NovelToon NovelToon

SIJJIN : BLOOD OF CURSED

CHAPTER 01 - DIMENSI YANG TERTUTUP

Manusia normal hidup berada dimensi yang rendah jika ada yang bisa masuk ke dimensi yang tinggi maka dia bukan Manusia biasa.

Dia bernama Retto manusia yang berada dari Dimensi yang ada di tahap 3 dimensi yang sekarang manusia normal hidup , mencoba untuk pergi ke dimensi yang lebih tinggi dia benar benar tidak bisa mengontrol dirinya saat berada disana itu benar benar menyakitkan baginya tapi karena dia adalah anggota pelindung dimensi sudah kewajibannya menelusuri beberapa Dimensi yang lebih tinggi maupun rendah, berada di Dimensi tahap 5 dia menulusuri sebuah daratan berpasir yang panasnya sangat luar biasa menyengat seperti di gurun Sahara tapi 5x lebih mengerikan, dia menemukan sebuah kuil yang hampir terkubur oleh pasir membuatnya penasaran dan masuk dengan waspada matanya melihat kearah langit langit kuil melihat keadaan yang membuatnya penasaran dengan apa yang ada di dalamnya.

Suasana yang mencekam di barengin dengan suara langkah kaki yang membuat tempat itu benar benar sunyi tidak ada kehidupan selain Retto saja, sesekali suara dari alat Komunikasinya berbunyi seperti ingin berbicara pada Retto langkah demi langkah dan ruangan demi ruangan di kuil itu di selidiki sampai dia ke tempat yang membuatnya terpaku sebuah ruangan cukup luas lantai di lemurin dengan Darah yang aneh sebuah tabung berisi mahluk entah apa itu. Mencoba masuk secara perlahan langkah kakinya menginjak darah darah yang ada disana alat Komunikasi kembali berbunyi suara seseorang masuk dari alat itu.

"Retto? , masuk hallo... Sebaiknya kamu pergi dari sana sekarang, kau terlalu dalam di tempat itu"  suara yang terputus putus dari alat itu meminta Retto pergi dari sana. Suasana seketika berubah menjadi sangat mencekam, kuil itu bergoyang seisi ruangan seperti ingin runtuh. Makhluk yang ada di dalam tabung itu seketika menggoyangkan jarinya matanya berwarna merah terbuka lebar tabung itu pecah. Mahluk itu bangkit yang melangkah maju hawa benar benar tertekan Retto segera bersiap untuk bertarung dengan mahluk itu mencabut pedang yang terbungkus.

"Siapa kau? aku melihatmu cukup terkejut, kenapa kau berada disini? Apa kau disuruh?"  Suara yang berat dan mendengung di seluruh ruangan mahluk itu menatap Retto dengan nafsu membunuh yang tinggi pertanyaan yang membuat Retto tidak bisa menjawab

DUAAARRRR!!!! 

dari arah luar kuil sebuah ledakkan muncul di barengin dengan Retto dan Mahluk itu mereka bertarung dengan kecepatan tinggi hingga tidak terlihat dengan jelas bentuk mereka hanya cahaya yang terlihat, pedang Retto terus menyentuh tubuh Mahluk itu tapi Regenerasinya sangat cepat yang membuat serangan Retto sia sia

Pertarungan mereka sangat dasyat hingga membuat beberapa dataran hancur dan Gunung gunung bebantuan hancur karena pertarungan itu. Mahluk itu terus mengejar Retto membuntutinya dari belakang mahluk itu ingin menyerang dengan menjulurkan tangannya ke depan Retto lalu seperti mengucapkan sesuatu muncul sebuah KOTAK HITAM RAKSASA dari atas Retto dengan cepat terjatuh didepannya tidak hanya satu melainkan ada banyak kotak kotak itu berjatuhan.

"apaa apaan ini kotak kotak ini aku tidak bisa mengendalikan Auraku dengan jelas" Gumam Retto berbicara mengenai Kekuatan mahluk itu.

Mau tidak mau Retto kembali menyerang mahluk itu secara manual pertarungan jarak dekat terjadi, mahluk itu juga menyerang Retto tubuh kurus dari mahluk itu membuat pergerakannya sangat lincah dan cepat bahkan Retto sesekali terkena serangannya. Ia mencoba keluar dari Kotak kotak itu dengan cara membuka gerbang dimensi tapi sayangnya dia tidak bisa karena aliran auranya terganggu entah apa yang membuatnya begitu tapi kemungkinan karena kotak kotak hitam yang mahluk itu keluarkan.

"Aliran Aura ku terganggu karena kotak kotak ini, bahkan menggunakan fortal saja tidak bisa" Pikir Retto.

Dia berlari ke area tidak ada kotak hitam tersebut pergi menjauh mahluk itu juga mengikuti Retto membawanya pergi dari area kotak kotak itu.

"JANGAN LARI KAAUUUU!!!!!" Dengan suara yang mendengung dan keras sampai sampai mengguncang tanah karenanya. Setelah keluar dari tempat itu Retto tanpa jeda langsung menyerang kembali mahluk itu

"SKILL MERAH : PERMAINAN ANAK ANAK PERTAMA" Menancapkan pedangnya ketanah membuat pasir yang di pijak menjadi bewarna merah.

"DIAM JANGAN BERGERAK" Seketika keluar duri duri besar dari tanah dan menusuk mahluk itu dari berbagai arah.

"AGGHH" Darah keluar dari tubuh mahluk itu , duri itu saat menancap di tubuhnya membuat cabang dari dalam sebuah duri duri kecil dari yang membuatnya tidak bisa beregenerasi dengan maximal.

"Jujur aku tidak bisa mengalahkan mu, SIJJIN kah?" Retto.

"KAU MAHLUK RENDAHAN TIDAK AKAN BISA MELAKUKAN APAPUN SELAIN INI" Mahluk itu berusaha untuk kabur memaksa keluar dari jeratan Duri duri itu darahnya becucuran kemana mana. Retto tanpa pikir panjang langsung kembali bertindak dengan menyegelnya.

"SKILL SEGEL : CANDI ABADI" Sebuah area disekitar keluar seperti kuil kuil dari bawah tanah, Mahluk itu terhempit oleh bebatuan yang berbentuk seperti candi.

"SAMPAI WAKTUNYA TIBA KETURUNAN KU AKAN MENERUSKAN TEKAD KU, INGAT ITU MANUSIAAAAAA" Teriak dari dalam candi itu, Retto kemudian mengubur mahluk itu kedalam tanah.

"Keturunan mu akan aku buru" Ujar Retto , kemudian kembali terdengar suara dari alat komunikasi.

"Retto apa kau baik baik saja??"  Tanya seseorang dari alat itu.

"Yaa tenang saja aku aman, aku akan segera kembali" Retto yang kelelahan menghadapi Mahluk itu terduduk karena kehabisan banyak energi.

"Baiklah aku akan menjemputmu saja"  Tutup orang itu, sebuah portal besarnya silver terlihat dari belakang Retto.

----

Dari dimensi tertinggi kita kembali ke dimensi asal Manusia, sebuah perkampungan yang ramai aktivitas orang orang seperti di pasar dari kejauhan terlihat dua anak perempuan sedang berjalan membawa sayur. Mereka ingin menjual sayur sayur yang mereka bawa dari kebun mereka.

"Maaf yaa Fika aku gak bisa jual sayur mu lagi itu aja masih banyak dan sudah layu semua keknya gak laku ehh" Sambil menunjuk ke arah sayur sayur yang layu.

"Lah kok bisa perasaan masih segar segar aja ini sawi" Kaget Fika yang melihat sayurnya.

"Yaa aku juga bingung gak laku soalnya"

"Bagaimana liv" Fika yang bertanya kepada Adiknya Olivia.

"Cari tempat lain deh" Jawab Olivia.

"Okeelah, Makasih yaa Paman" Fika dan Olivia pamit untuk pergi ke tempat lain. Berkeliling ke seluruh sudut pasar tidak ada satupun orang yang mau menjual kembali sayuran milik Fika dan Olivia.

"HUUFFFTT, capek juga keliling" Fika.

"Apa kita kembali aja yaa kak kerumah" Tanya Olivia.

"Tapi masa kita gak bawa uang, gak makan dong kita" Jawab Fika.

"Yaa juga sih" Singkat Olivia.

"Okee lah sekali lagi yok ada beberapa pedagang belum kita datangin" Fika belum menyerah dia terus mencari ke kios kios sayuran agar bawaan mereka bisa mendapatkan duit. Hari sudah makin siang matahari tepat berada di atas mereka tapi tidak ada tanda tanda sesuatu.

"Keknya kita aja yang makan semua sayur ini Olivia" Fika menyerah karena dia sudah sangat lelah.

"Yaa udah sih kak mau gak mau kan" Olivia menarik nafas dan berbicara seolah olah dia menerima keadaan sekarang.

Fika berdiri dan merenggangkan badannya, melemparkan jari jari ke arah matahari hingga menutupi pandangannya.

----

APA YANG INGIN FIKA LAKUKAN?!! 

CHAPTER 02 - PERTANDA DI ATAS BUKIT

Sore itu, angin sejuk berhembus lembut di atas bukit tempat Fika, Olivia, dan nenek mereka berkumpul. Bukit itu adalah tempat favorit keluarga kecil mereka sebuah tempat di mana mereka bisa menikmati ketenangan jauh dari hiruk pikuk desa. Fika berjalan terburu-buru, memanggul sebuah keranjang kecil di bahunya yang berisikan kayu bakar dan beberapa buah dia bawa.

"Nenek, Olivia, maaf! Aku ketiduran," serunya, setengah terengah-engah.

Olivia, adiknya yang masih remaja, berdiri sambil berkacak pinggang, senyumnya mengembang lebar. "Kak, kayaknya ngantuk banget, ya? Sampai telat datang."

Fika tertawa kecil, meletakkan keranjang di dekat nenek mereka. "Enggak, cuacanya aja yang bikin santai banget. di padang bunga itu memang enak banget tempatnya aku kalau bisa tidur disana itu sudah nyaman"

Nenek mereka hanya tersenyum lembut, wajahnya dipenuhi garis-garis halus yang menceritakan usianya. "Hehe... memang ya, tempat ini selalu jadi favorit kita. Anginnya sejuk sekali."

"Iya, Nek," jawab Fika sambil memandang ke langit. "Anginnya enak banget, tapi mataharinya juga nusuk banget."

Olivia mendengus kecil. "Makanya suka banget jemur-jemur di sini, tapi jangan tiap hari juga kulit kaka sampai gosong itu lama kelamaan" katanya sambil membantu Fika mengeluarkan barang-barang dari keranjang.

Nenek menepuk bahu Fika pelan, matanya penuh kasih sayang. "Sudah, Fika. Siapkan makanan. Tapi sepertinya kamu harus ke pasar dulu untuk belanja. Ada yang kurang."

Fika mengangguk cepat. "Siap, Nek."

"Nah Olivia, kamu bantu siapkan yang lainnya, ya."

"Okay, Nek," jawab Olivia sambil bergegas membantu.

Fika pergi ke pasar untuk membeli beberapa bahan bahan makanan buat makan malam mereka. saat menjelang sore Matahari mulai tenggelam di balik bukit, menciptakan gradasi warna jingga dan merah di langit. Daun-daun berguguran, terbawa angin yang mulai bertiup lebih kencang dari biasanya. Suasana yang semula damai perlahan berubah menjadi ganjil. perasaan Fika yang awalnya damai seketika berubah menjadi kepanikan seketika dengan membawa belanjaan yang terasa berat hawa di perjalanan menjadi sangat berat

Fika berhenti sejenak, memandangi langit. Telinganya berdenging, seperti ada suara kecil yang mulai berbisik di dalam kepalanya. Ia memegang telinganya dengan gemetar.

"Apa ini...?" bisiknya, merasa jantungnya berdegup semakin cepat.

Tiba-tiba, sebuah suara berat dan asing terdengar di pikirannya, bukan suara manusia, melainkan sesuatu yang terdengar jauh lebih dalam dan menyeramkan.

"ADA YANG DATANG. PERGI KE RUMAHMU, FIKA."

Fika tersentak, matanya membelalak. "Siapa yang bicara?!" serunya, namun suara itu tidak menjawab.

Dengan perasaan panik yang tidak bisa ia jelaskan, Fika menuju rumahnya. Kakinya terasa berat, seolah sesuatu sedang menariknya mundur, namun ia terus memaksa dirinya untuk bergerak. dada terasa sangat sakit seperti ada yang menekan

Sesampainya di depan rumah, Fika berhenti, tubuhnya gemetar hebat. Ia melihat pintu rumahnya sedikit terbuka, dan suara bisikan itu kembali terdengar di pikirannya.

"MASUK! LINDUNGI MEREKA! JANGAN BIARKAN MAKHLUK ITU KELUAR!"

Fika menggeleng keras, mencoba mengusir suara itu. "Apa ini? Siapa yang ngomong?! Apa yang terjadi?!"

Namun sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, sebuah ledakan besar mengguncang rumahnya. Dinding-dinding kayu rumah mereka hancur berkeping-keping, pecahan kayu beterbangan ke segala arah. Fika terdorong ke belakang, jatuh ke tanah dengan keras.

"OLIVIA! NEK!!!" Fika berteriak sekuat tenaga, suaranya bergetar penuh ketakutan.

Dari dalam rumah yang kini porak-poranda, Olivia terlempar keluar. Tubuhnya jatuh berguling di tanah, dan ia tidak sadarkan diri. Wajahnya pucat, dan napasnya tersengal-sengal seperti sedang tertahan oleh sesuatu yang tak terlihat.

"Olivia!" Fika merangkak menuju adiknya, mencoba membangunkannya. "Bangun, Liv! Jangan gini, bangun, please" , "nenek!? dimana nenek " Fika berteriak memanggil neneknya

Namun, sebelum ia ingin pergi kerumahnya yang hancur, sebuah tangan raksasa keluar dari sisa-sisa rumah mereka yang hancur. Tangan itu hitam legam, dengan urat-urat bercahaya merah menyala, menjalar seperti bara api. Udara di sekitar rumah mereka tiba-tiba menjadi panas dan pengap.

Fika membeku. Tubuhnya kaku, tak bisa bergerak. Mata besarnya hanya bisa menatap dengan kengerian saat sosok itu mulai muncul sepenuhnya dari balik reruntuhan. Sebuah kepala besar dengan dua mata merah menyala muncul dari kegelapan. Mulutnya dipenuhi gigi tajam, dan ia mengeluarkan suara geraman rendah yang menggema, membuat seluruh desa terasa sunyi. tekanan yang luar biasa dari mahluk raksasa itu membuat Fika merinding hebat, seluruh warga desa melihat mahluk itu dari jauh dengan kengerianya salah satu dari warga melihat sosok itu berbeda beda ada yang melihatnya seperti kelinci raksasa, ada juga yang melihatnya seperti kucing bahkan ada yang melihatnya seperti mahluk tidak jelas bentuknya

Makhluk itu menatap Fika dengan tatapan yang menusuk, lalu mengucapkan satu kata, dengan suara yang berat dan memekakkan telinga.

"SIJJIN."

Nama itu bergema di udara, membuat Fika merasa semakin tenggelam dalam rasa takut. Dadanya sesak, dan kakinya terasa seolah tertancap di tanah.

Makhluk itu, bernama Sijjin, berdiri dengan tubuh masif yang menutupi langit sore yang seharusnya damai. Angin berhembus kencang, membawa daun-daun yang kini beterbangan tak tentu arah.

Fika hanya bisa berbisik, nyaris tak terdengar di tengah deru angin dan suara geraman Sijjin. "Apa... apa ini...? makhluk apa ini bagaimana dia bisa disini apa yang sedang terjadi "

SIJJIN MAHLUK TAK MEMILIKI BENTUK BANGKIT

CHAPTER 03 - TERROR DI KOTA

Fika hanya bisa terdiam, tubuhnya masih gemetar ketika makhluk itu Sijjin berdiri menjulang di hadapannya. Matanya merah menyala, penuh dengan aura ancaman. Namun, alih-alih menyerangnya, makhluk itu perlahan berbalik, melangkah pergi dengan langkah berat yang mengguncang tanah di bawahnya.

Fika masih terpaku, napasnya terputus-putus. Ia mencoba memahami apa yang baru saja terjadi, namun pikirannya terlalu kacau. Suara kecil di benaknya terus bergema, mengingatkan bahwa ini bukan hal biasa.

“Olivia...” Fika akhirnya tersadar dan berlari ke arah adiknya yang tergeletak di tanah.

“Olivia! Bangun! Olivia!” teriaknya panik sambil mengguncang tubuh adiknya. Olivia tidak merespons. Matanya tertutup, dan napasnya terdengar lemah.

Fika mendekatkan telinganya ke dada Olivia, memastikan detak jantungnya masih ada. “Gawat... keadaannya parah...” Fika berbisik, air mata mulai mengalir di pipinya.

Sementara itu, langkah kaki Sijjin menggema semakin jauh, menuju pusat kota. Di mana pun ia melangkah, kehancuran mengikuti.

Di Pusat Kota

Langit sore berubah kelam. Asap hitam membubung ke udara, menutupi sisa-sisa cahaya matahari. Di tengah kota, orang-orang berlarian, mencoba menyelamatkan diri dari amukan Sijjin. Makhluk raksasa itu melangkah perlahan, namun setiap langkahnya menghancurkan jalanan dan bangunan di sekitarnya.

Dari arah barat, sekelompok pasukan tiba. Mereka adalah Tim Pertahanan Kota, sebuah kelompok elit yang dipimpin oleh wanita tangguh bernama Shoryuu. Rambut hitam panjangnya diikat rapi, dan matanya memancarkan ketegasan.

Shoryuu berdiri di atas puing-puing, menatap sosok besar yang ada di depannya. "Makhluk ini... dari mana dia berasal?" gumamnya dengan suara rendah, namun penuh rasa ingin tahu.

Di sebelahnya, seorang pria bernama Dika ahli dalam kendali elemen bumi memandang dengan tatapan khawatir. “Apa yang terjadi? Bagaimana dia bisa keluar?” tanyanya.

“Entahlah,” jawab Shoryuu, tetap fokus menilai situasi. “Tapi ini jelas pekerjaan baru untuk kita.” Ia berbalik, menatap anggota timnya yang lain. “Dengar semua! Jangan biarkan dia menyentuh warga. Kita harus menghentikannya di sini dan sekarang!”

"kalian dengar! siapkan segel untuk mahluk besar ini" Dika teriak dengan tekad kuat

“Siap!” jawab mereka serempak.

Dika melangkah maju, menggenggam tanah dengan kedua tangannya. Aura biru mulai mengelilingi tubuhnya. “SKILL ELEMENTAL TANAH: Pilar Tanah!” serunya.

Tanah di bawahnya berguncang, dan empat pilar raksasa muncul dari dalam bumi. Pilar-pilar itu menjulang tinggi, menciptakan barikade yang mengelilingi Sijjin. Di atas salah satu pilar, empat anggota tim berdiri, masing-masing bersiap dengan skill mereka, dengan kekuatan penuh mereka melancarkan beberapa serang dari masing masing element yang berbeda cahaya untuk melumpuhkan mahluk itu air untuk membuat sekelilingnya basah dan angin untuk mengkombinasikan dengan air agak membeku agar pergerakan sijjin terhenti walaupun hanya sementara

“Segel dia sekarang!” perintah Shoryuu dengan tegas.

Anggota tim serentak mengangkat tangan mereka, aura bercahaya menyelimuti tubuh mereka.

“SKILL SEGEL: LUBANG LAVA!” seru salah satu dari mereka.

Permukaan tanah di bawah Sijjin mulai terbuka, memperlihatkan magma panas yang mendidih di bawahnya. Lubang itu perlahan meluas, berusaha menjebak makhluk itu. Namun, Sijjin hanya berdiri diam, tidak menunjukkan rasa takut atau terganggu. sesampainya didasar lahar yang panas alih alih berhenti bergerak sijjin masih bisa melancarkan serangan kepada mereka, Tiba-tiba makhluk itu membuka mulutnya. Dari dalamnya, cairan hitam kental melesat cepat seperti peluru. Serangan itu terlalu mendadak, mengenai salah satu anggota tim yang berada di atas pilar.

“Arghhh!” teriaknya, tubuhnya terlempar ke belakang.

Cairan hitam itu tidak berhenti di situ. Ia mengenai anggota tim lainnya, membuat mereka jatuh satu per satu.

Shoryuu menggeram pelan, tangannya mengepal erat. “Sial! Serangan itu terlalu cepat!”

Namun, segel mereka mulai menunjukkan hasil. Tubuh Sijjin perlahan tertahan, meskipun ia masih berusaha melawan dengan seluruh kekuatannya.

“Satu serangan kejutan seharusnya cukup untuk membuatnya diam,” gumam Shoryuu, matanya tajam menatap makhluk itu. Tapi ia tahu, makhluk ini jauh lebih besar dari ancaman yang pernah mereka hadapi sebelumnya.

Ketika ia menatap Sijjin lebih dalam, sesuatu yang aneh terjadi. pasukannya melihat sijjin itu seperti mahluk raksasa yang sangat besar tapi dia hanya melihat sijjin tidak sebesar yang ia kira

Makhluk itu tidak terlihat sama lagi. Sosoknya berubah-ubah, seperti bayangan yang berlapis. Setiap orang yang menatapnya akan melihat sesuatu yang berbeda, sesuatu yang paling mereka takuti.

“Makhluk ini... dia terlihat berbeda...” bisik Shoryuu, suaranya hampir tenggelam di antara jeritan dan ledakan di sekitarnya.

"komandan Shooryu, untuk saat ini kita tidak bisa menyegelnya anggota kita terkena serangan makhluk ini jadi apa yang harus kita lakukan", tanya Dika yang sedikit panik karna monster ini sangat sulit di jinakkan , " aku berencana menghajarnya dengan satu serangan tapi untuk saat ini aku masih ingin menganalisa mahluk ini" ujar Shooryu yang sangat ragu dengan situasi saat ini, monster itu terus memberontak dengan sekuat tenaga sampai sampai segel yang di buat oleh pasukan Shooryu itu hampir rusak karenanya.

"apa boleh buat", Ujar Dika yang ingin melawan sijjin, " komandan kumpulkan beberapa aura yang komandan bisa aku akan mencoba untuk menyerangnya " Ujar Dika, "Dika!" Shooryu yang terkejut dengan perkataan Dika, " serahkan pada ku", Dika bersiap menyerang "sini kau Monster sialan" Ujar Dika yang mengepalkan tangannya

"SKILL ELEMENTEL TANAH : JERATAN BATU TAJAM

semua tanah yang si sekitar Sijjin kemudian menusuk semua badan Sijjin hingga tidak bisa bergerak Dika kemudian menyerang Sijjin dari jarak dekat kemudian ia mencoba menusuk mata Sijjin, tapi Sijjin dengan cepat membuka mulutnya lalu mengeluarkan cairan hitam yang sangat cepat, Dika mencoba menghindar tapi cairan itu mengenai lengannya hingga terluka "Siaal!!! itu terlalu cepat" pikirnya, Sijjin berusaha menggerakan tangannya yang ingin menghajar Dika , Tapi dengan cepat Dika langsung mengaktifkan Skill nya yang lain "SKILL ELEMENTEL TANAH : NAGA TANAH" Ujarnya yang sambil menjulurkan tangannya ke samping hingga sosok naga keluar dari tanah, Naga itu terbuat dari batu yang dibuat oleh Dika kemudian naga itu melilit leher Sijjin, sampai Sijjin bergeram sangat kuat Dika berada di atas kepala Naga itu dengan cepat dia kembali mengaktifkan Skillnya kembali "SKILL ELEMENTEL TANAH : BATU PENGERAS" membuat batu di sekitarnya mengeras hingga mematikan pergerakan Sijjin, Dari atas lubang Shooryu melihat Dika bertarung sendirian membuat dia geram karna jika ingin mengeluarkan kekuatannya dia harus mengumpulkan beberapa aura hingga bisa menyerang, "maafkan aku Dika , tunggu sebentar aku akan datang " ujar Shooryu yang kesal sambil mengkerutkan dahinya

Namun, ia tidak punya waktu untuk berpikir lebih jauh. Sijjin menggeram keras, suaranya bergema ke seluruh kota. Aura hitam menyelimuti tubuhnya, menandakan bahwa pertempuran ini masih jauh dari kata selesai.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!