NovelToon NovelToon

Aletha Rachela

prolog.

Hujan deras mengguyur tanpa henti malam itu, menciptakan simfoni air yang menghantam atap, dedaunan, dan jalanan. Langit hitam diselimuti awan gelap, sesekali diterangi kilatan petir yang menggelegar, membelah keheningan malam. Di tengah badai, mansion keluarga Adijaya berdiri megah di atas bukit, lampu-lampu temaram dari jendela besar menciptakan bayangan hangat di tengah dinginnya malam. Diana Adijaya, pemilik mansion itu, merasa gelisah malam ini. Ia tidak tahu apa yang mengganggunya, tetapi hatinya terasa tidak tenang.

Sebagai wanita dengan segala yang bisa ia minta dalam hidup—kekayaan, kekuasaan, dan kehormatan—Diana jarang merasakan kegelisahan yang tak beralasan. Biasanya, ia dapat mengendalikan segala sesuatu di sekitarnya, tetapi malam ini ia merasa ada sesuatu yang tak beres, sesuatu yang memanggilnya keluar dari kenyamanan mansion. Dengan mantel tebal dan sepatu boots, Diana memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar halamannya. Udara dingin menusuk kulit, namun ia tidak memedulikannya. Langkahnya mantap, membelah jalan setapak berbatu yang mengelilingi taman luas di depan mansionnya.

Ketika ia mendekati gerbang depan, pandangannya tertumbuk pada sesuatu yang membuatnya berhenti. Di halte kecil tak jauh dari gerbang mansion, Diana melihat sosok kecil yang duduk sendirian. Anak perempuan, kira-kira berusia sembilan atau sepuluh tahun, meringkuk sambil memeluk lututnya. Rambut hitamnya basah kuyup, menutupi sebagian wajahnya, tetapi bahunya yang berguncang menunjukkan bahwa ia sedang menangis.

Diana mengerutkan kening. Hatinya tersentuh oleh pemandangan itu. Apa yang dilakukan anak kecil sendirian di tengah hujan deras seperti ini? Dengan langkah cepat, ia mendekati halte tersebut, sepatu boots-nya menginjak genangan air yang menciptakan bunyi cipratan lembut.

“Dek, kamu kenapa? Udah malem, kok belum pulang?” tanya Diana lembut ketika ia akhirnya berdiri di depan anak itu. Suaranya yang hangat berusaha menembus dinginnya malam.

Anak itu perlahan mengangkat wajahnya. Wajahnya pucat, matanya sembap, dengan jejak air mata yang bercampur dengan tetesan hujan. Ia menatap Diana dengan pandangan penuh luka, seolah-olah dunia telah meninggalkannya tanpa ampun. “Hiks… hiks… mereka jahat, Tante,” ucapnya di sela-sela tangis, suaranya bergetar. “Mereka nggak percaya sama Ale. Bukan Ale pelakunya… Kak Thala sendiri yang menggores tangannya,” lanjutnya dengan lirih.

Diana tertegun. Kata-kata anak itu menusuk hatinya seperti belati. Ia tidak tahu siapa “Kak Thala,” tetapi ia bisa merasakan bahwa anak ini sedang menanggung sesuatu yang terlalu berat untuk usianya. Ia duduk di samping anak itu, memastikan tubuhnya yang besar memberikan sedikit perlindungan dari hujan.

“Hei, udah ya… tenang,” ucap Diana dengan suara selembut mungkin. Ia merogoh saku mantelnya, mengeluarkan sapu tangan bersih, dan mencoba mengusap wajah anak itu. “Di sini ada tante. Tante bakalan jaga kamu, oke? Jangan nangis lagi, coba senyum,” bujuknya.

Namun, anak itu hanya menangis semakin keras. “Tante… mama dan papa jahat. Mereka lebih percaya Kak Thala dibanding Ale,” ucapnya di sela-sela isak. “Hiks… mereka bilang Ale bohong. Mereka bilang Ale iri sama Kak Thala. Padahal Ale nggak pernah iri. Kak Thala selalu baik… tapi kali ini, Kak Thala yang salah.”

Diana menghela napas panjang, mencoba meredam emosinya. Ia tidak mengenal anak ini, tetapi ia tahu bahwa tidak ada anak yang seharusnya merasa sendirian seperti ini. Tangis anak itu terdengar begitu pedih, seperti jeritan minta tolong yang tidak didengar oleh siapa pun.

“Ya sudah,” Diana akhirnya berkata setelah beberapa saat. “Sekarang tante antar Ale pulang, ya? Biar mama papa Ale tahu kalau Ale baik-baik saja.”

Anak itu menggeleng cepat, gerakannya hampir panik. “Ale diusir, Tante!” serunya, suaranya penuh emosi. “Mama dan papa nggak mau Ale di rumah lagi. Mereka bilang Ale bikin masalah terus. Mereka bilang Ale anak nakal.”

Diana terdiam, hatinya mencelos. Ia menatap anak itu, mencoba mencari tanda-tanda bahwa cerita ini mungkin dilebih-lebihkan oleh emosi seorang anak kecil. Tetapi tidak ada kebohongan di mata anak itu—hanya kesedihan yang tulus.

“Tega sekali orang tuamu, Nak…” gumam Diana. Ia tidak bermaksud mengatakannya dengan keras, tetapi anak itu mendengarnya. Mata anak itu kembali berkaca-kaca, dan Diana merasa ia harus melakukan sesuatu. “Kalau begitu, mau nggak Ale tinggal sama tante? Tante janji bakal jaga Ale. Ale nggak perlu takut lagi.”

Anak itu, Aletha, mengangkat wajahnya perlahan. Mata kecilnya yang sembap menatap Diana dengan harapan yang hampir tidak berani ia rasakan. “Tante serius? Ale boleh tinggal sama Tante?” tanyanya ragu-ragu.

Diana tersenyum, mengulurkan tangannya dengan penuh kelembutan. “Tentu saja. Mulai sekarang, Ale tinggal sama tante. Ale nggak akan sendirian lagi.”

Aletha menggenggam tangan Diana erat, air mata masih mengalir di pipinya, tetapi kali ini bukan karena kesedihan. “Iya, Tante! Ale mau tinggal sama Tante. Terima kasih, Tante,” ucapnya dengan suara serak.

Diana berdiri, mengangkat Aletha ke dalam pelukannya. Anak itu terlalu ringan, seolah-olah beban hidup yang ia tanggung telah menyedot sebagian besar energinya. Diana berjalan kembali ke mansion, tubuh mereka berdua masih diguyur hujan, tetapi untuk pertama kalinya malam itu, hati Aletha terasa sedikit lebih hangat.

Namun, di dalam benaknya, luka dari keluarganya tetap membekas. Perasaan ditolak oleh orang tua sendiri bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilupakan, bahkan ketika seseorang yang baik seperti Diana hadir dalam hidupnya.

Dan di malam yang penuh badai itu, sebuah hubungan baru terbentuk. Takdir Aletha berubah selamanya, membawa dirinya ke jalan yang belum pernah ia bayangkan.

Didalam hati diana akan selalu menjaga anak itu dengan penuh dengan kasih sayang dan kebahagiaan yang selalu menyertai disetiap langkah anak itu.

dia juga akan menjadikan seorang aletha menjadi bagian dari keluarga adijaya. ia yakin suaminya dan anak anak nya akan menyayangi anak ini dengan luas biasa, keluarga adijaya sudah lama menginginkan seorang cucu atau anak perempuan.

namun tuhan belum memberikan karunia seorang anak dengan kelamin perempuan, pada masa itu, namun sekarang ale berada ditengah tengah mereka, mereka akan selalu menyayangi aletha seperti bagian keluarga adijaya sendiri, walapun tidak ada darah adijaya yang mengalir ditubuh aletha.

mereka berjalan ke mansion adijaya dengan dania yang mengandeng aletha. "tante, terimakasih sudah mau membawa ale ke rumah tante." ucap aletha dengan senyuman polosnya, membuat hati dania sesak melihat senyuman itu.

"sama sama sayang, tante bakal buat kamu bahagia, tidak seharusnya anak sekecil kamu merasakan ini semua." kata Dania dengan tersenyum lembut pada ale dan mengusap kepala aletha dengan penuh kasih sayang

tumbuh menjadi anak yang baik, aletha bunda akan selalu digarda terdepan untuk selalu melindungimu dan membelamu saat kamu memerlukan bunda. batin Dania menatap aletha dengan senyuman lembut.

Bab 1: keluarga adijaya

..."Kemarin adalah masalalu, sekarang  adalah masa kini dan besok adalah masa depan"-aletha...

***

Diana memasuki mansion keluarga adijaya dengan anak kecil dibelakang nya namun tetap mengengam tangan diana.

yapp, setalh kejadian dihalte tadi Diana berinisiatif membawa anak ini kemasionnya, dan meminta izin pada suami dah anak anak untuk merawat anak tadi.

tringg... tring... tringg...

suara bel berbunyi dan keluarlah seorang maid yang segera mempersilahkan majikannya untuk masuk.

"silahkan masuk Nyonya." ucap maid tersebut membukakan pintu dan menyambut kedatangan diana.

"iya, makasih bi, oh iya tolong panggilkan seluruh keluarga, suruh mereka berkumpul diruang keluarga sekarang ada yang mau saya bicarakan pada mereka." ucap Diana pada maid itu.

"Baik Nyonya... " ucak maid itu lalu langsung berlalu pergi untuk melaksanakan perintah majikannya.

seperti yang dikatakan diana tadi, keluarga adijaya sudah berkumpul diruang keluarga mereka seperti perintah nyonya Diana adijaya.

"Bun tumben bunda ngajak kita kumpul rame rame kaya gini, ada apa bun?." tanya satria dermawan adijaya, putra pertama diana dan rama adijaya.

"iya bih bun tumben banget."ucap darian darmawan adijaya, putra kedua mereka.

"iya bunda tumben ngumpulin kira disini, ada apa bun?." ucap Rama adijaya.

"jadi, bunda sengaja kumpulin kalian disini buat ngasih kejutan buat kalian." ucap diana dan melihat kearah belakang membawa aletha ubtuk supaya berada didepannya. "taraaaaa sini masuk nakk... " lanjut Diana sambil tersenyum kearah mereka.

semua yang berada diruang keluarga pun melongo, gimana enggak coba, didalam mansion adijaya ada seorang gadis kecil yang sangat cantik dan mengemaskan.

sebenarnya keluarga adijaya sangat mengharapkan seorang bayi perempuan namun tuhan menkaruniakan seorang bayi laki laki, namun tidak membuat mereka menyesal atas karunia yang tuhan berikan.

namun sekarang keluarga adijaya kedatangan anggota baru dan pelengkap bagian keluarga itu, yaitu Aletha Rachela Adijaya.

"bun kamu kamu culik anak orang?" satria kaget karena tiba tiba bunda mereka membawa anak kecil kedalam mansions.

"Enak aja, kalo ngomong. Ayo sayang, perkenalkan nama kamu pada mereka." ucap diana lembut dan senyuman yang tidak luntur sendari tadi dadi wajahnya.

"Hallo om, hallo kakak kakak, nama Ale itu  Aletha Rachela, dulu keluarga ale panggil aku Ale tapi sekarang aku nggak mau." ucap ale sambil menundukkan wajahnya.

"Mas aku mau Aletha jadi bagian keluarga kita mas." ucap diana memohon.

"Aku juga setuju sama bunda, yah." ucap satria, menyetujui permintaan ibunya, karena merasakan iba pada sosok anak kecil yang dibawa ibunya.

semua senatap aletha dengan pandangan sendu, tiba tiba rama mencairkan suasana agar tetap bahagia dimomen seperti ini dan tidak ada kesedihan "selamat datang di keluarga adijaya sayang, nama om Rama adijaya, tapi sekarang om jadi ayah kamu, mau kan?." ucap rama sambil menatap ale dengan lembut.

"mau om Aletha mauu." ale sangat antusias karena keluarga barunya sangat hangat padanya.

"kalo mau kamu pangil ayah dong, masa om sih." ucap rama pura pura cemberut, membuat aletha terhibur dengan wajahnya.

"iya, Ayahhh." ucapnya dengan senyuman manis nya.

"Pinter banget anak ayah, sekarang kenalan sama abang abang dulu," aletha menganggukan Kepala nya, dia langsung berjalan menghampiri salah satu abangnya.

"Hallo abang nama ale itu aletha Rachela abang boleh panggil aku apapun , tapi jangan ale ya, aku nggak suka." ucapnya dengan senyuman polos, membuat hati mereka merasa kasian pada aletha.

"oke adik kecil, nama abang satria dermawan adijaya, pangil abang oke? " ucap satria sambil mentoel hidung Aletha, membuat aletha tersenyum menampakkan giginya.

Aletha melirik orang yang duduk disamping abangnya satria. "abang nama nya siapa?" tanyanya.

"kemari, nama abang Darian Darmawan Adijaya, panggil abang juga ya." aletha menganggukan Kepala.

"yeyyy, Ale punya keluarga baruu." aletha bersorak senang, sambil mengangkat kepalan tangannya ke udara.

"chela, abang bolehh panggil kamu chela?." tanya satria.

"iya, boleh. aku suka panggilan dari abang." sorak aletha tersenyum manis, dia sangat suka panggilan baru dari abangnya terasa nyaman baginya.

"yaudah mulai sekang kita semua panggil kamu chela ya." ucap Darian ikut senang.

"Dan chela sekarang panggil tante, bunda oke." ucap Diana sembari tersenyum.

"baik bundaa." jawab chela.

mereka berpelukan. "apapun yang terjadi kedepannya tetap bersama kami nak, kami semua akan menyanyangi chela seperti anak yang lahir dari rahim bunda Diana, satu hal yang harus chela tau kami beruntung chela berada disini, apapun yang terjadi kami akan selalu melindungimu, nak." ucap rama sambil berusaha memeluk merek semua, dengan aletha berada ditengah tengah mereka.

"chela juga bahagia, bisa bertemu dengan kalian, chela sayang kalian." ucap aletha sambil mengusap pelupuk matanya karena terharu.

Lengkapnya sudah keluarga Adijaya, keluarga yang harmonis sebelum ada Aletha dan sekarang keluarga mereka bertambah harmonis dengan kedatangan Aletha di kehidupan mereka.

" aku ajak Aletha ke kamarnya dulu." ucap diana pada mereka.

"ayo sayang." ucap diana sambil menggandeng tangan kecil aletha.

"bunda chela punya kamar?. " tanyanya pada sang bunda,  tidak lupa dengan menampakkan gigi kelinci nya membuat Diana gemas pada aletha.

"punya sayang, bunda udah siapin semoga kamu suka yaa." ucap Diana sembari membuka pintu kamar Aletha.

"waaaawww, bundaa chela suka banget sama kamarnya, kamarnya sangat bagus makasih bunda buat semua yang bunda berikan pada chela." Aletha memeluk Diana dengan erat dengan senyuman yang tidak luntur dari wajahnya.

"ini belum seberapa sayang, kamu pantas mendapatkan ini semua, chela tau keluarga kita menginginkan seorang putri dan semua nya menjadi lengkap semenjak kehadiran kamu ditengah tengah keluarga kita sayang, bunda juga berterimakasih karena chela mau jadi anak bunda dan menjadi bagian dari keluarga adijaya." ucap diana dan membalas pelukan Aletha tidak kalah erat.

"tapi bunda, chela nggak mau lagi ketemu orang tua kandung chela, apa lagi  ada kak Thala, jika bunda tidak mau chela lagi bunda ngomong ya, chela bakal pergi sendiri kok dan nggak ngerepotin bunda lagi." ucap Aletha yang tiba-tiba murung.

"bunda ngerti sayang, dan jangan ngomong gitu lagi ya, bunda dan yang lain selalu menginginkan chela selalu ada disisi kami, chela itu berharga untuk bunda dan yang lain, jangan pergi ya nak. "  ucap Diana

"kamu tau, tadi oma kamu telepon bunda, dia seneng banget akhirnya keluarga adijaya kedatangan seorang putri. makanya mereka yang mau rawat kamu, kamu mau kan , nak tinggal sama oma dan op di LA?" tanya Diana lembut takut chela berpikir tidak tidak.

"Mau bunda, chela mau... " ucap Aletha, tidak mah protes karena masih mending dia ada yang mengurus dari pada tidur dijalanan.

Bab 2: Bandara

Hari ini, hari dimana chela harus berangkat ke LA atas persetujuan satu keluarga akhirnya chela berangkat ke LA.

meski berangkat bagi para abang abang nya itu, mau tidak mau merekalah harus merelakan Aletha, setelah sekian lama menanti akhirnya keluarga adijaya dianugerahi seorang putri walapun bukan putri kandung mereka tapi keluarga Adiwijaya sudah menganggap chela sebagai anak kandung mereka.

"bun dipending aja ya, chela jangan berangkat hari ini, ian masih pengen sama chela bun, ian mau ngerasain gimana punya adik cewek" rengek darian memohon pada bunda dengan memasang wajah memelas.

"iya bun, diundur aja dulu..satria juga masih mau main sama chela bun." pinta satria ikut memohon.

"Nggak bisa bang, kalian tau sendiri chela masih nggak mau ketemu sama keluarga kandungnya di Indonesia, kalian harus ngertiin kondisi chela." diana juga sejujurnya tidak iki berpisah dengan anaknya, namun demi kebahagiaan anaknya dia akan selalu mengusahakan apapun itu.

"yaudah, nanti chela bakal balik dan kumpul lagi sama kita kan bun?. " satria berharap, ia merasa bahagia memiliki adik baru, namun mereka harus dipisahkan dengan jarak anatar negara.

"itu pasti bang, nanti chela bakal pulang ke Indonesia jika usianya sudah 15 atau 16 tahun, menunggu chela berdamai dengan takdir." ucap Diana tenang namun tersirat kesedihan dimata nya.

"Yahh lama dong bun, baru juga kita ketemuu udah mau pergi lagi. " Darian menunduk lesu dengan ucapan bunda.

"Sabar bang bunda juga nanti bakal kangen chela, nanti kan kita bisa VC sama chrla sama oma opa juga." Diana mengelus rambut anaknya agar terasa lebih tenang.

"Doain yang terbaik buat adiknya bang, semoga chela betah di keluarga kira." lanjut Diana.

"selalu bun, abang bakal selalu doain chela. abang nggak mau chela pergi." ucap satria sendu.

"Darian juga, bakal selalu doain buat chela yang terbaik dan akan darian usahain apapun untuk chela " ucap darian dan langsung memeluk bunda dan kakaknya.

persiapan keberangkatan chela pun selesai tinggal menunggu chela yang sedang mandi, yang lain sudah siap dan menunggu chela dibawah.

karena terlalu lama Diana berjalan kearah kamar yang di tempati oleh Aletha. sesampainya dikamar Aletha Diana mengetuk pintu kamar aletha.

Tok....

Tok...

Tok...

"sayang bunda masuk ya." Diana pun membuka pintu dan melihat Aletha didepan cermin rias. "udah siap nak, mau berangkat sekarang?." tanya Diana mengelus rambut panjang Aletha dan tersenyum lembut pada anak itu.

"iya bun, ini udah siap kok. ayo ke bahwa pasti yang lain udah nungguin chela, maaf bun chela lama." ucapnya tersenyum manis, walapun matanya tidak bisa bohong.

Diana mentap anaknya sendu, namun ini juga demi anaknya, ia yakin jika disana pasti chela, anaknya akan lebih bahagia, dan tidak perlu mengenag masalalu yang telah terjadi padanya..

mereka semua berangkat ke bandara, semua ikut mengantarkan aletha ke bandara untuk mengurangi rasa rindu nantinya setelah aletha tidak berada dimansion mereka lagi.

"chela kalo kamu mau pulang, telepon abang ya? abang bakal langsung jemput kamu, abang sayang banget sama kamu , kamu jangan lupain abang ya, selalu telepon abang ya pasti abang bakal kangen banget sama kamu. " ucap darian dramatis membuat semua kekeh.

"Ya ampun darian kamu ini, liat tuh wajah adik kamu, tertekan sama tingkah kamu." timpal Dania terkekeh karena sendari tadi kedua anaknya selalu mengucapkan kalimat yang sama membuat nya terkekeh.

sampai dibandara semua orang melirik lirik mereka, nampak cengo melihat keluarga berpengaruh ada didalam bandara bersama seorang gadis cantik bermata biru itu.

"chela hati hati di sana dan jangan lama lama disana nanti abang bakal kangen, sering sering telepon abang ya, pasti abang bakal rindu suara kamu, wajah kamuu, rasanya abang nggak sanggup kamu pergi chela.." darian kembali dramatis sambil memeluk aletha dengan sangat erat.

"abang tau, abang udah bilang kek gitu 10x lebih, pasti nanti chela akan sering telepon abang, abang jangan sedih ya." ucao aletha membalas peluk abangnya tak kalah erat.

"sudah, sudah sekarang gantian abang peluk kamu." ucap satria melerai pelukan mereka. aletha pun memeluk abangnya itu dengan erat juga.

"jangan lama lama disana ya? abang selalu tunggu kamu pulang, pintu mansion selalu terbuka untukmu, jadi cepat kembali lagi ketempat kamu dilahirkan, chela." ucap satria sambil mengecup pucuk kepala aletha dengan penuh kasih sayang.

"iya bang, chela janji chela bakal pulang lagi ke Indonesia." ucao chela tersenyum manis sambil menautkan jari kelingkingnya ke kelingking satria dan darian

semua orang yang melihat itu tersenyum kearah mereka begitu pun dengan dania menatap mereka sendu namun juga bahagia dengan anak anaknya yang sangat menyayangi aletha seperti adik kandung nya sendiri. nampak sekali keluarga yang sangat harmonis dan sempurna.

Setelah itu mereka saling berpelukan dan disaaat seperti ini malah chela kebelet mau ke toilet.

"ehh aduh aduh, bundaaa chela mau ke toilet dulu,  chela kebelet hehe." ucap aletha sambil cengengesan.

"ckk, ini anak yaampun" Diana menghela napas sabar dengan tingkah anaknya.

"heheh, bunda ayo anterin chela." ucap aletha sambil menampakkan giginya.

"Yaudah ayok, cepetan ya nanti kamu ketinggal pesawat." kata Diana.

"Siapp bun." ucap chela sambil tangannya yang sedang hormat.

orang orang yang melihat itu terkekeh dan ketawa akibat tingkah chela yang lucu...

chela pun berlari karena sudah tidak tahan ingin membuat hajat. " chela jangan lari lari, sayang... " peringatan Diana pada aletha, namun tidak digubris oleh aletha.

BRUKK...

"Aww, sakit hiksss bundaaaa hiks hiks... " ucap aletha sambil memegangi kaki nya yang terkilir.

"Ehh kamu gak papa kan, kamu jatuh ya..?" tanya cowok itu.

"hiksss pake nanyaa hiks hiks.. " chela semakin menangis, kakinya terasa berat dan cenat cenut itu yang dia rasakan.

"udah dong cuma terkilir doang kok, gak papa.." ucap cowok itu lagi.

"tapii hikss sakit." isak chela.

"yaudah sini aku bantuin... " ucap cowok itu dan membantu chela untuk berdiri.

"Makasih kak.." ucap chela yang masih ada isakan tangisannya

"Nama kamu siapa?." tanya cowok itu.

"nama aku Aletha Rachela Adijaya.. kamu bisa panggil aku chela ya, jangan panggil ale karena aku nggak suka." jawab aletha dengan senyuman mengembangkan di bibir nya. "kalo nama kakak siapa?. " lanjut aletha.

"Aku Dafit Angkasa Surya... khusus kamu boleh panggil aku angkasa." ucap angkasa sambil tersenyum simpul.

"ini buat thata, sebagai tanda pertama perkenalkan kita, semoga kita ketemu lagi ya, hehe... " ucap angkasa cengengesan.

"Makasih kak angkasa.. kok manggilnya tata sih? tapi buat kak angkasa gak papa deh".ucap chela tersenyum sambil menampakkan giginya, membuat angkasa gemas.

setelah itu ibu angkasa pun menghampiri mereka......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!