NovelToon NovelToon

The Fatalis : Kembalinya Era Kegelapan

sebuah awal

Ledakan energi mengguncang tanah, dan tubuh Nazzares terlempar jauh ke belakang. Hujan deras turun dari langit yang gelap, petir menyambar dan menggambar kilatan kematian di seluruh medan perang yang kini hanya dipenuhi oleh darah dan mayat. Pahlawan yang dulu bertempur berdampingan kini tergeletak tak bernyawa, terhimpit oleh keganasan pertarungan ini.

...'Kau akan mati di sini, Fatalis,'...

suara Azrahell bergema, mengalir seperti dingin yang menusuk hati. Nazzares mengangkat pedangnya, Abhiseka, dengan tangan yang gemetar, namun setiap gerakan terasa seperti mengangkat beban batu besar. Matanya yang memerah mencerahkan suasana gelap, namun di dalam dirinya, kebimbangan mulai tumbuh.**

Dalam satu gerakan, Azrahell menyerang, dan Nazzares tahu—ini adalah serangan terakhir. Dia sudah kelelahan, dan Azrahell, meskipun tidak terluka, tetap seperti makhluk tak terhentikan.

Nazzares tidak tahu apakah dia bisa bertahan lebih lama. Tapi ada satu hal yang dia tahu—pertempuran ini belum berakhir, dan ia tidak akan menyerah. Tidak, tidak sekarang."

...___~V~___...

...Nazzares abhiseka - Awal dari takdir...

Pada malam yang sunyi di Desa Gousan, sebuah perkampungan kecil di pinggiran hutan Blora, wilayah Kerajaan Majapahit, berdiri sebuah rumah sederhana. Di dalamnya, tinggal Abail, seorang mantan tabib kerajaan yang kini menjalani masa pensiunnya dengan damai, bersama putranya, Nazzares Abhiseka.

Seorang anak berusia 12 tahun dengan rambut hitam panjang dan wajah rupawan, memiliki pupil mata merah yang diturunkan dari mendiang ibunya.

"Mmm... sepertinya semuanya sudah siap," gumam nazzares dalam hati sambil, memandangi deretan ramuan, yang telah selesai dan siap dikirim

"Ayah! Aku sudah menyelesaikan semuanya. Sisanya kuserahkan padamu!" teriak Zares ke arah ayahnya.

"Baiklah, anakku. Kau tidur saja." Abail menatap ramuan terakhir yang harus ia selesaikan.

"Hmm, sepertinya tinggal satu lagi. Ini ramuan kuat 'sayang istri' yang banyak dipesan oleh keluarga bangsawan kerajaan. Hahaha," katanya sambil tersenyum kecil, kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Keesokan harinya..

Kukuruyuuukkkk! Suara ayam jantan membangunkan pagi.

Rutinitas nazzares hampir setiap hari adalah membantu ayahnya membuat obat dan mengambil tanaman di hutan. Dan terkadang jika waktu sedang senggang ia akan pergi bermain dengan teman temanya.

"Ayah, aku sudah siap!" Teriak zares didepan rumah dengan menggendong keranjang besar di punggungnya.

"Tunggu sebentar anakku!" jawab ayahnya didalam rumah yang sedang mempersiapkan semuanya.

Kini nazzares siap dengan rutinitas biasanya. Mencari tanaman obat setiap pagi sampai siang. Namun, jika belum mendapatkan apa yang ayahnya inginkan terkadang pencarian bisa mencapai sore hari.

"Nazzares" suara perempuan terdengar ditengah duduknya menunggu ayahnya keluar.

"Eh kandhita, waw, pagi sekali" ujar nazzares yang melihat kandhita pagi pagi sudah datang.

"Iyah.. kau mau mencari tanaman lagi bersama ayah?" Tanya kandhita dengan lembut.

"Iyah tentu" jawab nazzares dengan senyum.

Kandhita, gadis kembang desa, rutin memasak untuk keluarga Nazzares setiap hari. Pagi ini pun, ia melakukannya seperti biasa.

"Baiklah, nanti siang makanan sudah siap" ucap kandhita dengan senyum menawan.

"Waah, baiklah pasti masakanmu enak sekali" jawab nazzares.

Tiba-tiba, Abail, ayah Nazzares, keluar dari pintu dan terkejut melihat calon menantunya sudah datang pagi-pagi.

"Waahh menantuku, pagi pagi sudah datang" abail dengan penuh senyum menyambut kandhita.

"Iya ayah, aku akan membuatkan masakan enak buat kalian makan siang nanti" jawab kandhita ke abail.

"Baiklah aku percayakan rumah kepadamu"

Abail selalu mempercayakan rumahnya kepada Kandhita saat ia dan anaknya pergi ke hutan. Alasannya, Nazzares dan Kandhita adalah dua anak yang telah dijodohkan sejak bayi. Pada usia lima belas tahun, mereka akan resmi dinikahkan.

...pertemuan dengan raksha.....

Ditengah hari, dibawah sinar matahari yang terik, Nazzares dan ayahnya berada dihutan blora yang dipenuhi pohon dengan dedaunan rimbun, untuk tujuan mencari tanaman obat yang langka. Langkah mereka terdengar hening di atas tanah yang lembap, namun ketenangan itu segera pecah ketika sesosok makhluk menyeramkan tiba-tiba muncul menghadang mereka.

"Ayah, apa itu?" tanya Zares dengan suara gemetar.

Abail mencoba menenangkannya. "Tenanglah," jawabnya singkat. Namun, matanya tetap waspada.

"Kenapa ada Raksha di sini? Apa yang dilakukan para prajurit kerajaan? Mereka seharusnya berjaga dan membasmi makhluk seperti ini," pikir Abail sambil berkeringat, memandangi Raksha yang menakutkan di depannya.

"Anakku, ketika aku menyerang Raksha itu, lari lah sekuat tenaga," ucap Abail dengan nada cemas.

"Bagaimana denganmu, Ayah?" tanya Zares, suaranya penuh kekhawatiran.

"Hei, jangan banyak bicara..." Perkataannya terhenti saat ia menyadari Raksha itu telah berdiri tepat di belakangnya, mengeluarkan suara lirih yang menyeramkan.

"Hkhhhhhrrrhhhkk" suara Raksha itu membuat Zares menjerit.

"Aaaa!" teriak Zares.

Abail, dengan penuh keberanian, mencoba menyerang dengan pisaunya. "Slashhhh!" Namun, serangannya hanya menimbulkan goresan kecil. Raksha itu tampak tidak terpengaruh.

"Rrrrrkrk" suara Raksha bergema tatapannya penuh nafsu membunuh.

Dengan cekatan, makhluk itu mencekik Abail hingga tubuhnya terangkat.

"Hegg! hegg!" Abail mencoba melepaskan diri saat dicekik oleh raksha itu.

Melihat itu, Zares tanpa berpikir panjang langsung menyerang, tetapi sekali tampar oleh Raksha, tubuhnya terpental jauh.

"Aaaaa!" Zares teriak saat tubuhnya menghantam tanah.

Dalam pandangan Zares yang mulai memudar, ia melihat ayahnya yang masih dicekik.

Tiba-tiba..

"Slaasshhh, sring, srak, srak, srak, srak!"

Puluhan pedang bercahaya menancap ke tubuh Raksha itu. Lalu, beberapa saat kemudian, Raksha itu perlahan menghilang menjadi abu.

Zares, yang sudah tidak kuat menahan berat di kelopak matanya, akhirnya pingsan.

beberapa hari kemudian..

Saat ia terbangun, ia sudah berada di tempat tidur dengan kepala dibalut perban, dengan rasa nyeri di kepalanya.

"Ahhh... sakit sekali. Apa yang terjadi?" gumamnya bingung.

"Ayah! Ayah!" panggil Zares, mencari ayahnya.

Abail muncul di pintu. "Iya, anakku. Tidurlah kembali. Kau masih dalam masa pemulihan. Sudah tiga hari lamanya kau tidak sadarkan diri," ucap Abail.

"Baiklah. Tapi... aku sangat lapar."

Kandita masuk ke kamar membawa makanan sambil menangis.

"Ha.. aku kira kau akan mati.. Haaaaa" tangisnya pecah.

"Hei.. apa-apaan itu?" ucapnya, merasa bingung sekaligus terharu.

Tubuh Zares yang masih lemah membuatnya tidak bisa makan sendiri, sehingga Kandita menyuapinya.

"Ayah, siapa yang menolong kita waktu itu?" tanyanya saat teringat kejadian di hutan.

Abail, sambil menghisap cangklong, menjawab: "Dia seorang Fatalis dari kerajaan."

...Pertemuan dengan sang Elf...

Keesokan harinya, Zares bangun dengan rasa pusing yang masih terasa di kepalanya.

"Aaarrrhhhkk," Zares menguap.

"Aww, sial... kenapa masih terasa pusing?" gumamnya. zarres pun langsung mencuci mukanya dan pergi ke depan rumahnya.

Saat ia melamun, ia tak sengaja melihat sosok si Fatalis yang pernah menolongnya. Rasa penasaran memicunya untuk mengikuti sosok itu secara diam-diam. Lalu ia pun melancarkan aksinya.

"...huhh? Kenapa bocah itu?" Sang elf yang menyadari anak kecil itu mengikutinya.

Zares terus membuntuti Elf tersebut, bergerak hati-hati dari balik pohon ke pohon. Ia ingin tahu apa yang dilakukan sang Fatalis di dalam hutan. Namun, Elf yang sudah menyadari keberadaannya sejak awal. Tiba-tiba, Elf itu berbelok dan menghilang bak ditelan bumi.

Woooosshh

"Apa? Kemana dia? Kenapa tiba-tiba menghilang?" Ia menengok ke kiri dan kanan, mencari sosok itu.

Namun, tiba-tiba..

"Hei... apa yang kau cari?" Suara itu muncul dari belakangnya, membuat Zares terkejut dan berbalik cepat.

"Mmm.. aaa.. tidak.. aa.. aku hanya ingin berterima kasih karena kau telah menolongku tempo hari," ucap Zares dengan gugup.

"Pulanglah. Warga desa dilarang pergi ke hutan untuk sementara waktu," ucap sang Elf dingin.

Zares, yang kini memperhatikan lebih jelas, menyadari sesuatu. "Kau memiliki telinga yang panjang dan runcing. Jadi kau seorang Elf pantas saja kau sangat kuat. Ini pertama kalinya aku melihat Elf secara langsung," ucapnya kagum.

"Sudahlah. Aku bilang pulanglah. Nyawamu bukan tanggung jawabku jika ada Raksha yang kembali ke sini," tegas Elf itu.

"Baiklah, Tuan Elf. Tapi, bolehkah aku menjadi muridmu? Aku ingin menjadi Fatalis yang kuat sepertimu," pinta Zares penuh semangat.

Elf tertawa kecil. "..hehh.."

"bocah! menjadi Fatalis bukan sesuatu yang bisa didapatkan dengan berlatih, duduk dan bermeditasi seperti dongeng bodoh KULTIVASI, bocah! Jadi pulanglah!"

Lalu, sang elf pun beranjak pergi memalingkan pandanganya dan menyuruh nazzares pulang.

Namun, Zares tidak menyerah, ia mengejutkan sang elf yang beranjak pergi itu dengan kekuatanya.

"Baiklah, aku akan membuktikan padamu kalau aku bisa melakukannya" katanya sambil mengarahkan tangannya ke sebuah batu kecil di dekat mereka.

Zares fokus pada batu itu, hingga batu tersebut perlahan mulai melayang. "Aaaaaaaa..." Zares mengerahkan seluruh kemampuannya.

Elf itu terkejut. Dalam hati, ia berpikir, "Bagaimana anak ini melakukannya, dengan hanya, mengarahkan tanganya saja ke batu dan melayangkan nya?"

Zares akhirnya menghentikan usahanya, terengah-engah.

"aahh.. ternyata masih melelahkan melakukan ini," keluhnya

"Hei, bocah. Siapa ibumu?" Tanya sang elf ke nazzares. Dengan rasa ingin tahu.

"ibuku falguni abhiseka" jawab Zares sambil mengatur napas.

Mata guru vitjendra membula, Yang tidak asing dengan nama itu. Lalu guru vitjendra bertanya kembali. "siapa namamu, bocah,?" Tanya sang elf kepada bocah itu.

"Oh, namaku Nazzares Abhiseka," jawabnya dengan sedikit keras.

"Baiklah, bocah. Temui aku besok di tempat ini. mulai sekarang kau menjadi muridku. Hahaha!" Sang elf yang sedikit berbahagia, Karena menerima murid Dari keluarga yang dia kenal dimasa lalu.

"Benarkah? Horee! Aku akan memanggilmu Guru! Tapi, siapa namamu, Guru?" Zares yang sudah merasa sangat senang.

"Namaku Vitjendra," jawabnya dengan tenang. Sambil memegang rambutnya yang panjang.

"Baiklah, Guru Vitjendra. Aku akan menemui mu besok," kata Zares dengan penuh semangat, lalu berlari pulang sambil tersenyum.

nazzares pun pulang dengan menari nari di sepanjang jalan.

Vitjendra memandang punggung bocah itu, lalu bergumam, "Ternyata dia adalah cucumu? dunia memang sempit, tapi, mngkin ini hanya kebetulan karena aku menjalankan misi di desa ini?"

Namun, dari pertemuan itulah nazzares akan menjadi seseorang yang seutuhnya menjadi seorang Fatalis dan akan mengemban takdir yang sangat berat.

Bersambung...

Berlatih_energi mistis

Keesokan harinya, Nazzares pergi ke tempat yang sama seperti kemarin, di mana ia ketahuan mengikuti Guru Vitjendra. Dengan penuh semangat, ia berlari menuju hutan. Namun, setibanya di sana, Guru Vitjendra belum juga terlihat.

"Guru, belum datang rupanya"

Sembari menunggu, Zares memperagakan seni beladiri asal asalan dan hanya memukul angin.

"Hiiaaatt, hiaaattt" lalu dilanjutkan nya mengigaw dengan mata menghadap ke atas dan penuh senyum.

"Hahahahahahaha…" Zares tertawa sambil menghayal. Tiba-tiba, guru Vitjendra sudah ada di sampingnya.

"Ternyata, bodohnya sama seperti dia," ujar guru Vitjendra yang melihat Zares tertawa sendiri di tengah hutan.

"Hei!" Panggil guru vitjendra

"Wah, guru! Sejak kapan kau ada di sini?" tanya Zares, kebingungan kenapa gurunya tiba-tiba muncul di depannya.

"Sejak tadi! baiklah, Apa kau sudah siap berlatih hari ini? Aku sudah menemukan tempat yang cocok untuk berlatih," ucap guru Vitjendra.

"Sangat siap, guru." Jawab zares dengan penuh antusias.

"Baiklah, sebelum berlatih, aku ingin bertanya beberapa hal kepadamu dalam perjalanan menuju tempat latihan," kata guru Vitjendra sambil berjalan.

Guru Vitjendra menanyakan banyak hal kepada Nazzares, seperti usianya, tentang ibunya, kakeknya, dan kapan ia pertama kali mengetahui kekuatannya. Nazzares, sebagai orang yang ditanya, menjawab dengan penuh antusias.

"Kau Masih sangat muda. Aku jadi teringat dengan kakekmu. Aku bertemu kakekmu saat dia masih bocah."

"Kakek? Berapa usia guru sekarang?" Jawab zares dengan penasaran.

"132 tahun."

"Waaaawww"

Nazzares terkejut mendengar pengakuan gurunya tersebut bahwa usianya sudah lebih dari 100 tahun. Dan dalam perjalanan juga guru vitjendra menjelaskan tentang seluk beluk para fatalis seperti dirinya dan nazzares.

~seorang fatalis~

Guru vitjendra menjelaskan dengan pelan apa itu seorang fatalis. Seorang fatalis adalah seorang yang ditakdirkan dari garis darah secara turun temurun dari seorang ibu yang juga seorang fatalis.

Fatalis hanya segelintir bongkahan kekuatan untuk penyeimbang alam bumi ini.

Guru vitjendra juga menjelaskan bahwa fatalis terlahir dengan teknik mistis bawaan. Teknik mistis bawaan hanya bisa berupa satu jenis tidak ada seorang fatalis memiliki dua kekuatan sekaligus seperti Api dan air. Jika api ya hanya api begitupun sebaliknya.

Lalu, melakukan mudra (segel tangan) sebagai salah satu syarat pengaktifan teknik mistisnya.

Namun, guru vitjendra sedikit terkejut saat nazzares menunjukkan kekuatan-nya, karena nazzares tidak menggunakan mudra (segel tangan) saat mengeluarkan teknik mistisnya.

seorang fatalis tidak bisa mengeluarkan teknik mistisnya tanpa syarat kecuali melakukan sumpah pengikat.

"Sumpah pengikat?" Zares yang tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh gurunya.

Namun, gurunya menyuruhnya untuk tidak memikirkan itu karena lambat laun dia pasti akan mengerti dengan sendirinya.

tempat latihan..

Setelah sampai ditempat latihan yang guru vitjendra ingin tunjukan. Nazzares, ternyata sudah tidak asing lagi dengan tempat itu.

"Oh, ternyata di tempat ini. Aku kadang sering mengunjunginya kalau sedang mencari tanaman obat. Tapi, terkadang aku melihat hewan dan mahkluk aneh guru?"

Guru vitjendra menjawab bahwa itu adalah hewan mistis yang sangat menghindari makhluk seperti manusia dan elf atau yang sejenis dengan dirinya. Mereka tidak akan terganggu ataupun mengganggu. Dan langsung memulai latihan.

"Baiklah, kita akan mulai latihan "

Guru Vitjendra mulai menjelaskan bahwa setiap Fatalis dianugerahi kekuatan dari kehendak langit, memungkinkan mereka untuk langsung mengakses energi mistis dalam diri mereka. Kekuatan ini berguna dalam pertempuran, baik untuk menyerang maupun bertahan. Selain itu, energi mistis ini juga bermanfaat dalam berbagai kondisi, seperti berjalan di atas air, meringankan tubuh, hingga melintasi medan vertikal dengan mudah.

Latihan pertama berjalan diatas air..

Untuk latihan pertama guru vitjendra mempraktekan bagaimana ia mengumpulkan energi mistis sehingga bisa berjalan diatas air.

Tap tap tap langkah guru vitjendra berjalan di atas air.

Nazzares yang melihatnya sangat terkesan dengan yang dilakukan gurunya itu.

"waaaaa!"

"Cobalah lakukan apa yang kulakukan"

"Baiklah, guru"

Nazzares pun mulai melakukan apa yang gurunya tadi lakukan dan mencoba fokus merasakan energi mistis dalam tubuhnya.

"Fokus rasakan energi mistis dalam tubuhmu, Zares," ucap Zares dalam hati untuk percobaan pertamanya.

Dalam ketenangan ditemani suara sungai dan angin yang sepoi sepoi nazzares memejamkan matanya mencoba fokus.

Setelah beberapa menit, nazzares dapat merasakan energi mistis dalam tubuhnya. Lalu, guru vitjendra menyuruhnya langsung ke area sungai.

"Cobalah untuk berjalan di atas air" kata guru vitjendra yang sedari tadi memperhatikanya.

Zares mulai berjalan pelan dengan ragu ke arah sungai. Perlahan, satu langkah kakinya menyentuh sungai dan terasa padat. lalu, Zares melangkahkan kaki lainnya dan mulai berjalan di atas air. Dan...

"Horee… aku berhasil, guru!" Zares senang dan melompat-lompat di atas air.

kecupak kecupak kecupak

Melihat muridnya itu guru vitjendra langsung mengingatkan agar jangan senang dulu. Hanya karena ia seorang fatalis, ia bisa melakukannya dengan mudah. Bagi semua fatalis, percobaan pertama di latihan dasar dan berhasil itu hal yang sangat biasa.

Latihan kedua berjalan di medan vertikal..

Tahap selanjutnya guru vitjendra mempraktekan bagaimana caranya berjalan dimedan vertikal. Setelah itu menyuruh muridnya untuk melakukanya langsung.

"Yapp lihatlah, kau harus menyatukan energi mistismu dalam setiap medan" ucap guru vitjendra yang sedang berdiri miring di batang pohon besar. Dan dia pun turun setelah mempraktikanya.

Wuggg praaakk

"Baiklah, sekarang cobalah" perintah guru vitjendra ke muridnya itu.

"Baik!" Jawab nazzares dengan lantang.

Nazzares langsung mencobanya. Walaupun, nazzares sempat beberapa kali gagal namun, ia tak menyerah mencoba hingga berhasil.

Braaakk : terjatuh "sial"

Guru vitjendra terus mengawasinya dibelakang nazzares.

"Hei rasakan dulu energi mistismu, jangan terburu buru dalam melangkah" teriak vitjendra yang mengingatkan kalau apa yang dilakukan muridnya itu buruk.

"Baiklah!" Jawab nazzares lalu kembali fokus.

"semoga yang ini berhasil"

Dengan pelan dan mencocokkan tingkat kerekatannya, Zares mulai berjalan di medan pohon yang vertikal. Dalam langkah pertama, Zares sedikit kesulitan menyeimbangkan tubuhnya.

"Atatatata, jaga keseimbangan"

Namun, setelah merenung dan memfokuskan energi mistisnya, dia mulai melangkah sedikit demi sedikit. Dengan tubuh yang mulai berkeringat, Zares mulai mempercepat langkahnya.

"Tidak usah terburu-buru, fokuslah pada pengendalian energi mistismu" Vitjendra yang memperhatikan nazzares dari bawah.

"Fokuslah, Zares, fokuslah," ucap Zares ke dirinya sendiri dalam hati.

Setelah itu, ia mencoba berjalan ke puncak dan sempat terpeleset di tengah jalan. karena kehilangan fokus pengendalian energi mistisnya. Namun, ia memperbaikinya dan berjalan cepat sampai ke puncak.

"Guru...!!!! Aku berhasil!" teriak Zares dari puncak pohon dengan sangat gembira.

"Baguslah… hahaha! Turunlah dengan melompat langsung dari puncak"

"Apa kau sudah gila!, Pak Tua ?" teriak Zares dari atas pohon.

"Cepat dan lakukan saja, bodoh! Pohon itu tidak terlalu tinggi" Jawab dengan nada membentak kepada anak yang kurang sopan santun itu.

"Baiklah, yoosshh hiaaattt!" Zares pun melompat dari atas pohon dan terjatuh, menggunakan lututnya untuk mendarat.

Whooosss braakkk

"Aku kira hanya sedikit sakit saja." Zares dengan keheranan mengapa badanya berhasil mendarat.

Lalu, guru vitjendra menjelaskan bedanya saat nazzares menggunakan energi mistis.

gurunya mencoba mengingatkan kembali nazzares ketika dipukul oleh raksha waktu itu. Jika ia bukan fatalis, ia pasti sudah mati saat itu juga, menerima pukulan telak langsung dari raksha.

"Aku mengerti, guru." Jawab yang mengingat kejadian waktu lalu diserang oleh raksha.

"Hei, kau tadi mengatakan aku Pak Tua." Guru vitjendra dengan tatapan datar.

"Hehehe…" (Zares cengengesan sambil memegang bagian belakang kepalanya).

Plak!!

"Baiklah, untuk selanjutnya, mungkin lebih baik melatih fisikmu agar bisa lebih kuat. Melihat kondisi fisikmu, sepertinya kau bukan seorang pekerja keras"

"Hehehe… aku hanya anak seorang tabib, dan pekerjaanku tidak melibatkan fisik terlalu berat." Jawab sang murid dengan sedikit malu

"Baiklah, aku akan pergi, ada urusan yang harus aku selesaikan. Cobalah, memperkuat pengusaan kontrol energi mistismu sehingga kau bisa lebih lama diatas air dan bergerak leluasa di medan vertikal" Perintah sang guru ke murid.

"Baik, guru. Akan kulakukan."

Setelah guru Vitjendra meninggalkan nazzares sendirian di tempat latihan, nazzares melanjutkan latihannya dan melakukan apa yang diperintahkan gurunya itu, meski dengan susah payah. Latihan dasar tersebut berlangsung selama lima hari ke depan, yang selalu diawasi oleh gurunya hingga nazzares terbiasa melakukannya.

Bersambung..

Berlatih_Fisik ekstra

Di pagi yang cerah, nazzares sudah tiba di tempat latihan. Namun, sebelum gurunya datang, dia menyempatkan diri berlatih sendiri menguasai teknik dasar penguasaan energi mistis yang telah diajarkan oleh gurunya.

"Baiklah, fokus, fokus." Nazzares yang sedang fokus mengalirkan energi mistisnya ke seluruh tubuh, kemudian berdiri tegak dimedan vertikal dengan sangat lama.

"Yosss, aku semakin mahir melakukan ini, mungkin..." Brraakk! Saat terlalu senang, Zares kehilangan fokus dan jatuh ke tanah.

"Siaaaalll, kenapa bisa jatuh!" ucap Zares sambil meringis kesakitan

saat gurunya datang..

"Guru..." teriak Zares, memanggil gurunya yang telah tiba di tempat latihan dari kejauhan, sambil melambaikan tangan.

"sudah siap latihan hari ini?" Ucap guru vitjendra.

Namun, sebelum itu guru viitjendra memberitahu nazzares bahwa, mungkin dalam waktu dekat ia akan meninggalkan desa untuk sementara waktu dan akan kembali setelah dua minggu atau lebih. Jadi, nazzares harus mendengarkan baik-baik semua yang guru vitjendra sampaikan selama kurang lebih satu minggu ke depan.

"Wokeeyyy, guru!" jawab Zares dengan gembira.

Guru vitjendra ingin melatih fisik muridnya itu. memperkuat tubuh nazzares dengan latihan fisik tanpa menggunakan energi mistis.

"Baiklah, guru, aku akan melakukanya" jawab sang murid dengan semangat.

...Pelatihan fisik hari itu dimulai...

Berlari mengitari area latihan beberapa putaran, lalu berenang melawan arus di air terjun sungai, kemudian melakukan push-up dengan pemberat punggungnya.

Nazzares melakukan push up dengan gurunya duduk diatas nazzares.

"Arrgh arrghh" napas berat nazzares setelah beberapa kali melakukan hal itu

"Hei.. cepatlah jangan manja" ucap guru veitjendra dengan ledekan

"Baik guru" jawab sang murid yang tanganya sudah gemetaran.

Sampai siang hari menjelang, mereka pun istirahat sejenak.

"Guru, kenapa Raksha kemarin memiliki lubang di wajahnya?" Tanya zares yang belum tau betul raksha itu apa.

Apa itu raksha..?

Nazzares yang penasaran akan raksha itu karena, sewaktu masih kecil ibunya hanya menceritakan kalau mahkluk itu menyeramkan saja. Lalu, guru vitjendra menjelaskan bahwa jika raksha itu mahluk dimensi lain. tepatnya, dari dimensi ashura, Yang terus menerus menyerap roh dari orang orang yang sudah terpisah dengan jasadnya, untuk sumber kekuatanya. Maka dari itu pemakaman orang mati harus dilakukan dengan ritual untuk proses penyucian roh.

"Mm, baiklah guru aku mengerti"

"Baguslah kalau kau mengerti"

Nazzares sangat senang mendengar hal-hal baru dari gurunya itu. Karena, terlalu banyak bertanya guru vitjendra pun segera mnyuruhnya latihan kembali.

"Hei, lanjutkan latihanmu. Sudah cukup istirahatnya."

"Baiklah, guru." Zares kembali berlatih fisik. namun, dengan porsi yang ditambah tingkatanya

beberapa saat kemudian sampai sore menjelang..

terlihat awan yang sudah mulai berwarna jingga. Ketika gurunya menyuruhnya berhenti dan pulang, seketika Zares pingsan karena kelelahan.

"blugghh" dengan sigap guru vitjendra menangkap tubuh muridnya itu.

"Dasar anak manja! Sepertinya ayahnya terlalu memanjakannya"

guru Vitjendra yang melihatnya, langsung menggendongnya dan mengantarkannya pulang.

malam hari di kediaman Abail.. 

Dirumah abail, guru vitjendra dan abail sedang asik mengobrol mengenang masa lalu. Sedangkan, nazzares telah tidur di kamar.

"Aku tak menyangka jika Tuan Vitjendra merupakan teman dari ayah mertuaku" Abail yang terkejut karena tidak menyadari kalau itu vitjendra di pertemuan awal mereka.

"Yah, dunia memang sangat sempit. Dan kau sekarang lebih tua dariku! Hahahaha, Tapi apa yang kau pikirkan hingga tinggal di desa ini?"

"Yah, ini adalah permintaan istriku setelah insiden 12 tahun lalu. Dia ingin, ketika perang selesai, pergi ke suatu tempat yang damai dan menghabiskan waktu bersama."

"Aku mengerti. 12 tahun lalu dunia serasa neraka bagi setiap orang. Ya, itu ide yang bagus untuk manusia seperti kalian, dengan umur terbatas, menghabiskan waktu tua. Namun, juga sangat disayangkan tabib yang sangat berbakat sepertimu harus meninggalkan kerajaan."

"Anda berlebihan, Tuan, kerajaan tidak pernah kehilangan talenta terbaiknya."

"Hahaha... Kau benar sekali, tapi belum ada yang mampu menyamai kehebatanmu, Abail! Hahahaha."

"Terima kasih, Tuan. Saya sangat merasa terhormat mendapatkan pujian dari fatalis kerajaan yang hebat seperti Anda."

"Hei, aku juga sangat berterima kasih karena kau telah banyak mengobati anak buahku yang terluka dengan pengobatan mu"

"Itu sudah menjadi kewajibanku, Tuan. Namun, apakah situasinya sedang segenting itu, sampai harus diselidiki? Sepertinya dengan luka seperti itu, Raksha yang bermunculan cukup kuat."

"Entahlah... Aku tak ingin kejadian 12 tahun lalu terjadi lagi. Maka dari itu, semua kerajaan di tanah Nuswantorra telah menyelidiki semua tempat yang dianggap mencurigakan, apalagi tempat yang banyak dihuni oleh makhluk mistis seperti hutan di desa ini."

"Jika semua kerajaan di Nuswantorra telah siaga, berarti wajar jika harus waspada untuk saat ini."

"Ya! Tapi, Kau tak masalahkan jika aku melatih cucu temanku? Aku yakin dia akan menjadi seorang fatalis yang hebat nantinya"

"Saya sangat terhormat jika yang melatih anakku adalah seorang hebat seperti Anda."

"Hahaha Hei, jangan terlalu memujiku, Abail. Kau sendiri sudah seperti menantuku. Istrimu saja sudah ku anggap anaku sendiri yang merupakan anak dari temanku. Bersikaplah biasa Hahahaha."

"Baik, Tuan."

"Baiklah, sudah cukup untuk obrolan malam ini. Aku akan kembali ke pangkalan prajurit untuk mengecek keadaan. Kau juga sudah mendapat perintah resmi bukan dari pihak istana?"

"Iya, Tuan. Setiap hari saya akan pergi ke pangkalan militer untuk menyetok persediaan ramuan dan obat-obatan untuk para prajurit."

"Baiklah, kuserahkan semuanya padamu."

"Baik, Tuan. Akan saya kerjakan sebaik mungkin."

Setelah obrolan panjang di antara mereka, guru Vitjendra pun pergi menuju pangkalan militer kerajaan.

Saat Zares terlelap di kasur kamar tidurnya, ayahnya menghampirinya..

"Melihat kau tidur seperti ini, wajahmu sangat mirip dengannya. Aku sangat merindukan ibumu, Zares. Jika bertemu orang yang pertama kali melihat kita, mereka bahkan tidak percaya kalau kita ayah dan anak kandung. Ya, karena mukaku seperti pecundang. Namun, untunglah istriku, fisikmu menurun ke nazares, dan dia juga mirip dengan ayah. Ya, dia sangat tampan, istriku. Jika kau ada di sini, kau pasti sangat senang. hahahahahaha."

Keesokan harinya..

"Aku akan membuat ayam bakar hari ini, pasti nazzares sangat menyukainya" Sambil tersenyum, Kandita menuju rumah Zares membawa bahan makanan untuk Zares dan ayahnya.

Kandita merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Orang tuanya adalah pemilik kedai makan di pusat ibukota Trowulan, kerajaan Majapahit, dan sekarang usaha itu telah diteruskan oleh kakak pertamanya yang sudah menikah pada usia 17 tahun.

"Hei, Zares, mau ke mana? Aku akan memasakkan makanan untukmu," sapa Kandita saat melihat Zares hendak pergi di depan rumah, pagi-pagi sekali.

"Hah? Kandita? Oh ya, aku belum menceritakannya padamu. Baiklah, kebetulan kau di sini.

"Apa itu?" Tanya kandhita.

"Aku sudah berlatih menjadi seorang fatalis dengan Guru Vitjendra. Seorang fatalis yang menolongku waktu dihutan"

"Hah? Fatalis? Oh ya, ibumu juga seorang fatalis, kan? Berarti calon suamiku juga seorang fatalis" jawab Kandita dengan wajah cemberut.

"Hei, kenapa mukamu cemberut begitu? Ada apa?" Tanya nazzares.

"Kamu tidak berubah pikiran kan! setelah kau sepenuhnya menjadi fatalis? Aku pernah dengar kalau seorang fatalis hanya bisa menikahi wanita yang juga seorang fatalis" ucap bocil bucin dengan bibir bawahnya memble.

"Hei, tenanglah… walaupun kau bukan wanita fatalis, aku akan tetap memilihmu sebagai istriku satu-satunya." Jawab anak duabelas tahun yang belum mengerti apapun soal pernikahan.

"Apakah aku bisa mempercayainya?" ujar Kandita sambil menahan tangis.

"jangan menangis. Tiga tahun lagi kita akan menikah, bukan?" ucap Zares dengan senyum, mencoba menenangkan.

"Iya, tapi tetap saja, aku takut kau berubah pikiran." Jawab bocil bucin dengan mewek.

"Tenanglah, aku berjanji tidak akan ada istri atau wanita lain selain kamu." Ucap nazzares untuk menenangkan kandita

"Baiklah," kata Kandita sambil mengusap air matanya. Tiba-tiba, ia mencium pipi Zares.

"Eh? Apa itu?" Zares bengong dengan wajah memerah.

Kreeekk (suara pintu terbuka)

"Oh, menantuku… sepertinya kau akan memasak makanan enak hari ini. Tapi, hei, kenapa wajah kalian berdua memerah?" tanya Abail yang terkejut melihat kandhita sudah ada dirumah bersama nazzares.

"Bukan apa-apa, ayah." Jawab kandita dengan senyum.

"Mmm… baiklah, sepertinya aku harus meninggalkan rumah kepadamu." Jawab abail yang hendak pergi.

"Ayah mau ke mana?" Tanya kandita yang melihat abail membawa perlengkapan untuk pergi.

"Aku akan pergi ke pangkalan militer kerajaan untuk memantau persediaan obat-obatan di sana." Jawab abail.

"Kapan ayah akan pulang?" Tanya kandita.

"Mungkin malam hari." Jawab abail

"Malam hari? Bukankah pihak kerajaan melarang kita keluar pada malam hari sementara waktu?" Jawab kandhita dengan sedikit khawatir

"Tenang saja, nanti seorang fatalis dan prajurit kerajaan akan mengawal ku sampai gerbang desa." Jawab abail

"Syukurlah. Baiklah, hati-hati, ayah. Nanti aku buatkan makan malam yang enak untukmu." Kandita dengan senyum

"Haha, aku tak sabar untuk pulang. Menantu, masakanmu memang yang terbaik. Baiklah, aku akan berangkat dulu."

"Hei, Zares, jaga menantuku dengan baik. Kalau tidak, aku akan membunuhmu," kata Abail sambil merangkul leher Zares dengan bercanda.

"Hati-hati, ayah," ucap Kandita sambil melambaikan tangan.

Setelah ayah nazzares pergi..

"Zares, setelah makanan ini matang, aku harus mengantarnya ke mana?"

"Tenang saja, kau buatlah makanan yang enak. Aku akan menjemputmu saat tengah hari. Jaga rumah dengan baik ya. Aku berangkat dulu, tunggu siang nanti, dan buatkan juga makanan untuk guruku." Kata zarres yang hendak pergi

"Baiklah." Jawab kandita

Zares langsung melompat-lompat di antara pepohonan, dan Kandita yang melihatnya terheran-heran. 

"Kenapa dia bisa seperti itu? Ih, wow… hmm, sudahlah, aku akan memasak… nananana," kata Kandita yang aneh melihat nazzares, lalu pergi begitu saja kedalam rumah.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!