NovelToon NovelToon

Laura

Bab 1

Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi. Namun gadis cantik ini masih saja bergelut dengan dunia mimpinya.

Bruakk

Andi menendang pintu kamar milik Rara dengan sangat keras. Sehingga dengan sekali tendangan pintu itu langsung terbuka. Namun gadis itu tetap saja memejamkan matanya. Andi pun menghampiri Rara dan berusaha membangunkan Rara dari tidurnya.

Andiansyah Givarro kakak pertama dan satu-satunya dari seorang adik yang bernama Laura Keisha Givarro. Atau yang paling akrab disapa Rara.

"Woee Laura Keisha Givarro bangun, ini udah jam 6, Lo masih asik molor aja, gak sekolah lo hah?!" teriak Andi sambil mengguncang-guncangkan tubuh adiknya itu. Karena tidak ada respon dari Rara sebuah ide kejahilan pun seketika muncul di otak Andi. Diraihnya gelas di atas meja. Kemudian memberikan sedikit ditangannya lalu menciprat-cipratnya ke muka Rara.

"Hujan hujan?" pekik Rara heboh. Andi yang melihat Rara kelabakan pun seketika tawanya pecah.

"Sialan Lo kak, ngapain Lo di kamar gue?" decak Rara dengan menatap sinis kearah Andi.

Seketika Andi berkacak pinggang, "Bangun WOYY, ini udah jam setengah enam lo gak sekolah hah, molor mulu aja lo."

Malas mendengar ocehan dari sang Abang Rara kembali memposisikan dirinya untuk kembali menyusul ke alam mimpinya.

"Bentar napa kak, gue masih ngantuk banget nih," sanggah nya. Namun seketika kakinya ditarik oleh Andi.

"Woee bangun, lo kalo gak bangun sekarang, gue tinggal nih!" tegas Andi masih menarik kaki adik nakalnya itu.

"Ah ampun kak lepasin kaki gue, oke-oke gue siap-siap sekarang," putus Rara yang sudah kalah.

"Gitu kek dari tadi gak ngerepotin orang," ucap Andi lalu melenggang keluar kamar dengan santainya seakan tak melakukan kesalahan apapun.

Sambil menggerutu Rara melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, "Sialan punya Abang satu aja kerjaannya gangguin gue mulu."

20 menit kemudian

Sambil melirik jam yang melingkar ditangannya Andi kembali berteriak heboh diruang utama,

"Woee Rara sialan buruan kita telat ntar, lama banget sih lo dandannya, kita mau sekolah woe bukan mau kondangan."

Sembari berjalan menuruni tangga Rara pun menyahut, "Sabar dikit napa kak, gue juga belum sarapan kali."

"Lama banget sih lo dasar siput, salah sendiri bangun selalu siang, kapok sendiri kan lo," celetuk Andi kesal.

Namun, Rara tidak menanggapinya, ia malah berlalu begitu saja menuju mobil mereka meninggalkan Andi yang sedang asik menggerutu tak jelas arah dan tujuannya.

"Ck adik laknat kau," umpat Andi lalu ikut berjalan menuju mobilnya. Di sepanjang perjalanan Rara terus memanyunkan bibirnya karena waktu tidurnya selalu saja diganggu oleh genderuwo disebelahnya ini.

Di sisi lain dia juga bersyukur Tuhan telah mengaruniakannya keluarga yang menyayangi dan peduli dengannya.

"Kenapa lo cemberut gitu terus hah?? Minta di tabok," cibir Andi sesekali melirik kearah Rara. Rara yang masih kesal pun hanya melirik sekilas lalu memilih memainkan ponselnya.

"Kalo orang ngajak ngomong itu di jawab," lanjutnya.

Seketika Rara pun menghentikan aktivitasnya lalu menoleh ke arah Andi, "Lo ngomong sama gue?"

"Gak gue ngomong sama mbak Kunti yang duduk dibelakang Lo," decak Andi kesal. Rara pun hanya ber-oh ria lalu kembali menatap layar benda pipih yang berada digenggamnya.

"Dasar manusia kulkas," umpat Andi lalu memilih memfokuskan matanya ke jalanan.

Seketika senyum mengejek melengkung di bibir tipis Rara, "Makasih pujiannya."

"Dasar manusia stres, gak waras, kehilangan akal sehat," umpat Andi lalu menginjak pedal gas melajukan mobilnya agar segera sampai disekolah. Dia sudah tidak betah berlama-lama semobil dengan adiknya yang super menyebalkan ini.

...--------...

Setelah melalui perjalanan yang tidak melelahkan akhirnya mereka tiba di sekolah tercinta mereka. Gak sih bagi Rara sekolah hanyalah tempat pelampiasannya saja untuk menghilangkan kebosanannya. Rara pun membuka pintu mobil lalu keluar dan melenggang begitu saja tanpa menunggu abangnya yang Ter Ter itu terlebih dahulu.

"Ck dia kira gue supir nya apa. Main pergi pergi aja. Dasar adek gak ada akhlak," gerutu Andi lalu berjalan menuju kelasnya.

Dengan gontai gadis berwajah cantik itu melangkahkan kakinya menuju kelas.

Sesampainya dikelas, ia langsung mendudukkan dirinya dibangku tempat duduknya yang tepat berada disebelah.

Sinta Pramudita Zeon, sang sahabat sejatinya Rara. Mereka telah mengenal satu sama lain, sejak duduk di bangku SMP. Entah bagaimana ceritanya mereka bisa akrab, yang pasti sekarang mereka terlihat bersahabat.

"Kenapa Lo Ra? Baru putus cinta?" Ledek Sinta yang melihat sahabatnya datang ke sekolah dengan wajah muram.

Namun, gadis yang diledek itu hanya melirik kearahnya sekilas lalu memilih memainkan ponselnya kemudian memasang handset di telinganya.

"Njir gue di kacangin," celetuk Sinta yang kesal karena selalu saja dirinya di kacangin oleh manusia kutub di sebelah nya ini. Ya pagi ini Rara masih saja merasa kesal dengan kakak nya yang super nyebelin itu. Moodnya benar-benar dalam keadaan yang sangat buruk.

...------...

Setelah 3 jam lamanya mereka lalui karena dipaksa belajar. Akhirnya tibalah mereka di jam yang paling dinanti-nantikan oleh para siswa.

"Mau kemana lo Ra??" Tanya Sinta yang melihat sahabatnya melangkahkan kaki keluar kelas.

Rara pun memberhentikan langkahnya sejenak lalu menoleh ke arah Sinta, "Perpustakaan," sahutnya singkat lalu kembali melanjutkan perjalanannya yang tertunda menuju perpustakaan.

Tujuannya sebenarnya ke perpustakaan bukan seperti kebanyakan orang yang belajar atau membaca buku, melainkan dia hanya menumpang tidur. Menurutnya tidak ada tempat terindah untuk tidur selain perpustakaan. Dimana hampir semua siswa yang berada disitu adalah siswa dengan kadar kepintaran di atas rata-rata. Gak juga deng.

Sesampainya Rara di perpustakaan dia segera merebahkan kepalanya diatas meja yang telah disediakan di perpustakaan itu. Baru saja, ia ingin memejamkan mata namun...

"Perpustakaan bukan tempat untuk tidur!" cetus pria yang dapat diketahui asal suaranya berasal dari bangku yang berada di depan Rara. Rara yang merasa ada yang mengajaknya ngobrol pun mendongakkan kepala dan melirik kearah depan dan benar saja pria itu sedang duduk didepannya dengan buku yang berada ditangannya. Rara pun tidak jadi melanjutkan aktivitas tidurnya dia lebih memilih memainkan ponselnya.

"Kenalin Gue Yogi Fernanda Alvero," ucap pria yang dapat diketahui namanya adalah Yogi itu mengulurkan tangannya kearah Rara.

Yogi Fernanda Alvero, sosok yang dikenal seantero sekolah karena kepintarannya, eits jangan lupakan ketampanannya. Dia murid lama yang sempat pindah ke sekolah lain, lalu balik lagi kesini.

Namun, lagi lagi dan lagi Rara hanya melirik sekilas lalu kembali memfokuskan dirinya menatap layar ponselnya.

Sambil berdecak sebal Yogi kembali mengucap kan kalimat, "Kalo orang ngomong itu di sahut bukannya diem aja terus fokus ke ponsel."

Karena ini kali ketiganya dia berbicara namun tidak dijawab oleh gadis yang duduk didepannya itu.

Rara yang merasa kesal pun akhirnya memutuskan keluar dari perpustakaan dan berjalan menuju kantin menyusul sahabatnya yang sedang menikmati makanannya.

Sinta yang melihat Rara sudah duduk disebelahnya pun menghentikan sejenak aktivitas makannya lalu berbicara kepada Rara, "Katanya mau ke perpustakaan, gak jadi?" Tanya Sinta lalu kembali melanjutkan aktivitasnya memakan baksonya.

...TBC.....

Bab 2

...Don't be too excited, sometimes what is expected is often disappointing...

...Jangan Terlalu bersemangat, terkadang yang diharapkan sering mengecewakan...

...~Laura~...

"Banyak bacot lo," celetuk Rara lalu kembali fokus pada ponselnya. Tiba-tiba suara ricuh terdengar di kantin. Rara nampak acuh dengan kericuhan yang terjadi di kantin. Ia sungguh malas mendengar keributan para manusia-manusia alay itu.

"Abang Yogi sini saja aku aja."

"Yogi sini aku traktir kamu."

"Yogi makin ganteng aja deh."

Namun, Yogi tak mengindahkan ocehan para pengangumnya itu, ia malah berjalan menghampiri Rara dan Sinta dengan membawa segelas jus ditangannya.

Tangan Yogi meletakkan jus yang dipegangnya di atas meja tepat didepan Rara,

"Nih minum dulu gak usah marah-marah mulu, entar cepat tua."

Lalu Yogi menduduk dirinya bergabung bersama mereka. Rara pun menoleh kesuara asal, terdapatlah pria yang mengganggu waktu tidurnya diperpustakaan tadi sedang duduk dihadapannya.

"Lo ngapain sih disini, lo ngikutan gue, hah?" gerutu Rara kepada Yogi. Namun, Yogi hanya menunjukkan cengiran khasnya dengan menatap wajah Rara.

Yogi tersenyum simpul,

"Kalo emang iya kenapa?"

"Dasar gak waras!"

"Dih sejak kapan Lo sekolah disini Yog?" Tanya Sinta.

"Kemaren baru balik dari Surabaya, secara tadi mulai sekolahnya," ungkap Yogi, Sinta yang mendapat jawaban pun ber oh ria.

Namun, berbeda dengan Rara, gadis itu hanya memutar bola matanya malas lalu merebut jus milik Sinta. Dan langsung menyeruputnya.

Reflek Sinta pun tersadar bahwa jusnya sedang dinikmatin oleh manusia disebelahnya ini, "Woee itu jus gue oon."

"Gue haus," sahut Rara singkat lalu kembali meminum jus milik Sinta hingga tandas tak tersisa.

"Udah Sin lo minum ini aja, kasihan Rara kehausan," tutur Yogi lalu memberikan jus yang tadi di bawanya kepada Sinta.

"Gue gak butuh belas kasihan dari Lo," hardik Rara lalu pergi dari kantin itu. Sudahlah, ia paling tak suka dikasihani, apalagi dengan orang yang tidak dikenal. Uh, itu sangat menyebalkan.

"Dia kenapa sih Sin? Marah-marah mulu? Kalo gak marah pasti ditanyain cuna diam aja." Yogi yang mulai penasaran pun akhirnya menyuarakan isi hatinya.

Sambil menikmati jus yang diberikan Yogi kepadanya Sinta menjawab seadanya, "Ya emang udah sifatnya kek gitu mau di apain lagi."

"Ohh iya gue boleh minta no hp dia gak?" Pinta Yogi mencoba memohon kepada Sinta.

"Traktir gue dulu yak!" ucap Sinta sambil tersenyum semanis mungkin mencoba memanfaatkan kesempatan yang ada mungkin tidak ada salahnya.

"Ck iya-iya kirim dulu no nya." Yogi segera mengulurkan ponselnya ke arah Sinta.

Dengan senang hati Sinta pun meraih ponselnya dan membuka aplikasi berlogo warna hijau lalu mengirim no Rara ketempat Yogi. Setelah Sinta mengirimnya terdengar notif yang berasal dari ponsel Yogi dia pun mengecek ponselnya.

"Ra ra Laura Kutub,"gumam Yogi mengeja nama kontak yang baru saja di kirim oleh Sinta.

"Hmm namanya Rara. Laura Keisha Givarro. Sekilas info untuk Abang sepupuku ini. Dia orangnya gak suka mengenal orang baru. Jadi harus sabar-sabar aja Lo ngadepin sifat cueknya kelak. Tapi kalau dia memang udah benar-benar merasa nyaman sama lo, maka dengan perlahan sifatnya gak akan sedingin watu pertama kali kenal," tutur Sinta panjang.

Ya ya ya kalian benar Yogi dan Sinta adalah saudara sepupu. Ibu Sinta adalah adik dari ayahnya Yogi.

"Yaudah gue ke kelas dulu nan, jangan lupa ntar traktir gue, kalo sampai Lo ngingkarin janji Lo gue jamin Rara gak bakalan mau bales chat Lo sampai kapan pun itu," ancam Sinta lalu beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Yogi yang nampak terdiam mengabaikannya.

"Bawel banget sih, "gumam Yogi lalu fokus pada layar ponselnya.

"Chat gak ya, aduh jangan deh, duh chat aja lah, ahhh," gumam Yogi yang masih bingung ingin menchat atau tidak. Mau chat takut gak dibales. Gak ngechat tapi pengen. Ia mengacak rambutnya frustasi.

"Bodolah entar aja gue balik ke kelas aja dululah," monolog Yogi, karena dari tadi dia sudah ditinggalkan oleh Sinta.

...-------...

Sinta pun berjalan santai menuju kelasnya, sambil bersenandung kecil. Sesampainya dikelas dia tidak melihat sikulkasnya itu

Kemana Rara ya? Ucapnya dalam hati.

"Ehh Lo lihat Kutub gue gak?" Tanya Sinta pada seorang murid dikelas mereka.

Murid itu malah balik bertanya karena tidak mengerti maksud yang dicari Sinta, "Kutub? Siapa?"

"Ah itu maksud gue Rara, Lo lihat Rara gak?" Tanya Sinta lagi.

"Dari tadi gue belum lihat dia kayaknya," sahut murid itu.

Kemana perginya sih anak itu. Ninggalin gw mulu dalam batin Sinta.

"Ohh yaudah thanks ya," ucap Sinta lalu memilih tidak meneruskan mencari keberadaan sahabatnya itu.

...------...

"Ini hampir waktunya belajar kenapa Lo masih disini?" Tanya Yogi kepada seorang gadis yang duduk dibangku taman belakang sekolah. Gadis itu pun mendongakkan kepalanya menatap siapa yang mengajaknya bicara. Namun bukannya menjawab dia malah kembali fokus pada ponselnya.

Merasa tak ditanggapi akhirnya Yogi duduk disebelah gadis itu dan mengajaknya berbicara lagi, "lo kenapa sih dari tadi gue ajakin ngomong gak nyahut mulu."

"Gue gak suka sama lo," ucap Rara. Ya gadis itu adalah Rara.

"Emang kalo mau ngobrol harus suka dulu gitu?" Tanya Yogi.

Namun, lagi dan lagi Rara hanya melirik sekilas lalu meninggalkan pria yang menurutnya selalu saja mengganggu ketenangannya .

...----...

Yaa sekarang satu-satunya tujuan Rara untuk membolos mata pelajaran kali ini adalah rooftop. Rara pun berjalan santai melangkah ketujuannya. Ya karena ini memang bel masuk pelajaran berikutnya. Sehingga ia tidak perlu terlalu terburu-buru sampai ditempat yang ia tuju.

Sesampainya di rooftop ia pun mendudukkan dirinya dilantai lalu kembali menatap layar ponselnya. Kali ini tujuan ia membuka aplikasi untuk membaca novel kesukaannya. Saat di tengah-tengah ia membaca, pria yang menurutnya selalu mengganggu ketenangannya itu kembali menghampirinya.

"Suka baca novel juga?" Tanya Yogi pada Rara.

Rara pun menoleh kearahnya dengan tatapan ingin memangsa, "Lo kenapa sih dari tadi ngikutin gue mulu. Gak bosan apa lo. Gak ada kerjaan apa lo?"

Lalu melanjutkan membaca novelnya lagi. Ya mau bagai lagi dia sedang malas masuk jam pelajarannya pak Ilham yang mana hampir semua materi yang beliau jelaskan sudah diketahuinya.

"Gue cuma mau berteman sama lo," ucap pria itu lalu tanpa meminta izin terlebih dahulu, mendudukkan dirinya di samping gadis itu. Rara tak menanggapinya, ia asik saja membaca novel dilayar ponselnya.

"Kenapa lo gak suka mengenal orang baru?" Tanya Yogi memulai pembicaraan kembali.

"Bukan urusan lo," sahut Rara acuh.

"Kalo Lo ada masalah cerita aja. Gue siap kok jadi sahabat lo," ucap Yogi sambil menoleh ke arah Rara.

...TBC.....

Bab 3

...The feeling is unique, we can turn into someone's love, but at one time we can also hate it ...

...Perasaan itu unik, kita bisa berubah jadi cinta seseorang, tapi dalam satu waktu kita juga bisa berubah membencinya....

...~Laura~...

Tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya,

"Gue gak butuh sahabat kya lo."

"Lo kan belum coba jadi sahabat gue gimana," ucap Yogi mencoba bernegosiasi.

"Lo bisa diem gak sih, kalo lo gak diem Gue lembar Lo dari lantai ini," gertak Rara geram.

"Ampun dah seram banget. Oke Gue diem," putus Yogi lalu mengambil ponsel dari dalam saku bajunya.

Gitu kek dari tadi diem jadi enakkan Gue baca novelnya. Batin Rara lalu kembali fokus melanjutkan aktivitasnya membaca novel.

"Itu aplikasi novelkan?" Tanya Yogi sambil menatap layar ponselnya.

"Hmm," sahut Rara hanya dengan berdehem.

Lagi-lagi Yogi dibuat penasaran oleh gadis disampingnya itu,

"Btw kenapa Sinta manggil lo kutub?"

"Berisik Lo," ketus Rara sambil memasang handset yang selalu ia bawa kemana pun.

Ampun dah ni orang gak bisa apa di ajak ngobrol. Batin Yogi

"Kenapa lo bolos pelajaran jam ini?"

"Males."

"Harusnya Lo itu gak boleh bolos. Orang tua Lo pasti kecewa kalo tau anaknya kerjaannya bolos pelajaran . Emangnya Lo mau bikin orang tua Lo kecewa?" Papar Yogi mencoba memberikan nasehat. Namun, Rara tetaplah Rara. Rara Si keras kepala dan tidak mau mendengarkan pendapat orang tentang dirinya. Baginya hidup-hidupnya kenapa orang lain yang jadi sutradaranya. Hey ini bukan film ya. Skak

"Udah puas ngocehnya?" Ucap Rara ketika Yogi sudah menyelesaikan ucapannya.

"Kenapa sih susah banget ngajakin Lo ngobrol."

"Jangan pernah nyeramahin gue lagi. Gue gak butuh ceramah Lo," ketus Rara datar.

...-----...

"Kenapa Lo dek? Cemberut aja dari tadi," ucap Andi setelah duduk di kursi kemudi dan memasang seatbeltnya.

Rara memejamkan matanya menghirup udara dalam-dalam sambil bersandar di kursi mobil,

"Masa bolos gue terganggu."

"Emangnya kenapa?" Tanya Andi sambil mulai menghidupkan mesin mobilnya lalu mejalankannya.

Rara memilih mengalihkan pandangannya menatap luar kaca, "Entahlah."

Ya, Andi adalah tipe Abang yang tidak ingin banyak mengikut campuri urusan adiknya. Selagi adiknya itu bisa mengatasi masalahnya sendiri. Kenapa dia membiarkan adiknya itu membolos? Apakah dia tidak peduli? Bukan tidak peduli.

Namun, karena dia juga tau walaupun tidak belajar sekalipun anak itu pasti bisa menjawab soal-soal ujian bahkan yang diakan secara dadakan sekalipun. Berbeda halnya dengan dirinya walaupun sehari penuh membaca buku namun kepintarannya yang dibawah rata-rata itu tidak bisa mengalahkan kepintaran adiknya. Bagaimana mau pintar kalo yang dibaca tanpa tulisan.

Oke back to topic

"Kak laper, mampir ke restoran ya kak," pinta Rara merengek pada Andi sambil memegangi perutnya yang sudah meronta-ronta minta diisi makanan.

"Maka nya jangan sok ngambek," sahut Andi sok marah.

"Ayolah kak, Rara udah laper nih," sambil memegang lengan kakaknya dan menampilkan mata puppy eyesnya.

"Iya deh iya, tolong lepasin tangan Lo. Tangan Lo banyak kuman nya," desis Andi bertingkah sok jijik sambil melirik kearah lengannya yang masih dipegang oleh adiknya.

"Dasar Abang gak ada akhlak," gerutu Rara lalu melepaskan pegangannya.

"Kena karma nanti Lo kalo ngatain Gue," tunjuk Andi sambil mengarahkan jari telunjuknya kearah Rara . Rara hanya melipat tangannya didepan dada lalu menampilkan wajah cemberutnya.

"Udah-udah gue cuma bercanda doang kok. Jangan ngambek napa," cakap Andi mengelus puncak kepala Rara dengan satu tangannya lalu memfokuskan matanya kembali ke jalanan.

...------...

Sekarang posisi mereka berada di restoran milik keluarga mereka. Rara tampak asik memilih makanan mana yang akan menjadi santapannya sore ini. Dan pilihan Rara jatuh pada makanan favoritnya. Apalagi kalau bukan daging ayam yang ditusuk-tusuk lalu dibakar di atas tungku pembakaran.

Yapz benar sekali sate ayam adalah makanan terfavoritnya. Berbeda dengan kebanyakan orang, yang kalau sedang makan di resto pasti akan memilih makanan yang mahal. Namun Rara malah memilih makanan yang bahkan ada di jual di pinggir jalan. Aneh bukan? Namun itulah Rara. Sambil menunggu makanannya datang dia pun memainkan ponselnya.

"Gak bosen apa mainin ponsel mulu?" Celetuk Andi lalu matanya berkeliling. Katanya, barangkali saja dia mendapatkan tambatan hatinya yang entah kemana perginya itu muehehe.

"Serah gue dong, ponsel gue ini, ngapa lo yang ribet," sahut Rara tanpa mengalihkan pandangannya dari layar benda pipih yang berada di genggamannya

"Ye santai aja kali, gak usah ngegas," sengit Andi masih dengan posisi mengedarkan pandangnya. Beberapa menit kemudian makanan mereka pun datang.

"Ini tuan nona makanannya," ucap salah satu pelayan restoran keluarga mereka sambil menghidangkan semua makanan yang berada di atas nampan untuk dipindahkan keatas meja.

"Terima kasih," ucap Andi sambil tersenyum kearah pelayan itu.

"Kalau begitu saya permisi dulu tuan, nona," ucap pelayan itu sopan. Kemudian berlalu dari hadapan mereka.

"Gak usah tebar pesona gedek Gue lihatnya sumpah," celetuk Rara lalu meletakkan ponselnya di atas meja dengan keadaan yang masih menyala.

"Iri bilang boss," sahut Andi sombong

"Dih ya kali boss iri sama karyawan," ketus rara sambil memutar bola matanya malas.

Rara pun mulai memakan ayam tusuk-tusuknya ehh ralat sate ayamnya sambil sesekali melirik keponselnya.

"Gak usah dilirik terus kali ponselnya, siapa juga yang mau sama cewe galak kayak Lo," celetuk Andi lalu menyuapkan makanan kemulutnya sendiri. Namun, Rara tak menanggapinya dia lebih asik memakan satenya.

...------...

"Duh gue laper banget lagi," gumam Yogi saat mendengar perutnya berbunyi.

"Mampir ke restoran depan aja lah dulu," lanjutnya. Dia pun segera melajukan motornya menuju restoran yang ditujunya.

Sesampainya di restoran, ia segera memarkirkan motornya diparkiran yang telah disediakan didepan restoran tersebut. Dia memulai langkahnya memasuki ruang restoran itu. Sesampainya didalam, ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru restoran. Matanya menangkap seorang perempuan yang sedari tadi di ganggunya. Siapa lagi kalau bukan Rara. Dia pun berjalan menghampiri Rara.

"Hei kita bertemu lagi. Sepertinya kita jodoh," ujar Yogi lalu duduk bergabung bersama mereka. Rara pun mendongakkan kepala melihat seseorang yang berbicara kepadanya.

"Gak bosen apa lo ngikutin gue mulu," celetuk Rara kesal. Namun Yogi segera mengalihkan pandangannya menatap Andi.

"Woee bang lama gak ketemu," ucap Yogi lalu bersalaman dengan Andi.

"Lo dari mana aja. Tiba-tiba aja lo hilang kabar," celetuk Andi sambil membalas salaman dari Yogi.

"Sorry banget, kemaren sempat pindah dadakan ke Surabaya jadi gak sempet ngabarin siapapun. Untung aja sekarang bisa pindah kesini lagi," sahut Yogi sambil tersenyum kearah Andi.

"Kabar Yugo gimana?" Ucap Andi menanyakan kabar Abang nya Yogi.

"Abang baik-baik aja. Sekarang masih di Surabaya. Katanya betah tinggal di sana, mungkin beberapa bulan lagi bakalan balik kesini," sahut Yogi sambil tersenyum.

"Hmm, yaudah lo pesan aja. Entar gue yang traktir," ucap Andi lalu kembali menyantap makanan yang ada didepannya.

"Wah serius bang. Bang Andi emang baik bener," puji Yogi lalu memanggil seorang pelayan dan memesan makanan.

...TBC......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!