorang penjahit yang memiliki semacam konveksi dan Bundanya seorang guru di Sekolah Dasar.

Meski kedua Orang tuanya orang yang sederhana tak membuat dia patah semangat dalam menuntut ilmu. Terbukti dengan dia yang selalu mendapat juara umum baik dari SD sampai Mahasiswa sehingga selalu mendapat beasiswa selama menempuh pendidikan.

***

Sambil memarkirkan motornya, Shafiya berlari menuju Gedung di depannya. Rupanya 5 menit lagi jam masuk kerja di mulai, dia tak ingin di hari pertamanya kerja terlambat dan mendapat marah atau teguran dari atasannya.

Shafiya masuk ke kantor dengan terburu-buru, lalu masuk menuju ruang HRD dan menanyakan di mana letak meja kerjanya.

" Assalamuallaikum, permisi pak, maaf saya Shafiya sekertaris baru menejer pemasaran." ujarnya pada Pak Evan.

"Walaikumsalam , ya silahkan lurus ke depan belok kiri, di situ meja kerjamu depan persis ruang menejer pemasaran, nanti temui Pak Naufal." jawab Pak Evan.

"Baik terimakasih." Sambil senyum Shafiya berlalu menuju meja kerjanya, perasaannya berdebar-debar terasa seperti mau menempuh Ujian Nasional.

Sampai di mejanya dia bertemu gadis manis berambut sebahu di sebelah mejanya kerjanya.

" Hay... staf baru ya? " Sapa gadis itu.

" Hay juga mbak, salam kenal Saya Shafiya." Bersalaman sambil tersenyum.

" Aku Risa, selamat bergabung di sini."

Jawab Risa menyambut uluran tangan.

Dari ujung lorong nampak lelaki berjalan mengeluarkan ketukan sepatu, semua orang menunduk sambil bersalam.

" Selamat pagi pak " Salam semua karyawan.

" Pagi." Jawab lelaki itu, hanya mengulas senyum kecil sambil berlalu.

Semua karyawan duduk kembali, Ya dia adalah CEO di perusahan itu. Shafiya terperanjat melihat laki-laki itu, wajahnya memucat, berharap CEO itu tak melihatnya.

***

" Shafiya. " Panggil seorang laki-laki di ruang manajer pemasaran.

Buru-buru Shafiya berjalan ke ruangan itu sembari mengetok pintu.

tok tok tok

" Assalamuallaikum pak ?" salamnya

"Hem, masuk." Jawab lelaki di dalam.

Shafiya membuka pintu lalu masuk ke ruangan manajer pemasaran itu.

" Bapak memanggil saya," ujar Shafiya sembari menunduk.

"Hem, ya kerjakan yang ada di map merah itu, sebelum makan siang ku harap selesai." kata lelaki itu tanpa menoleh, masih membelakanginya berkutat dengan Hp di tangannya.

" Baik pak, saya permisi." mengambil map sambil beranjak keluar.

Tiba-tiba lelaki itu memanggilnya pelan.

"Fiya.."

"Sa.. ya..." Shafiya terbata dan terperanjat memandang lelaki yang memandangnya tajam sambil tersenyum manis.

" Kenapa? kaget?" Ujar lelaki itu.

" Mas Alif... , bagaimana mungkin.." ujar Shafiya menggantung belum menyelesaikan kalimatnya, namun matanya mulai berkaca-kaca.

" Lama tak berjumpa, ternyata Allah mempertemukan kita di sini." sahut lelaki itu.

" Saya tidak tau kalau Mas Alif ternyata kerja di sini." kata Shafiya sambil menundukkan kepalanya.

" Kuharap kita bisa melupakan masa lalu dan bekerja profesional. " ujar Alif sambil tersenyum.

Naufal Alif Salim

Tiba-tiba lelaki itu memanggilnya pelan.

"Fiya.."

"Sa.. ya..." Shafiya terbata dan terperanjat memandang lelaki yang memandangnya tajam sambil tersenyum manis.

" Kenapa? kaget?" Ujar lelaki itu.

" Mas Alif... , bagaimana mungkin.." ujar Shafiya menggantung belum menyelesaikan kalimatnya, namun matanya mulai berkaca-kaca.

" Lama tak berjumpa, ternyata Allah mempertemukan kita di sini." sahut lelaki itu.

" Saya tidak tau kalau Mas Alif ternyata kerja di sini." kata Shafiya

" Kuharap kita bisa melupakan masa lalu dan bekerja profesional. " ujar Alif

" Iya mas Alif, Ehm... maaf Pak Naufal." jawab Shafiya sambil menggigit bibirnya nyeri.

" Saya kerjakan ini segera, Permisi ..." lanjut Shafiya sambil berjalan ke pintu keluar menahan air mata yang mau menetes.

***

Sambil menunduk Alif menjambak rambutnya yang tak gatal.

Naufal Alif Salim dia adalah cinta pertama Shafiya sejak SMA, mereka sempat menjalani komitmen sampai bangku kuliah, namun kandas karena keluarga Alif tidak menyetujui hubungan mereka.

Keluarga Alif keluarga kaya, sementara Shafiya keluarga sederhana. Mama Alif menentang keras hubungan Alif dan Shafiya.

Waktu itu lepas wisuda Alif mengenalkan Shafiya pada Mama dan Papanya.

" Ma kenalkan dia Fiya." Alif mengenalkan Shafiya.

" Tante... saya Fiya, " Belum menyelesaikan kalimatnya Mama alif menepis tangan Shafiya.

"Jadi ini... ! Gadis yang kamu banggakan, Apa tadi tak kau lihat kedua orang tuanya tadi? Apa dia sepadan dengan keluarga kita Alif." Mama Alif membentak sang putra.

Mendengar itu Shafiya berkaca-kaca tak menyangka Mama Alif akan bersikap kasar saat menyambut perkenalannya.

" Ma.... , Fiya gadis baik, shalihah, cerdas, apa Mama tak melihat tadi di depan dia Mahasiswa berprestasi, predikat dia terbaik." Bela Alif

" Mama tidak mau kamu berhubungan dengan gadis kampung seperti dia. " Kata Mamanya sambil pergi menyeret Papa Alif tak bergeming.

Shafiya sudah berurai air mata, dan berlari pergi menjauhi Alif.

Semenjak itu dia memutuskan pergi dari kehidupan Alif dan kembali ke kampung halaman menenangkan diri ketempat kakeknya.

***

Shafiya menghempaskan tubuhnya di kursi, segera menyelesaikan tugasnya, namun pikirannya tidak konsentrasi. Air mata yang tadi di tahan akhirnya menetes , akankah dia bertahan dengan pekerjaannya, bagaimana mungkin dia menjadi sekertaris orang yang sangat ingin Dia lupakan.

" Mas Alif bagaimana bisa kamu tidak memperjuangkan aku, tak ada usaha bagimu." Batinnya

Kenangan sekian tahun satu persatu terputar dalam benaknya bagaimana pertama kali mereka akhirnya menjalin komitmen.

" Fiya, ijinkan aku memantaskan diri, agar aku kelak bisa menjadi pendampingmu. " Kalimat itu terputar dalam ingatannya.

" Maaf tapi aku tidak mau berpacaran."

" Aku tak mengajakmu berpacaran, cukup jaga dirimu dari orang lain, cukup kau tau perasaanku padamu, dan ku harap rasa ini tidak bertepuk sebelah tangan."

" Aku tidak pantas untukmu, aku hanya seorang Shafiya."

" Str.... Kamu adalah pendamping impianku."

Dan akhirnya kenangan itu buyar saat tiba-tiba tanpa sengaja ia menjatuhkan hpnya.

"astaghfirullah...... ". Sambil mengusap air mata dia beranjak, ingin ke toilet mencuci mukanya.

Karena terburu - buru tanpa sengaja menabrak seseorang, dan yang di tabrak pun mengumpat kasar.

" Aist... hay kau taruh dimana mata kamu." Ujarnya rupanya yang tertabrak adalah CEO perusahaan tersebut.

" Maaf pak, saya tidak sengaja." sambil mengangkat kepala memandang yang di tabrak.

" Kamu... " Sang CEO terkejut saat memandang Shafiya.

Shafiya memucat, masih memandang dengan berkaca-kaca, rasanya hari pertama kerjanya sudah lengkap cobaannya.

" Temui aku di ruanganku ." ujar CEO itu sambil berlalu.

" Datanglah jika Kau tak mau Aku pecat. " tambahnya

Seketika tubuh Shafiya bergetar ramai perasaanya jadi satu di dadanya. Tidak terbayangkan hari ini akan menjadi hari yang berat baginya.

Al-Fatih Putra

" Aist... hay Kau taruh dimana mata Kamu." ujarnya rupanya yang tertabrak adalah CEO perusahaan tersebut.

" Maaf pak, saya tidak sengaja." sambil mengangkat kepala memandang yang di tabrak.

" Kamu... " Sang CEO terkejut saat memandang Shafiya.

Shafiya memucat, masih memandang dengan berkaca-kaca, rasanya hari pertama kerjanya sudah lengkap cobaannya.

" Temui aku di ruanganku ." ujar CEO itu sambil berlalu.

" Datanglah jika kau tak mau Aku pecat. " tambahnya

Seketika tubuh Shafiya bergetar ramai perasaanya jadi satu di dadanya. tidak terbayang harinya akan seberat ini. Shafiya lekas berlari ke toilet dan membasuh wajahnya.

" Allah kenapa Engkau pertemukan hamba dengan mereka. " Batinnya bersandar di tembok dalam toilet.

"Haruskah aku mundur di perusahaan ini? Ah rasanya aku kalah sebelum perang." imbuh batinnya lagi.

" Allah ada rencana apa untukku? Apa aku sanggup?" Tanyanya dalam hati.

" Ya Allah, kuatkan hamba. " batinnya lagi sambil ke luar toilet.

***

Tok tok tok

" Assalamuallaikum pak..."

" Ya masuk. " Jawab yang di dalam.

" Assalamuallaikum pak..." Sekali lagi Shafiya mengulangi salamnya.

" Hemm ya, Walaikumsalam. " Jawab CEO itu.

" Duduklah ." Lanjut sang CEO.

Shafiya duduk kepalanya menunduk, jemarinya saling beradu, dia meremas jari-jari tanganya.

Hening. Keduanya saling diam tanpa suara, menunggu salah satu memulai.

" Sampai kapan kau akan terus menunduk." Ujar CEO dingin.

" Maaf atas kejadian tadi pak, saya benar-benar tidak sengaja. " Masih menunduk.

" Hay ! Angkat kepalamu ." kata CEO itu keras.

Shafiya memandang bosnya, wajahnya memucat kembali.

" Ada apa bapak meminta saya kemari ? " Shafiya memberanikan diri bertanya.

" Kau, Aku berhentikan bekerja sebagai Sekertaris Manajer Pemasaran, mulai hari ini. "

Deg

Dada Shafiya bergemuruh mendengar ucapan CEO itu. Harinya benar-benar terasa sulit, bagaimana bisa belum bekerja sehari sudah di pecat.

" Saya di pecat pak ? tapi tadi Saya benar-benar tidak sengaja." Sambil menggigit bibir Shafiya membela dirinya.

" Kemasi barang-barang Kamu ! Aku tak mau melihatmu duduk di meja itu lagi. " Ujar CEO masih dengan wajah dinginnya.

" Baik pak... , Permisi... " Matanya kembali berkaca-kaca, lemas dia berusaha berjalan pupus sudah semua harapannya.

Shafiya melangkah menuju pintu, baru membuka pintu sedikit tiba-tiba CEO itu berujar lagi.

" Kemasi barangmu segera, dan bawa ke Meja depan Ruanganku , Mejamu sekarang bersebelahan dengan Agnes."

Deg

Lagi - Lagi kembali dada Shafiya dibuat bergemuruh. Lelucon apa hari ini, perasaanya terasa di permainkan dalam beberapa menit saja.

" Apa maksud bapak? " Shafiya bingung.

" Kau menjadi Sekertarisku mulai siang ini. Akan ku beritahu pada Naufal, akan ada orang yang menggantikan Kamu. " Sekarang Shafiya semakin terperanjat, hatinya terasa di aduk-aduk.

" Bapak serius? " Menanyakan kepastian.

" Heem ... " Masih dengan wajah dingin

" Baik pak, saya permisi, terimakasih atas kepercayaannya." Shafiya berujar sambil undur diri.

***

Kaki-kakinya lemas bukanya mengemasi barang Shafiya justru ke kantin. Pikirannya rumit, rasanya hari pertamanya kerja seperti sungguh berat sekali.

Shafiya hanya mengaduk-aduk minumannya. Belum ada niatan untuk meminumnya. Pikirannya kusut hari ini, tidak cukup bertemu dengan cinta pertamanya yang menyakitkan. Dia harus bertemu pula dengan CEO dingin yang arogan. Yang ternyata adalah mantan senior di kampusnya dulu, Asisten Dosen sekaligus mantan play boy di kampusnya. Yang pernah menembaknya di muka umum saat ospek mahasiswa dulu. Dan parahnya bukan karena mencintainya melainkan sebagai taruhan para seniornya. Dan karena marah Shafiya menyiram wajah Fatih dengan air minum di depan umum yang membuat Fatih benci dan dendam padanya hingga saat ini.

Sebenarnya Fatih bukan orang yang suka bermain wanita, namun karena mamanya berselingkuh dari papanya, dia jadi tidak suka wanita. Baginya wanita adalah pengerat harta belaka.

Mamanya meninggalkan papanya saat usahanya bangkrut dan saat itu fatih masih duduk di bangku SMA.

" Kalau sudah selesai mengaduk minumnya temui aku." Alif berlalu di belakangnya membuyarkan lamunan Shafiya.

" Disini saja... " Shafiya lemas menjawab.

"Apa kau wanita simpanan pak Fatih? " ucapan Alif bagaikan petir di siang bolong. Wajahnya merah menahan marah, pertanyaan itu bagaikan pisau yang menyayat hatinya.

Tangan Shafiya menggenggam gelas seketika itu rasanya seperti ingin melempar sembarang arah.

" Kenapa diam? Apa putus denganku membuatmu menjadi wanita murahan ? " Alif masih bertanya dengan menyatukan giginya menahan amarah.

" Cukup . " Shafiya memerah matanya berurai air mata.

" Harusnya sekian tahun saling kenal kau tau siapa Aku. " Shafiya berdiri tak jadi meminum minumannya. Hatinya terasa amat sakit dengan tuduhan yang Alif tuduhkan.

Alif berdiri di tempat tak bergeming, dia masih mencintai Shafiya. Selama ini dia tak pernah membuka hatinya untuk siapapun.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!