Bimantara merupakan pemimpin perusahaan Reganata corp., dia memiliki seorang istri yang cantik dan baik hati yang merupakan putri dari pengasuh pondok pesantren yang ada di Jawa Timur. Dari pernikahan mereka lahirlah seorang putri cantik yang diberi nama Kanaya ishyana Putri Reganata yang biasa dikenal Kanaya ishyana dan dipanggil kay oleh teman-temannya.
Kanaya merupakan anak periang dan supel, dia mudah bergaul dengan siapa saja. Dia tidak memandang temannya dari status keluarganya. Tak jarang dia memberikan bantuan kepada teman-temannya yang sedang kesulitan, walaupun tak jarang justru kebaikan hatinya dimanfaatkan oleh teman-temannya.
Saat ini Kanaya berusia sebelas tahun. Dia tidak pernah mau jika perayaan ulang tahunnya dirayakan secara mewah, dia lebih suka mengadakan syukuran sederhana dengan mengundang beberapa anak yatim dan kurang mampu yang ada disekitar kompleks perumahannya.
Seperti saat ini, ada syukuran kecil yang dihadiri yang kung dan yang uti nya dari kediri beserta anak-anak panti asuhan kasih bunda untuk merayakan ulang tahun Kanaya yang ke sebelas.
Suasana hidmat tercipta dengan lantunan ayat-ayat Al Qur'an serta sedikit tausiah dari Kyai syuaib yang kung nya Kanaya. Setelah potong tumpeng dan santunan, Kanaya dengan senang hati meminta yang uti nya menceritakan beberapa kisah istri para rasul kepadanya. Dia duduk dengan anteng disebelah yang uti nya.
" Kay... Jangan ganggu yang uti dulu sayang, biarkan beliau istirahat, sana ganti baju dulu terus tidur, ini sudah malam cantik" Ucap halus Tantri sambil mengelus kepala putrinya.
" Gapapa nduk, biarkan putrimu disini dulu, biyung juga masih kangen, nanti biyung yang akan temani dia tidur. " Balas yang uti kepada Tantri sambil tersenyum
" Tapi biyung.. Biyung pasti capek kan, karena tadi begitu tiba disini acara langsung dimulai? " Kata Tantri sambil mengelus tangan yang uti
" Ndak papa sekalian aku temani cucuku yang cantik ini istirahat, aku akan istirahat pula. " Sambil beranjak menuntun Kanaya menuju kamarnya. Tantri tersenyum melihat interaksi putrinya bersama biyungnya. Setelah itu dia bergabung bersama abah dan suaminya di ruang keluarga. Sementara para pembantunya membereskan sisa-sisa syukuran tadi serta membagikan bingkisan ke tetangga sekitar.
Diruang keluarga Bima sedang bercengkrama dengan mertuanya banyak hal yang dibahas disana. Mereka memang sangat akrab, abah Syu'aib memang memperlakukan Bima seperti putranya sendiri tak ada anggapan menantu.
" Bagaimana le perkembangan usahamu, abah dengar besok kamu mau ke Surabaya bersama abim, mau naik pesawat bareng abah ga? "
" Alhamdulillah bah, semua berjalan lancar sesuai yang diharapkan, InsyaAllah besok Bima akan bawa mobil saja "
" Lho kok ndak naik pesawat toh le?! "
" Enggak bah, rencananya sekalian touring, sudah lama kami tak berkendara bersama. Nanti bisa gantian nyetirnya kok jadi gak bakalan capek bah" Ucap Bima sambil tersenyum
" Aku sudah tegur mas Bima bah, tapi ya gitu, mas Bima kan keras kepala ndak bisa dibilangin" Balas Tantri sambil cemberut
Melihat ekspresi Tantri justru Bima dan abah malah tertawa, karena terlihat lucu dimata mereka.
" Iiih.. Kok malah diketawain sih, ah... " Balasnya sewot
" Lha kamu lucu dhek, kayak Kanaya kalo gitu, heheehhee"
" Ya sudah kalau itu maumu yang penting hati-hati, kalau sama-sama capek istirahat jangan dipaksa!, "
" Injeh abah, Bima akan selalu inget pesen abah"
" Ya wes aku tak istirahat, kalian juga istirahatlah"
Kedua suami istri itu mengangguk dan mengantarkan abah Syu'aib menuju kamarnya di lantai dua, kemudian beranjak ke kamar mereka sendiri.
Di dalam kamar setelah mengganti pakaian dengan pakaian tidur dan melakukan perawatan rutin pada tubuhnya , Tantri duduk termenung seperti ada hal yang mengusik hatinya, dia merasa khawatir dan tidak nyaman seperti ada firasat buruk yang akan terjadi.
Bima selesai bersih-bersih dan berganti pakaian menghampiri istrinya yang termenung di kursi yang ada di balkon.
" Hey sayang kenapa hem" Sambil memberikan kecupan dipuncak kepala istrinya.
" Entahlah mas, aku ga ngerti, sepertinya aku berat melepasmu besok mas, seperti ada yang ngganjel dihatiku tapi tak tau apa" Jawabnya sambil menghela nafas panjang.
" Ridhoi aku sayang, toh aku gak lama kok di surabaya palingan seminggu udah balik kejakarta, mungkin mampir sebentar nanti kerumah budhe di semarang. Tenang ya, aku tak akan tergoda tubuh molek sekretaris pak mahendra kok, karena sekretaris pribadiku jauh lebih segalanya dari dia" Ucapnya sambil tertawa jahil, dan sukses membuat wajah istrinya kembali menggembung karena merajuk.
" Aku serius kok malah dibercandain se mas, " Balas Tantri sambil meninggalkan suaminya dan membaringkan tubuhnya dibawah selimut. Bima menyusul istrinya yang merajuk setelah menutup pintu balkon.
" Makin mirip Kanaya kamu dhek kalau kaya gitu," sambil menoel-noel hidung mancung istrinya, lalu merangkul tubuhnya dari belakang
" Iiihhh.. Mas sanaan ah aku gerah nih"sambil mendorong tubuh suaminya agar bergeser sedikit
" Ga bisa aku harus hukum kamu karena kamu sudah merajuk" Sambil tersenyum jahil dan makin mengeratkan pelukannya.
" Maass.. Uh.. Iiihh.. " Keluhnya ketika sang suami malah asik mengendus ceruk lehernya.
" Hemm.. Aku pengen dhèk "
" Ok.. Ok.. Ok.. Anggap ini asupan sebelum kamu berangkat besok, tapi ambil wudhu dulu gih dan jangan lupa berdoa "
" Sudah dari tadi dhèk.. Hehehe" Ucap Bima sambil cengengesan dan mupeng nya yang langsung membuat mata Tantri membola. Malam ini mereka habiskan dengan bergumul dibawah selimut hingga subuh membangunkan mereka untuk menjalankan kewajibannya.
*
*
*
Pagipun menyapa, semua berkumpul di meja makan untuk sarapan sebelum berangkat beraktivitas seperti biasa. Sarapan mereka diiringi oleh celotehan Kanaya yang menceritakan tentang rencananya nanti disekolah dan oleh-oleh yang dimintanya kepada papanya ketika pulang nanti.
" Baiklah anak papa, papa berangkat dulu ya, disekolah dan dirumah kay ga boleh nakal, ga boleh ngrepotin mama dan mbak-mbak yang ada di rumah terutama mbok yem. Nanti papa akan belikan yang kay mau setelah urusan papa selesai ok cantik, sini salim dulu"
" Siap papa, kay janji akan jadi anak baik " Sambil tersenyum mencium tangan papanya namun dia langsung memeluk erat leher papa nya dan menangis tanpa tau penyebab nya. Cukup lama Bima menenangkan putrinya setelah itu memberikan kecupan diseluruh wajah sembab gadis kecil itu, dan terakhir berpamitan pada istrinya.
" Jaga diri baik-baik mas, kami menunggumu dirumah"
" Tentu sayang, jaga putri kita juga, aku pasti segera kembali. "
Bima berangkat menjemput Abimanyu sambil mengantarkan kedua mertuanya kebandara karena mereka juga kembali ke pondokan hari ini juga.
*
*
*
Perjalanan Bima dan abim sangat lancar, tak ada halangan berarti dalam perjalanan mereka. Setelah berkendara kurang lebih sepuluh jam merekapun sampai di kota pahlawan, mereka langsung menuju hotel tempat mereka menginap sebelum mengadakan pertemuan bisnis besok pagi. Kebetulan mereka tiba tepat pukul delapan malam, sehingga mereka langsung memesan kamar dengan dua bed.
Sampai di dalam kamar keduanya langsung menghubungi istri masing-masing mereka melakukan vc terhadap pasangan masing-masing. Tak butuh waktu lama tampak wajah gembung putrinya di layar pipih ponselnya. Bima langsung tertawa melihat putrinya mencebikan bibirnya. Seperti nya dia sedang merajuk, entah karena apa. Hampir satu jam mereka berdua menghabiskan waktu untuk menyapa keluarganya, hingga akhirnya mereka bergantian membersihkan dirinya, dan lanjut menyelami alam mimpi masing-masing.
Urusan bisnis mereka berjalan lancar dan kerjasama mereka terjalin. Mereka pulang dengan senyum kepuasan karena tander mereka sukses dan lancar. Mereka menghabiskan waktu berbelanja oleh-oleh untuk anak dan istri mereka, sengaja mereka mengirim oleh-oleh itu via paket ekspress supaya bisa sampai dirumah tanpa repot membawa dan memenuhi mobil mereka.
Rencana Bima mengunjungi budhe sekaligus pengganti orang tuanya yang telah meninggal dibatalkan, karena abim mendapat telpon bahwa ada masalah dikantornya sehingga mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan tanpa singgah ataupun mampir kemana-mana.
Perjalanan mereka awalnya lancar, seperti saat berangkat mereka giliran menyetir dan istirahat untuk makan dan beribadah setiap waktunya tiba. Namun ketika sampai di tol daerah semarang tiba-tiba perasaan mereka mulai tidak nyaman. Berulang kali Bima mengucap istighfar untuk menenangkan hatinya yang gelisah. Melihat Bima gelisah, abim memutuskan menggantikan dia menyetir.
" Bima, biar gua aja yang nyetir kamu nampak kurang enak badan ya,? "
" Gapapa bim, aku lanjutkan aja, aku baik-baik aja kok"
" G usah ngeyel, kamu gelisah, nanti konsenmu buyar menepilah didepan, kita tukar posisi"
Bima pun menuruti kata-kata abim dan menepikan mobilnya. Mereka bertukar posisi, mobilpun melaju kembali dengan kecepatan sedang, kurang lebih tiga ratus meter mobil melaju tiba-tiba "GUBRAAAKKK" mobil mereka dihantam dari belakang dan melaju cepat tak terkendali karena dorongan dari belakang mobil hingga menghantam mobil yang ada didepan dan berhenti setelah mobil paling depan menghantam truk bermuatan beras.
"Allahu akbar" Pekik kedua orang didalam mobil sebelum mereka kehilangan kesadarannya.
Polisi segera datang ke lokasi kecelakaan. Semua korban segera dibawa menuju ambulance. Polisi dibantu beberapa warga dan pengendara lain cukup kesulitan mengeluarkan korban dari dalam beberapa mobil yang ringsek parah. Rintihan dan jeritan terdengar memilukan ketika para korban berhasil dievakuasi. Ada sekitar lima orang yang meninggal dilokasi kejadian termasuk Abimanyu dan sopir bus, sementara Bima masih dalam kondisi kritis dan berhasil dilarikan ke rumah sakit terdekat.
*
*
*
Di jakarta tepatnya dirumah kediaman Tantri tiba-tiba dia merasakan sesak di hatinya, perasaannya tidak enak, berulang kali dia mencoba menghubungi suaminya namun gagal dan selalu di luar jangkauan. Dia tetap berusaha berpikir positif. Tepat tengah malam tiba-tiba Kanaya menjerit histeris, dia terbangun dari tidurnya karena mimpi buruk.
Dalam mimpinya, sang ayah berpamitan dan meninggalkannya pergi jauh dan tak kembali lagi.
" Papaaaa..... Jangan pergii....!!! " Jeritnya sambil terengah-engah dan keringat dingin mengucur deras dipelipisnya.
" Kay... Kenapa sayang, kenapa kamu menjerit, apa mimpi buruk sayang... Hem..? " Dia memeluk putrinya yang masih terisak dan sesenggukan.
Beberapa saat kemudian handphone nya bergetar, terdapat panggilan masuk dari istri Abimanyu. Dia langsung mengangkatnya dan betapa terkejutnya ketika mendengar kabar bahwa suami mereka mengalami kecelakaan. Yang menghubunginya adalah kakak ipar Kinanti, istri dari Abimanyu. Tantri pun terisak tubuhnya terasa lemas terbayang ketika terakhir kali suaminya memeluk dan berpamitan kepadanya. Dia menahan isakannya karena tak ingin membuat putrinya yang kembali terlelap ikut menangis. Dia masih berharap bahwa suaminya masih bisa diselamatkan. Dia terus menangis dan berusaha menghubungi anak budhe nya yang ada di semarang, untuk melihat kondisi suaminya. Kebetulan sundari merupakan perawat di rumah sakit tempat suaminya dirawat.
Hampir tujuh kali dia menghubungi nomor sepupunya tersebut, dan kini baru mendapat jawaban.
" Mbak, assalamu'alaikum... Gimana keadaan mas Bima mbak?! "
" Wa'alaikummussallam dhek, maafkan mbak baru bisa menjawab panggilanmu,tadi mbak meletakkan HP mbak diloker, pasien lagi banyak dhek akibat kecelakaan beruntun itu. Tadi Mbak rencananya akan menghubungi kamu memberitahukan kondisi bojomu dhek, tapi kau sudah nelpon mbak duluan...
Suamimu masih kritis, kakinya patah , tulang rusuk sebelah kiri juga patah dan kepala nya mengalami gegar otak karena benturan keras. Sementara kondisi temannya tak tertolong dhek" Jawaban sundari disebrang sana
" Innalillahi... Ya Allah mas Bima... " Tangisan Tantri pecah juga mendengar kabar dari kakak sepupunya.
Kumandang adzan subuhpun menggema, bergegas Tantri membersihkan dirinya lalu menjalankan sholat bersama putrinya. Disela do'anya dia kembali menangis, rasa sedih dan takut melanda hatinya. Kanaya memeluk ibunya yang menangis, tadi dia sudah diberi tau bahwa papa nya mengalami kecelakaan dan sekarang dirawat di salah satu rumah sakit yang ada di semarang.
Begitu matahari muncul, segera dia ke bandara dan menaiki pesawat tujuan ke Semarang. Dia berangkat berdua dengan putrinya, pikiran nya masih tertuju pada suaminya yang tengah terbaring kritis disana.
Sesampainya di semarang mereka dijemput langsung oleh Danu, suami dari sundari. Mereka pun segera menuju kerumah sakit tempat Bima dirawat. Didalam perjalanan mereka mendapat kabar bahwa Bima telah menghembuskan nafas terakhir nya. Tangis histeris ibu dan anak itu tak terbendung lagi. Mereka tiba ketika baru saja alat bantu hidup yang terpasang dilepas. Tantri menghambur ketubuh Bima yang sudah tak bernyawa lagi, danu menggendong Kanaya mendekati jasad papanya. Gadis kecil itupun menangis dan ikut histeris memeluk tubuh kaku papanya.
Jenazah Bima dibawa ke Jakarta menggunakan ambulance bersama dengan Tantri yang mendampingi jasad suaminya. Sementara Kanaya dibawa serta dalam mobil budhe darmi dan keluarga dari semarang.
Tepat pukul dua siang jenazah tiba dirumah duka. Usai Pemulasara jenazah, jenazah dibawa ke masjid terdekat guna disholati. Kini jenazahpun diantarkan ketempat peristirahatan terakhirnya.
*
*
*
Satu minggu berlalu, usai digelar acara do'a tujuh harian dirumah duka, nampak Tantri dengan wajah sembabnya menyalami para tamu yang berpamitan pulang. Kesedihan nampak jelas diwajahnya. Dia nampak belum bisa menerima garis takdir harus terpisah dari suaminya. Pria yang selama ini melimpahkan kasih sayang untuk dirinya dan putrinya . Orang yang telah mendampinginya semenjak ta'aruf di pondok pesantren abah Syu'aib. Orang yang senantiasa menerima kelebihan bahkan kekurangan dengan sangat sabar. Kini dia hanya bisa meratapi kepergian orang itu dari sisinya.
" Nduk kamu makan dulu ya, sudah dari kematian suamimu kamu hanya minum ga makan sama sekali. "
" Ndak biyung, aku ndak laper"
" Nduk... Ini takdir ketetapan gusti Alloh, kamu ndak bisa menolaknya. Do'a kan Bima agar tenang disana...
Ingat nduk masih ada Kanaya yang butuh kamu, kalau kamu down kaya gini maka Kanaya pun akan sama, dia akan mencontoh perilaku mamanya... "
Tantri menoleh dan melihat putrinya tengah duduk melantunkan surah AlFatihah dilanjutkan yasin dengan derai air mata. Diapun mendekati putrinya dan ikut melantunkan ayat yang sama. Usai melakukan itu Tantri pun memeluk putrinya dan mengecup puncak kepalanya cukup lama.
" Ma.. Apakah papa sudah tak sakit lagi ma,... Apa... Lukanya sudah sembuh ma...? " Tanyanya dengan suara parau.
" InsyaAllah sayang papa udah sembuh dan sangat bahagia mendengarkan lantunan do'a mu sayang... "
" Kalau begitu mama harus makan agar papa ga sedih lagi ma... Kasian dedek bayi kalo mama ga makan"
Tantri mengerutkan keningnya mendengar ucapan putrinya.
" Dimana dedek bayinya sayang, kan mama.. "
" Disini ma, papa sebelum berangkat bilang akan mengabulkan permintaan kay membuatkan dedek bayi buat kay, biar kay ga sendirian kalo main dirumah" Jawab kay dengan memegang perut mamanya dan tersenyum menatap mata mamanya.
Tangis Tantri makin pecah kala melihat wajah polos penuh harap putrinya. Bagaimana mungkin dia bisa mewujudkan keinginan putrinya sedangkan suaminya telah berpulang keharibaanNya.
Perlahan Kanaya menyuapi mamanya dengan makanan yang disodorkan yang uti nya, walaupun enggan perlahan Tantri mulai mengunyah makanan dimulutnya. Dia sadar masih ada putrinya yang butuh kasih sayangnya.
*
*
*
Waktu berlalu begitu cepatnya, dua bulan sudah Tantri menjalani hidup tanpa suaminya. Dan selama itu dia pun memegang kendali perusahaan sang suami. Kerjasama tetap tetap terjalin antara dua perusahaan itu. Kenzio Arganata merupakan putra tunggal dari Abimanyu, mendedikasikan dirinya menjadi asisten pribadi Tantri diperusahaannya.
Pria muda yang baru berusia dua puluh tahun itu dan baru menyelesaikan pendidikannya di Oxford university, meminta ijin kepada mamanya untuk memulai belajar mengatur perusahaan dengan menjadi aspri bagi mitra bisnis keluarga nya. Dia melakukannya karena tau bahwa kemampuan Tantri sangat mumpuni, karena mendiang ayahnya juga berpesan seperti itu. Dulu saat awal merintis usaha Bima dibantu istrinya hingga meraih kesuksesan, bahkan abim sendiri juga belajar dari wanita itu. Kinan pun mendukung permintaan putranya dan dia yang menghandle sementara perusahaan mendiang suaminya.
Hari ini untuk pertama kalinya kenzio menginjakkan kaki di perusahaan Bima. Pesona pria muda ini memang luar biasa, baru datang saja sudah banyak karyawan wanita yang meleleh dibuatnya. Dia hanya tersenyum ketika menyapa setiap orang yang berpapasan dengannya.
Kanaya kebetulan sepulang sekolah minta diantar ke perusahaan, dia ingin mengantarkan makan siang untuk mamanya. Kebetulan saat hendak menuju lift dia melihat kenzio yang terasa asing baginya. Dia mengejar langkah panjang pria muda itu. Pak tomo yang mengantarkan gadis kecil itupun terseok-seok mengejar gadis itu berlari.
" Non kay... Tunggu bapak Non, nanti jatuh loh Non kalau lari-larian gitu"
" Gapapa pak, aku ga akan jatuh kok, bapak jangan ikut lari... " Ucapnya sambil berlari mundur
GREEPP.... KYAAAA.... GEDEBUG...
Kanaya yang berlari mundur tidak menyadari jika dia sudah berada dipintu lift, karena kaget dengan apa yang dipijaknya dia pun oleng sehingga menabrak tubuh kekar kenzio, pria itu kaget karena ditabrak dipunggungnya dan berbalik, ternyata malah Kanaya sudah terjengkang di belakangnya dengan posisi yang tidak etis. Tawa pun menyembur melihat posisi gadis kecil itu. Kanaya mencebik karena malu , akibat posisi jatuhnya, dia pun salah tingkah sendiri. Beruntung pintu lift segera tertutup sehingga tak banyak yang melihatnya bahkan didalam lift hanya ada mereka berdua, karena lift ini adalah lift khusus para petinggi perusahaan.
Zio membantu kay untuk berdiri meskipun masih tertawa.
" OMG.. Appa.. " Ucap Kanaya sambil memegang pipinya.
" Apaan sih, ga jelas deh kamu"
" Hehehe... Om ganteng banget sih, baru diimpor mama ya dari Korea?? " Tanyanya sambil mengerjap kan matanya sok cantik
" Makin ga jelas kamu dhèk.. " Ucapnya sambil tersenyum.
" Emm... Om baru ya disini, soalnya aku baru liat, dulu saat mendiang papa masih adapun aku ga pernah tuh liat om disini..? "
" Iya, aku baru hari ini datang kesini, soalnya baru mau mengikuti seleksi"
" Seleksi apa om, jangan bilang kalo seleksi.. Omg.. Ga boleh ... " Ucapnya sambil melotot dan menggelengkan kepalanya
" Ga boleh apalagi sih dhek, kamu aneh tau gak?! "
Percakapan mereka berhenti kala mereka sampai dilantai yang dituju. Zio melangkahkan kakinya lebar keluar dari lift sambil menggelengkan kepala karena heran dengan tingkah gadis kecil didepannya. Kay pun langsung melesat berlari bahkan melewati zio menuju ruangan mamanya. Tanpa mengetuk dia langsung masuk dan menghambur ke mamanya yang tengah duduk di kursi kebesarannya.
" Astaghfirullah... Kay, apa-apaan sih kok pakai lari kayak gitu, sampai ngos-ngosan lagi, itu lagi pak tomo malah ditinggal, untungnya beliau sampai duluan.. " Ucap tantri sambil memeluk putrinya dan mendudukkan dipangkuannya sambil merapikan rambut berantakan Kay. Gadis itu malah dengan asik meneguk minuman digelas mamanya hingga habis.
" Ahhh... Alhamdulillah.. Seger... Hehehe.. "
Tantri menggeleng dan menciumi pipi gembul putrinya.
" Aku mau ajakin mama makan siang, pasti belum makan kan, eh iya ma tadi ada oppa oppa Korea lho dikantor ini, aku bareng dia tadi tapi ga tau dia mau kemana" Kata Kay sembari turun dari pangkuan sang mama dan berjalan menuju sofa dimana pak tomo tengah menata makanan dimeja.
" Non, ibu.. Bapak pamit kebawah dulu njeh, "
" Lho ga ikut makan sekalian pak?! " Tanya Tantri
" Mboten bu, tadi bapak udah makan sambil nunggu non Kay keluar, hehehehe.. "
" Oh... Ya udah pak, maturnuwun njeh.. "
" Injeh bu, permisi"
Tantri mengangguk dan pak tomo pun meninggalkan ruangan itu. Sesampainya di luar , pak tomo bertemu zio, pemuda itu nampak celingukan mencari sesuatu, dia terlihat agak risih karena Marsya nampaknya sengaja menghadang pemuda itu. Marsya adalah sekretaris baru disana, dia baru direkrut dua bulan lalu menggantikan wulan yang sedang cuti melahirkan. Dia memang centil dan suka menggoda pria tampan yang ada di perusahaan itu. Pak tomo pun menghampiri mereka.
" Aden lagi cari siapa ya, aden ... Den kenzi kan, putra mendiang pak abim?! " Tanya pak tomo, karena memang dia kenal dengan kenzio yang dulu suka ikut papanya ketika mengadakan pertemuan bisnis dengan Bima.
" Eh.. Pak.. Tomo ya, ya ampun pak.. Ternyata bapak masih ingat saya... Hahaha.. "
" Ya inget lah den, kan bapak belum pikun, cuman tambah tinggi aja kan aden, tapi mukanya masih familiar lho dan makin ganteng.. " Jawab pak tomo sambil ikut tertawa. Marsya mencibir sinis ke pak tomo karena dianggap mengganggu aktivitas nya.
" Eh iya pak, ruangan mbak Tantri yang mana ya, tadi saya ada janji ketemu sama beliau. "
" Oh.. Yang itu den, tempat saya keluar tadi, cuman mungkin sekarang beliau sedang makan bareng Non Kay, kalau aden mau gabung silakan, langsung masuk saja"
" Oh.. Trimakasih pak.., permisi mbak saya mau lewat.. " Zio pun melangkahkan kakinya menuju keruangan Tantri. Sementara Marsya makin sewot sama pak tomo, namu hanya dibalas gelengan kepala oleh pria paruh baya itu.
" Untung sekarang pimpinannya bu Tantri, coba kalo masih mendiang pak Bima , pasti ulet gatel ini akan berulah, astaghfirullah.. Kok ada ya makhluk macam ini" Gumam pak tomo dalam hati sambil mengelus dadanya, lalu berlalu dari tempat itu, tujuannya kini ke pos satpam mau istirahat disana sambil menemani satpam yang bertugas.
Zio mengetuk pintu dan terdengar sahutan dari dalam yang mempersilahkan dia masuk. Setelah mengucap salam, dia pun masuk dan melihat Tantri sedang menikmati makan siangnya bersama celotehan putrinya.
" Eh.. Zi.. Sini ikut makan bareng yuk, Kay bawa lebih kok makanannya.. " Ajaknya ramah
" Makasih mbak, tadi saya sudah makan kok sebelum kesini.. "
" Lho oppa... "
" Hus.. Masih bayik ga boleh gitu, ga sopan Kay.. " Tegur Tantri
" Oh iya kenalin ini anakku zi, namanya Kanaya, biasa dipanggil Kay, dan ini kak zio Kay namanya kenzio putranya om abim. "
Kay hanya mengangguk takut ditegur lagi sama mamanya, dia pun kembali menikmati hidangan yang ada didepannya.
Zio dengan tenang menunggu mereka selesai makan sambil mengecek file laporan di HP nya yang dikirim oleh sang mama tadi.
Usai makan Tantri langsung kembali ke mejanya dan ngobrol bersama zio.
" Kenapa kamu ga langsung aja handle perusahaan papamu, kan bisa sekalian belajar juga, lagian ilmu yang kamu dapat dari sekolahmu lebih mumpuni lho dari aku, disini aku ga bisa gaji kamu sebesar di perusahaanmu.. "
" Aku ga peduli gajinya mbak, aku cuman ingin pengalamannya aja, kan cara mbak memimpin sudah terbukti, lagian ada mama yang masih sanggup handle disana sembari kubantu dari sini kan gapapa mbak.. "
" Aku hargai usahamu, dan nanti minta jadwalku sama Marsya, kamu bisa mulai kerja hari ini, selamat datang dan selamat bergabung."
" Hati-hati om, nanti di caplok tante Marsya" Celetuk Kay sambil tertawa
*
*
*
Sore pun tiba, Kay dan mamanya pulang dari kantor tersebut. Pak tomo sudah siap didepan mobil dan langsung membukakan pintu untuk kedua majikannya. Kemudian bergegas mengemudikan mobil menuju kediaman Bimantara.
Kali ini perjalanan cukup lancar karena tak ada kemacetan walaupu arus lalu lintas lumayan padat. Tiba dirumah Kay langsung mencari mbok yem dan meminta dimandikan. Yups memang kalau manjanya kambuh Kay akan minta dimandika meski usianya sudah hampir remaja.
Pada malam hari selepas makan malam Tantri mengeluhkan sakit dikepalanya, bahkan dia pun merasa mual. Mbok yem dengan sigap memberi pijatan lembut dibahu majikannya. Dia menduga sang majikan kecapean sehingga masuk angin.
" Mbok bikinin teh jae anget njeh bu, biar reda pusingnya.. " Tantri hanya mengangguk sambil memijat pelipisnya.
" Mama kenapa, sakit ya?, kedokter yuk? "
" Gapapa sayang mama mungkin cape, nanti habis minum teh mama akan tidur "
Kanaya mendekat lalu mengelus perut mamanya " Dedek jangan nakal ya, jangan buat mama sakit" Lalu mengecup perut datar mamanya.
" Hhhh.. Kay, berapa kali mama bilang, mama ga hamil sayang.. " Keluh Tantri, namun kay hanya tersenyum.
Sesuai kata Tantri tadi setelah meneguk teh jahe hangat dia langsung kekamarnya dan tidur.
Pagi harinya Tantri terbangun akibat rasa mual yang mengaduk-aduk perutnya, segera dia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya disana. Terhitung sudah lima kali sejak subuh tadi dia mual dan muntah. Hingga kali ini hanya cairan bening yang keluar dari mulutnya. Tubuhnya terasa lemas, namun dia tidak boleh menyerah dan malah rebahan.
Dia pun jadi teringat ucapan Kay yang hampir setiap hari mengelus dan mengecup perutnya.
" Astaghfirullah... Apa benar ucapan Kay jadi kenyataan " Gumamnya sambil membuka kalender diponselnya. Memang kalau dilihat sudah hampir bulan ketiga dia belum datang bulan, dia awalnya tetap santai karena memang semenjak kelahiran Kanaya, siklus haid nya memang tidak lancar. Kadang bisa sampai lima bulan dia tidak kedatangan tamu bulannannya. Dia menerapkan kb kalender karena kb hormonal tak ada yang cocok dengan tubuhnya, kalau iud dia kurang yakin. Akhirnya ingatannya menerawang ketika mendiang suaminya masih hidup. Dari Kanaya berusia delapan tahun suaminya memang meminta menambah momongan tapi belum dikasih rezeki dari Allah meskipun mereka berhubungan dimasa subur, hingga Tantri tak lagi menerapkan kb itu sekitar satu tahun yang lalu. Sejak itu mereka tak pernah melihat kalender lagi setiap berhubungan intim.
Setelah lama termenung Tantri pun menghubungi zio dan meminta pemuda itu untuk menghandle semua pekerjaannya hari ini karena akan periksa ke dokter untuk memastikan kondisi tubuhnya. Dia menyetir mobilnya sendiri, sementara pak tomo mengantarkan Kay ke sekolah.
Tiba dirumah sakit,tantri langsung menemui dr. Pratiwi sahabat sekaligus dokter kandungan yang dulu membantunya ketika mengandung Kanaya. Tadi mereka sudah membuat janji, sehingga bisa langsung melakukan pemeriksaan tanpa harus mengantri.
Dokter Pratiwi meminta Tantri untuk berbaring dibrankar, lalu menyingkap bajunya dan mengoleskan gel pada perut bagian bawahnya sambil menunggu hasil lab keluar. Alat transduser digerakkan perlahan. Mata dokter iwik pun berbinar, nampak hari memandang layar monitor dihadapannya.
" MasyaAllah... Selamat Tri, lihat mereka memang ada dalam rahimmu.. "Sembari mengusap sudut matanya yang berair
" Hah.. Mereka.. Apa maksudmu wik? "
" Iya, mereka Tri, kamu mengandung bayi kembar, kalau aku perkirakan usianya sudah jalan empat bulan.. "
Mendengar itu tangis Tantri pun pecah, dIa tidak menyangka bahkan menyadari bahwa apa yang mereka nantikan saat ini terwujud. Ucapan putrinya jadi kenyataan. Antara sedih dan bahagia itu yang ia rasakan saat ini. Merekapun akhirnya berpelukan, kedua wanita berhijab ini sama-sama menangis haru dalam ruangan itu.
" Kamu harus jaga kesehatan kamu, jangan diporsir bekerja terus, kasian si kembar nanti, jujur saja kandunganmu agak lemah Tri. "
" Aku tau, karena saat hamil Kay dulu juga begitu kan, dan saat itu aku hanya sanggup mempertahankan Kay, dan meluruhkan kembarannya. "
" Tapi tenang aku akan meresepkan vitamin supaya kandunganmu kuat. "
Tantri memutuskan pulang untuk beristirahat saja dan nanti baru memberikan kabar bahagia ini. Kanaya tau kalau mamanya tak ke kantor hari ini, sesampainya dirumah dia langsung berlari masuk lalu melemparkan tasnya sembarangan dan berlari kembali menuju kamar mamanya.
" Assalamu'alaikum mama.... Gimana tebakanku benar kan ma? "
"Iya sayang kamu benar , ada dua dede bayi disini.. "
" Alhamdulillah.... Terimakasih ya Alloh... Terimakasih pa.. " Dia pun memeluk mamanya dan kembali menangis.
*
*
*
Enam bulan sudah usia kandungan Tantri, dan perutnya pun sudah nampak membesar. Dia tetap ke kantor meskipun tak lama disana, sebenarnya dia diharuskan bed rest hingga melahirkan nanti, sama dengan kasus kehamilan pertamanya dulu, namun saat itu, diusia kehamilannya yang ke 20 minggu satu janinnya luruh dengan sendirinya, sementara hanya satu yang bertahan hingga dilahirkan.
Kali ini Tantri tak mau bed rest, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan meskipun sudah ada zio yang membantunya, tetap dia tak ingin membuat zio kerepotan.
" Mbak harusnya istirahat aja dirumah, percaya deh mbak, disini aman kok, semuanya lancar yah walaupun harus kerja dengan cewek segenit Marsya tapi sungguh itu hiburan mbak.. Hahaha.. "
" Justru itu zi, aku ga mau dia gangguin kamu, bukan apa tapi aku yakin kamu pasti risih kan? "
"Hehehe.. Iya sih tapi hasil kerjanya kan bagus, sekalian nunggu mbak wulan balik kan lumayan ada boneka mainan. .. Hahaha... "
" Hust.. Kamu itu ngaco lho.. "
Tiba-tiba Tantri merasakan sakit diperutnya, ia pun meremas sandaran kursi ketika berdiri. Zio panik melihat wajah wanita dihadapannya berubah pucat, ditambah keringat dingin mulai mengucur. Zio tak berani menyentuh wanita itu karena dia tau bahwa Tantri sangat menjaga balasannya dengan lawan jenis, bahkan Kanaya yang kadang agak pecicilan juga sama seperti ibunya, dia tau cara menjaga batasannya meskipun dia belum mau berhijab.
Ketika Tantri hendak jatuh barulah dengan terpaksa zio membopongnya. Zio makin panik ketika tangannya yang tepat memegang bokong Tantri terasa basah, tanpa pikir panjang dia membawa Tantri keluar menuju lift dan langsung ke mobilnya lalu dibawa kerumah sakit. Tantri sudah tak sadarkan diri ketika didudukkan di mobil. Dengan tangan bergetar karena melihat darah ditangannya zio pun bergegas melakukan mobilnya.
Sampai dirumah sakit, dia berlari menuju petugas jaga dan meminta bantuan untuk membawa Tantri masuk, ia pun langsung dibawa ke igd.
Zio menelpon pak tomo meminta agar mengantarkan Kanaya kerumah sakit, kondisi mamanya sedang kritis. Selang lima belas menit Kanaya pun sampai dengan berderai air mata. Dia melihat zio menandatangani berkas yang disodorkan seorang dokter . Kanaya mendekat dan mulai bertanya,dokter tiwi menjelaskan kondisinya. Kanaya pun setuju, baginya asalkan mamanya selamat, kehilangan kedua calon adiknya tak masalah.
Hampir dua jam mereka menunggu didepan ruang operasi. Dokter tiwi pun keluar nampak wajah lelahnya namun juga kelegaan disana.
" Alhamdulillah Kay... Mamamu selamat dan kondisinya sekarang sudah baik, tapi maafkan tante yang gagal menyelamatkan calon adikmu.. Tante.. "
" Gapapa tan, asalkan mama selamat, Kay udah bersyukur, mungkin dede twins lebih disayang sama Alloh dan dipilih untuk mendampingi papa. "
Zio merasa kagum dengan ketegaran gadis kecil yang baru berusia sebelas setengah tahun ini. Dia saja sempat down ketika kehilangan papanya dulu. Merekapun menuju kamar rawat Tantri, sementara pak tomo mengebumikan jasad dua janin Tantri di pemakaman umun tepat disebelah pusara papanya.
Tantri sudah sadar dari pengaruh anastesi pasca operasi tadi. Matanya nampak sendu memandang wajah sembab putrinya.
" Kay.. Maafin mama ya.. Mama gagal menjaga dede twins.. "
" Gapapa ma, asal mama selamat dan tetap disisi Kay , Kay udah seneng, dede udah bahagia bersama papa disana ma.. "
" Makasih ya om, udah bawa mama aku.. "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!