Bab 1. Penolakan
"Mami tidak setuju kamu menjalin hubungan dengan orang yang tidak selevel dengan keluarga kita. Masih banyak wanita sukses dan cantik dari keluarga terpandang dan kalangan atas," ucap Mami Rosalina dengan ketus dan tatapan menghina kepada perempuan yang duduk di samping putranya.
"Tapi, Mi–"
"Pokoknya tidak ada bantahan lagi. Sekarang juga kami putuskan wanita itu atau Mami tidak akan lagi menganggap kamu anak!" ucap wanita paruh baya yang penampilannya anggun dengan memakai pakaian bermerek terkenal di dunia itu mengancam putranya.
Ini bukanlah pertama kalinya wanita itu menghina Arumi. Sejak pertama kali dia dikenalkan oleh Ryan kepada ibunya, wanita itu menaruh rasa tidak suka. Hanya karena dia bukan dari keluarga golongan kelas atas.
Arumi dan Ryan sudah menjalin hubungan selama sembilan tahun. Mereka berpacaran sejak awal masuk kuliah. Sampai sekarang hubungan itu tidak mendapatkan restu dari Mami Rosalina.
"Keputusan ada di tangan kamu, Ryan. Mami sudah capek membahas hal ini sama kamu. Jika kamu masih bersikukuh ingin terus menjalin hubungan dengannya, maka pergi yang jauh dari kehidupan mami. Anggap saja mami sudah mati," lanjut wanita itu mengeluarkan ancamannya yang selalu menjadi beban pikiran Ryan.
"Benar apa kata Mami kamu, Ryan. Kalau dunia kita itu berbeda dan tidak akan pernah bisa bersatu. Seorang anak tidak pantas membantah ucapan ibunya, apalagi itu demi kebaikan dirimu," ucap Arumi dengan nada bergetar karena menahan agar tidak lolos tangisannya. "Jadi, lebih baik kita akhiri saja hubungan ini. Mungkin inilah yang terbaik untuk kita semua."
"Tidak! Aku tidak mau putus sama kamu, Rumi. Aku cinta mati sama kamu!" Ryan bersikukuh ingin mempertahankan gadis yang dicintainya.
"Jadi, kamu lebih memilih wanita kampungan itu dibandingkan mamimu sendiri!" bentak Mami Rosalina.
"Ryan, aku mohon!" pinta Arumi. Kini dia tidak bisa lagi membendung air matanya. Terlalu sakit hatinya oleh ucapan ibu dari laki-laki yang dia cintai. Wanita itu terlalu banyak memberikan luka kepadanya selama bertahun-tahun.
"Baiklah, jika itu yang diinginkan Mami. Tapi, jangan paksa aku menikah dengan wanita pilihan Mami juga," ucap Ryan. Dia tahu kalau ibunya punya rencana ingin menjodohkan dirinya dengan anak temannya.
Mata Mami Rosalina melotot ketika mendengar ucapan Ryan. Namun, setelah dia pikir-pikir lagi, hal itu tidak masalah asalkan putranya putus dulu dari Arumi.
"Oke, baiklah! Mami tidak akan ikut campur wanita pilihan kamu, asal wanita itu selevel dengan keluarga kita," balas wanita yang memakai make up full karena akan pergi menghadiri arisan ibu-ibu sosialita.
Ryan dan Arumi saling memandang dalam diam. Terlihat pancaran mata mereka mengisaratkan kesedihan yang mendalam. Cinta mereka tidak bisa menyatukan dalam hubungan pernikahan.
Sementara ayah Arumi meminta untuk kegaskan hubungan mereka selama ini. Usia gadis itu kini sudah 27 tahun dan sudah matang untuk membina rumah tangga. Namun, restu dari ibu laki-laki itu sulit sekali didapatkan.
"Kamu tahu, 'kan, kalau aku ini sangat mencintai kamu. Tapi, takdir tidak memihak kepada kita," ucap Ryan di sela isak tangis dan Arumi mengangguk karena paham akan hal itu. Laki-laki itu menggenggam erat tangan pujaan hatinya.
"Mungkin saat ini cinta kita belum bisa menyatukan kita dalam ikatan pernikahan. Namun, siapa tahu suatu hari nanti akan datang masa itu," lanjut Ryan yang menahan sakit di hatinya karena dipaksa untuk berpisah dengan orang yang sangat dia sayangi dan dia cintai.
"Aku berdoa semoga kamu bisa hidup bahagia bersama dengan siapa pun," ucap Arumi yang menarik tangannya dari genggaman Ryan.
Ryan menggelengkan kepala. Dia tidak yakin bisa hidup bahagia setelah ini. Cinta dia habis untuk Arumi semua. Wanita itu merupakan cinta pertama dan cinta terindah dalam hidupnya.
Mami Rosalina sungguh muak melihat adegan di depan matanya. Dia tidak habis pikir kenapa Ryan bisa tergila-gila kepada wanita kampungan itu. Awalnya dia tidak mempermasalahkan Ryan mempunyai pacar. Namun, setelah tahu siapa Arumi sebenarnya, dia jadi menentang hubungan mereka. Dia tidak setuju anaknya menjalin asmara dengan orang yang dipandangnya rendah karena bukan dari golongan atas.
Arumi merupakan seorang arsitek yang cukup terkenal dan diakui hasil karyanya oleh banyak orang. Namun, semua itu tidak ada artinya di mata seorang Mami Rosalina. Hanya karena keluarga wanita itu hanya seorang pengusaha kecil yang mempunyai pabrik garmen.
Merasa sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan Arumi pun beranjak pergi. Tadi, dia sempat salah sangka ketika Ryan menelepon dirinya karena Mami Rosalina ingin bertemu dengannya. Dia mengira kalau wanita paruh baya itu sudah luluh hatinya dan mau memberikan restu kepada hubungan mereka berdua.
"Aku pulang. Jaga diri kamu baik-baik, ya!" ucap Arumi kepada Ryan. Lalu, dia pun segera pergi dari sana.
Sebelum membuka pintu, air mata Arumi bercucuran. Dia sudah tidak bisa lagi menahan rasa sakit di hati dan sesak di dadanya. Beberapa pelayan di rumah itu yang berpapasan dengan Arumi merasa iba. Mereka semua tahu bagaimana hubungan anak majikannya ditentang habis-habisan oleh nyonya mereka.
***
Arumi pergi ke suatu tempat yang sepi. Dia ingin menangis sepuasnya dan berteriak kencang meluapkan rasa sedih dan marah yang sedang dirasakan olehnya saat ini.
"Aaaaaaa!" teriak Arumi ketika dia sudah sampai di puncak sebuah bukit yang tidak jauh dari pemukiman warga pinggir kota.
"Kenapa? Kenapa Engkau hadirkan perasaan ini di dalam hatiku, Ya Allah. Jika, pada akhirnya cinta kita tidak bisa bersatu." Arumi meracau meluapkan emosi.
"Apa yang salah terlahir dari keluarga biasa? Apa yang salah terlahir dari keluarga kalangan atas?" Arumi tergugu menangis.
Sudah tiga jam Arumi menangis seorang diri di atas bukit. Merasa sudah lelah, dia pun turun karena hari sudah sore. Dia harus pulang sebelum malam tiba. Jika tidak, kedua orang tuanya akan khawatir.
Karena sudah kesorean, Arumi mengemudikan mobil dengan kencang ketika dikawasan jalan hutan. Dia harus sampai jalanan ramai sebelum Maghrib.
Ketika di jalanan lurus dan mobil melaju kencang, tiba-tiba muncul motor trail dari balik pohon-pohon. Tabrakan pun tidak bisa dihindarkan. Orang yang menunggangi kendaraan roda dua itu terpental jauh dan membentur batang pohon besar yang tumbuh di pinggir jalan.
Tidak lama kemudian datang beberapa motor trail lainnya. Mereka semua menghentikan laju kendaraan dan menghadang mobil Arumi.
"Reyhan!" Salah seorang dari mereka turun dari motor dan menghampiri orang yang tergeletak di tanah.
"Cepat panggil ambulans!" perintah orang yang menghadang mobil Arumi. Seorang yang berada di samping mobil, langsung menghubungi dan meminta agar segera mengirim ambulans secepatnya.
***
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum, semuanya. Kembali lagi dengan karya terbaru aku, semoga kalian suka. Cerita segitiga yang mengaduk perasaan, tentunya bikin greget dengan kisah mereka.
Khusus hari ini akan update 5 bab (3 pagi,1siang,1 sore), ya! Jangan lupa kasih like, komentarnya. Terima kasih.
Bab 2. Meminta Pertanggungjawaban
Tubuh Arumi bergetar hebat saat melihat kepala orang yang ditabraknya mengeluarkan banyak darah. Dia tidak menyangka hal ini akan terjadi. Gadis itu merutuki dirinya karena tidak berhati-hati.
"Ambulans masih dalam perjalanan, 'kah?" tanya laki-laki yang memakai jaket berwarna merah. Dia mencoba menghentikan pendarahan dengan menutupkan saputangan pada lukanya.
"Iya. Jarak ke sini cukup jauh, Bram. Jadi, tunggu saja," balas laki-laki yang memakai jaket hitam, belakang diketahui bernama Brandon.
"Ya Allah, aku mohon selamatkan dia," batin Arumi. Gadis itu ikut berjongkok di samping Reyhan.
Sekitar setengah jam sejak menghubungi pihak rumah sakit, akhirnya ambulans datang. Reyhan dibawa di temani oleh Arumi karena dia diminta bertanggung jawab.
Keadaan luka Reyhan sangat serius sampai harus melakukan operasi besar saat itu juga. Arumi tidak tenang karena takut terjadi sesuatu kepada Reyhan.
"Bram, kamu sudah hubungi Om Dewa?" tanya Brandon.
"Sudah. Tapi, saat ini Om Dewa sedang berada di Makasar. Mungkin Tante Rosalina yang akan datang," jawab Bram.
Arumi hanya bisa berdoa di dalam hati agar semua baik-baik saja dan berjalan lancar. Dia tidak memikirkan hal yang lainnya lagi.
Operasi akan dilakukan setelah ada persetujuan dari pihak keluarga. Tidak sampai 15 menit operasi untuk Reyhan segera akan dilakukan karena sudah ada pihak keluarga yang datang ke rumah sakit.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Reyhan sampai bisa luka separah ini?"
Arumi menoleh karena merasa mendengar suara yang tidak asing baginya. Betapa terkejutnya dia ketika melihat ada Mami Rosalina kini berdiri bersama tiga orang laki-laki yang merupakan teman Reyhan.
"Tante Rosalina? Bagaimana mungkin?" batin Arumi. Karena dia tidak menyangka kalau wanita itu merupakan keluarga Reyhan.
"Terjadi kecelakaan tak terduga, Tante," jawab Bram.
"Kalian ini senang sekali melakukan hal yang sia-sia dan tidak berguna. Lihat akibatnya!" ucap Mami Rosalina.
Ketiga laki-laki itu tidak ada yang menyahut lagi ucapan Mami Rosalina. Mereka kini malah terlihat terdiam seperti sedang berdoa.
"Mami! Bagaimana keadaan Kak Rey?" Ryan datang dengan napas terengah-engah karena berlari.
"Masih di dalam ruang operasi," jawab Mami Rosalina.
Ryan menoleh ke arah perempuan yang sedang duduk dengan kepala tertunduk. Dia bisa mengenali orang itu.
"A-rumi?" Ryan memanggil nama sang mantan kekasih.
Semua orang melihat ke arah Ryan, lalu beralih ke arah Arumi. Ketiga laki-laki yang merupakan teman Reyhan terkejut karena Ryan mengenal orang yang sudah menabrak Reyhan.
Mami Rosalina menatap tajam kepada Arumi yang diam saja sejak tadi. Dia penasaran dengan kehadiran gadis itu di sana.
"Untuk apa kamu di sini?" tanya Mami Rosalina dengan nada ketus kepada Arumi.
Gadis yang berwajah pucat itu hanya diam memandang kepada Mami Rosalina. Dia ingin membalas ucapannya, tetapi tidak bisa. Lidah dia terasa kelu dan tenggorokannya kering. Sejak tadi siang dia belum minum setetes air pun.
Ryan mendekati Arumi karena ingin tahu kenapa pujaan hatinya bisa ada di sana. Pergerakan dia tidak lepas dari pantauan ketiga laki-laki yang memakai setelan balap.
"Rumi? Sebenarnya apa yang terjadi? Sedang apa kamu di sini?" Ryan kembali bertanya dengan nada lembut, berbanding terbalik dengan ibunya.
"A–aku ... yang menabrak Rey-han," balas Arumi dengan suara tercekat.
Ryan dan Mami Rosalina sangat terkejut mendengar ucapan Arumi. Tanpa diduga wanita paruh baya itu menampar gadis yang gugup dan ketakutan sejak tadi itu dengan keras sampai jatuh tersungkur.
"Arumi!" Ryan langsung membantu Arumi untuk berdiri. "Mami, kenapa menampar Arumi?" Terlihat jelas sekali kalau dia sangat marah kepada ibunya.
"Karena dia pantas mendapatkan itu. Berani-beraninya dia mencelakai Reyhan. Mami tidak akan tinggal diam. Mami akan melaporkan hal ini ke polisi."
"Mami ... jangan lakukan itu!" Ryan kini berdiri berhadapan dengan ibunya seakan ingin melindungi Arumi.
"Sebaiknya Tante jangan lakukan hal itu dulu. Karena kejadian tadi tidak sepenuhnya kesalahan Arumi," ucap Bram.
Mendengar itu Mami Rosalina tidak suka. Dia merasa ini adalah kesempatan untuk menjauhkan Arumi dari Ryan.
Di tengah ketegangan itu, pintu ruang operasi terbuka. Terlihat ada seorang dokter yang berwajah sayu karena kelelahan setelah menjalankan tugasnya.
"Dokter bagaimana operasinya?" tanya Bram.
"Semua berjalan lancar. Semoga saja pasien segera sadar dan tidak ada hal buruk terjadi kepadanya," jawab dokter itu.
***
Kedua orang tua Arumi datang ke rumah sakit setelah tahu anaknya sudah menabrak seseorang. Mereka akan melakukan upaya agar anaknya tidak dilaporkan ke polisi.
Reyhan baru sadar setelah sembilan jam pasca operasi. Dia mengeluh merasa mual dan pahit lidahnya.
"Dok, kenapa mataku diperban? Apa terluka di bagian sini?" tanya Reyhan. Dia tidak bisa menggunakan kedua tangannya karena di gip.
"Maksud, Anda? Mata Anda tidak bisa melihat?" tanya dokter itu terkejut.
"Iya. Gelap," jawab Reyhan.
Dokter pun melakukan pemeriksaan dan Reyhan mengalami gangguan penglihatan akibat kecelakaan. Hal ini sempat di prediksi sebagai hal terburuk yang akan terjadi kepada Reyhan karena luka di bagian kepala, bisa kena syaraf penglihatannya.
Arumi dan keluarganya yang saat ini berada di sana dibuat terkejut. Mereka tidak menyangka hal itu terjadi kepada Reyhan.
Mengetahui kini dirinya tidak bisa melihat Reyhan sangat marah. Dia tidak terima dengan hal itu.
"Dokter, tolong hubungi teman aku yang bernama Bram!" pinta Reyhan dan memberi tahu nomor ponsel serta alamat tempat tinggalnya.
"Biar aku saja yang menghubungi Bram. Tadi, dia sudah menyuruh aku untuk menghubunginya jika kamu sudah sadar," ucap Arumi.
Mendengar suara wanita asing ada di sana tentu saja Reyhan terkejut. Karena dia tidak menyangka ada orang selain dirinya yang ada di ruangannya.
"Siapa kamu?" tanya Reyhan.
"Kenalkan, aku Arumi. Orang yang bertabrakan dengan kamu kemarin sore," jawab Arumi.
Mengetahui hal itu Reyhan ingin marah kepadanya. Karena gara-gara kecelakaan itu dirinya jadi tidak bisa melihat.
Tidak sampai sepuluh menit, Bram datang. Dia pulang untuk membersihkan diri dan membawa keperluan lainnya selama dia di rumah sakit.
"Bisakah kamu urus masalah ini?" ucap Reyhan agar orang kepercayaannya itu melakukan tindakan kepada Arumi karena di sini dirinya yang mengalami kerugian besar.
"Aku harap kamu jalan bertindak berlebihan. Mata kamu masih bisa melihat jika melakukan operasi. Lagian apa kamu tahu siapa Arumi itu," bisik Bram.
"Memangnya siapa dia?" tanya Reyhan penasaran.
"Dia adalah kekasih Ryan. Tante Rosalina sepertinya tidak menyukai gadis itu. Padahal dia sangat cantik dan terlihat tidak neko-neko. Keluarganya juga terkihat baik. Mereka katanya akan mengganti seluruh biaya pengobatan kamu," jawab Bram masih berbisik.
Reyhan pun tersenyum lebar. Tiba-tiba saja terlintas sesuatu di kepalanya. Dia akan melakukan sesuatu untuk membuat orang-orang yang dibenci olehnya itu menderita.
"Arumi," panggil Reyhan.
"Ya, aku di sini," balas Arumi mendekat.
"Aku ingin kamu bertanggung jawab atas diriku yang sudah tidak bisa melihat ini," ucap Reyhan.
"Tentu saja. Aku akan bertanggung jawab," balas Arumi.
"Baiklah. Kalau begitu kamu harus menikah denganku," kata Reyhan.
"Apa?" Arumi memekik terkejut.
***
Bab 3. Pernikahan Mendadak
Mendengar permintaan Reyhan, Arumi tentu saja terkejut. Karena bagaimana mungkin orang yang baru saja bertemu langsung meminta menikah dengannya. Selain itu, Reyhan juga kakak dari Ryan, laki-laki yang sangat dia cintai.
"Aku rasa itu tidak mungkin," kata Arumi dengan lirih.
"Kenapa? Ingat aku menjadi seperti ini juga gara-gara kamu," balas Reyhan dengan ketus.
"Aku rasa ibu kamu juga tidak akan setuju jika kamu menikah sama aku yang merupakan orang miskin dan tidak selevel dengan keluarga kalian," tutur Arumi.
Reyhan kini tahu apa yang membuat Mami Rosalina tidak mau menyetujui hubungan Ryan dengan Arumi. Dia pun menyeringai.
"Tidak akan ada yang bisa menolak keinginan aku. Siapa perduli dengan wanita itu. Pokoknya kamu harus menikah sama aku sekarang juga!" Reyhan bicara dengan tegas.
"Apa?" Arumi semakin terkejut mendengar keinginan Reyhan.
Bram hanya bisa mengumpat dalam hatinya. Dia sebenernya tidak setuju jika Reyhan menggunakan Arumi sebagai alat balas dendam kepada Ryan dan Mami Rosalina. Karena gadis itu tidak tahu apa-apa dengan permasalahan keluarganya.
"Jika kamu tidak mau menikah denganku, maka aku akan usut perkara kecelakaan kemarin," ujar Reyhan.
Arumi bingung harus bagaimana sekarang. Lalu, dia minta waktu untuk membicarakan hal ini dengan keluarganya.
Hati gadis itu masih milik Ryan, walau hubungan mereka sudah berakhir. Dia bukanlah tipe orang yang mudah jatuh cinta, apalagi berpaling kepada yang lain. Perasaan cintanya begitu tulus kepada Ryan, sayangnya takdir tidak menyatukan mereka.
Reyhan memberi waktu selama tiga jam kepada Arumi dan keluarganya untuk merundingkan pernikahan itu. Karena dia tidak punya banyak waktu dan tidak suka buang-buang waktu.
Pak Agung yang merupakan ayah Arumi tentu saja tidak ingin anaknya di penjara. Dia pun menyetujui pernikahan itu demi kebaikan bersama. Namun, dia minta ada surat perjanjian di antara Arumi dengan Reyhan. Karena mereka belum saling mengenal satu sama lain dan tidak boleh ada yang merasa dirugikan dengan pernikahan itu.
Rupanya Reyhan juga punya persyaratan lainnya dan itu akan dia atur bersama Arumi nanti setelah pulang dari rumah sakit. Mau tidak mau keluarga gadis itu setuju.
Karena ini pernikahan mendadak, jadi Reyhan dan Arumi hanya menikah di bawah tangan atau orang sering menyebutnya nikah siri. Laki-laki itu juga memastikan kalau pernikahan itu tidak akan merugikan dirinya mau pun Arumi.
Tanpa Arumi dan keluarganya tahu, Reyhan hanya ingin memanfaatkan gadis itu saja. Dia sangat benci kepada Mami Rosalina yang merupakan istri kedua ayahnya dan Ryan adalah anak hasil perselingkuhan mereka.
Dengan menikahi Arumi, tentu saja Reyhan sudah membuat Ryan sakit hati dan Mami Rosalina marah. Membayangkan itu saja sudah membuat Reyhan senang. Selama ini hubungan mereka memang tidak dekat, justru sering terjadi pertengkaran.
Rasa benci di dalam hati Reyhan kepada penghancur keluarganya, tidak pernah hilang walau sudah puluhan tahun. Dia juga sering melakukan pembangkangan kepada ayahnya untuk melampiaskan rasa amarah dan kecewanya.
"Mana keluarga pihak calon pengantin pria?" tanya seorang penghulu yang akan menikahkan Reyhan dengan Arumi.
"Papi sedang ada di luar kota. Tapi, ada tiga orang sahabat baik aku yang sudah aku anggap keluarga," jawab Reyhan.
Di sana memang sudah ada Bram, Brandon, dan Berry. Sementara dari pihak keluarga Arumi, ada kedua orang tuanya dan adik laki-lakinya.
Pernikahan pun dilakukan dengan mahar uang sebanyak 25 juta dan cincin berlian— peninggalan mendiang ibunya Reyhan—yang menjadi cincin pernikahan mereka, akhirnya kedua orang itu sudah sah menjadi pasangan suami-istri. Arumi hanya bisa meneteskan air mata karena sekarang dia sudah menjadi seorang istri dari laki-laki yang tidak dikenalnya.
Selama menjadi kekasih Ryan, Arumi tidak pernah sekali pun bertemu dengan Reyhan. Karena laki-laki itu menghabiskan waktu kuliah di luar negeri. Selain itu hubungan persaudaraan mereka yang tidak baik, sehingga Ryan jarang membicarakan saudara satu ayahnya itu.
Dahulu, Arumi membayangkan menikah layaknya seorang putri dan pangeran. Dia juga punya impian dekorasi ballroom seperti di dunia dongeng. Namun, sekarang yang terjadi adalah menikah paksa di rumah sakit.
Hanya beberapa orang saja yang mendoakan pernikahan mereka. Tentu saja ini membuat Arumi sedih.
***
"M-Mas," panggil Arumi kepada Reyhan. Dia bingung harus memanggilnya apa, jadi inisiatif saja sendiri.
"Hn," balas Reyhan yang berbaring di atas brankar.
"Sudah waktunya makan," kata Arumi karena jam tujuh nanti laki-laki itu harus minum obat.
"Aku tidak suka makanan rumah sakit. Rasanya tidak enak. Kamu pesankan aku makanan dari Restoran Kriuk!" titah Reyhan.
"Dokter menyarankan makanan ini demi mempercepat proses penyembuhan pasca operasi. Jadi, jangan makan sembarangan dulu," balas Arumi. Dia tidak mau nanti terjadi sesuatu kepada Reyhan, bisa-bisa gantian keluarganya yang akan menuntut balik.
"Aku bilang, aku tidak suka sama makanannya!" bentak Reyhan yang kesal karena Arumi keras kepala.
"Kamu itu ingin sembuh atau tidak! Kalau tidak mau sembuh ma–" Arumi langsung menutup mulutnya.
Sejak kemarin Arumi jadi mudah emosi. Dia lupa kalau dirinya tidak boleh berkata kasar kepada laki-laki yang sudah menjadi suaminya.
"Apa? Kamu mau suruh aku mati? Iya, 'kan!" Reyhan menoleh ke arah Arumi.
"Bukan. Kalau Mas tidak mau makan bagaimana bisa cepat sembuh. Aku sebenarnya tidak suka berada di rumah sakit, tetapi aku harus berada di sini sama suamiku," jelas Arumi berbohong sedikit. Dia memang tidak suka dengan rumah sakit karena mengingatkan banyak kenangan buruk. Di tambah lagi dengan sebuah kejadian yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidupnya, yaitu pernikahannya.
"Aku akan minta Airlangga untuk mengirimkan makanan dari rumah. Bunda biasanya masak makan bergizi," kata Arumi.
Belum juga Arumi melakukan panggilan, Airlangga muncul di depan pintu sambil menenteng rantang berisi makanan. Di dalam sana ada sayur bening dan pepes ikan.
"Bunda minta aku untuk mengantarkan makanan. Katanya ini bagus untuk orang yang baru saja menjalani operasi," kata Airlangga.
"Terima kasih, Ar," balas Arumi senang.
Akhirnya Arumi menyuapi Reyhan dengan makan hasil masakan ibunya. Laki-laki itu begitu lahap menghabiskan semua makan yang ada di dalam rantang. Sampai-sampai Arumi tidak kebagian.
"Dia itu sedang sakit, tapi makannya rakus sekali. Atau dia kalau makan memang banyak, ya?" batin Arumi.
Karena Arumi tidak kebagian makan malam, dia pun pergi ke kantin karena lapar. Dia memesan makanan yang bisa dibawa ke kamar karena Reyhan tidak mau ditinggalkan sendirian.
"Arumi," panggil Ryan yang datang ke rumah sakit.
Arumi yang sedang berjalan di lorong pun membalikan badan. Dia melihat Ryan datang dengan setelan jas kerjanya. Gadis itu menduga kalau mantan kekasih langsung datang ke rumah sakit setelah pulang kerja.
"Apa Ryan lembur?" batin Arumi.
Sementara itu, mata Ryan tertuju kepada cincin yang melingkar di jari manis Arumi. Dia merasa tidak asing dengan cincin itu.
"Sejak kapan Rumi memakai cincin?" batin Ryan bertanya-tanya. "Aku rasanya pernah melihat cincin seperti itu. Tapi, di mana, ya?"
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!