NovelToon NovelToon

Secreet Mission With You

#1. PROLOG (DUA KEJADIAN BERBEDA)

#PROLOG (DUA KEJADIAN BERBEDA) 

Di sebuah rumah kecil sederhana, sepasang anak laki-laki dan perempuan itu sedang asik bermain di halaman rumah mereka. Sebagai anak tertua, gadis itu diberi tugas mengawasi adik laki-lakinya, kemanapun adik laki-lakinya pergi sang kakak selalu mengawasi. 

Begitu pula ketika adiknya menginginkan sesuatu, kakak perempuannya dengan sigap memberikan apa yang diinginkan sang adik. Karena ibu mereka sibuk mengasuh adik bungsunya yang baru berusia dua bulan. 

Namun demikian, sang kakak sulung tak pernah mengeluh ataupun protes, ketika Ibunya lebih repot menjaga adik bungsu mereka, karena sedikit-sedikit ia sudah bisa mandiri sesuai usianya saat ini. 

Dari kejauhan terdengar suara melodi penjual ice cream, sebentar lagi pasti melewati rumah mereka. Sang adik tiba-tiba merengek pada sang kakak, “Kakak, aku mau ice cream,” pinta sang adik. 

Sang kakak terlihat bingung, karena ia sendiri tak punya cukup uang untuk membeli ice cream yang diinginkan sang adik. “Tapi, uang Kakak tadi sudah terpakai untuk beli jajan di sekolah, Ibu pasti marah kalau Kakak minta uang lagi.”

“Huaaaa … tapi aku mau ice cream,” raung sang adik dengan suara keras, membuat sang kakak berpikir keras, bagaimana caranya mendapatkan uang untuk membeli ice cream. 

“Tunggu di sini, ya, jangan kemana-mana, Kakak ambil uang di celengan Kakak,” perintah sang kakak, sekaligus ia pamit ke kamar untuk mengambil uang di dalam celengan. 

Sang Kakak masuk ke kamarnya secara perlahan, ia tak mau membangunkan ibunya yang tengah terlelap usai meninabobokkan adik kecilnya. Dia tumbuh dewasa kendati raganya masih anak-anak, ia juga mengerti bahwa semalam adik kecilnya rewel karena demam. Maka dengan ikhlas ia menjaga Adik laki-lakinya seorang diri. 

Tak lama ia berada di kamar, hanya membuka celengan yang terbuat dari kaleng bekas permen,  mengambil tambahan uang untuk membeli ice cream. Tapi ketika kembali ke halaman ia melihat adiknya sudah terbaring di tanah tak sadarkan diri. 

“Dek … “ Sang kakak berseru memanggil sang adik, ia menggoyang-goyangkan tubuh adiknya yang terbaring dengan posisi meringkuk. “Dek… ayo bangun, katanya mau beli ice cream.” 

Berkali-kali sang kakak memanggil, tak lelah ia menggoyang-goyangkan tubuh adiknya, hingga akhirnya sang Kakak pun menangis keras, ia takut sesuatu terjadi pada adiknya karena ia telah lalai menjaga adiknya. 

“Ibu … tolong!!” teriak sang kakak, “ibu… adek tidur di halaman tapi tak mau bangun.” Dengan suara keras sang Kakak berlari masuk ke rumah, dengan harapan Ibunya bisa menolong sang adik. 

Tergopoh-gopoh sang ibu keluar kamar, wajahnya kusut dan terlihat lelah, karena ia baru saja membuka mata. “Ada apa? Kenapa adikmu?”

Namun sang kakak hanya menangis pilu, rasa takut, panik, sesal, bercampur jadi satu. Namun ia hanya anak-anak yang tak kuasa menolong adiknya yang terluka. 

Sesaat kemudian, ganti sang ibu yang menangis keras, sang kakak semakin takut. “Ibu … Adek, kenapa?” tanyanya dengan wajah takut. 

“Apa saja yang kamu lakukan, kenapa menjaga adikmu saja, kamu tidak becus?!” teriak sang ibu. 

“Ibu, maafkan aku, maaf Bu … “ Sang kakak hanya menangis meminta maaf, ketika tubuh kecilnya dipukuli oleh sang ibu, ia tak peduli dengan rasa sakit yang mendera tubuhnya asalkan adiknya bisa segera di selamatkan. Apapun akan ia lakukan agar adiknya bisa segera membuka mata. 

•••

Pilihan Danesh jatuh pada apartemennya sendiri, mengingat sepanjang perjalanan, tingkah Dhera benar-benar membuat tubuhnya panas dingin. 

Bagaimanapun Danesh pria dewasa yang normal, sedang dalam usia produktif untuk menikah. Hanya perkara belum menemukan jodoh saja yang membuat hal itu belum bisa direalisasikan. 

Desah suara Dhera, membuat sisi primitifnya bereaksi. Namun sekali lagi Danesh coba membuat akalnya tetap mendominasi, bagaimanapun juga ini bukan keinginan Dhera, namun karena pengaruh obat yang disuntikkan Adiapti ke tubunyalah yang membuat Dhera dalam kondisi bi^rahi saat ini. 

Dhera bukanlah gadis yang kalem dan lemah lembut seperti Naya istri Daniel, atau Aya istri Darren. Dhera terbiasa adu fisik dengan laki-laki melalui kemampuan bela diri, jadi kini apalah arti safety belt bagi gadis kuat seperti Dhera, tentu seperti menyingkirkan daun di pinggir jalan. 

Beberapa kali Danesh menoleh ke arah Dhera, setelah safety belt, kini Dhera benar-benar menanggalkan pakaiannya, “panas … panashhh …” racau Dhera ketika berhasil menanggalkan pakaiannya, hingga yang tersisa kini hanyalah kain yang menutupi kedua asetnya. 

“STOP DHERA!!” danesh reflek berteriak ketika Dhera bermaksud melepas celana Jeans nya. 

Iman setipis tissue dibelah tujuh, begitulah kondisi Danesh saat ini, ketika Dhera semakin liar, dan mulai memeluk serta menciumi wajahnya. “Kapt … cium, please Kapt,” mohon Dhera. 

“Hentikan, Dhera!! kita sedang di jalan, aku tak mungkin mmmpptt …” Kalimat Danesh terhenti, ketika Dhera membungkam bibirnya, bukan dengan tangan, melainkan dengan bibirnya sendiri. 

Bukan desiran halus lagi yang Danesh rasakan, melainkan detak jantungnya ikut menjadi liar karena ciuman Dhera ternyata cukup membuatnya terlena. 

Ciiittt!!! 

Danesh menginjak pedal rem dengan kekuatan penuh, tak lupa tangannya menarik hand rem ketika lampu merah menyala, satu tikungan lagi sebelum mereka tiba di apartemen, namun Dhera sudah duduk dengan kaki terbuka di atas pangkuannya. 

Sesaat ia biarkan dirinya terlena, hingga ia pun membalas ciuman Dhera, pergulatan. Lidah tak terelakkan, bahkan tangannya pun mulai lancang menggapai aset yang seharusnya terlarang untuk ia lihat apalagi disentuh. 

Pergantian lampu menghempaskan kesadaran dirinya yang tengah terlena dengan rayuan Dhera, hingga Danesh membiarkan Dhera tetap berada di posisinya saat ini, persetan dengan pendapat orang ketika mungkin saja bayangan mereka terlihat dari luar. 

Danesh terus berusaha keras mengemudi dengan satu tangan, karena tangannya yang lain menahan tubuh Dhera yang semakin liar menciumi leher serta kedua tangannya menaikkan kaos yang Danesh pakai. 

Bukan lagi sekali dua kali Danesh mengumpat, bahkan entah berapa kali umpatan terlontar dari bibirnya, karena ia mulai tak sanggup mengendalikan tubuhnya. 

Mobil bergerak memasuki basement tempat parkir, dan setelah Danesh memastikan mobil terparkir sempurna, Danesh Meraih kembali Jaket milik Dhera. Sesaat yang lalu, pemiliknya melempar jaket tersebut ke kursi belakang. 

Danesh kembali menutupi tubuh Dhera dengan jaket tersebut, bisa dibayangkan betapa Danesh kesulitan menahan tenaga Dhera yang sedang dalam pengaruh obat terlarang. Gadis itu terus berulah karena has^rat yang belum juga mendapatkan pelampiasan. 

Suasana basement yang sepi, memudahkan Danesh membopong Dhera hingga ke unit apartemennya. 

Brak!! 

Klik. 

Suara pintu yang kembali menutup dengan keras. 

#2. Sebuah Misi•

#2

Beberapa bulan sebelum kejadian.

Sunyinya malam, dipecahkan dengan rentetan bunyi tembakan beruntun, saling serang dari kedua belah pihak, bahkan sesekali terdengar suara sepasang manusia berkelahi karena sudah kehabisan amunisi senjata, tapi dia memang tak terkalahkan, dia yang tercepat dan terkuat, karena itulah ia selalu menjadi pemimpin dari sebuah misi penting. 

Kali ini, D dan beberapa anak buahnya membantu pasukan khusus menyelesaikan sebuah misi rahasia, perintah penting dari atasan. Yakni membebaskan 5 orang sandera yang menjadi penentu sebuah perjanjian rahasia, jika sandera tak selamat, maka perjanjian penting 2 negara bisa gagal total. 

Segerombolan teroris itu tak menghendaki adanya peletakkan pasukan di garis batas kekuasaan mereka, karena akan menghambat pergerakan mereka melintasi perbatasan kedua negara, dan secara otomatis akan betpotensi mengurangi pemasukan mereka. Karena itulah mereka menyandera 5 orang penting dari negara tetangga tersebut, agar misi mereka tetap berjalan lancar. 

Tak mau kalah dari ancaman teroris, pemerintah menurunkan pasukan rahasia terbaiknya yang dikomandoi langsung oleh sang pemimpin terbaik. Dan D ikut diperbantukan mengingat ia adalah salah satu prajurit andalan di kesatuannya. Dan D adalah namanya ketika sedang bergabung di dalam misi rahasia negara. 

Bersama salah seorang partner terbaiknya, D terus bergerak maju, setelah merobohkan 2 orang penjaga bersenjata di pintu depan D dan R2 merangsek masuk, mengabaikan suara tembakan, lorong tempat persembunyian para sandera nampak gelap dan remang remang, hanya ada lampu kecil dengan jarak masing-masing dua meter. 

"Jalan di depan! Aku akan mengawasimu dari belakang." 

R2 mengangguk, tubuh nya berjalan lincah, namun kewaspadaan tetap yang utama, misi ini tak boleh gagal karena ini misi terakhir sang pemimpin, setelah ini D akan pensiun karena panggilan dari keluarga, yang memintanya untuk segera berhenti dari pekerjaannya saat ini sebagai seorang pemimpin pasukan khusus agen rahasia negara. 

Mereka tiba di sebuah ruangan gelap dengan jeruji besi, tanpa penjaga, kelima sandera tengah duduk lesu menunggu bantuan datang membebaskan mereka. 

Jleb 

Jleb 

Jleb

3 kali tembakan tanpa suara, melesat menghancurkan pengaman pintu, kelima sandera segera bergerak ke pintu sesuai instruksi R2, dan mereka pun bergerak kembali ke depan, kali ini D yang memimpin, menuju rute terakhir kebebasan para sandera. 

D bergerak cepat memimpin para rombongan, hanya ada satu jalur menuju pintu keluar jadi mereka kembali melalui rute semula, di tengah kesunyian dan ketegangan, tiba-tiba terdengar suara dering ponsel, masing-masing orang saling tatap, pertanda mencari-cari asal suara tersebut. 

D merogoh kantong Celananya, ia ingat 3 jam sebelumnya ia menggunakan ponselnya untuk menerima telepon dari kakak kembarnya, sesudah itu ia lupa untuk kembali mematikan daya, dan kini ia hanya bisa menarik nafas, melihat nama yang tertera di layar ponselnya, jika diangkat, kemungkinan ia bisa gagal bertugas, jika tak diangkat ia akan dapat predikat anak durhaka, karena menolak panggilan sang mommy. 

“Iya mom?” jawab D. 

R2 dan kelima sandera saling tatap, entah apa yang ada di pikiran pemimpin pasukan tersebut hingga ia menerima panggilan di tengah tengah misi menjalankan tugas. 

“Jadi kapan kamu pulang? … Mommy sudah menunggu kabar darimu sejak seminggu yang lalu! … jangan bilang kamu mangkir dari janji yah!?” sembur mommy Bella. 

“Tidak mom … aku anak mommy  yang paling baik, kan?” jawab D tak berani membalas dengan perkataan kasar, seberapapun ia kesal pada sang mommy. 

Sementara R4 tersenyum simpul, garang di lapangan ketika sedang bertugas, ternyata tak membuat sang kapten menjawab panggilan sang mommy dengan kalimat tegas, seperti ketika bicara dengan anak buahnya. Sebaliknya, D menjelma jadi anak penurut dan cenderung takut menyakiti hati wanita yang melahirkannya. 

“Ya sudah, segera pulang!!! Mommy sudah seperti Ibu tanpa anak, padahal punya 2 anak laki-laki gagah dan tampan.” Gerutuan tersebut masih Ia dengar sebelum sang mommy mengakhiri panggilan. 

D dan R2 berhasil membawa para sandera keluar dari tempat penyekapan, D tetap meminta R2 untuk memimpin barisan, dan tetap berjalan mengendap-endap. 

Tiba-tiba… 

BOOM!! 

Terjadi ledakan di ruangan yang baru saja mereka tinggalkan, membuat D dan R2 serta para sandera yang baru saja mereka selamatkan terlempar beberapa meter dari titik ledakan. 

BOOM!! 

BOOM!! 

BOOM!! 

Ponsel D kembali berbunyi, sementara ledakan terus berlangsung, tak mengherankan, karena ruangan tadi, bukan hanya tempat mengurung para sandera, tapi juga tempat menyimpan beberapa bahan peledak. 

D mengabaikan panggilan tersebut, ia menggunakan sisa-sisa tenaganya untuk merayap mencari tempat berlindung, entah bagaimana nasib R2 dan para sandera yang mereka selamatkan. Pasalnya mereka terlempar ke arah yang berlawanan. 

Ponsel D yang sesaat lalu mati kini kembali berdering, membuat D semakin kesal saja, entah siapa yang meneleponnya. 

Dan ketika sudah bersembunyi di tempat aman, D kembali membuka ponselnya, “JIKA BISA AKU AKAN MELEMPAR BOM KE TEMPATMU BERADA SAAT INI!!” teriak D tanpa bisa ditahan. 

Dor! 

Dor! 

Dor! 

Suara tembakan beruntun kembali terjadi, membuat si penelepon kembali iseng bertanya. “Waahh kamu sedang main game perang-perangan? Suaranya terdengar sangat nyata,” tanya Darren.

“Katakan padaku, kamu pakai sound system merk apa?” Daniel ikut menimpali.

“Yaakk!! Aku sedang bertugas, bukan sedang bermain!!” maki D pada kedua kakak sepupunya. Disaat ia tengah menghadapi hujan mesiu, bisa-bisanya kedua sepupunya mengatakan ia sedang bermain game perang-perangan. 

“ … “ 

Sunyi, kedua sepupunya tak berani bersuara, Kemudian D mematikan daya ponselnya, agar tak lagi menerima gangguan. 

“Sesekali aku ingin menyeret mereka ke medan perang, agar tahu bagaimana rasanya berada di tengah bahaya.” D kembali menyimpan ponselnya sambil menggerutu kesal. 

“Kapt, are You okay?” 

D menoleh, rupanya R2 menghampirinya. “Ah, syukurlah Kamu selamat, bagaimana para Sandera?” tanya D.

“Mereka selamat, Kapt, hanya seorang saja yang mengalami luka di lengan serta kakinya ketika terlempar beberapa saat yang lalu.” mendengar jawaban tersebut, D bernafas lega. 

“Ayo, kita pindahkan mereka ke tempat aman.” 

Bug! 

Belum sempat mereka bergerak menjauh, bom kembali jatuh tak jauh dari tempat D dan R2 berada.

“Menjauh, Ra!!!” Danesh berteriak keras seraya mendorong tubuh Rara menjauh dari tempatnya berdiri saat ini. Dan … 

Boooom!!! 

Ledakan keras kembali terjadi, membakar semak belukar di sekitar mereka, Danesh dan Rara kembali terlempar beberapa meter dari tempat mereka semula. 

••• 

Beberapa waktu berlalu, dan pagi ini disambut dengan berita tewasnya semua teroris, karena mereka menolak menyerah hingga detik terakhir. 

Walau banyak pasukan terluka parah, namun tak sampai ada yang meninggal, dan mereka patut berbangga karena berhasil menjalankan tugas dari atasan. 

D sendiri kembali bugar usai menerima perawatan, padahal lukanya cukup berat, namun ia bukan tipe prajurit cengeng, menderita luka-luka sudah hal biasa. Tapi tetap Danesh berprinsip, luka sekecil apapun harus diobati, karena rawan terinfeksi. Dan D tak mau itu terjadi. 

Baru saja D merapikan pakaiannya, pintu ruangannya tiba-tiba di ketuk. 

“Kapt, Ada yang ingin menemui Anda.” 

•••

Remang-remang cahaya membuat wajah dia orang itu tersamarkan, jika tidak saling mengenal, tentu siapapun tak akan tahu siapa orang yang tengah dihadapi. 

“Keadaan semakin genting, Mr. X tak bisa lagi kita anggap enteng, karena kepolisian internasional sudah mulai menargetkan untuk menangkap dirinya.”

Sementara sang pemimpin memberi arahan, si penerima mandat, berdiri dengan sikap tegas, dengan kedua tangan terlipat di belakang punggung. 

“Berapa lama kamu bisa menyelesaikan tugas ini? Aku menerjunkan agen terbaikku, karena aku sangat puas dengan kinerjamu selama ini.” 

“Saya juga belum yakin. Tapi jika melihat medan pertempuran, sepertinya waktu 2 bulan masih kurang.”

“Bagaimana jika 6 bulan, tapi pastikan kamu juga membersihkan seluruh antek-anteknya yang tersebar di Jakarta.” 

“Laksanakan!!

#3. Mahasiswa Baru•

#3

Mobil mewah berwarna merah itu, memasuki basement apartemen, tanpa merasa kesulitan, pengemudi mobil tersebut berbelok di tikungan tajam seraya terus menuruni basement yang dikhususkan untuk penghuni apartemen. 

Setibanya di tempat parkir yang disediakan khusus untuk dirinya, laju mobil sedikit melambat, hingga masuk ke sela parkir tanpa kesulitan serta tanpa takut menggores dua buah mobil yang mengapitnya. 

Brak! 

Dengan gerakan lincah, wanita itu turun dari mobilnya, rambutnya masih terurai dengan kacamata hitam yang mempermanis penampilannya. Body semampai yang dibalut dengan celana dan jaket kulit, menambah kesan sexy, ditambah heels 10 cm membuat lenggak-lenggok tubuh wanita itu semakin menggoda. 

Namun jangan pernah berani menggodanya, karena dia bukan tipe wanita yang mudah luluh dengan rayuan pria. 

Dia adalah wanita yang sejak kecil dididik dengan keras layaknya anak laki-laki. Namun karena hal itu juga, ia tak pernah takut menghadapi musuh yang coba menghalangi jalannya. 

Kariernya sebagai agen rahasia sangat cemerlang, ia mahir dalam ilmu bela diri, memiliki kewaspadaan sebagai bentuk perlindungan diri, serta memiliki kemampuan menggunakan senjata api yang tidak bisa di pandang sebelah mata. 

Satu lagi kemampuan terbaiknya adalah skill mengemudi. Jika ia sudah duduk di belakang kemudi, tak ada satupun penjahat yang lolos dari kejarannya. 

Bunyi roda koper berderit mengiringi langkah kakinya, apartemen ini adalah markas rahasia pribadinya selagi ia menjalankan misi. Karena ini jugalah maka apartemen tersebut sudah dilengkapi dengan sistem pengamanan canggih, yang sangat ia butuhkan. 

Wanita itu berjalan menghampiri lemari, ia menekan tombol yang bersembunyi di sudut bawah lemari tersebut. 

Perlahan lemari tersebut terbelah menjadi dua bagian, sesudahnya sebuah pintu penghubung  pun terlihat jelas. 

Klak! 

Tit

Tit

Tit

Tit

Ia menekan tombol kombinasi pintu tersebut, kemudian membukanya perlahan. Sebuah ruangan baru kini terbuka, ruangan tersebut berisi senjata serta semua perlengkapan yang kemungkinan nanti akan digunakan selama misi berjalan. 

•••

Pelataran kampus sudah ramai didatangi para mahasiswa, mobil sport berwarna biru metalic memasuki halaman kampus, pemuda yang mengendarainya melompat turun setelah mobil terparkir dengan benar. 

“Wooi…!” serunya pada sekelompok mahasiswa yang tak lain dan tak bukan, adalah teman-temannya. Pemuda ini bernama Mario, putra seorang walikota. 

“Weeiitss … mobil baru lagi?” cetus Tommy, pemuda ini putra salah satu cindo tajir di Jakarta. 

“Yo'i…” jawab Mario. 

Tommy merangkul pundak Gyn, pemuda yang satu ini selalu ditarik mendekat, karena Tommy membutuhkan otaknya yang cemerlang. 

“Gyn, masih betah aja loe sama manusia modelan Dia?” tanya Mario ketika mereka bertiga melewati lorong kampus menuju kelas. 

Namun Gyn hanya menaikkan ujung kacamatanya sambil tersenyum simpul. “Tuh kan, sebaik itulah sohib gue,” sesumbar Tommy. 

Memang Tommy tak mau memanfaatkan Gyn secara cuma-cuma, sebagai feedback, Tommy tak pernah membiarkan Gyn kesulitan dalam kesehariannya di kampus. 

Bahkan Tommy bersedia membayarkan uang makan Gyn selama sebulan penuh, ketika pemuda itu mengeluh kehabisan uang. 

Perhatian mereka teralih dengan kedatangan seorang gadis cantik, pakaian mini serta rambut bercat warna-warni, membuat ia terlihat modis dan stylish. 

Namun hal itu tak berlangsung lama ketika beberapa mahasiswa berlarian menuju kelas, hal itu sudah biasa, karena dosen paling killer baru saja tiba. Dan jika sang dosen sudah masuk kelas terlebih dahulu, maka bisa dipastikan yang terlambat tak bisa mengikuti kelas hari ini. 

Tak hanya para mahasiswa, namun Tommy, Gyn, dan Mario pun ikut melangkah cepat. 

Seketika kelas riuh, para mahasiswa berebut duduk di tempatnya masing-masing. 

“Eh, siapa Loe? Main duduk aja di kursi kebesaran gue?” tanya Mario pada pria yang kini menempati tempat duduk favoritnya. 

“Oh, punya kamu? Tapi setahuku ini kampus punya umum, Aku juga berhak dong.” 

“Berisik Loe, minggir aja sana, males nih pagi-pagi ribut!! Bu Maria udah datang noh. Bisa di kick kalau ada yang berani ribut di kelasnya.” 

Tanpa ingin banyak bicara, pria itu pun berdiri. “Eh, by the way, Loe mahasiswa baru?”

Pria itu menoleh, “hmm, transfer jurusan.” 

Mario pun mengangguk, “Baek-baek deh Loe di kelas Bu Maria.”

Pria itu hanya mengangguk, kemudian pindah duduk di deretan tengah. 

Dosen bernama bu Maria memasuki kelas, seperti sudah di komando, suasana kelas mendadak senyap, hanya suara nafas yang terdengar. 

Seperti halnya semua dosen pada umumnya, dari penampilannya, bu Maria terlihat seperti wanita berusia 40 tahun keatas, dengan tubuh sedikit berisi. Make up di wajahnya cukup tebal, dengan lipstik merah gelap, kacamata dengan tali yang setia menggantung di lehernya membuat wanita itu terlihat seperti sosok kutu buku sejati. Sepatu datar tanpa heels, rok span longgar berwarna hitam, yang panjangnya hingga ke bawah lutut, sementara untuk atasan, ia pun memakai kemeja merah muda yang dipadu padankan dengan blazer warna maroon. 

Gadis berpakaian mini serta rambut warna-warni dengan cuek memasuki kelas, mulutnya bergerak-gerak karena ia mengunyah permen karet. Seketika kedua mata bu Maria terbelalak, sepanjang 2 bulan mengajar, ini adalah kali pertama ia melihat mahasiswi tersebut. 

“Pagi, Bu.” Gadis itu menyapa. Sementara bu Maria masih membeo tak sanggup berkata-kata. 

“Tunggu,” cegah bu Maria. Gadis itu pun berhenti. 

“Iya, Bu?” 

“Nama?” 

“Jesica.”

“Nama panjang?” 

“Jesica Santoso.”

“Mahasiswi baru?” tanya bu Maria memastikan. 

“Iya, Bu. Pindahan dari Singapura.”

Bu Maria mengangguk, kemudian meletakkan daftar nama mahasiswa yang ada di tangannya. “Hari ini, Ibu maafkan, karena kamu masih baru, tapi besok, jika kamu masuk kelas setelah Ibu. Maka kamu dianggap alfa.” 

Jesica mengangguk sambil berkata, “baiklah.” Kemudian gadis itu berbalik. 

“Ibu belum selesai,” ujar bu Maria Dingin. 

‘Duuh berisik amat, nih orang’, Jesica membatin. 

“Besok pagi, penampilan kamu harus rapi, gunakan pakaian yang sopan, Dan … “ Bu Maria menunjuk mulut Jesica yang masih sibuk mengunyah permen karet. “itu.”

Jesica buru-buru mengeluarkan permen karet dari mulutnya, kemudian membungkusnya dengan selembar tissue. “Sudah boleh duduk, Bu?” 

“Silahkan.” 

Jesica mengedarkan pandangan, ia melihat ada satu kursi kosong di deretan bangku tengah, kemudian ia menghampiri kursi tersebut, dan mendudukinya. 

Melihat hal itu, Mario berdecak kesal, seharusnya ia tak meminta si anak baru itu pindah, sekarang jadi dia yang duduk berdekatan dengan si sexy jesica. 

Tommy mengangkat tangan sebelum berbicara, “Bu …”

“Iya, Tom?” sahut Bu Maria.

“Ada satu, anak baru lagi.” 

Bu Maria mengedarkan pandangannya, kedua mata tajamnya mengamati satu persatu wajah mahasiswanya. Kemudian ia membuka tablet, dan benar saja ia menemukan dua nama baru masuk dalam daftar. “Nama?” tanya bu Maria tanpa basa-basi, sekaligus memastikan, apakah namanya sama dengan daftar yang baru saja masuk ke emailnya.

“Danesh, Bu. Nama lengkap Danesh Alexander.” 

“Baik, usai kelas nanti, kamu dan Jesica ke ruangan Ibu.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!