Xu Yiran terbangun dengan tubuh terasa dingin. Bau anyir darah menyeruak tajam ke hidungnya. Pandangannya kabur, tetapi perlahan-lahan mulai terbiasa dengan cahaya remang yang menyelinap melalui celah-celah kayu dari rumah yang hampir roboh.
“Apa ini…?” gumamnya, suara parau terdengar begitu asing di telinganya. Tubuhnya terasa sakit, terutama di bagian dada. Ia mencoba bangkit, namun keseimbangan tubuhnya terasa aneh, seperti belum terbiasa bergerak. Saat itu, pandangannya jatuh pada lantai—darah merah pekat membasahi tanah, bercampur dengan serpihan kayu dan kain compang-camping.
Bayangan kehancuran mulai tampak jelas di depan mata. Rumah-rumah terbakar. Tubuh-tubuh tergeletak tanpa nyawa, sebagian besar hangus. Jeritan yang sebelumnya mungkin menggema kini berganti menjadi keheningan yang mengerikan. Xu Yiran, yang baru saja sadar dari tidur panjang yang ia sendiri tak pahami, hanya bisa terdiam.
“Ini… mimpi buruk, kan?” Ia menatap tangannya, penuh debu dan bercak darah. Namun ini bukan tangan yang ia kenal—bukan tangan kurus tak berdaya miliknya di bumi. Ia menyentuh wajahnya, tubuhnya.
Bumi… Pikiran itu menyeruak, seolah menabrak dirinya seperti kilatan petir. Ingatan hidupnya di dunia sebelumnya muncul ke permukaan, membawa rasa pahit yang mendalam.
Xu Yiran di bumi hanyalah seorang pemuda malang, terjebak di ranjang rumah sakit sepanjang hidupnya. Tubuhnya lumpuh dari pinggang ke bawah akibat penyakit langka yang membuatnya tak bisa bergerak. Ia menghabiskan hari-harinya hanya dengan menatap layar televisi dan ponsel, menyaksikan pertarungan MMA yang selalu ia kagumi.
Hari-harinya dipenuhi oleh mimpi-mimpi yang tidak mungkin. Setiap malam, ia berimajinasi menjadi seorang petarung, berdiri di arena, melancarkan serangan mematikan, menaklukkan lawan dengan teknik yang sempurna. Namun, kenyataan selalu membangunkannya dengan kejam. Ia hanyalah seorang pria lumpuh yang bahkan tak bisa berjalan.
Hingga suatu hari, hidupnya berakhir dengan cara yang begitu tragis. Sebuah truk kehilangan kendali dan menabrak kamar rumah sakitnya. Ia tidak pernah sempat merasakan apa pun selain rasa takut saat melihat dinding runtuh menghantam tubuhnya.
Dan kini, ia berada di sini. Tubuh yang asing, dunia yang asing.
“Tidak mungkin…” gumam Xu Yiran. Sebelum ia sempat mencerna apa yang terjadi, rasa sakit tajam menusuk kepalanya. Ia memegangi kepala dengan kedua tangan, dan seketika itu, serangkaian ingatan yang bukan miliknya menyeruak masuk ke pikirannya.
Ini adalah ingatan milik tubuh yang kini ia tinggali—Xu Yiran yang lain. Seorang pemuda berusia delapan belas tahun dari desa kecil bernama Qinghe.
Xu Yiran di dunia ini adalah seorang pemuda biasa, anak yatim piatu yang tumbuh dengan kehidupan sederhana. Namun, hari ini seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan baginya. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Yin Mei, gadis tercantik di desa, yang diam-diam ia cintai sejak kecil.
Namun, kebahagiaan itu tak pernah datang. Pernikahan itu berubah menjadi mimpi buruk ketika sekte Seribu Bunga, sebuah sekte kultivator wanita yang terkenal kejam, tiba-tiba menyerang desa mereka.
Penyebabnya? Yin Mei.
Xu Yiran memegangi kepalanya erat, mencoba meredam rasa sakit yang tak tertahankan dari memori yang terus berputar di dalam pikirannya. Yin Mei memiliki tubuh spesial yang disebut Tubuh Dewi Kehidupan, sebuah anugerah langka yang membuatnya menjadi sasaran empuk bagi para kultivator yang ingin memanfaatkannya. Tetua sekte Seribu Bunga, Luo Feiyan, datang ke desa itu, membawa pasukan untuk merebut Yin Mei.
Tidak ada yang bisa melawan. Mereka semua dibantai tanpa ampun. Xu Yiran, calon suaminya, juga tewas dalam pertempuran singkat itu. Tubuhnya tergeletak tak bernyawa di tengah kehancuran yang sekarang ia lihat dengan mata kepala sendiri.
“Aku… mati?” Xu Yiran bergumam lirih, kedua matanya membelalak saat memahami kebenaran itu. Tidak, bukan dia yang mati. Itu adalah Xu Yiran yang asli dari dunia ini. Tapi sekarang, dirinya ada di sini.
Ia berdiri dengan susah payah, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. Napasnya memburu, rasa marah dan tidak berdaya mulai berkumpul di dadanya. Pandangannya tertuju pada desa yang sudah menjadi abu—tempat tinggalnya, tempat ia seharusnya memulai hidup baru dengan Yin Mei.
“Kau bercanda, kan…” Suaranya gemetar, tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Kebencian mulai tumbuh dalam hatinya, lebih panas dari api yang membakar rumah-rumah di sekitarnya.
Xu Yiran tahu satu hal dengan pasti: jika dia lemah, dunia ini akan menelannya hidup-hidup. Tetapi jika dia menjadi kuat… maka dunia inilah yang akan berlutut di hadapannya.
Xu Yiran berdiri di tengah reruntuhan, tatapannya tajam menyapu desa yang kini tak lebih dari puing-puing hangus. Angin malam berhembus, membawa aroma darah dan abu. Pikirannya bergejolak, penuh dengan ingatan dan kemarahan.
"Jadi, ini tubuh yang baru," gumamnya. Ia menatap tangannya sekali lagi, merasakan kekuatan yang belum pernah ia miliki sebelumnya. Tubuh ini kuat, jauh lebih kuat dibanding tubuh lemah dan lumpuhnya di bumi. Bahkan tanpa latihan pun, otot-ototnya terasa lentur, dan setiap gerakan terasa ringan, seperti tubuh ini dilahirkan untuk bertarung.
Xu Yiran memejamkan mata sejenak. Di balik tragedi yang baru saja terjadi, ia tak bisa menahan percikan semangat yang muncul di hatinya. Ini adalah kesempatan yang selama ini ia inginkan—kesempatan untuk menjadi seorang petarung. Tidak hanya menonton, tidak hanya bermimpi. Tapi benar-benar bertarung, mengayunkan tinju, menaklukkan musuh.
Namun, semangat itu tak berlangsung lama. Kenyataan dunia ini kembali menghantamnya. Dunia ini jauh lebih rumit dan kejam dari yang ia bayangkan. Di sini, semua orang hidup dengan kekuatan yang mereka sebut kultivasi.
Xu Yiran mulai memahami sedikit demi sedikit dari ingatan pemilik tubuh ini sebelumnya. Kultivasi adalah jalan untuk melampaui batas manusia biasa. Dengan menyerap energi spiritual dari dunia, seseorang bisa memperkuat tubuh, meningkatkan umur, dan bahkan mencapai kekuatan yang bisa menghancurkan gunung atau membelah langit.
Semua orang memulai di tahap yang disebut Penempaan Tubuh. Itu adalah tahap dasar, di mana seorang kultivator melatih tubuh mereka untuk menerima energi spiritual. Ada sepuluh tahap di tingkat ini, dan tubuhnya sekarang berada di tahap kelima. Xu Yiran mengepalkan tangan, merasakan kekuatan yang mengalir di ototnya. Meski terasa kuat, ia sadar ini hanyalah kekuatan pemula—tidak ada apa-apanya dibandingkan kultivator tingkat tinggi.
Setelah Penempaan Tubuh, ada tahap Pengumpulan Qi, di mana seorang kultivator mulai menyerap energi spiritual murni ke dalam tubuh mereka. Kemudian dilanjutkan dengan tahap Pemadatan Inti, di mana energi yang terkumpul dipadatkan menjadi inti spiritual di dalam tubuh, menjadi sumber kekuatan sejati. Tahap-tahap berikutnya, seperti Penyatuan Roh, membawa kultivator lebih dekat ke kekuatan yang dianggap ilahi.
Di atas itu semua, ada para penguasa—orang-orang yang melampaui batas manusia. Mereka yang mencapai tingkat Ahli Spiritual atau lebih tinggi mampu mengendalikan kekuatan dunia di sekitarnya. Bahkan hanya dengan satu serangan, mereka bisa menghancurkan pasukan atau memusnahkan seluruh desa.
Xu Yiran menggertakkan gigi saat ingatan tentang Luo Feiyan, tetua Sekte Seribu Bunga, memenuhi pikirannya. Wanita itu berada di tingkat Raja Langit bintang tujuh—tingkat yang begitu jauh di atas dirinya, hingga ia tidak bisa membayangkan bagaimana cara mencapainya.
"Raja Langit bintang tujuh…" Xu Yiran mengulang kata itu dengan getir. Rasanya seperti bercanda. Di dunia ini, tubuhnya yang berada di tahap kelima Penempaan Tubuh sama saja seperti bayi yang baru belajar berjalan dibandingkan dengan monster seperti Luo Feiyan.
Rasa kecewa muncul di dadanya, menghapus semangat yang sempat berkobar. Namun, bersamaan dengan itu, muncul sesuatu yang lain—api yang berbeda. Api kebencian.
Xu Yiran menggertakkan giginya, ingatannya kembali pada desa ini, pada Yin Mei, dan pada semua orang yang kehilangan nyawa mereka karena keserakahan wanita itu.
"Luo Feiyan…" Xu Yiran mengucapkan nama itu dengan penuh kebencian. Wanita itu tidak hanya menghancurkan desanya, tapi juga merebut hak seseorang tanpa rasa malu. Yin Mei adalah calon istrinya, bukan milik orang lain. Baginya, tidak ada yang lebih hina daripada orang yang mengambil sesuatu yang bukan miliknya.
Xu Yiran mengepalkan kedua tangannya erat hingga buku-buku jarinya memutih. Ia tak tahu bagaimana, atau kapan, tapi satu hal ia yakini: ia akan membalaskan dendam ini. Tidak hanya untuk Yin Mei, tapi juga untuk dirinya sendiri.
“Kalau di dunia ini kekuatan menentukan segalanya,” katanya, suaranya rendah namun penuh tekad, “maka aku akan menjadi yang terkuat.”
Langit malam menyelimuti desa Qinghe yang sunyi, hanya ditemani suara angin dan aroma kematian. Di tengah kehancuran itu, Xu Yiran berdiri, membawa kemarahan dan harapan baru yang membakar dalam hatinya. Dunia ini boleh saja kejam, tapi ia tidak akan menyerah. Tidak sekarang, tidak selamanya.
Cahaya matahari pagi menerobos celah-celah awan kelabu, menyinari reruntuhan desa Qinghe yang sunyi. Xu Yiran membuka matanya perlahan, tubuhnya terasa kaku setelah semalaman tidur di atas tanah dingin. Ia menatap langit yang cerah, tapi rasa berat di hatinya tetap tak berkurang.
Hari baru telah datang, dan bersama itu, ia menyadari satu hal: ia tidak bisa tinggal di tempat ini lebih lama lagi.
Xu Yiran bangkit perlahan, merasakan otot-otot di tubuh barunya yang masih terasa asing. Ia memandangi desa yang hancur lebur di sekitarnya—puing-puing rumah, tubuh-tubuh yang tak bernyawa, dan aroma kematian yang masih terasa pekat. Semuanya membawa rasa sakit yang sulit dijelaskan.
"Aku tidak bisa terus tinggal di sini," gumamnya, suaranya parau. "Tidak ada yang tersisa untukku di tempat ini."
Ingatan tentang Luo Feiyan dan para kultivator dari Sekte Seribu Bunga kembali menghantamnya. Wanita itu telah menghancurkan segalanya tanpa sedikit pun belas kasihan. Tapi Xu Yiran tahu, menangisi masa lalu tidak akan mengubah apa pun. Satu-satunya jalan adalah maju.
Xu Yiran menoleh ke utara, di mana hutan Dianfen membentang seperti lautan hijau yang gelap. Dalam ingatan pemilik tubuh ini, hutan itu adalah wilayah yang liar dan penuh bahaya, tetapi juga tempat yang sempurna bagi mereka yang ingin melatih diri.
Dunia ini, yang dikenal sebagai Tianxuan, adalah dunia yang jauh berbeda dari bumi. Tidak ada teknologi, tidak ada mobil atau gedung pencakar langit. Sebaliknya, kekuatan kultivasi mendominasi segalanya. Xu Yiran sekarang berada di Benua Barat, tepatnya di wilayah utara Kekaisaran Qing, yang berbatasan langsung dengan Kerajaan Fang.
Wilayah utara Kekaisaran Qing dikenal keras dan tidak ramah, dengan hutan lebat, pegunungan tinggi, dan cuaca yang seringkali tidak bersahabat. Desa Qinghe dulunya adalah salah satu dari sedikit pemukiman yang mencoba bertahan di wilayah ini. Kini, desa itu telah lenyap, seperti jejak yang hilang di pasir waktu.
Xu Yiran menghela napas panjang, matanya memandang lurus ke arah hutan Dianfen. Ia tahu, perjalanannya akan dimulai dari sana. Di dunia ini, kekuatan adalah segalanya. Tanpa kekuatan, ia hanyalah semut kecil yang bisa diinjak kapan saja.
"Tubuh ini hanya berada di tahap kelima Penempaan Tubuh," gumamnya sambil mengepalkan tangan. Meski tubuh ini terasa kuat, ia tahu itu belum cukup. Tidak cukup untuk bertahan hidup, apalagi membalas dendam pada seseorang seperti Luo Feiyan.
Tekad Xu Yiran menguat. Ia tidak peduli seberapa sulit jalan yang harus ia tempuh. Ia tidak akan berhenti sampai dirinya cukup kuat untuk menghadapi wanita itu, bahkan jika itu berarti harus menantang dunia ini sendirian.
Setelah mengambil napas dalam-dalam, Xu Yiran mulai berjalan menuju utara. Setiap langkahnya terasa berat, bukan karena tubuhnya, tetapi karena beban mental yang ia bawa. Namun, ia tidak membiarkan dirinya berhenti.
Langkah demi langkah, ia meninggalkan desa Qinghe yang telah menjadi kuburan bagi orang-orang yang pernah ia kenal. Langkahnya membawa dia lebih dekat ke hutan Dianfen, di mana suara angin yang menerpa pepohonan menciptakan simfoni alam yang menenangkan sekaligus menakutkan.
Xu Yiran berhenti sejenak di depan pintu masuk hutan. Dari luar, Dianfen tampak seperti lautan pohon yang tiada ujungnya, dengan bayangan gelap yang menyelimuti setiap sudutnya. Namun, bagi Xu Yiran, ini bukan hanya sekadar hutan. Ini adalah tempat di mana dirinya akan menempa kekuatan, tempat di mana ia akan memulai perjalanannya menuju balas dendam.
Ia mengepalkan tinjunya. "Tunggu aku, Luo Feiyan," gumamnya dengan suara rendah yang dipenuhi kebencian dan tekad. "Aku akan kembali… dan aku tidak akan lemah lagi."
Dengan langkah tegas, Xu Yiran melangkah masuk ke dalam hutan Dianfen, meninggalkan masa lalu yang menyakitkan dan membawa harapan serta tekad baru untuk masa depannya.
Udara di hutan Dianfen terasa dingin, meski sinar matahari masih menyelinap melalui celah dedaunan yang lebat. Xu Yiran melangkah perlahan, matanya awas mengawasi sekelilingnya. Hutan ini bukan hanya tempat yang liar, tapi juga penuh dengan ancaman. Binatang roh dan makhluk buas lainnya mengintai di setiap sudut, siap menerkam siapa saja yang ceroboh.
Namun, Xu Yiran bukan orang bodoh. Ia tahu dengan kekuatan tubuh ini yang hanya berada di tahap kelima Penempaan Tubuh, ia bahkan tidak akan mampu bertahan melawan binatang roh terlemah sekalipun.
“Melawan mereka sekarang hanya akan mempercepat kematianku,” gumamnya sambil mengepalkan tinjunya. “Aku harus cerdas, bukan ceroboh.”
Setelah merenung sejenak, ia memutuskan untuk mencari tanaman roh. Dalam ingatan pemilik tubuh ini, tanaman roh adalah sumber daya penting bagi para kultivator. Mereka memiliki energi spiritual alami yang dapat membantu meningkatkan kultivasi jika dikonsumsi dengan benar.
Berbekal ingatan itu, Xu Yiran mulai menyusuri hutan, matanya memperhatikan setiap sudut, mencari tanda-tanda keberadaan tanaman roh. Tidak mudah, tapi ia tidak menyerah. Setiap kali ia mendengar suara ranting patah atau dedaunan bergesekan, ia segera bersembunyi di balik pohon atau semak-semak, memastikan tidak ada binatang roh yang mendekat.
Setelah hampir satu jam mencari, akhirnya ia menemukan sesuatu yang menarik. Sebuah tanaman dengan daun berbentuk seperti api berdiri di atas sebuah batu besar yang diselimuti lumut.
“Ini… Tanaman Roh Api?” Xu Yiran bergumam, sedikit tak percaya dengan keberuntungannya.
Tanaman ini memiliki energi api yang kuat, cocok untuk memperkuat tubuh dan meningkatkan kekuatan fisik. Dengan hati-hati, ia mencabut tanaman itu dari akarnya, memastikan tidak ada yang terbuang.
“Ini akan sangat membantu,” katanya dengan senyum tipis.
Pencariannya berlanjut. Dalam beberapa jam berikutnya, Xu Yiran berhasil mengumpulkan beberapa jenis tanaman roh lainnya: Akar Giok Hijau, yang berguna untuk membersihkan dan memperkuat meridian; Bunga Bulan, yang dapat meningkatkan kecepatan regenerasi energi; dan Daun Perak, yang membantu meningkatkan ketahanan tubuh.
Meski tubuhnya mulai terasa lelah, ia tidak berhenti. Baginya, ini adalah langkah pertama menuju kekuatan yang ia impikan.
Saat matahari mulai condong ke barat, Xu Yiran merasa cukup puas dengan hasilnya. Dalam satu hari, ia berhasil mengumpulkan sejumlah tanaman roh yang akan sangat berguna untuk meningkatkan kultivasinya.
Ia memilih tempat yang cukup aman di dekat sebuah pohon besar dengan akar yang menonjol keluar dari tanah. Tempat itu sedikit tersembunyi, cukup untuk memberinya perlindungan dari pandangan makhluk buas.
Xu Yiran duduk bersila di atas tanah, mengeluarkan tanaman-tanaman roh yang telah ia kumpulkan. Ia menatapnya sejenak, lalu mengambil napas dalam-dalam.
“Ini baru langkah awal,” gumamnya sambil memandang tanaman itu dengan penuh tekad. “Tapi setiap langkah kecil akan membawaku lebih dekat pada tujuanku.”
Dengan hati-hati, Xu Yiran mulai mengambil satu per satu tanaman roh itu. Ia tahu, proses ini tidak boleh dilakukan sembarangan. Meskipun tanaman roh dapat memberikan manfaat besar, jika dikonsumsi dengan cara yang salah, efeknya bisa berbahaya atau bahkan fatal.
Xu Yiran menggenggam Tanaman Roh Api di tangannya. Energi hangat segera terasa mengalir ke tubuhnya, membuatnya semakin yakin untuk melanjutkan.
“Baiklah,” katanya pelan, matanya bersinar dengan tekad yang kuat. “Ayo kita mulai.”
Dengan itu, Xu Yiran mulai mengkonsumsi tanaman roh yang telah ia kumpulkan, bersiap untuk langkah pertama menuju kekuatan yang ia butuhkan untuk bertahan hidup di dunia yang kejam ini.
...****************...
Tingkatan Kultivasi :
Penempaan tubuh
Pengumpulan Qi
Pemadatan Inti
Penyatuan roh
(10 tahap)
---
Ahli Spiritual
Raja Langit
Penguasa Jiwa
Penguasa Kehidupan
Dewa Bumi
Dewa Langit
Kaisar Agung.
(10 bintang)
Xu Yiran memejamkan matanya, merasakan energi dari tanaman roh pertama yang ia konsumsi menyebar ke seluruh tubuhnya. Rasa hangat dari Tanaman Roh Api tadi mulai berubah menjadi sensasi terbakar yang menyiksa. Napasnya menjadi berat, tubuhnya mulai berkeringat deras. Setiap serat ototnya terasa seperti ditusuk ribuan jarum kecil, menyebarkan rasa nyeri ke seluruh tubuhnya.
“Aghhh…!” Ia menggeram, menggertakkan giginya, mencoba menahan rasa sakit yang datang bertubi-tubi.
Meningkatkan kekuatan melalui kultivasi ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Di pikirannya, ia pernah mengira bahwa cukup memakan tanaman roh atau melawan binatang roh, kekuatan akan datang begitu saja. Tapi kenyataannya, rasa sakit yang kini ia alami adalah harga yang harus dibayar untuk melangkah maju.
"Aku harus bertahan," Xu Yiran membatin. Ia mengepalkan tangan dengan erat, membulatkan tekadnya. "Jika aku menyerah sekarang, aku tidak akan pernah bisa membalas dendam, apalagi bertahan hidup di dunia ini."
Perlahan, energi dari tanaman roh yang ia konsumsi mulai beradaptasi dengan tubuhnya, memperkuat otot-otot dan meridiannya. Xu Yiran menggali ingatan pemilik tubuh ini dan menemukan bahwa setiap kultivator memiliki sesuatu yang disebut akar spiritual, yang menjadi dasar utama kekuatan mereka dalam menyerap energi dunia.
Akar spiritual ini terbagi menjadi empat tingkatan: Huang, Xuan, Di, dan Tian. Setiap tingkatan juga memiliki tiga kualitas: rendah, menengah, dan tinggi. Semakin tinggi kualitas akar spiritual, semakin besar potensi seseorang dalam kultivasi.
Namun, Xu Yiran segera menyadari bahwa dirinya tidak seberuntung itu. Pemilik tubuh ini hanya memiliki akar spiritual tingkatan Huang kualitas rendah, tingkatan paling dasar yang hampir tidak memiliki potensi untuk mencapai puncak kultivasi.
“Mungkin karena aku hanyalah anak dari desa kecil,” pikirnya, sedikit frustrasi. Desa Qinghe bukanlah tempat dengan sejarah atau garis keturunan kuat, jadi tidak mengherankan jika pemilik tubuh ini hanya memiliki akar spiritual yang biasa-biasa saja.
Namun, Xu Yiran tidak membiarkan rasa kecewa itu menguasainya terlalu lama. Bagaimanapun juga, ini adalah tubuh yang ia miliki sekarang, dan ia harus bekerja lebih keras untuk menutupi kekurangan itu.
“Potensi mungkin penting,” gumamnya dengan nada rendah. “Tapi aku percaya, kerja keras dan kegigihan bisa mengalahkan segalanya.”
Ia melanjutkan prosesnya, mengkonsumsi tanaman roh satu per satu. Setiap tanaman memberikan rasa sakit yang berbeda, seolah-olah tubuhnya dipaksa melewati ujian yang kejam. Tapi Xu Yiran tetap bertahan. Ia tahu, rasa sakit ini adalah jalan menuju kekuatan.
Setelah beberapa jam berlalu, ia akhirnya menyelesaikan semua tanaman roh yang telah ia kumpulkan. Tubuhnya terasa hangat dan berat pada saat bersamaan, seolah-olah energi spiritual yang ia serap mencoba untuk membentuk sesuatu di dalam dirinya. Ia segera duduk bersila, memasuki kondisi meditasi untuk menyerap energi itu sebaik mungkin.
Saat Xu Yiran membuka matanya, ia bisa merasakan bahwa tubuhnya telah berubah. Otot-ototnya terasa lebih kuat, dan aliran energi di dalam tubuhnya menjadi lebih stabil. Ia memeriksa tingkat kultivasinya dan mendapati bahwa ia kini telah mencapai tahap ketujuh Penempaan Tubuh.
Namun, bukannya merasa puas, Xu Yiran justru merasakan kekecewaan.
“Hanya tahap ketujuh?” gumamnya sambil menghela napas. Ia telah menghabiskan semua tanaman roh yang ia kumpulkan dengan susah payah, tapi hasilnya tidak sebesar yang ia harapkan.
Xu Yiran mengepalkan tinjunya. "Jadi begini rasanya memiliki akar spiritual tingkat rendah. Bahkan dengan usaha keras, hasilnya tetap biasa saja.”
Frustrasi menyelimutinya sejenak, tapi ia segera mengusir perasaan itu. Bagaimanapun, ia tidak punya pilihan selain terus maju. Menyerah bukanlah pilihan, terutama di dunia yang penuh dengan kekejaman ini.
Ia berdiri, menatap tangannya sendiri. Meski kekuatannya baru sedikit bertambah, ia bisa merasakan perubahan yang signifikan pada tubuhnya. Itu cukup untuk memberinya harapan.
“Baiklah,” katanya dengan suara penuh tekad. “Aku mungkin mulai dari bawah, tapi itu tidak berarti aku akan tetap di bawah. Ini hanya awal.”
Xu Yiran mengepalkan tinjunya, matanya bersinar dengan semangat yang membara. "Aku akan terus maju. Aku akan membalas dendam, tidak peduli seberapa sulit jalannya."
Dengan tubuh yang lebih kuat dari sebelumnya dan tekad yang semakin membara, Xu Yiran memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya, meski ia tahu rintangan yang lebih besar menantinya di depan.
***
Cahaya pagi menembus celah pepohonan Hutan Dianfen, memberikan sedikit kehangatan pada udara dingin yang menusuk. Xu Yiran menarik napas dalam, merasakan semilir angin pagi menyentuh kulitnya. Ia menggenggam sebuah cabang kayu yang tajam, senjata sementara yang ia buat semalam.
“Hari ini, aku akan berburu binatang roh,” gumamnya penuh semangat.
Meski ia baru saja mencapai tahap ketujuh Penempaan Tubuh, Xu Yiran tahu tubuhnya belum cukup kuat untuk melawan binatang roh di tingkat yang lebih tinggi. Jadi, targetnya sederhana: menemukan binatang roh yang setara atau di bawahnya, sambil tetap mengumpulkan tanaman roh sebanyak mungkin.
Langkahnya ringan namun hati-hati, matanya tajam mengamati sekitar. Pepohonan di hutan ini menjulang tinggi, menciptakan suasana gelap yang memaksa Xu Yiran untuk tetap waspada. Ia sudah mengumpulkan cukup banyak informasi dari ingatan pemilik tubuh ini. Hutan Dianfen terkenal sebagai tempat yang dihuni oleh berbagai jenis binatang roh, mulai dari yang lemah hingga yang cukup kuat untuk menghabisi desa kecil seperti Qinghe dalam sekejap.
Setelah beberapa waktu, Xu Yiran mendengar suara gemerisik dari semak-semak di depannya. Ia segera menghentikan langkahnya, menajamkan pendengarannya.
“Binatang roh?” gumamnya pelan.
Tidak lama kemudian, seekor Serigala Api, binatang roh tahap keenam Penempaan Tubuh, keluar dari balik semak. Tubuhnya sebesar anjing dewasa dengan bulu kemerahan yang tampak menyala di bawah cahaya matahari. Serigala itu menggeram pelan, giginya yang tajam terlihat jelas saat mulutnya terbuka.
Xu Yiran menelan ludah. Ini adalah pertama kalinya ia menghadapi binatang roh secara langsung. Tubuhnya tegang, tapi bukan karena takut, melainkan karena adrenalin yang tiba-tiba mengalir deras di tubuhnya.
Dia memutar tongkat kayunya di tangan, lalu mengambil posisi bertahan. Serigala itu menyerang lebih dulu, melompat dengan kecepatan luar biasa. Xu Yiran dengan sigap menghindar ke samping, gerakannya begitu alami dan sempurna.
“Tunggu…” pikirnya. Gerakan itu… terlalu sempurna.
Saat serigala itu berbalik untuk menyerang lagi, Xu Yiran langsung memanfaatkan celah dan melemparkan tendangan keras ke sisi tubuh binatang itu. Tendangannya mengenai sasaran dengan akurasi yang luar biasa, membuat serigala itu terpental ke tanah.
Xu Yiran menatap kakinya dengan tatapan bingung. Itu adalah Roundhouse Kick, sebuah teknik dasar dari seni bela diri modern. Tapi bagaimana mungkin ia melakukannya dengan sempurna?
Serigala itu kembali bangkit, kali ini lebih berhati-hati. Xu Yiran tidak memberi kesempatan. Ia bergerak cepat, maju dengan langkah pendek tapi mantap, melemparkan serangkaian pukulan dan tendangan yang memanfaatkan teknik Muay Thai. Setiap serangan mengenai titik lemah serigala itu, membuatnya terkapar tak berdaya.
Xu Yiran berdiri di atas tubuh serigala yang kini sudah tak bergerak. Dadanya naik turun, tapi bukan karena kelelahan. Ia terkejut.
“Ini… semua teknik yang aku pelajari selama di bumi,” bisiknya. “Tapi… bagaimana aku bisa melakukannya dengan sempurna?”
Semasa hidup di bumi, Xu Yiran hanya bisa mempelajari seni bela diri dari video, tanpa pernah mempraktikkannya langsung karena tubuhnya yang lumpuh. Tapi kini, di tubuh barunya, semua teknik itu seolah sudah menjadi bagian dari dirinya. Ia tidak hanya sekadar mengingat, tapi juga menguasai setiap gerakan dengan sempurna.
Ia memandang tangannya, merasakan kekuatan yang mengalir melalui otot-ototnya.
“Semua ini… terasa alami,” gumamnya. “Seperti tubuh ini sudah terlatih untuk menerima semua teknik yang ada di pikiranku.”
Xu Yiran tidak punya waktu untuk memikirkan hal itu lebih lama. Ia memotong beberapa bagian tubuh Serigala Api, mengambil inti rohnya sebagai barang berharga yang bisa dijual atau digunakan untuk kultivasi.
Setelah memastikan area sekitar aman, ia kembali melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan, ia menemukan beberapa tanaman roh tingkat rendah dan mengumpulkannya dengan hati-hati. Namun, pikirannya terus dipenuhi dengan satu hal: bagaimana mungkin ia bisa menggunakan semua teknik bela diri modern yang selama ini hanya ada di kepalanya?
Hari mulai siang ketika Xu Yiran mendengar suara gemerisik lagi. Kali ini, ia mendapati segerombolan Kelinci Batu, binatang roh tahap kelima Penempaan Tubuh. Mereka terlihat tenang, mengunyah daun-daun di tanah.
Xu Yiran tersenyum kecil. “Latihan yang bagus,” katanya pada dirinya sendiri.
Ia menyelinap mendekat, lalu menyerang dengan cepat. Gerakannya luwes dan tanpa celah, memanfaatkan teknik Krav Maga untuk melumpuhkan kelinci-kelinci itu dengan efisiensi tinggi. Setiap serangan diarahkan ke titik vital, membuatnya bisa menang tanpa kesulitan berarti.
Saat Xu Yiran berdiri di antara tubuh-tubuh kelinci itu, ia merasa tubuhnya benar-benar hidup. Adrenalin, ketegangan, dan kepuasan setelah pertarungan membuatnya merasa seperti orang yang berbeda.
“Di dunia ini,” katanya dengan nada yakin, “aku akhirnya bisa menjadi petarung. Dan aku akan menjadi yang terkuat.”
Ia melanjutkan perjalanannya dengan hati yang lebih ringan. Hutan Dianfen mungkin penuh dengan bahaya, tapi Xu Yiran tahu bahwa setiap bahaya adalah peluang untuk menjadi lebih kuat.
Dengan langkah mantap, ia terus bergerak, mengumpulkan tanaman roh sambil mengasah kemampuan bertarungnya. Satu hal yang ia yakini: dunia ini telah memberinya kesempatan kedua. Dan kali ini, ia tidak akan menyia-nyiakannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!