"Lepasin!" teriak Alexa
"Ikut kami!" teriak salah seorang pria berbadan atletis.
"Gak mau! Kalian bertiga mau bawa aku ke mana?" Alexa berontak, kakinya berayun-ayun, tetapi tenaganya masih kalah dengan dua orang pria yang membawanya.
Sampailah mereka di depan lift. Dua orang pria berbadan atletis itu menurunkan Alexa
Alexa diam-diam ingin lari, tetapi tertangkap kembali. Dua orang pria itu kembali membawanya ke depan lift, memegang lengan Alexa memastikan Alea tidak bisa kabur tanpa perlu menyakiti wanita itu.
"Lepas! Kalian mau apa sebenarnya?" teriak Alexa. "Kalian mau uang? Aku kasih, tapi please jangan apa-apain aku."
"Nona Alexa, kami tidak akan berbuat jahat pada Anda. Bos kami hanya ingin bertemu dengan Anda," ucap salah pria di depannya.
Seketika Alexa berhenti memberontak, "Kalian tahu dari mana nama aku?" tanya Alexa.
"Siapa yang tidak mengenal aktris dan model terkenal seperti Anda," ucap si pria. "Tenanglah, kami tidak akan berbuat jahat kepada Anda. Atasan kami mengirim kami untuk membawa Anda ke hadapannya."
"Siapa Atasan kamu?" tanya Alexa.
"Nikolas Andrian Reynold," jawab di pria.
"Apa?" pekik Alexa. "Tadi siapa? Nikolas Andrian Reynold?" seru Alexa disambut anggukkan pria itu. "Nicholas yang kamu maksud itu CEO muda itu, 'kan?"
"Benar, Nona," jawab pria itu.
"Kepada kamu gak bilang dari awal. Aku gak akan berontak seperti ini," protes Alexa membuat si pria memutar bola matanya malas.
Ternyata perempuan di hadapannya sama saja seperti wanita lain, setelah mendengar nama Nikolas maka mereka akan luluh.
"Oh iya nama kamu siapa?" tanya Alexa
"Arif. Saya asisten pribadi Tuan Nikolas," jawab Arif.
"Baiklah, Arif. Bagaimana penampilan aku?" Alexa membenahi penampilannya, menyindir rambut dengan tangannya, juga merapikan pakaiannya.
"Masih cantik, Nona," jawab Arif.
"Baiklah, udah siap ketemu sama dia," ucap Alexa penuh percaya diri.
TING
"Silahkan, Nyonya," ucap Arif saat pintu lift terbuka.
Alexa mengangguk lantas masuk ke lift diikuti oleh ketiga pria itu. Di dalam lift, Alexa melirik pada Arif juga pria yang di hadapannya. Sebuah pertanyaan muncul di benak Alexa, ada apa sebenarnya? Kenapa tiba-tiba pengusaha muda itu ingin menemuinya.
“Arif, ada urusan apa dia ingin bertemu sama aku?” tanya Alexa pada Arif sewaktu di dalam lift.
“Beliau ingin menawarkan sebuah kerja sama,” jawab Arif.
“Kerja sama?” tanya Alea dengan kening yang mengerut.
“Betul, Nona,” jawab Arif
“Kerja sama dalam bentuk apa?” tanya Alea lagi.
“Anda akan tahu nanti," jawab Arif
Pintu lift terbuka, Alexa dan ketiga pria itu keluar dari lift, ternyata mereka ada di puncak gedung apartemen mewah.
“Tuan Nikolas ada di dalam." Arif menekan tombol password untuk membuka pintu. “Silahkan masuk, Nona!” Alexa masuk ke dalam apartemen bersama Arif. "Tunggulah di sini. Tuan akan segera turun."
"Hmmm," gumam Alexa.
Arif meninggalkan Alexa di dalam apartemen. Alexa memilih untuk melihat sekeliling, menatap kagum pada desain interior apartemen itu, terperangah saat melihat betapa besar dan mewah apartemen itu.
"Welcome, Alexa Lucyana Valerie."
Langkah Alexa terhenti ketika ada seseorang yang menyebut namanya secara lengkap. Alexa menoleh ke asal suara, pandangannya melihat ke pria pemilik tubuh tegap nan atletis. Pria itu berjalan menuruni anak tangga, dengan bertelanjang dada, hanya melilitkan handuk di pinggangnya.
Sialan! Pria itu menggoda iman.
"Duduk!" perintah Nicholas.
Alexa tidak merespon dengan apapun. Namun langkahnya mengayun ketempat Nicholas berada. Ia mendudukan dirinya di sofa panjang yang ada di ruangan itu, menoleh ke arah lain, mencoba menghindari kontak mata langsung Nicholas yang duduk berseberangan langsung dengan dirinya.
"Langsung ke intinya!" pinta Alexa.
"Kamu ternyata gak sabaran ya." Nicholas melirik Alexa malas. “Bacalah!” Nicholas melempar sebuah berkas ke atas meja. "Itu kontrak kerja sama kita."
Alexa mengambil berkas itu lantas membaca isinya. Ekspresi wajahnya berubah tegang dan marah saat membacanya. Di mana mereka akan menikah sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Alexa lantas menutup berkas itu dengan kasar dan menaruhnya ke atas meja dengan penuh emosi.
“Apa-apaan ini! Sejak kapan hubungan pernikahan dijadikan sebuah kerja sama!" Alexa berdiri seolah menantang pria di hadapannya.
“Turunkan nada bicaramu, Alexa!” suruh Nicholas, nada bicara datar, tetapi tatapannya begitu dingin. "Duduk!"
Alexa mengembuskan napas kasar, meskipun tidak suka, tetapi Alexa tetap duduk. Aura pekat Nicholas dan nada bicaranya yang tegas benar-benar tidak bisa terbantahkan.
“Kita akan diuntungkan dengan pernikahan ini. Karir kamu akan aku pastian semakin naik, jika kamu mau terima pernikahan ini dan juga kamu terbebas dari isu jika kamu itu seorang pelakor," jelas Nicholas.
"Lalu untungnya buat kamu apa?" tanya Alexa sengit. Tatapannya menunjukan permusuhan. "Tidak mungkin kamu tiba-tiba mau menikahiku tanpa sebab, bukan?"
"Aku bisa mendapatkan hak waris atas harta orang tuaku, terbebas dari isu jika aku ini seorang gay," jawab Nicholas membuat Alexa tersenyum sinis.
“Kenapa harus aku? Kamu bisa memilih wanita lain di luaran sana?" tanya Alexa dengan nada bicara yang tegas. Kini Alea berani menatap mata Nicholas.
“Karena yang kumau itu kamu. Harusnya kamu bangga dengan hal itu. Banyak perempuan di luaran sana yang ingin bersanding denganku, tapi kamu yang aku pilih," ucap Nicholas penuh rasa percaya diri.
“Bagaimana jika aku tetap menolaknya?” Alexa berdiri, melipat kedua tangannya di depan dada, seolah sedang menantang Nicholas.
Nicholas tidak langsung menjawab pertanyaan dari wanita yang ada di hadapannya. Tangannya terulur, mengambil satu batang rokok dari bungkusnya, bersama dengan korek api, menyelipkan batang ber nikotin itu di sela jarinya, membakar ujungnya, lantas melempar korek api ke atas meja. Nicholas mengisap rokok itu, lantas mengepulkan asap dari mulutnya.
"Kalau kamu menolak aku bisa menghancurkan karier dan kehidupan kamu dalam sekejab." Nicholas dengan mata elangnya menatap Alexa dengan tajam.
Alexa terdiam, ia tahu pria di hadapannya bukanlah orang sembarangan. Ucapan pria itu juga sepertinya tidak main-main. Ternyata dirinya sudah masuk ke kandang singa dan pasti singa jantan itu tidak akan membiarkan dirinya keluar hidup-hidup.
Karena melamun Alexa sampai tidak menyadari jika Nicholas berjalan ke dekatnya.
Alexa dikejutkan oleh sebuah tarikan. Rupanya Nicholas yang menariknya. Tubuh mereka menempel satu sama lain. Jangan ditanya seberapa gugup dirinya saat itu. Pesona laki-laki itu benar-benar luar biasa. Tetapi Alexa tetap tidak mau menikah dengan pria itu, apalagi sebuah pernikahan kontrak.
Otaknya dipaksa untuk berpikir keras, mencari cara untuk menolak pernikahan itu. Alexa tersenyum nakal lantas bersandar pada dada telanjang Nicholas, menggerakkan jarinya pada bidang itu seolah sedang menggambar sesuatu yang abstrak.
"Kamu yakin ingin menjadikan aku istrimu?" Tinggi badannya yang lebih pendek dari Nicholas membuatmu Alexa mendongak, menatap Nicholas yang juga sedang menatapnya.
"Masih kurang jelas?" Nicholas berdecih, merasa tidak suka dengan basa-basi wanita itu.
“Tapi aku gak bisa masak,” ucap Alexa.
“Bukan masalah buat aku. Aku bisa bayar koki mahal," ucap Nicholas.
Gagal
"Aku hobi belanja dan jalan-jalan ke luar negri,” ucap Alexa lagi.
“Aku punya banyak uang,” balas Nicholas lagi.
Huh, sombong!
Alea kembali memutar otaknya. Ia kembali mencari cara agar bisa mengurungkan niatnya. Sampai Alexa menemukan ide meskipun ide itu cukup gila dan jika bocor pasti akan membuat namanya jelek.
"Kamu yakin tidak mau cari perempuan lain?" tanya Alexa. Ekspresi wajahnya menjadi teduh.
Nicholas mencengkram tangan Alexa yang ada di dadanya membuat Alexa terkejut.
“Sudah aku bilang ... aku hanya mau kamu, Alea!" tegas Nicholas. Tatapannya sangat tajam, ucapannya pun tegas, seolah tidak mau menerima bantahan.
"Aku udah gak perawan," aku Alexa.
Alexa menatap lurus ke mata Nicholas, ia ingin melihat reaksi pria itu. Alexa optimistis jika Nicholas pasti akan langsung mengusirnya. Persetan dengan image dirinya di depan pria itu.
Nicholas menunjukkan senyum sinisnya, tangan kekarnya mencengkam rahang kecil Alexa.
"Aku tahu semua tentang kamu, Alexa," ucap Nicholas.
"Kalau benar begitu kenapa kamu masih tetep mau menikahimu?" Alexa mendorong dada Nicholas membuat jarak dengan pria itu.
Nicholas tersenyum miring, lantas mendorong Alexa hingga perempuan itu terduduk di sofa panjang.
Suara Alexa tercekat, napasnya tiba-tiba berhenti, ketika Nicholas berjalan ke arahannya bahkan mengungkungi dirinya.
"Ma-u ap-a?" gagap Alexa.
"Lalu apa kamu pikir aku juga masih perjaka, mm?" Nicholas menunjukan senyum sinis yang terkesan sedang meledek wanita di bawah kungkungannya. “Kita impas, 'kan? Jadi kamu gak ada alasan lagi buat nolak tawaran aku. Aku juga pegang kartu As lo, Alexa!"
Alexa berada di sebuah kamar yang luas dan mewah, berdiri di dekat dinding kaca berukuran besar, memperlihatkan sebagian kota. Banyak cahaya dari nyala lampu gedung-dan jalanan, jika diperhatikan dengan jelas seperti bintang bertaburan. Sangat indah, tetapi Alexa tidak menikmati keindahan itu. Alea sedang terjebak dalam dunianya sendiri.
Di tangannya ada sebuah foto anak kecil bernama Noah. Yang publik tahu Noah adalah keponakannya, anak dari kakaknya, tetapi pada kenyataannya Noah adalah anak kandungnya. Dirinya pernah hamil di luar nikah dan kekasihnya tidak mau bertanggung jawab. Bagaimana Nicholas bisa mengetahui apa yang tidak diketahui oleh banyak orang.
Mata Alexa terpejam diikuti cairan bening yang menetes dari matanya. Kejadian itu sudah terjadi empat tahun yang lalu, tetapi masih membekas dan menorehkan luka yang begitu dalam di hati Alexa. Di saat dirinya sudah berhasil keluar dan menutup lembaran masa lalunya itu, Nicholas tanpa permisi membuka kembali lembaran masa lalunya.
Pria sialan!
Jika saja Alexa mampu memaki pria itu secara langsung, pasti sudah dia lakukan.
Sudah hampir satu jam Alexa masih berdiri di tempat yang sama, menatap lurus ke depan. Lorong waktu seolah terbuka, membawanya kembali ke masa lalu.
"Aku hamil, Reza!" aku Alexa pada mantan kekasihnya.
"Bagaimana bisa, Alexa?" tanya Reza.
"Kamu lupa kamu pernah maksa aku buat ngelakuin itu," ucap Alexa.
"Aku gak lupa! Aku juga ingat kalau kamu juga sudah gak perawan waktu itu," balas Reza. "Mungkin saja anak itu anak dari pria yang sudah tidur sama kamu sebelumnya."
"Itu gak mungkin, Reza. Kejadian itu sudah lima bulan yang lalu. Dan usia kandungan aku baru 7 minggu. Aku yakin ini anak kamu!"
"Apa kamu pikir aku percaya. Kamu pasti tidur dengan pria lain selain aku!" tuduh Reza.
PLAK
"Aku bukan perempuan seperti itu, Reza. Aku sudah memberi tahu padamu, malam itu aku dijebak oleh Farah. Membuat aku harus kehilangan keperawananku!"
"Itu hanya alasan kamu saja!"
Alexa yang marah menarik kerah kemeja Reza lantas menatapnya tajam.
"Kalau kamu tidak ingin bertanggung jawab, setidaknya jangan hina aku, Reza."
Itu adalah kali terakhir Alexa bertemu dengan Reza. Namum setelah anaknya lahir mereka kembali dipertemukan. Alexa marah dan kecewa karena Reza tidak mau bertanggung jawab atas kehamilannya. Kekecewaannya semakin bertambah ketika Alexa mendengar kabar Reza dan Farah bertunangan. Bahkan mereka sudah menikah sampai detik ini.
Waktu itu Alexa tidak memiliki pilihan lain, Alexa mengatakan semuanya pada sang kakak, Olivia. Hanya Olivia yang Alexa miliki saat itu, karena kedua orang tua mereka sudah lama meninggal. Olivia sangat kecewa pada Alexa lantaran Alea masih kuliah dan belum menikah. Tetapi mereka tidak memiliki pilihan lain. Tidak mungkin bagi mereka untuk membunuh bayi yang tidak berdosa itu.
Olivia membawa Alexa ke Singapura. Selama masa kehamilan Alexa, mereka tinggal di sana. Sampai waktu Alexa melahirkan seorang bayi laki-laki, wajahnya mirip sekali dengan Alexa.
Olivia dan suaminya, Willy, memutuskan menjadikan anak Alexa sebagai anak mereka. Kebetulan pula keduanya belum dikaruniai anak selama 5 tahun pernikahan mereka. Ada masalah dalam diri Willy yang membuat mereka sulit untuk memiliki keturunan.
KLEK
Suara pintu terbuka membuat lamunan Alexa buyar.
"Sudah kamu pikirkan, Alexa?"
Alexa berbalik, pandangannya menangkap sosok pria pemilik suara itu yang baru saja masuk ke kamar. Sudah pasti dia adalah Nicholas. Pria itu baru masuk ke kamar, berjalan dengan kedua tangannya di masukan ke dalam saku celananya, bertelanjang dada, hanya memakai celana training panjang berwarna hitam yang sangat pas di kakinya. Terlihat sederhana, tetapi bisa dipastikan harganya tidak main-main.
"Kamu membuat aku tidak punya pilihan lain, Nicholas," desis Alexa.
"Itu yang aku mau," ucap Nicholas.
"Asal kamu tidak pernah usik keluargaku, aku setuju," ucap Alexa setelah cukup lama diam.
Nicholas meraih dagu Alexa dengan jari telunjuknya, mengangkatnya, memaksa wanita di hadapannya untuk melihat ke arahnya. Pandangan mereka langsung terkunci.
"Aku akan melakukan apa yang kamu minta, asal kamu menurut selama kamu jadi istriku," ucap Nicholas membuat Alexa mendengkus lantas menoleh ke arah lain.
"Kapan pernikahannya?" tanya Alexa. tanpa melihat ke arah Nicholas.
"Dua minggu lagi," jawab Nicholas.
Mata Alexa terbelalak dan langsung menoleh ke arah Nicholas, menatap sengit pada pria itu.
"Satu minggu? Kamu gila! Aku punya banyak jadwal syuting dan —"
"Aku yang atur semuanya," tukas Nicholas. Laki-laki itu menghapus jejak air mata yang ada di pipi Alexa dengan ibu jarinya.
"Aku juga punya kontrak kerja yang tidak memperbolehkan aku menikah lebih dulu. Jika aku melanggar kontrak itu, aku harus terima konsekuensinya," ungkap Alexa.
"Aku yang urus, kamu tinggal duduk manis. Dan satu lagi, akan aku pastikan tidak ada yang bisa nyakitin kamu selama kamu berada di sisiku," ucap Nicholas.
-
-
Kabar pernikahan Alexa dan Nicholas sudah tersebar luas bahkan menjadi tranding topik, juga menimbukan membuat banyak pertanyaan. Karena sebelumnya Nicholas digadang-gadang telah dijodohkan dengan seseorang oleh keluarganya.
Hamil di luar pernikahan
Itu adalah kabar yang mencuat ke publik.
Kabar pernikahan itu pula membuat Alexa diburu oleh banyak awak media. Kemanapun Alexa pergi pasti ada saja awak media yang meminta klarifikasi atas rencana pernikahannya.
Merasa jengah Alexa berusaha untuk menghindar dari awak media. Ketika berada di pusat perbelanjaan dan ada awak media yang mengejarnya Alexa berusaha menghindar. Saat keadaan tengah sepi Alexa tiba-tiba terkejut saat ada yang menarik tangannya, membawa dirinya ke tangga darurat.
"Lepas!" Alexa menarik tangannya ajar bisa lepas dari orang itu, tetapi cengkraman pria itu begitu kuat.
"Alexa, ini aku."
Alexa berhenti memberontak ketikan telinganya menangkap suara yang sangat familiar. Suara seseorang yang sama sekali tidak ingin dia temui.
"Alexa, aku—"
"Lepas, Reza!" Alexa menukas ujaran Reza. "Jangan ganggu aku lagi."
Setelah mengatakan kalimat itu Alexa pergi. Namun saat membuka pintu darurat Alexa dikejutkan dengan keberadaan Nicholas di depannya. Tatapan pria itu tajam membuat ia kesulitan untuk sekedar bernapas.
"Alexa, tunggu!"
Kini bukan hanya Alexa yang terkejut, tetapi juga Reza. Mereka seperti pasangan selingkuh yang tertangkap basah.
"Pak Nicholas," ucap Reza lirih nyaris tidak terdengar.
Alexa menundukkan wajahnya, tidak berani menatap Nicholas. Aura pria itu benar-benar menakutkan.
"Ngapain?" Nicholas akhirnya buka suara setelah lama diam.
Alexa mendongak, memberanikan diri melihat Nicholas. Keningnya mengernyit, heran, mendengar suara lembut Nicholas.
"Aku --" Alexa bingung harus bicara apa.
Nicholas melangkah maju, menarik pinggang Alexa, untuk mengikis jarak di antara mereka. Tanpa permisi mencium bibir Alexa sedikit melumatnya, tidak peduli dengan keberadaan Reza.
Pria gila! batin Alexa.
Itu adalah ciuman pertama mereka setelah memutuskan untuk menikah. Alexa sendiri hanya diam tanpa memberikan perlawanan apapun.
Reza yang melihat itu berpaling, tapi tidak berniat untuk pergi. Ia hanya menahan amarahnya dengan mengepalkan kedua tangannya erat-erat.
"Kita mau menikah, Sayang. Tidak baik berduaan dengan pria asing," ucap Nicholas penuh tekanan.
"I-ya, maaf. Dia teman lama kami hanya mengobrol," jelas Alexa dengan gagap.
"Ayo pergi!" Nicholas merangkul pinggang Alexa dengan satu tangannya.
"Alexa—"
"Pak Reza, sebaiknya urus urusan anda sendiri." Nicholas menukas ujaran Reza.
Reza bungkam seketika, ucapan tegas Nicholas dan aura dingin pria itu membuat Reza tidak bisa membantah.
Dan … Alexa suka itu.
-
-
Hari itu Alexa ada jadwal peragaan busana. Selesai melakukan peragaan busana Alexa kembali ke backstage, tetapi dirinya dikejutkan oleh sebuah tamparan keras di pipinya.
PLAK
"Owh, Shit!" umpat Alexa.
Beruntung Alexa sudah masuk ke ruang ganti, hanya ada dirinya, Farah, dan Hana, managernya.
"Farah! Kamu apa-apaan sih?" kesal Hana.
"Kamu diem! Jangan ikut campur urusan gue sama Alexa!" Pandangan Farah beralih pada Alexa. "Kamu emang pelakor, Alexa!" maki Farah.
"Tutup mulut lo, bicth!" geram Alexa.
Alexa langsung mengubah ekspresinya, memperlihatkan senyum manisnya di hadapan Farah.
"Duduk!" ucap Alexa tanpa mengubah ekspresinya.
"Jauhi Reza!" suruh Farah tanpa basa-basi.
Alexa memutar bola matanya malas kemudian mendudukkan dirinya di sofa, mengambil botol air mineral yang diberikan oleh Hana.
"Hana, kasih dia minum juga!" perintah Alea. "Tenggorokannya pasti kering karena teriak-teriak."
"Aku gak butuh minum!" sergah Farah.
"Karena yang kamu butuhin itu dokter jiwa," hardik Alexa.
"Tutup mulutmu, Alexa!" teriak Farah.
"Stttt, jangan teriak! Telinga aku sakit," ucap Alexa masih dengan ekspresi manisnya. "Sekarang kamu tarik napas terus keluarkan pelan-pelan."
Tanpa sadar Farah melakukan apa yang Alea minta.
"Sudah tenang? Sekarang bicara baik-baik," ucap Alexa.
"Jauhin, Reza!" ucap Farah. Nada bicaranya mulai teratur.
"Udah aku lakuin bahkan sebelum kamu nikah sama dia." Alexa bicara sambil memainkan kukunya yang cantik.
"Bohong! Kamu beberapa kali bertemu dengan dia, bukan. Dan kemarin kalian juga bertemu," ucap Farah.
"Betul, dia ngajak aku selingkuh. Dia bilang bosen sama kamu," balas Alexa. "Dia juga minta aku buat batalin pernikahan aku sama Nicholas. Dan … satu lagi yang harus kamu tahu. Dia mau ninggalin kamu dan kembali padaku."
Alexa tidak bohong untuk hal itu, memang benar Reza bicara seperti itu. Tetapi atas apa yang dilakukan oleh Reza pada masa lalunya akan bodoh jika Alea menerimanya.
Enak saja, tiba-tiba datang setelah menghancurkan hidupnya dan ingin kembali setelah semuanya baik-baik saja.
"Tapi kamu tenang saja aku gak tertarik sama pria miskin seperti Reza," ucap Alexa sarkas. "Kamu pasti tahu siapa calon suami aku, bukan? Dia baru pria idaman gue, tampan, dan tentunya kaya raya."
"Bohong! Dia itu gay!" ucap Farah.
"Kata siapa? Dia udah buktiin sama aku kalau dia bukan pria belok," tampik Alexa. "Dia itu kuat!" Alexa mengatakan itu dengan ekspresi wajah nakalnya.
"Kamu benar-benar murahan, Alexa. Kamu pasti sudah jebak Nicholas supaya mau nikah sama kamu, 'kan?" tuduh Farah.
"Hah, apa?" Alexa menganga, lantas menaruh telapak tangannya di depan mulutnya berpura-pura terkejut.
"Alexa bukan perempuan seperti itu, Farah!" bela Hana.
"Diam!" Farah membentak Hana.
"Jangan berani bentak manager aku bicht! Dia juga sahabat baik aku. Bukan kaya kamu." Alexa mengubah ekspresinya menjadi marah.
Suasana menjadi hening saat Alexa memperlihatkan kemarahannya.
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka.
"Nyonya! Ada yang bisa kami bantu?"
Ketiga perempuan itu menoleh ke asal suara, ada dua pria berbadan kekar datang ke sana. Alexa mengenal mereka, kedua pria itu adalah anak buah Nicholas.
"Bisa usir dia. Aku merasa terganggu," ucap Alexa. Nada bicaranya dibuat manja.
"Baik, Nyonya."
Farah gelapan kali ini.
"Jangan sentuh aku. Aku bisa pergi sendiri." Farah melarang dua pria itu menyentuhnya.
"Good, silakan pergi," ucap Alexa, menunjukkan senyum penuh kemenangan. "Oh iya Farah, sampaikan pada suamimu untuk jangan patah hati. Aku mau menikah dengan pria kaya itu," ucap Alexa terkesan sedang meledek Farah.
"Awas kamu, Alexa! Aku pasti akan balas ini," ancam Farah.
"Aku tunggu! Pergi, hust, hust!" usir Alexa.
Farah pun akhirnya pergi membuat Alexa dan Hana bisa menarik napas lega.
"Hana, pipi aku panas!" rengek Alexa.
"Aku ambil air es buat kompres pipi kamu." Hana pun pergi tidak lama kembali dengan membawa air es untuk mengompres pipi Alexa.
Hana duduk di depan Alexa dan menempelkan handuk kecil ke pipi wanita itu. "Aku sebenernya pengin nanya dari kemarin, tapi belum ada kesempatan."
"Mau tanya apa?" tanya Alexa.
"Jujur aku penasaran. Aku gak tahu sebelumnya kamu punya hubungan sama CEO muda itu, tahu-tahu kamu mau nikah aja. Mana mendadak banget," jawab Hana.
"Iya dong. Gak perlu koar-koar tahu-tahu udah sah saja," ucap Alexa diikuti senyuman manisnya.
"Dia gak nekan kamu, 'kan? Maksud aku dia gak maksa kamu untuk nikah sama dia, 'ka?" tanya Hana.
"Ya ampun, Hana. Kamu tahu Nicholas, bukan?" tanya Alexa disambut anggukkan oleh Hana. "Pria kaya gak boleh dilewatkan."
"Di mana?"
Suara berat itu berhasil membuat suasana hati Alexa bertambah berantakan. Setelah Farah membuat harinya buruk, ditambah Nicholas yang sangat menyebalkan, beruntung pria itu kaya dan juga tampan.
"Aku di salon kecantikan, lagi perawatan wajah. Pipi aku abis kenapa tampar sama istri mantan pacar aku. Aku takut terkontaminasi," jawab Alexa.
"Setengah jam Arif bakalan jemput kamu."
"Hah! Apa setengah jam!" Alexa yang akan dipakaikan masker wajah terkejut. "Setengah jam itu waktu yang sangat singkat," protes Alexa.
"Aku gak peduli!"
Dan sambungan telepon pun berakhir secara sepihak.
"Laki-laki sialan!" maki Alexa di dalam hati.
"Hana, aku mau pergi, gak jadi perawatan muka!" ucap Alexa. "Mba cuci rambut aku sekarang," suruh Alexa pada pegawai salon.
"Baik."
Alexa berdiri dari kursi yang ada di salon kecantikan itu beralih ke tempat cuci rambut.
"Kenapa?" Hana melakukan hal yang sama dengan Alexa.
Alexa tidak menjawab, setelah kembali ke kursi barulah Alexa menjawab. "Setengah jam lagi aku dijemput. Mana cukup untuk perawatan muka, Hana."
"Kamu tidak mengatakan pada calon suami kamu?" tanya Hana.
"Kamu tidak mendengarnya tadi? Dia tidak peduli," jawab Alexa.
"Dia udah ngebet pengin ketemu sama kamu kali," ledek Hana membuat Alexa berdecih.
Manager sekaligus temannya itu tidak tahu saja kalau Nicholas itu tukang paksa.
Setengah jam kemudian ...
Ucapan Nicholas benar-benar tidak main-main, setengah jam Arif datang bersama dua bodyguard ke salon itu.
Tunggu!
Seingat Alexa, dia tidak memberitahu keberadaannya, tetapi bagaimana bisa mereka dengan mudah menemukannya?
"Mari, Nona," ucap Arif.
"Hmm," gumam Alexa.
Pandangan Alexa beralih pada Hana. "Hana, aku pergi dulu."
"Jaga dirimu baik-baik." Hana melambaikan tangannya pada Alexa.
Alexa dibawa masuk ke mobil yang Arif bawa lantas meninggalkan tempat itu. Alexa duduk di bangku penumpang belakang, berdiam diri, tidak banyak bertanya akan dibawa ke mana dirinya. Dirinya seolah pasrah dengan keadaan.
Waktu sudah sore, jam pulang kerja pun telah tiba. Jalanan juga terlihat sangat padat, hingga tidak ada celah bagi mobilnya melaju. Alexa yang merasa lelah memilih untuk memejamkan matanya sejenak. Namun tidak lama suara Arif mengusik tidurnya.
"Kita sudah sampai, Nona," ucap Arif membuat tidur Alea terusik
"Kita sudah sampai?" tanya Alexa yang masih duduk sambil mengumpulkannya kesadarannya. "Di mana ini?" Alexa melihat sekeliling, tempatnya sangat asing baginya.
"Tuan ada undangan pesta. Di sini tempatnya. Anda bersiaplah untuk ikut beliau," jawab Arif.
"Pesta?" Alexa terbelalak, membuat kesadarannya pulih seketika. "Kenapa baru mengatakannya sekarang. Dia bahkan tidak memberikan aku kesempatan untuk memilih baju," gerutu Alexa.
"Semuanya sudah disiapkan," ucap Arif. "Mari saya akan antar ke kamar Anda."
Arif lebih dulu turun dari mobil, lantas membukakan pintu mobil untuk Alexa. Keduanya masuk ke hotel.
"Kamarnya ada di lantai lima," ucap Arif disambut anggukkan oleh Alexa.
Mereka masuk ke dalam lift dan Arif menekan tombol angka lima. Lift bergerak naik, membawa mereka ke lantai lima.
"Kenapa bos kamu itu suka seenaknya sendiri," gerutu Alexa.
Arif menanggapi itu dengan tawa kecil.
Pintu lift terbuka, keduanya keluar dari lift berjalan sebentar menuju ke kamar yang sudah disiapkan untuk Alexa. Sebuah kamar mewah, di dalam rupanya sudah ada seseorang, dia adalah stylist yang dikhususkan untuk Alexa.
"Silahkan, Nona Alexa. Dia adalah Diana. Orang yang yang akan membantu Anda bersiap," ucap Arif disambut anggukkan oleh Alexa.
Alexa melihat ke arah Diana, memerhatikan penampilan wanita itu dari atas hingga bawah. Penampilan perey di hadapannya biasa saja.
"Mari Nona, ikut saya," ucap Diana.
"Pergilah!"
Suara berat itu membuat semuanya menghentikan langkah juga menoleh. Rupanya Nicholas baru saja masuk ke kamar itu.
"Baik, Tuan," ucap Arif dan Diana bersaman. Setelah itu mereka pergi meninggalkan Alexa dan Nicholas berdua.
"Mau ke mana?" tanya Nicholas.
"Tadi kamu suruh pergi, 'kan?" tanya balik Alexa.
"Ck, hanya mereka saja," decak Nicholas.
Nicholas menarik Alexa, membawanya untuk duduk di tempat tidur. "Tunggu di sini."
Alexa mengangguk.
Nicholas berjalan menjauh dari Alexa, membuka satu persatu kancing kemejanya, lantas membuang ke sembarang tempat. Pria itu kembali ke dekat Alexa dengan bertelanjang dada, membuat Alexa gugup.
"Sakit?" tanya Nicholas.
"Apanya?"
"Pipinya."
"Udah gak."
Meskipun Alexa sudah mengatakan tidak sakit, tetapi tetap saja Nicholas menempelkan instant cold pack yang ia bawa ke pipi Alexa, membuat Alexa tersentuh.
"Mau diapain?" tanya Nicholas.
"Siapa?"
"Perempuan sialan yang udah tampar pipi kamu."
"Ck, gak usah. Aku masih bisa tanganin dia sendiri."
"Yakin?"
"Aku gak selemah itu, Nicholas."
"Good Girl."
Alexa gelagapan ketikan Nicholas mengecup pipi yang kena tamparan oleh Farah.
"Mau ke mana?" tanya Alexa ketika Nicholas beranjak dari tempat duduknya.
"Mau mandi, ikut?"
"Terima kasih tawarannya."
-
-
Dua hari baru mengenal Nicholas, Alexa dibuat kesal oleh pria itu dengan sikap Nicholas yang suka seenaknya sendiri. Seperti saat ini beberapa kali harus menarik napas panjang saat memberi kabar secara mendadak jika ada pesta di hotelnya.
Alexa tengah bersiap di kamar hotel itu. Mencoba beberapa model gaun yang dipesan khusus untuknya. Bukan hanya pakaian, ada beberapa sepatu yang harus ia coba. Alexa memberikan nilai plus pada pria itu karena tahu ukuran baju dan sepatunya.
Setelah mencoba beberapa, Alexa memilih gaun tanpa lengan, warna merah menyala. Gaun ketat dengan lebar di bagian bawahnya dan juga terbuka di bagian belakang tubuhnya, menampakkan punggungnya yang putih tanpa celah.
"Gaun yang cantik."
Alexa mematut dirinya di depan cermin, memutar tubuhnya untuk melihat keseluruhan penampilannya.
"Anda terlihat sangat cantik, Nona," puji Diana.
"Terima kasih untuk pujiannya," balas Alea.
"Sepertinya tuan sangat mencintai Anda, Nona Alexa," ucap Diana lagi.
Alexa ingin tertawa detik itu juga.
Mencintai aku? Itu tidak mungkin. Kami baru bertemu dua hari yang lalu. Dia tidak tahu saja jika pria itu hanya menjadikan aku bonekanya.
"Kenapa kamu bisa yakin seperti itu?" tanya Alexa.
"Saya sudah lama bekerja dengannya, Nona. Saya tidak pernah melihat dia begitu perhatian seperti ini pada perempuan manapun," jelas Diana.
Kamu tidak tahu saja, dia baik saat ini, tapi setelah ini dia akan kembali menyusahkan aku.
"Seperti itu kah menurut kamu?" kata Alexa.
"Ya, Nona. Saya yakin," ucap Diana.
Ketukan pintu di depan kamar itu mengalihkan perhatian mereka. Segera pelayanan khusus itu melangkah untuk membuka pintu.
Wajah Arif terlihat saat pintu terbuka sempurna. Segera laki-laki itu masuk untuk menemui calon istri bosnya.
"Maaf, Nona. Saya datang ke sini untuk memberikan ini untuk Anda." Arif memberikan sebuah kotak beludru berwarna merah.
Alexa menerimanya lantas membuka kotak berwarna merah itu. Ada satu set perhiasan di dalamnya. Matanya berbinar saat melihat perhiasan dengan model sederhana, tetapi nampak sangat mewah.
"Wow, ini sangat indah dan mahal pastinya," seru Alexa.
Alexa tertawa dalam hatinya, tidak ada ruginya juga ia akan menikah dengan orang kaya itu. Setidaknya dirinya mendapatkan barang-barang mewah seperti itu. Jiwa matrenya sedang memberontak kala itu.
"Tuan sengaja menyiapkan barang-barang itu untuk Anda. Tuan dia tidak mau calon istrinya mempermalukan dirinya," ucap Arif.
Mempermalukan dirinya?
"Dia benar-benar yang mengatakan itu?" tanya Alexa kesal.
"Iya, Nona," jawab Arif.
Alexa mendengkus kesal. Sudah ia duga akan hal itu. Sebaiknya jangan terlalu senang saat pria itu tiba-tiba baik dengan memberinya barang-barang mewah itu. Karena di balik itu ada sebuah penghinaan.
"Aku tidak akan memakainya dan tidak akan hadir di pesta itu. Suruh saja wanita lain untuk menemaninya di pesta. Wanita yang tidak akan membuat dia malu." Alexa duduk santai di tepi ranjang sambil memainkan ujung kukunya.
"Baiklah, jika itu menjadi pilihan Nona, tetapi saya sarankan Anda jangan mencari masalah dengan tuan Nicholas," ucap Arif terkesan sedang mengancam Alexa.
Alexa memutar bola matanya malas. Ternyata asistennya pun sama-sama menyebalkan. Dirinya benar-benar terjebak saat ini. Tidak ada pilihan lain selain mematuhi apapun perintah Nicholas, sebab pria itu memegang rahasia terbesar dalam hidupnya.
Dasar pria menyebalkan!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!