Seorang laki-laki dewasa tengah menunggu dengan harap-harap cemas di depan pintu ruang gawat darurat.
Di dalam sana, sosok perempuan yang sudah dua tahun ini ia nikahi sedang berjuang antara hidup dan mati.
Sebuah penyesalan menyelimuti hatinya. Di mana dirinya yang selama ini mengabaikan keberadaan seorang gadis yang ia nikahi karena sebuah perjodohan.
Namun sekarang, jutsru sosok itu sedang berjuang di ruangan itu.
Aku tahu, kamu memang ngga pernah cinta sama aku mas. Tapi setidaknya sekali saja kamu percaya sama aku, mas. Mereka tak sebaik apa yang kamu lihat. Sungguh, aku tidak bermaksud untuk mengadu domba kalian. Tapi aku lelah mas...
Kalau memang kamu berniat untuk tidak melanjutkan pernikahan kita, setidaknya berikan aku kebebasan untuk pergi dari kehidupan mu. Aku tidak akan mengganggu mu ....
Ucapan sang istri terngiang-ngiang di telinga sosok lelaki bernama Fazal. Sekelebat bayangan hadir di pelupuk matanya.
Sebuah janji suci yang keluar dari bibirnya di hadapan penghulu juga semua anggota keluarganya bagaikan kilas balik kejadian dua tahun yang lalu.
Dan sejak hari itu juga, dirinya yang menyandang status sebagai seorang suami tak pernah sekalipun menjalankan perannya sebagai seorang suami.
"Sudah lah Zal, jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri seperti ini!", kata Eva ,ibu dari Fazal.
Sayangnya Fazal tetap bergeming dengan pikirannya yang kalut.
Eva mendengus sebal dan memilih menghampiri suaminya yang sama diamnya seperti sang putra.
Lalu datang seorang perempuan cantik yang usianya di bawah Fazal menghampiri lelaki itu.
"Mas....?!"
Usapan lembut di punggung tangannya, membuat Fazal tersadar. Dan seketika itu juga ia melepaskan tangan lembut itu dari punggung tangannya.
"Pergilah Naura, jangan ganggu aku!", ujar Fazal.
Naura mengernyitkan alisnya.
"Mas? Ayolah, ini semua kecelakaan. Istri kamu itu memang bodoh dan ceroboh. Jadi wa....!"
"Stop Naura! Berhenti menjelek-jelekan Aisha!", kata Fazal.
"Mas....??!", Naura menggelengkan kepalanya tak percaya jika Fazal akan membentaknya seperti itu.
Nafas Fazal naik turun menahan emosinya.
"Mulai sekarang kita tidak ada hubungan apa-apa lagi, Naura! Pergilah!"
Naura masih tak percaya mendengar ucapan sosok lelaki yang sudah membersamainya lebih dari empat tahun. Sayangnya, hubungan keduanya di tentang oleh keluarga Fazal. Terutama ayah dan kakeknya. Tapi Fazal dan Naura tetap melanjutkan hubungan mereka.
Dan Fazal mengancam akan menceraikan Aisha kalau ayahnya masih melarang dirinya berhubungan dengan Naura. Fazal merasa sudah mengorbankan masa depannya karena memenuhi permintaan ayah dan kakeknya.
Melihat kedatangan Naura ,ayah Fazal yang bernama Firman itu pun seolah tak mengindahkannya. Tapi mendengar Fazal yang membentak Naura dan mengusirnya, membuat Firman hampir tak percaya.
"Aku tidak mau kita berpisah mas! Aku ijinkan kamu menemani istri mu hanya kali ini. Dan aku harap, dia secepatnya ma**!", kata Naura meninggalkan Fazal yang sudah menatapnya penuh emosi.
Di tempat yang sama, namun situasi yang berbeda. Seorang gadis remaja berusia belasan tahun itu sedang berada di ruang ICU. Ruangan paling menyeramkan apalagi jika sudah mendengar suara alat bantu di sana.
Tempat dingin, tenang namun menegangkan sekalipun bagi petugasnya.
Tiga orang pemuda menatap tubuh kurus yang ada di brankar pesakitan.
"Asha...! Ngga seharusnya Lo kaya gini di sini!", ucap salah satunya.
Dua pemuda lainnya tak bersuara hanya mampu memandangi Asha di balik kaca pemisah.
Namun sebuah kehebohan tiba-tiba saja melanda ruangan itu. Tubuh Asha mengejang dengan tiba-tiba.
Tiga pemuda itu di buat panik hingga hanya bisa memanggil petugas. Beberapa petugas berhamburan menuju ke ruangan di mana Asha berada.
Dion, Nikala dan Visnu merapalkan doa semampu mereka. Mereka berharap jika sang sahabat segera pulih dan tentu saja selamat agar mereka bisa kembali berkumpul.
"Bertahan Asha!!", kata Nikala.
"Asha pasti kuat! Dia gadis yang tangguh!", Visnu menimpali. Sedang Dion hanya tertunduk dan memegang erat kedua tangannya.
Tuhan, aku tak meminta apa pun! Ku mohon, kembalikan Asha! Sehatkan Asha! Selamatkan Asha!
Ketegangan itu belum berakhir saat seorang petugas keluar dari ruangan Asha.
"Dokter, apa yang terjadi dengan Asha? Dia baik-baik saja kan?", Nikala memegang kedua bahu dokter muda itu.
Sang dokter menepuk bahu Nikala dengan pelan.
"Asha sudah tidak kesakitan lagi! Sahabat kalian sudah pergi!", kata dokter tersebut.
"Nggak dokter! Asha pasti ngga apa-apa dok! Dia pasti bangun! Dokter jangan bohong!", Visnu menyingkirkan dokter yang menghalangi jalannya memasuki ruangan Asha.
Nikala menangis pilu lalu mengikuti Visnu yang lebih dulu menghampiri Asha.
Dion memukul-mukulkan kepalanya ke dinding dengan mata terpejam. Dan tentu saja air mata yang tak mampu lagi ia tahan.
Ya, Asha adalah sahabat Dion, Nikala dan Visnu. Empat sahabat yang sudah bersama sejak di bangku SD.
Kehidupan Asha yang berat, membuat mereka bertiga ingin sekali selalu melindungi Asha. Tapi sekarang???
Mereka tidak mampu melindungi sahabatnya itu hingga berakhir Asha meregang nyawa.
"Maafin gue yang ngga bisa jagain Lo, Sha!", Dion terisak.
💜💜💜💜💜💜
Dokter yang ada di ruang gawat darurat itu sedang mencoba untuk memasang alat kejut jantung.
Jantung Aisha berhenti beberapa detik. Dan setelah berusaha semampu mereka, akhirnya dokter dan petugas lainnya menyerah.
Aisha tak bisa bertahan lagi.
Dokter pun harus menyampaikan berita buruk itu pada keluarga pasiennya. Bagi setiap dokter, hal semacam ini merupakan sebuah pukulan yang berat. Mereka sudah berusaha ,tapi tetaplah takdir Tuhan yang menentukannya.
Fazal menghampiri dokter yang keluar dari ruangan tindakan itu.
"Dokter, bagaimana istri saya?", tanya Fazal. Dokter itu membuka maskernya.
"Maafkan kami, kami sudah berusaha sebaik mungkin. Tapi...pasien tidak bisa diselamatkan."
Jantung Fazal seolah berhenti berdetak. Badannya limbung dan terhuyung hingga di tangkap oleh ayahnya.
Fazal pun menguatkan dirinya untuk melangkah masuk ke dalam ruangan itu. Ia ingin melihat Aisha di dalam sana.
Fazal membuka kain penutup wajah Aisha. Perempuan yang sudah menjadi istrinya selama dua tahun itu berwajah pucat.
Tangan Fazal terulur mengusap rambut hitam milik gadis itu. Ya, gadis! Selama dua tahun menikah dengan Fazal, Fazal sama sekali belum pernah menyentuhnya.
Fazal menunduk dan terisak di atas kening Aisha.
"Maafkan aku Aisha...maafkan aku!", isak Fazal penuh penyesalan.
Fazal menciumi wajah teduh yang terlihat begitu tenang. Di pandanginya wajah cantik alami dan masih muda tersebut.
Selama ini mataku sudah terbutakan perasaan cinta yang tak seharusnya ku miliki bersama Naura. Seharusnya kamu pemilik hati dan raga ku, Aisha!
Firman menatap iba pada putranya. Ia ingin sekali marah pada sang putra karena sikapnya selama ini. Sayangnya, itu hanya akan sia-sia.
Sedang Eva bersikap biasa saja. Dia masa bodoh meski menantunya sudah tidak bernyawa.
Bagus lah kalau gadis kampung itu ma**. Setidaknya Fazal bisa menikahi Naura! Batin Eva dengan senyuman samar yang hampir tak terlihat.
Fazal mengusap pipi tirus Aisha. Namun tiba-tiba sebuah lelehan hangat mengalir di ujung mata Aisha.
Fazal pun mengusapnya dan tiba-tiba saja Aisha terbatuk-batuk. Sontak hal itu mengejutkan Fazal juga yang lainnya.
Dokter meminta Fazal dan keluarganya untuk keluar lebih dulu agar mereka memeriksa Aisha.
Fazal harap-harap cemas. Dia sangat berharap jika Aisha hidup kembali. Dirinya ingin memperbaiki hubungannya dengan Aisha.
Dan ia sangat berharap kesempatan kedua itu ada untuknya.
💐💐💐💐💐💐💐💐💐
Assalamualaikum ,
Hai reader's mak othor daratang deui 🤭. Kalo genre nya 'agak2' lain dari yang biasanya Mak othor bikin mon di maapkeun 😩😩😩🙏🙏
Di tunggu kelanjutannya ya 😊
Haturnuhun 🙏🙏🙏🙏
"Anak kamu tuh nyusahin tahu ngga mas! Ada aja kelakuannya yang bikin malu!", protes Ana, ibu tiri dari Asha.
"Ana! Jaga bicara mu, Asha putri kandung ku!", Gatan tak terima putri kandungnya di anggap mempermalukan keluarga mereka.
"Bela aja terus! Aku sampai bosan mendatangi sekolahnya! Dasar anak kamu tuh bandel banget mas! Salah pergaulan dia tuh! Main sama cowok-cowok brandalan kaya gitu!"
Gatan memilih meninggalkan Ana dari pada harus selalu ribut seperti ini.
"Apa lagi sih mba?", tanya Naura, adik Ana yang memang tinggal bersamanya di rumah Gatan.
"Biasa lah, anak sialan itu bikin ulah lagi di sekolah!", jawab Ana bersungut-sungut.
"Nakal apa lagi dia? Ngga mungkin nyuri kan?", tanya Naura sambil menikmati makan siangnya.
"Kabur-kaburan terus sama teman-teman brandalnya!"
Naura mengangguk tapi ia sebenarnya tak peduli dengan anak tiri kakaknya. Yang penting ia masih bisa tinggal di sana bersama sang kakak. Karena hanya Ana yang ia miliki. Naura merasa kesepian jika harus menempati rumah peninggalan orang tua mereka.
Disisi lain, Gatan mendatangi kamar Asha. Gadis itu tengah mengikat tali sepatunya.
"Asha!", panggil Gatan sedikit berteriak. Asha mendongakkan kepalanya sesaat.
"Kenapa ?", tanya Asha datar.
"Jauhi teman-teman brandal kamu itu! Mereka hanya memberi pengaruh buruk sama kamu!", kata Gatan.
Asha menggendong tasnya.
"Dion, Nikala, dan Visnu sudah lebih dari sekedar saudara buat Asha, Pa!"
Asha melangkah meninggalkan papanya. Tapi Gatan menahan lengan Asha hingga membuat gadis itu kembali berada di hadapan papanya.
"Kenapa lagi, Pa? Apa yang Asha katakan benar kok. Mereka lebih dari sekedar sahabat. Mereka selalu ada kapan pun setiap Asha butuh. Tidak seperti papa!", Asha melepaskan tangan Gatan dari lengannya.
"Tidak seperti papa katamu? Hah?", tanya Gatan yang terpancing emosi.
"Ya! Karena sejak papa menikahi jal*** itu hanya dia yang papa pikirkan! Hanya anak dengan wanita itu yang papa perhatikan! Asha cuma benalu yang kebetulan punya hak tinggal di rumah ini!''
Gatan melayangkan pukulan ke pipi Asha hingga gadis yang memakai seragam mini itu tersingkap.
Terlihat ada beberapa luka lebam di sana yang bisa Gatan lihat.
Asha buru-buru menutupinya. Bukan malu karena pinggangnya terlihat oleh sang ayah melainkan malas jika di tanya macam-macam.
"Pinggang kamu kenapa?", tanya Gatan. Asha membenarkan pakaiannya.
"Bukan urusan anda!", Asha pun meninggalkan Gatan yang masih berdiri di depan kamarnya.
Tak lama kemudian, Gatan pun menghampiri Ana dan Naura yang ada di meja makan. Sedang putranya, Sandy sedang di urus oleh baby sitternya.
"Dasar bocah sialan!", umpat Ana saat Asha melewatinya. Untung Gatan tak mendengar, coba kalau dengar pasti ia akan marah besar.
"Aku berangkat duluan ,mba, mas!", pamit Naura. Gatan tak merespon tapi tidak dengan Ana yang mengiyakan.
"Aku juga berangkat!", kata Gatan. Ana yang awalnya akan menyiapkan sarapan untuk Gatan hanya mendengus sebal.
Mereka selalu bertengkar jika berurusan dengan Asha.
Asha sendiri sudah meluncur ke sekolah. Di sana tiga sahabatnya sudah menunggu dengan cemas karena sahabat perempuan mereka satu-satunya tak bisa di hubungi.
Tapi akhirnya mereka bisa bernafas lega karena Asha datang dengan motor maticnya.
"Woi....kirain kemana Lo, dah siang kagak nongol-nongol!", ujar Visnu.
"Buat apa buru-buru! Kita masih di hukum kan? Lagian...kaya ngga tahu aja, nenek lampir di rumah lagi beraksi. Liat aja nanti, dia akan mendrama dan berperan jadi ibu tiri yang baik hati!", kata Asha.
Dion, Nikala dan Visnu sudah sangat paham seperti apa ibu tiri Asha. Dari yang tak pernah mengurus biaya sekolah Asha apalagi uang jajan untuknya.
Jadi, jangan heran kalau gadis itu mandiri sejak kecil walau pun bisa di bilang papanya termasuk kalangan berada.
Terakhir kali Asha meminta uang untuk study tour pada Ana, ia hanya mendapatkan cemooh dan siksaan fisik. Sejak saat itu, Asha bertekad untuk tidak pernah meminta uang pada Ana.
Kenapa tak meminta pada papanya!? Karena Asha tahu, papanya sudah memasrahkan segala kebutuhannya pada Ana. Tapi sayangnya sang ibu tiri sama sekali tak amanah.
Beruntung Asha memiliki tiga sahabat yang baik hati. Mereka membantu Asha tanpa harus Asha merasa berhutang budi.
"Pinggang masih aman!?", tanya Nikala saat empat sahabat itu menuju ke kelas.
"Masih sakit sih, lebam juga! Tapi ya udah lah, bentar lagi juga sembuh kaya ngga biasanya aja!"
Nikala menggeleng pelan mendengar jawaban Asha. Pasalnya, kemarin gadis itu jatuh di tangga sekolah. Entah siapa yang sengaja membuat Asha celaka.
"Oh iya, nanti malam ada balap kan? Gue dong yang turun, buat bayar LKS nih!", kata Asha.
"Gue, Dion, sama Nikala juga sanggup bayarin LKS Lo tanpa harus Lo turun nih malam!", kata Visnu.
Asha menatap mata Visnu yang juga tengah menatapnya.
"Jangan kasihani gue!", kata Asha yang berlalu meninggalkan ketiga sahabatnya.
Di tempat yang tak jauh dari sana, seseorang tengah mengawasi Asha yang berjalan menuju ke kamar mandi.
Suasana kamar mandi cukup sepi karena sebagian memang sudah masuk kelas. Kecuali empat sahabat itu yang memang sedang di hukum.
Asha masuk ke salah satu bilik kamar mandi. Dan tanpa ia tahu, bahaya tengah mengintainya.
Saat selesai membuang hajat kecilnya, tiba-tiba lampu di ruangan itu mendadak padam.
Suara saklar di matikan pun terdengar jelas di telinga Asha.
"Woy ...ngga usah iseng deh!", pekik Asha. Lalu ia berusaha membuka pintu bilik kamar mandi yang ternyata di kunci dari luar.
"Woy ...siapa diluar! Lawan gue sini kalo berani, jangan jadi pecundang Lo!", teriak Asha lagi.
Tiba-tiba ada yang menyiram lantai di mana ia berpijak.
"Apaan sih reseh banget!", Asha menyalakan ponselnya. Ia menghubungi Dion untuk membukakan pintu kamar mandi.
Di terangi lampu dari ponselnya, Asha melihat sebuah kabel yang di arahkan padanya. Di saat yang sama sambungan telepon Dion terhubung dan....
Drrretttt......
Asha tersengat listrik.
[Hallo, Asha? Lo kenapa??]
Visnu dan Nikala terkejut karena teriakan Dion yang panik.
"Asha ke mana?", tanya Dion.
"Kayaknya tadi ke arah toilet!", kata Visnu. Dion pun berlari ke sana. Dan setibanya di sana, kamar mandi sudah sapi. Tapi ada jejak basah ke arah salah satu bilik toilet.
"Asha ...Lo di dalam?", teriak Dion. Karena hanya salah satu bilik yang tertutup, Dion pun mendobrak pintu itu.
Dan setelah terbuka ...
"Asha.....!", teriak Dion panik. Seketika itu juga sekolah di hebohkan dengan kejadian dimana gadis yang sedang mendapatkan hukuman itu tergeletak di kamar mandi.
Ketiga sahabatnya tanpa memikirkan apa pun langsung membawa Asha ke rumah sakit terdekat. Pihak sekolah pun menghubungi keluarga Asha agar langsung menuju ke rumah sakit.
Sesampainya di sana ,Asha masih bernafas dan ditangani petugas medis. Dari pemeriksaan awal, di ketahui jika Asha terkena sengatan listrik.
Dan tentu saja hal itu sangat mengejutkan bagi ketiga sahabat Asha. Bagaimana mungkin ada tegangan listrik di toilet sekolah?
Dan yang tak kalah membuat mereka terkejut, ternyata ada kerusakan organ tubuh bagian dalam yang mungkin sengaja Asha abaikan.
Setibanya di rumah sakit, Gatan hanya mampu menatap sedih putri kandungnya yang terbaring lemah.
Ana pun pura-pura bersedih di hadapan mereka termasuk guru yang mendampingi ketiga sahabat Asha.
Dua hari di rawat di ruang ICU, Asha pun meninggalkan mereka semua. Ketiga sahabatnya merasakan kesedihan luar biasa, sedang Gatan lebih dari itu. Ia sangat menyesal telah menyia-nyiakan darah dagingnya selama ini.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Asha dulu ya ☺️
Haturnuhun 🙏🌺🌸🌸🌺
Aisha menyiapkan pakaian suaminya seperti biasa. Statusnya memang seorang istri dari Fazal Abidzar. Tapi sampai dua tahun pernikahan mereka sama sekali tak pernah melakukan hubungan suami istri pada umumnya.
Pernikahan karena perjodohan membuat Fazal enggan untuk menyentuh Aisha.
Ceklek....
Fazal keluar dari kamar mandi sudah dengan kaos oblong dan celana boxernya. Postur tubuhnya yang tinggi juga wajah rupawan pasti banyak di inginkan kaum hawa.
Sebagai perempuan normal, sebenarnya Aisha pun sama. Hanya saja, ia sadar kalau suaminya sama sekali tak memiliki perasaan pada nya.
Lalu bagaimana Aisha di mata Fazal?
Fazal akui meski tak ia katakan pada sang istri. Aisha gadis yang cantik, kalem dan penurut. Sayang, cinta Fazal sudah tertuju pada sosok perempuan bernama Naura yang sudah ia pacari bertahun-tahun lamanya. Namun keduanya tak bisa bersatu karena terhalang restu.
"Aisha siapkan sarapan sebentar!", kata Aisha.
"Ngga perlu! Aku sarapan bersama Naura di kantor nanti!", kata Fazal sambil memasang kancing kemejanya.
Aisha menarik nafas dalam-dalam. Lalu ia pun keluar dari kamar mereka. Jangan di pikir mereka akan pisah ranjang seperti di novel-novel. Mereka berada di ranjang yang sama. Hanya saja, Fazal seolah tak pernah tertarik pada Aisha.
Sabar Sha, percayalah mas Fazal pasti akan berubah!
Fazal menatap punggung kecil yang tampak ringkih itu melewati pintu. Dan setelahnya, ia tak peduli ke mana sang istri akan pergi.
Aisha menuju ke dapur untuk membantu asisten rumah tangga menyiapkan sarapan di rumah itu.
Rumah besar dan mewah yang di huni oleh empat kepala keluarga. Fazal, ayahnya, kakeknya juga kakak iparnya yang sama-sama menjadi kepala keluarga mereka masing-masing.
"Udah mau selesai kok non, non Aisha bergabung sarapan aja!", kata bibik. Aisha yang mengenakan hijab lebarnya hanya tersenyum.
"Insya Allah saya puasa ,bik!"
Bibik memandangi menantu di keluarga ini dengan tatapan sendu. Gadis sebaik Aisha, harus berada dalam istana yang seperti neraka.
"Heh, gadis kampung! Enak-enakan di sini! Siapkan sarapan sana!", bentak Binar, kakak dari Fazal.
"Iya, mba!", sahut Aisha.
"Saya bantu non!", kata bibik.
"Ngga usah, manja banget sih gitu doang di bantuin! Biarin, biar dia sadar diri di sini dia itu siapa!", kata Binar. Bibik menatap iba pada Aisha.
Binar meninggalkan dapur lebih dulu di susul Aisha yang membawa beberapa makanan yang sudah tersaji di meja dapur.
"Zal, kamu ngga sarapan?", tanya Eva pada anak lelakinya.
"Aku sarapan di kantor aja Bu!", jawab Fazal. Lalu lelaki itu pun meninggalkan ruang makan begitu saja.
Kakek dari Fazal menatap cucu lelakinya dengan pandangan penuh emosi. Pasalnya, bukan baru sekali dua kali cucunya bersikap seperti itu.
Binar dan Adi sudah duduk dengan tenang di meja makan. Begitu pula dengan kakek juga dengan Firman dan Eva.
"Sarapan sekalian, Sha!", pinta Abid, kakek Fazal.
"Terimakasih kek, insyaallah Aisha shaum hari ini!", tolak Aisha halus.
Abid semakin kagum dengan cucu menantunya. Tapi entah kenapa cucunya begitu bodoh menyia-nyiakan gadis sebaik Aisha.
Acara sarapan pun usai. Mereka sudah beraktivitas seperti biasa. Tersisa Eva yang ada di rumah mewah itu.
[Hahah iya jeng, satu jam lagi aku sampai ke sana]
Usai menutup panggilan teleponnya, Eva berteriak memanggil Aisha.
"Aisha!!!"
Aisha yang sedang menjemur pakaiannya pun tergopoh-gopoh menghampiri ibu mertuanya.
"Ya, Bu? Ibu panggil saya?", tanya Aisha.
"Lelet banget sih di panggil dari tadi, itu setrika gamis ku yang hitam. Cepetan!", perintah Eva dengan kasar.
"Iya, Bu!", jawab Aisha sambil berlalu menuju ke ruang laundry di mana gamis yang akan Eva pakai masih menggantung di sana.
Aisha pun menyetrika pakaian Eva yang tentu saja berharga fantastis. Sebagai istri seorang pengusaha, wajar jika dirinya turut mengikuti mode istri para pengusaha lainnya.
Dengan hati-hati Aisha menyetrika pakaian Eva. Tapi ternyata pakaian mahal itu tidak bisa di setrika dengan setrika biasa melainkan dengan setrika uap yang ada di ruangan itu.
Alhasil, pakaian mahal milik Eva itu pun rusak dengan bekas setrika yang bolong cukup besar.
"Astaghfirullahaladzim....!", Aisha sampai terkejut.
Eva yang sudah bersiap itu pun menghampiri ruang laundry untuk mengambil pakaiannya. Betapa terkejutnya Eva saat mengetahui dresscode yang akan ia pakai justru rusak.
"Aisha!!!", teriak Eva berang. Aisha menunduk takut mendengar teriakan ibu mertuanya.
Kopi panas yang baru saja ia seduh, ia siramkan ke arah Aisha dan mengenai lengan gadis yang tertutup pakaian lengan panjang itu.
"Ah ....!", Aisha memekik keras karena kepanasan.
Eva melemparkan cangkir lalu menarik kepala Aisha.
"Aaampun...Bu! Aisha minta maaf! Aisha akan menggantinya!", kata Aisha.
"Mengganti katamu? Uang dari mana hah? Dari anakku?? Iya?!", bentak Eva.
Bibik yang mendengar suara benda pecah pun berlari menuju ke arah ruang laundry.
"Ya Allah, nyonya!", bibik berusaha membuat sang nyonya melepaskan tangannya dari kepala Aisha.
"Bibik diam di situ!", bentak Eva. Bibik pun tak bisa berbuat apa-apa selain melihat Aisha yang terisak karena merasakan perih di lengannya juga rambutnya yang ada di balik hijab di tarik kasar.
Binar yang kebetulan pulang kembali karena ada berkasnya yang tertinggal pun menghampiri keributan di ruang laundry.
"Apa sih ribut-ribut?", tanya Binar. Perempuan itu memicingkan matanya melihat sang ibu sedang menjambak Aisha.
"Ini nih, gadis kampung ini udah rusakin baju ibu!", adu Eva pada anak sulungnya. Binar mengambil pakaian Eva yang rusak tersebut.
"Eh...gila kali ya! Kamu ngga tahu berapa harga baju ini, heum?", tanya Binar pada Aisha. Aisha hanya menggeleng lemah.
Binar menarik Aisha ke meja setrika. Dan tanpa aba-aba, Binar menempelkan setrika itu ke punggung Aisha seperti posisi pakaian yang rusak tadi.
"Ahhhhh....! Astaghfirullah!", pekik Aisha.
"Ya Allah, non Binar!", spontan bibi menarik Aisha ke dalam dekapannya.
"Sudah nyonya, nona! Sudah! Kasian non Aisha!", kata bibi terisak. Eva yang sudah bad mood pun meninggalkan ruangan itu.
Aisha memang lemah. Ia tak berani melawan suami apalagi ibu mertua dan kakak iparnya. Gadis itu terlalu takut untuk sekedar bicara.
"Bibi obati ya, non!", kata bibi yang tak kalah terisak. Aisha hanya mengangguk pasrah saat bibi menuntunnya ke dapur untuk mengobati luka Aisha.
Perempuan paruh baya itu menangis sambil mengoles obat di tubuh Aisha.
"Udah Bi, ngga apa-apa!", kata Aisha. Si bibi tak sanggup berkata-kata. Dia merasa sangat kasihan pada Aisha. Gadis sebaik Aisha harus menerima takdir seperti ini.
🌸🌸🌸🌸🌸💐🌺🌺
Fazal pulang dari kantor sebelum perang. Seperti biasa, Aisha sudah menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya.
"Mau di buatkan teh, mas?", tanya Aisha.
"Heum!", gumam Fazal. Tapi matanya menatap ada yang berbeda dengan Aisha, entah apa.
Beberapa menit berlalu, Aisha pun kembali ke kamar sambil membawa secangkir teh.
"Ini teh nya mas!", kata Aisha. Gadis itu memungut pakaian kotor Fazal. Lalu ia pun menyimpan sepatu suaminya ke tempat biasa.
Fazal menyesap tehnya perlahan.
"Mas!", Aisha sudah duduk di hadapan suaminya.
"Mau bicara apa?", tanya Fazal.
"Eum...apa ngga sebaiknya kita tinggal di tempat lain mas? Maksudnya biar kita bisa mandiri. Ak-aku ngga keberatan kalau mba Naura ke rumah. Aku ...."
Fazal menatap datar pada istrinya.
"Ngga! Kita akan tetap di sini!", kata Fazal. Aisha menghela nafas berat.
"Tapi mas, maaf di rumah ini aku merasa...!"
"Stop! Berhenti mengadu yang tidak-tidak! Paham!", kata Fazal yang langsung berdiri.
"Demi Allah mas ,aku ngga ada niat buat adu domba mas dengan....!"
"Stop ku bilang Aisha! Diamlah! Jangan sampai aku berbuat kasar pada mu meski aku bisa melakukannya!", bentak Fazal.
Aisha sudah tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Dia hanya menatap punggung Fazal yang menjauh menuju ke kamar mandi yang ada di ruang tidur mereka.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
"Kamu tuh kelewat be** tahu ngga!", Binar kesal karena berkas pentingnya basah. Kertas itu terjatuh di lantai yang baru saja Aisha pel.
"Maaf mba!", kata Aisha.
Binar yang kesal pun menarik Aisha dengan paksa. Rasa nyeri karena melepuh terkena air panas di pergelangan tangannya pun semakin terasa sakit.
Binar menyeret Aisha ke kolam renang dan mendorongnya hingga tercebur.
"Heh! Dengerin baik-baik! Jangan keluar dari sini sebelum kami berangkat ke kantor! Paham!", kata Binar sedikit menjauh dari kolam karena ia tak mau basah. Dia akan ada rapat dengan klien pagi-pagi sekali.
"I-iya mba!", kata Aisha sambil menggigil. Suasana subuh itu memang mendung dan gerimis kecil.
"Ke tengah sana, jangan di pinggiran!", bentak Binar.
"Sa-saya ngga bisa berenang mba!", kata Aisha.
Binar menaikkan salah satu alisnya.
"Oh ya?", Binar tersenyum smirk. Tanpa mengatakan apa pun, Binar pun meninggalkan area kolam renang.
Tubuh Aisha menggigil hebat. Luka di punggungnya pun masih basah dan terasa semakin perih. Mungkin karena efek itu membuat tubuh Aisha demam.
Karena semakin dingin, kaki Aisha pun kram. Ia tak bisa mengimbangi badannya yang terendam lama pun akhirnya benar-benar tenggelam.
Ia berusaha meminta pertolongan, tapi naas tak ada satu pun penghuni rumah itu yang mendengarnya.
Hingga Fazal yang biasa tinggal memakai pakaiannya usai mandi menyadari tak ada pakaiannya disana.
"Aisha!!!", teriak Fazal. Tak ada sahutan dari sang istri, Fazal pun menuju ke bawah. Suasana rumah masih sepi. Bibi yang biasa di dapur juga tak menunjukkan batang hidungnya.
"Kemana gadis itu!", monolog Fazal. Tanpa Fazal sadari, ia sudah tergantung pada Aisha selama dua tahun ini.
"Jangan-jangan gadis itu kabur karena aku tak percaya omongannya semalam!", monolog Fazal namun dengan emosi yang memuncak.
Samar-samar ia melihat sesuatu yang aneh di kolam renang. Fazal pun mendekat ke kolam renang. Matanya melebar sempurna saat menyadari jika istrinya yang sedang berusaha untuk tidak tenggelam. Namun entah sudah berapa banyak air yang masuk ke dalam paru-parunya.
Tanpa pikir panjang, Fazal pun meraih tubuh kecil istrinya. Ia menyeret Aisha ke tepi. Usai tiba di tepi kolam, Fazal memberikan pertolongan pertama pada korban tenggelam. Tapi Aisha tak memberi reaksi apa pun.
Fazal membopong tubuh kecil itu langsung menuju ke mobilnya.
"Zal! Aisha kenapa?", tanya Firman. Firman dan istrinya baru saja keluar dari kamar.
"Tenggelam ,Yah!", jawab Fazal. Lalu mereka pun membawa Aisha ke rumah sakit terdekat.
💐🌺💐🌺💐🌺💐
Agak panjang kayaknya part Aisha 🤭
Haturnuhun 🙏🙏🙏😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!