Sheyla Dilraba melangkah dengan tenang melewati trotoar yang ramai lalu lalang orang -orang. suara mesin kendaraan di sepanjang jalan kota seakan menjadi latar belakang yang samar.
Di balik wajah cantik dan tatapan tajamnya dia memperhatikan setiap gerakan disekitarnya. Segalanya tampak tenang terkendali seiring dengan ritme nafasnya yang selalu stabil.
Sejak menginjak remaja sheyla melatih dirinya untuk tidak terpengaruh oleh kehidupan kota yang menawarkan keindahan didalamnya.
Sheyla hidup berdasarkan prinsip yang mungkin bagi sebagian orang terkesan kaku, dan bisa dibilang kuno. Akan tetapi baginya itu adalah cara melindungi diri dari kehidupan bebas anak remaja.
Stoicism adalah aliran filsafat yang mengajarkan untuk memegang kendali atas dirinya sendiri untuk tidak menggantungkan kebahagiaan pada apa yang di luar kendali.
Filsafat ini sudah mengakar dalam diri sheyla dan membentuk cara berpikir dan bertindak dengan penuh perhitungan.
Sheyla percaya bahwa emosi adalah sesuatu yang harus dikelola bukan di lepaskan begitu saja.
Dalam segala hal ketenangan adalah kunci untuk menghadapinya agar lebih baik, seperti namanya sendiri Sheyla Dilraba yang memiliki arti kegelapan dan bayangan yang berarti ketenangan atau bisa juga diartikan sebagai bayangan cinta dan kasih sayang yang tersembunyi.
Seolah menyatu dengan arti namanya Sheyla pun memiliki sikap yang tenang dalam menyikapi segala hal yang menurutnya bisa dikendalikan.
Hari ini adalah hari Sabtu dimana hari ini adalah waktunya untuk melepaskan semua penat setelah beberapa hari bekerja. Dan rencananya sheyla akan mengunjungi perpustakaan yang sudah menjadi rutinitasnya jika sedang libur.
Selain membaca, perpustakaan memberinya ruang untuk merenung. Sebuah pelarian dari hiruk pikuk keramaian kota.
Tempat dimana sheyla akan menghabiskan waktu berjam-jam tanpa gangguan.membaca buku filsafat atau Sastra klasik dan berpikir tentang kehidupan tanpa tekanan.
Saat tiba di perpustakaan sheyla menyusuri rak buku dengan langkah lambat mencari buku yang menarik untuk dibaca.
Setelah beberapa menit akhirnya sheyla menemukan salah satu buku yang menarik dimatanya dan seolah-olah menunggu untuk diceritakan.
Sheyla memilih buku Buku "Flow: The Psychology of Optimal Experience" karya Mihaly Csikszentmihalyi mengisahkan tentang konsep "Flow" atau "Aliran" yang merujuk pada keadaan psikologis di mana seseorang sepenuhnya terlibat dalam aktivitas yang mereka lakukan, merasa sangat bahagia, dan memiliki kontrol penuh atas tindakan mereka.
Ini adalah pelajaran paling penting yang selalu dia pegang yaitu memiliki kontrol terhadap diri sendiri.
Ketika dia keluar dari perpustakaan ponselnya berdering dan tertera nama Axelliano dilayar ponselnya.
Axelliano adalah tunangannya dan tak lama lagi mereka akan melangsungkan pernikahan.
"Hay, " suara Axel terdengar dari seberang telepon. "Kau ada dimana?"
"Aku di perpustakaan".Jawab sheyla sambil melangkah ke arah meja yang ada dipojok perpustakaan tempat favoritnya dimana ia selalu membaca buku dan duduk disana.
"Kau terdengar sangat lelah." tanya sheyla penuh perhatian.
"Ya, hari ini sangat sibuk di perusahaan." jawab Axel lelah.
Sheyla hanya tersenyum mendengar jawaban dari tunangannya meskipun Axel tidak bisa melihatnya. "Itu sudah menjadi tanggung jawabmu bukan?kau akan baik-baik saja, percayalah."
Axel tertawa kecil diseberang telfon. "Terimakasih, kau selalu menjadi penenang saat aku sedang lelah dengan tumpukan pekerjaanku ini".
"Lelah itu manusiawi, tapi ingat! Lelah itu sementara. Kau tahu apa yang harus dilakukan fokus pada apa yang bisa kau kendalikan."
Sheyla melihat sekitarnya dan merasa tidak enak, jika harus menerima panggilan telfon sementara saat ini berada di perpustakaan pun akhirnya dengan berat hati mengakhiri telfonnya.
"Axel, maaf kita lanjutkan nanti saja telfonnya" ucap Sheyla dengan menyesal.
"Baiklah, aku juga akan melanjutkan pekerjaanku" jawab Axel mengerti
Sheyla tersenyum dan mengerti dengan kesibukan sang tunangan dan hubungan mereka tidak seperti pasangan pada umumnya yang akan berkencan bila hari libur.
Setelah telfon Ditutup, sheyla mulai membuka bukunya dan membacanya dengan tenang.
Disaat-saat seperti ini sheyla sering memikirkan hidupnya. Kehidupan yang dia jalani mungkin tidak selalu mudah, tetapi dia selalu merasa bahwa setiap rintangan yang dihadapinya adalah kesempatan untuk belajar lebih baik.
Dari usia remaja sheyla sering menyaksikan bagaimana emosi yang tidak terkendali bisa merusak hubungan dan menciptakan kekacauan.
Ayah dan ibunya kerap kali melampiaskan kemarahannya dan frustasinya pada hal-hal kecil dan itu membuat sheyla tertekan.
Sheyla menyadari bahwa dia tidak ingin hidupnya berakhir seperti ayah dan ibunya yang terombang-ambing oleh emosi yang seharusnya bisa diredam.
Dan dari buku filsafat stoicism lah sheyla menemukan ketenangan yang selama ini dicarinya . Dia belajar bahwa kehidupan tidak bisa selalu dikendalikan dan kehidupan bisa sepenuhnya dibawah kendalinya.
Dan sheyla mengambil contoh itu semua dari hubungannya dengan Axel.
Ketika orang lain mungkin akan merasa frustasi dan kecewa karena kekasih mereka sibuk justru sheyla dengan tenang dan memahami kesibukan sang kekasih.
Karena bagi sheyla kesibukan sang kekasih adalah ujian kecil bagi hubungannya.
Sheyla dengan santai menjalani hubungan yang baginya baik-baik saja.
Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat hingga hari matahari mulai terbenam dan beranjak malam.
Sheyla menutup bukunya dan beranjak berdiri lalu meletakkan buku tersebut ke tempat semula.
Sheyla cukup puas membaca isi dalam buku yang ia baca dan dapat mengambil point dari buku tersebut.
*
*
Saat perjalan pulang menuju apartemennya, udara dingin mulai menyambutnya dan menyentuh kulit putihnya.
Sheyla tersenyum tipis menyusuri trotoar dan menghirup udara dingin dengan hati yang hangat.
Dia percaya bahwa selama dia memegang kendali atas dirinya sendiri, tidak ada hal yang sulit untuk dilaluinya.
Dan kesibukan sang kekasih bukanlah suatu penghalang untuk hubungannya. Karena baginya cinta tidak harus selalu ditunjukan dengan kehadiran fisik akan tetapi cinta adalah memberikan ruang kebebasan pada pasangan untuk berkembang dan saling mendukung satu sama lainnya.
Meskipun terlihat naif namun sheyla tetap pada prinsipnya yaitu saling percaya dan mendukung.
Sheyla menghela nafas panjang dan menatap indahnya lampu lampu kota yang memberikan kesan keindahan malam di perkotaan dengan lalu lalang kendaraan yang menambah keramaian.
Sheyla mendongak sejenak menatap langit yang bertaburan bintang dengan cahayanya yang berkelap-kelip dan melanjutkan perjalanannya menuju apartemennya.
Sinar matahari pagi masuk melalui celah-celah tirai kamar sebuah apartemen membawa kehangatan bagi sang pemilik.seorang wanita yang masih tertidur pulas dengan guling yang dipeluknya.
Kehangatan pagi hari seolah membuatnya semakin betah untuk menghabiskan waktunya untuk tidur.
Sheyla, mengerjapkan matanya hingga terbuka sempurna kemudian dia merenggangkan kedua tangannya dan beranjak duduk.
Menghela nafas sejenak lalu berjalan menuju kamar mandi.tak butuh waktu lama sheyla menyelesaikan ritual mandinya. kini dia sudah sangat cantik dengan dress selutut dan dia memoles wajahnya tipis dan rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai yang membuatnya semakin cantik.
Sheyla keluar dari apartemen menuju lift yang akan membawanya ke lantai bawah. Setelah pintu lift terbuka dia keluar dan berjalan dengan anggun menuju ke basemen dimana mobilnya terparkir disana.
Sheyla mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju sebuah kafe dimana dia akan bertemu dengan tunangannya disana.
*
*
Tiba disebuah kafe, sheyla memarkirkan mobilnya dan berjalan masuk kedalam kafe dimana sudah ada sang kekasih yang menunggunya disana.
Axel yang melihat kedatangan sheyla pun lantas beranjak berdiri dan melambaikan tangannya pada sang kekasih dengan senyum manisnya dan sheyla membalas senyumnya tak kalah menawan.
Axel memeluk sheyla dan mencium bibirnya mesra saat sang kekasih tiba didepannya. Seolah dunia hanya milik mereka berdua.sheyla tersenyum dalam pelukan sang kekasih karena momen seperti ini jarang sekali mereka dapatkan karena kesibukan mereka masing-masing.
Sheyla duduk disudut kafe favoritnya, menatap secangkir kopi yang masih penuh dengan uap yang mengepul yang sudah dipesan oleh sang kekasih untuknya. Hal kecil seperti ini yang membuat sheyla sangat tersentuh, dia menatap sang kekasih dengan tatapan penuh kagum dan bersyukur memiliki kekasih yang baik, dan perhatian meski hubungan mereka terbilang sangat datar sekali.
Seperti biasa jarang ada percakapan diantara mereka. Bukan karena ada pertengkaran atau perselisihan tetapi karena tidak ada yang perlu dibicarakan.
Semua yang dibicarakan sudah pernah dibahas dan tak pernah ada masalah dalam hubungannya. Sheyla sangat mengerti dengan hubungan yang dia jalani saat ini dan baginya hubungannya stabil karena mereka sangat menghargai privasi masing-masing.
Sheyla tersenyum dan menghela nafas perlahan, matanya menatap keluar jendela kafe yang disuguhkan dengan pemandangan taman kecil dengan tumbuhan bunga yang berwarna-warni.
Dia mengangkat cangkir kopinya dan meminumnya sedikit lalu meletakkan kembali di mejanya. Sheyla menatap sang kekasih yang sibuk dengan ponselnya.
"Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Axel yang baru saja meletakkan ponselnya.
"Baik" jawab sheyla singkat dengan tersenyum tipis.
Axel mengangguk pelan dan menatap wajah sheyla mencoba mencari sesuatu dalam diri wanita yang menjadi tunangannya ini. Tak ada celah kekurangan baginya dan bahkan menurut Axel, sheyla adalah wanita yang sangat sempurna dimatanya. namun meski begitu dia merasa kehampaan dalam hubungannya sekaligus merasa bersalah karena sudah mengabaikan wanita sebaik sheyla yang selalu mengerti dan mendukungnya.
Mereka telah bersama selama satu tahun dan selama itu tak pernah ada pertengkaran dan perselisihan dalam hubungannya. Sheyla adalah wanita yang sangat tenang menyikapi segala sesuatu yang membuat Axel semakin merasa bersalah telah mengkhianati wanita yang sebenarnya sangat dia cintai.
Axel menyesal telah mengkhianati wanita sebaik dan sempurna seperti sheyla. Tapi dia yang kala itu tergoda dengan sahabat dari sang kekasih tak dapat memungkiri jika nantinya cepat atau lambat pasti sheyla akan mengetahuinya.
"Ada yang ingin kau katakan?" tanya sheyla yang sedari tadi memperhatikan sang kekasih yang menatapnya seolah ingin menyampaikan sesuatu.
"Ah...tidak, setelah ini kau ingin kemana?" Axel terkejut dan mencoba mengalihkan pembicaraan agar sheyla tak bertanya lebih.
"Aku tidak ingin kemana-mana. Apa kau sibuk hari ini, kau tampak gelisah?" tanya sheyla lagi.
"Ehm...apa kau tidak keberatan jika aku tinggal karena ini sangat urgent." ucap Axel menyesal.
Sheyla menghela nafas perlahan dan tersenyum sangat tipis nyaris tak terlihat sebelum menjawab.
"Masalah pekerjaan?" tanya sheyla tenang dan tatapannya yang tajam mencari kebohongan dalam diri sang kekasih.
Axel menatap sang kekasih dengan penyesalan dan kemudian dia mengangguk kecil.
"Pergilah, aku tidak apa-apa" ucap sheyla tenang.
Axel mendongak dan menatap sang kekasih dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Lalu dia beranjak berdiri dan menghampiri sheyla kemudian mencium keningnya lama dan pergi meninggalkan sang kekasih yang masih setia duduk disana.
Sheyla menatap kepergian sang kekasih dengan tatapan kecewa namun sekali lagi dia berusaha mengendalikan dirinya dan menganggap semua baik-baik saja. Naif memang, tapi dia yang selalu berpegang teguh dengan prinsipnya dan tidak mempermasalahkannya.
Tak lama kemudian sheyla pun beranjak pergi dari kafe itu dan menuju taman kota. dia duduk di kursi panjang tengah kota itu dan menatap lalu lalang orang yang menghabiskan waktu liburnya dengan keluarga, sahabat atau kekasihnya. Tawa riang anak-anak yang sedang bermain dengan ayah ibunya membuat sheyla tersenyum tipis dan mengenang saat dulu kecil dimana dia juga merasakan hal serupa seperti anak-anak itu.
Flashback
Keluarga yang harmonis terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak perempuan yang sangat cantik sedang tertawa riang di ruang keluarga dimana sang ayah sedang bermain dengan anak perempuannya. Anak perempuan itu adalah Sheyla Dilraba nama yang memiliki arti " Kecantikan dalam kegelapan atau bisa juga bayangan cinta yang tersembunyi.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu sheyla kehilangan moment itu saat ayah dan ibunya sering terlibat pertengkaran. Keluarga yang awalnya harmonis berubah menjadi kacau dan jauh, hingga suatu malam ayah dan ibunya terlibat pertengkaran saat dalam perjalanan dan membuat mobil yang dikendarainya oleng dan jatuh ke jurang mengakibatkan ayah dan ibunya meninggal ditempat.
Kejadian itu membuat sheyla hancur karena kini dia harus hidup sendiri tanpa ayah dan ibunya. Hari-hari sheyla penuh dengan kesedihan dimana dia harus berusaha mencari makan sendiri dengan bekerja paruh waktu agar mendapat upah untuk menghidupi dirinya sendiri.
Hingga menginjak remaja sheyla sudah terbiasa dengan kesendirian dan bahkan membiayai hidupnya sendiri. Dia berusaha selalu kuat dan tegar ditengah kesulitan yang dia alami hingga sekarang.
Jika sheyla merasa lelah dan putus asa, dia kembali menguatkan dirinya dan mengingat salah satu filsafat yang pernah dia baca. "Kendali terhadap hal yang dapat dikendalikan dan melepaskan kendali terhadap hal yang tidak dapat dikendalikan ".
Prinsip itu seolah sudah mendarah daging dalam diri sheyla hingga saat ini dan itu selalu dia terapkan dalam hidupnya.
Flashback on
Malam itu setelah kencan yang jarang mereka lakukan berakhir, Axel yang berbohong karena sibuk dengan pekerjaannya kini sedang bersama dengan seorang wanita di bandara.
Ya...Axel menjemput wanita yang tak lain adalah Kassandra wanita yang membuatnya tergoda sekaligus sahabat dari tunangannya. Mereka menjalani hubungannya dibelakang sheyla dan selama ini bahkan mereka sudah melakukan hubungan layaknya pasangan suami istri.
Kassandra yang sudah sebulan tak bertemu dengan Axel sang kekasih karena dia sedang ada pekerjaan di luar negri pun, melepaskan rasa rindunya dengan memeluk kekasihnya erat.
"Aku merindukanmu?" ucapnya manja dalam pelukan Axel.
Axel tersenyum mendengar ucapan sang kekasih yang sangat manja dimatanya, namun itu membuatnya merasa senang. Karena dia merasa sangat dibutuhkan, Dibanding dengan sheyla yang sangat mandiri dan sangat sempurna bukan hanya dari fisik saja akan tetapi sikapnya pun sangat sempurna Dimata Axel.
"Hay, honey sepertinya kau tidak senang dengan kedatanganku?" ucap Sandra yang melihat Axel tidak antusias dengan pertemuannya setelah sebulan tidak bertemu.
Axel tampak terkejut sejenak dan kemudian tersenyum lalu mencium bibir Sandra gemas.
"Aku juga merindukanmu sayang" ucapnya singkat.
Kemudian mereka pun pergi meninggalkan bandara dan menuju rumah mewah Axel.
Sandra sering menginap dirumah Axel selama ini dan sheyla tak pernah mengetahuinya. karena Sheyla memang jarang kerumah Axel meski mereka sudah bertunangan.
Disisi lain, sheyla yang baru saja selesai membersihkan dirinya kini duduk dibalkon kamarnya dan menatap langit malam yang gelap dengan helaan nafas panjangnya.
Sheyla merenungkan hubungannya dengan sang kekasih yang baginya sangat datar. dia menyadari ada yang salah dalam hubungannya dan hal itu membuatnya bimbang.
Bagi kebanyakan orang hubungan mereka adalah hubungan yang sangat ideal dan sangat di idam-idamkan. namun tak dapat di pungkiri Sheyla merasa hambar menjalaninya.
Sheyla memeluk tubuhnya sendiri ketika angin berhembus menerpa wajahnya dengan kesejukan yang menusuk hingga ke tulang.
Setelah beberapa saat ia merenungkan perasaanya yang bimbang dan mulai mengganggu pikirannya. Sheyla yang selama ini selalu bisa mengontrol perasaannya kini justru tak mampu menghadapinya dan meragukan hubungannya bersama Axel, pria yang sudah setahun ini menempati isi hatinya.
Namun, seiring berjalannya waktu ia semakin bimbang dengan perasaannya. Ia menyadari ini bisa kendalikan akan tetapi gejolak hatinya menyangkal hal itu.
Sheyla menghembuskan nafas panjangnya.
"Mungkin aku saja yang terlalu banyak berpikir" Ucap sheyla dalam hati dan beranjak berdiri dari sofa, lalu melangkah masuk kedalam kamarnya.
Sheyla naik ke atas ranjangnya dan merebahkan tubuh lelahnya disana kemudian ia memejamkan matanya dan tak butuh waktu lama ia pun tertidur pulas.
*
*
Keesokan paginya, sheyla yang sudah rapi dengan setelan jas warna coklat susu dengan kemeja putih dan celana panjang warna senada dengan jasnya.
Rambutnya yang panjang diikat ekor kuda dan riasannya tipis namun tetap terlihat cantik.sejenak ia menatap dirinya dicermin dan sudah terlihat sempurna, ia pun melangkah keluar apartment menuju basement dimana mobilnya terparkir disana.
Sheyla yang sangat perfeksionis dan cekatan dalam bekerja tak ingin ada kesalahan sedikit pun dan hari ini akan ada meeting di perusahaan dan ia tak ingin terlambat.
Ya,,,dedikasinya terhadap perusahaan dimana ia bekerja sangat tinggi dan bahkan sheyla tak butuh waktu lama untuk naik jabatan karena kepiawaian dan kepintarannya.
Saat ini sheyla yang menjabat sebagai manajer keuangan sangatlah penting bagi perusahaan dan tak jarang ia dikirim ke perusahaan cabang untuk mengaudit laporan keuangan disana.
Selain pintar dan teliti, sheyla juga sangat perfect dalam mengerjakan sesuatu yang membuat atasannya sangat percaya padanya hingga banyak staf lain yang merasa iri padanya.
Sheyla mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, berusaha menghindari kemacetan lalu lintas pagi yang memadati jalan. Ia memandang ke kiri dan kanan mencari celah untuk melintas lebih cepat.
Meskipun pagi ini ia harus menghadapi kepadatan, sheyla tetap tenang dan berusaha fokus pada kemudinya. Ia menyetel lagu favoritnya dan Menikmati suasana pagi yang cerah.
Saat berhenti di lampu merah, sheyla melihat pesan singkat dari Axel. "Selamat pagi, sayang. Semoga hari ini persentasinya lancar ya".
Sheyla tersenyum dan membalas pesan semangat dari sang tunangan.
" Selamat pagi, Axel. Terimakasih".
Setelah lampu berubah hijau, sheyla melanjutkan perjalanan menuju kantor. Ia mempercepat laju mobilnya dan memasuki jalur cepat hingga tak berapa lama akhirnya sheyla tiba dikantor dan memarkirkan mobilnya di tempat parkir.
Sheyla turun dari mobilnya dan kemudian melangkah masuk kedalam gedung dengan percaya diri. Ia melewati pintu otomatis dan menyapa security yang sudah mengenalnya.
Di dalam lift, Sheyla memeriksa penampilannya dicermin dan mengatur nafas dalam-dalam. Ia siap untuk meeting pagi ini.
Saat lift berhenti dilantai 20, Sheyla keluar dan langsung menuju ruang meeting, ia melihat sudah ada beberapa staf petinggi perusahaan disana.
"Pagi Sheyla" sapa Edward salah satu petinggi perusahaan.
"Pagi, pak Edward" jawab Sheyla ramah dan langsung menduduki bangku yang tersedia untuknya.
Tak lama, CEO perusahaan bapak Antonio Wijaya memasuki ruangan meeting bersama asisten pribadinya, Sani. Semua yang hadir berdiri dan menundukan kepala sebagai tanda hormat.
Bapak Antonio Wijaya tersenyum dan mengangguk lalu duduk dikursi direktur utama diikuti oleh Sani asisten pribadinya yang duduk disebelahnya.
"Selamat pagi, semua. hari ini kita akan membahas laporan keuangan perusahaan beberapa bulan terakhir, dan Sheyla silahkan presentasikan laporan keuangan triwulannya" ucap tegas sang CEO.
Sheyla berdiri mengatur nafas dan memulai presentasinya dengan lugas dan cermat .
"Selamat pagi, pak Antonio dan rekan-rekan yang terhormat" sapa Sheyla dengan percaya diri sebelum memulai presentasinya.
Sheyla menekan tombol remote dan slide pertama muncul dilayar.
Berikut adalah laporan keuangan selama tiga bulan terakhir, Sheyla menjelaskan setiap poin dengan jelas dan terstruktur.
Sang CEO dan beberapa petinggi perusahaan memperhatikan presentasi Sheyla dengan seksama, mereka saling bertukar pandangan menunjukan ketertarikan dan kepuasan dan sang CEO mengangguk puas dengan hasil presentasinya.
"Terimakasih, Sheyla. anda telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dan Laporan keuangan ini akan membantu kami dalam perencanaan strategis perusahaan" Ucap sang CEO yang merasa sangat bangga dengan hasil kerja Sheyla.
Beberapa staf petinggi perusahaan pun mengangguk setuju menandai akhir dari meeting pagi ini dengan hasil yang memuaskan.
Setelah sang CEO keluar dari ruangan meeting, satu persatu staf petinggi perusahaan pun meninggalkan ruang meeting begitu juga dengan Sheyla yang kembali ke ruangannya.
Sheyla duduk dikursi kerjanya, menghela nafas lega setelah presentasi yang sukses. Ia merasa bangga dan lega karena berhasil menyampaikan materi dengan baik.
*
Saat jam makan siang tiba, sheyla keluar dari ruangan dan akan menuju ke perusahaan sang tunangan untuk makan siang bersama.
Perusahaan Axel yang tidak jauh dari kantor Sheyla memudahkan sheyla untuk cepat sampai. dan setelah tiba didepan gedung perusahaan sang tunangan Sheyla keluar dari mobilnya dan memasuki gedung tersebut.
Sheyla langsung menuju ruangan Axel tunangannya karena semua karyawan Arthur sudah mengenal Sheyla sebagai tunangan dari Bos mereka.
Sheyla berhenti di depan pintu ruangan Axel , hatinya berdebar melihat tunangannya berciuman dengan seorang wanita yang sangat ia kenal lewat pintu yang terbuka sedikit.
Sheyla merasa dunianya terbalik, ia terpaku dan hatinya terpukul. Ia merasa seperti ditusuk dari belakang. sahabatnya Kassandra berciuman mesra dengan tunangannya.
Sheyla berusaha menahan air matanya, ia merasa dikhianati oleh dua orang yang paling dipercayainya.
Dengan langkah perlahan dan hati yang hancur Sheyla membuka pintu ruangan itu dengan lebar dan berjalan mendekat ke arah Axel dan Sandra yang terkejut dengan kedatangannya.
"Axel, apa ini?" tanya Sheyla dengan suara gemetar.
"Sheyla..." ucap Axel gugup.
Sheyla beralih menatap Sahabatnya
"Bukankah kau bilang kau sedang ada pekerjaan di luar negeri? Lalu apa ini?" tanya sheyla masih berusaha menahan air matanya.
"Sayang...ini tidak seperti yang kamu lihat'' ucap Axel memotong.
"Jangan bohongi aku, Aku melihat semuanya" ucap Sheyla dengan air mata yang luruh sudah meski berusaha ia tahan.
Kassandra tersenyum sinis dan berjalan mendekat ke arah sheyla dan berdiri dengan angkuh tepat didepannya.
"kau sahabatku, tapi kau melakukan ini dibelakang ku?" ucap Sheyla dengan suara tercekat.
Kassandra menatap Sheyla dengan ekspresi tidak bersalah, bahkan sedikit menantang.
"Sahabat? kita hanya teman Sheyla dan cinta tidak bisa dibagi, Axel milikku dan akan selamanya menjadi milikku" ucapnya dengan percaya diri.
Axel berdiri dan menundukkan kepalanya tidak berani menatap Sheyla.
Sheyla menatap jari manisnya yang terpasang cincin indah bukti dan ikatan cinta dari Axel, lalu melepaskannya dan berjalan melewati Kassandra dan memberikan cincin itu kepada Axel.
"Kita putus," ucap Sheyla dan berbalik pergi meninggalkan ruangan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!