NovelToon NovelToon

MENJADI PELAYAN PANGERAN IBLIS JAHAT

PROLOG

Memiliki banyak uang adalah keinginan semua orang. Tidak sedikit dari mereka yang bekerja mati-matian hanya untuk kertas itu.

CTACK! CTACK! CTACK!

Suara keyboard komputer memenuhi ruangan 6M×10M itu. Semuanya adalah pekerja. Entah itu laki-laki atau perempuan. Semuanya sama. Kantung mata yang menghitam terlihat jelas di mata semua orang di ruangan itu. Tidak terkecuali, perempuan yang duduk di meja nomor 5 urutan terdepan itu. Dia hanya bisa menggigit kuku jari saat melihat drive yang akan dia kirimkan gagal terus-menerus.

"ARRRGGGGHHHHH!" Perempuan berambut hitam panjang itu memegang kedua sisi komputernya yang terus berputar-putar.

"Yang sabar~" Ucap rekan kerjanya yang melewatinya.

Perempuan itu, tampak sudah menyerah. Dia menghela napas panjang dan bangkit sejenak untuk mengambil secangkir kopi di mesin pembuat kopi tak jauh dari pintu.

"Jaringannya lambat sekali...." Ucap Perempuan berambut panjang itu, sambat pada rekan kerjanya yang tengah menyeduh teh.

Perempuan yang tengah menyeduh teh itu terkekeh. "Begitulah, aku sudah laporan berulang kali, tidak pernah ada tindakan. Jadi, malas buat laporan lagi" Ucapnya sambil mengaduk teh di dalam cup kertas miliknya.

Pekerja berambut panjang itu menghela napas panjang sekali lagi. "Aku pengen pulang.... Tapi, kerjaanku masih banyak. Bau-bau bakal lembur...." Sambatnya.

Rekan kerjanya yang tengah mengaduk teh itu, menepuk bahunya sambil memberikan senyuman lebar dan berkata, "Fighting Laura! Entar malem, tuh novel update lagi. Ah, tidak sabarnya bagian hot-hotnya" Dari mata Pekerja itu, keluar sinar yang menyilaukan mata.

Laura adalah nama Pekerja wanita berambut panjang yang harus lembur malam ini. Wajah lesu dari Laura menghilang dengan cepat. "Ah, benar juga. Kapan aku bisa pulang untuk membacanya?"

Mereka berdua mengobrolkan novel digital Dewasa 18+ yang memanas tahun ini. Novel itu, adalah Novel Fantasi, aksi, Dewasa. Karya dari Author yang menamai dirinya sebagai Anonymous. Karya itu, menceritakan seorang Saint yang ditakdirkan untuk menikah dengan Pangeran Iblis yang jahat dan haus akan kekuasaan. Demi melindungi Kerajaan Saint berasal, gadis Saint itu mengorbankan dirinya dan merasakan semua kekejaman Pangeran Iblis. Hingga episode yang mereka bicarakan sampai dimana Sang Saint bertemu dengan Male Lead (ML). Ml berniat menyelamatkan Saint, namun Ml harus melihat Pangeran Iblis itu, menyetubuhi Saint tanpa hati.

Ya, mereka berdua berharap ada bagian dimana sang Saint ditolong dan Pangeran segera dibunuh oleh ML.

Sayangnya, itu hanyalah keinginan kecil dari Laura untuk membaca kelanjutan Novel karya Author Anonymous, yang berjudul 'THE SAINT' itu.

Pukul 22.00 semua karyawan di kantor itu sudah pulang. Laura masih melembur, mengerjakan resume tugasnya yang belum usai. Ponsel Laura terus berbunyi karena peringatan bencana dari Badai di sertai petir itu. Laura masih fokus dengan komputernya, hingga nada notifikasi update-an Novel The Saint itu membuat pandangan mata Laura teralihkan.

[Episode 201, THE SAINT. Ketuk untuk membaca]

"Huegege, akhirnya kamu update, baby..." Karena Laura yang penasaran dengan kelanjutan chapter minggu lalu, dia segera mengambil ponselnya. Mulai membaca chapter itu perlahan. Sayangnya, tangan Laura yang tak bisa diam menyentuh kabel terbuka dari komputer miliknya.

Hingga- "JBRETTT!!!" Tubuh Laura tersetrum."BRUK!" Tubuhnya melesat ke belakang. Entah apa yang dia rasakan, semua pandangan Laura menjadi gelap. Sejenak, Laura sadar fikirannya.

"Ah, tubuhku ringan sekali. Apa aku mati hanya karena sengatan listrik? Tidak.... Aku bahkan belum pernah tau rasanya memiliki kekasih"-

"BYURRRRR!!!" Guyuran air membangunkan Laura dari lelapnya.

Laura membuka mata hijaunya lebar-lebar melihat ke sisi kanannya, tepat pada wanita yang menyiraminya air. "Dasar pemalas! Apa liat-liat?!" Seorang wanita dengan pakaian hitam putih layaknya Pelayan ada di hadapan Laura.

Laura bengong sejenak. Melihat dinding asing ruangan itu yang terbuat dari kayu. Dia kembali melihat ke arah wanita dengan pakaian Pelayan itu. Gaya rambut yang digulung, sungguh terlihat kuno.

"EDITH!" Sekali lagi, wanita dengan seragam Pelayan itu berteriak. Laura sedikit tersentak. "Bruk!" Wanita itu, melemparkan sesuatu ke arah Laura. Laura menatap pakaian hitam putih yang sama dengan Pelayan itu.

"Cepat bersiap! Dasar tolol!" Wanita itu pergi dari kamarnya.

Laura terdiam, mencerna apa yang barusan terjadi. "Siapa yang dia katai tol-" Laura melirik ke sisi kirinya. Cermin itu memantulkan wajah yang berbeda darinya. Wajah seorang perempuan dewasa muda dengan rambut sebahu berwarna merah muda sedikit keunguan, dan mata dengan iris hijau.

"HUAAAAAA!!!!" Laura berteriak menyadari dirinya berada di tubuh orang lain.

"BRAK!!!!" Pelayan sebelumnya kembali dan mendobrak pintu kamar Laura dengan keras. "APA YANG TERJADI?!"

Pelayan itu melihat Laura yang jatuh di lantai. Laura menatap Pelayan perempuan itu. "Aku siapa?" Tanya Laura kepada Pelayan itu.

"Hah?!"

Singkat cerita, Laura diseret oleh Pelayan itu untuk cepat membersihkan dirinya karena Tuan Muda telah kembali dari tugas akhirnya. Dan kini, Laura mengetahui namanya saat ini adalah Edith. Dia adalah Pelayan utusan dari Ratu (Ibu Tuan Muda).

"Aku bahkan tidak tau aku ini ada dimana. Dan kenapa aku harus berurusan seperti ini?" Edith menatap pintu besar dihadapannya. Dia dipanggil oleh Ratu sebelum Tuan Muda datang.

Pintu besar itu terbuka. Edith masuk perlahan ke dalam. Aroma wangi dan manis di ruang itu tercium. Seorang Wanita berambut merah terlihat duduk di sofa. Di tangan kanannya, terlihat sedang memegang cangkir keramik mungil. Mata Edith, takjub dengan kecantikan sosok itu. Sungguh, Edith merasa tak asing melihat wajah itu. Seolah, dia pernah melihat wajah itu di kehidupan sebelumnya.

"Uh! Se...Selamat Pagi Yang Mulia" Edith segera menyadarkan dirinya dan menundukkan pandangan.

Wanita berambut merah dan iris merahnya itu, menunjukkan senyuman tipisnya. "Mendekatlah, Edith" Ucapnya.

Tanpa ada keraguan dan ketakutan, Edith maju sesuai ucapan Wanita berambut merah itu. Wanita itu, tiba-tiba mengulurkan kantung merah kepada Edith. "Pastikan kau menaburkan bubuk itu di setiap makanan milik Ash" Edith menerima kantung merah itu.

"Ash? Namanya tidak asing"

Edith menatap kantung merah itu, kemudian melihat ke arah wanita berambut merah itu. "Maaf Yang Mulia, ini bubuk apa?" Tanya Edith dengan nada yang sopan.

Wanita berambut merah itu tersenyum. "Obat penghambat gairah. Pastikan Ash mengonsumsinya setiap hari"

Edith seakan berada di dunia yang berbeda. Dia merasa semuanya seakan berputar-putar. "Penghambat gairah? Apa ada hal lain yang lebih tidak masuk akal dari ini?" Edith menunjukkan senyumannya pada Ratu itu.

"Baik Yang Mulia. Saya pamit undur diri" Edith sungguh cepat-cepat keluar dari ruangan itu. Dia merasa tak masuk akal dengan segala hal. Hingga dia menyadari alasan tak masuk akal itu karena....

Edith melihat seorang Pemuda yang mengenakan pakaian layaknya seorang Bangsawan. Rambutnya yang hitam legam, matanya dengan iris merah. Itu adalah wajah yang diilustrasikan dalam novel THE SAINT. Edith buru-buru bersembunyi.

Jantungnya berdebar kencang. "Pangeran mesuman?" Lirih Edith.

APA DIA MENYUKAIKU?

Sosok Pria berambut hitam legam dengan kedua irisnya yang merah berjalan di koridor dengan napas yang terengah-engah. Pria itu, terlihat seperti berusia 22 tahun. Dia memegang dadanya dan meremas pakaiannya saat berjalan.

Edith, bersembunyi di belakang vas bunga yang berukuran 1 meter dengan diameter terlebar 50 cm. Dia mengenal wajah itu. Wajah tampan yang menjadi berita hangat di kantornya.

Ash Caluis Benerick Pangeran terkutuk karena memiliki jiwa Iblis mesum di dalam tubuhnya. Selain mesum, Iblis itu juga jahat. Hampir seperti kepribadian ganda. Tapi, jiwa itu nantinya yang akan menguasai tubuh Ash sepenuhnya. Dan dia butuh Saint untuk membantunya menghambat jiwa Iblis itu menguasai dirinya. Sayangnya, Saint terlambat sehari. Dan Saint menikah paksa dengan Iblis di tubuh itu.

Edith menggigit kuku jarinya membayangkan nasibnya. "Aku harus cepat keluar dari sini..." Lirih Edith tidak ingin menjadi salah satu pengikut Iblis di dalam tubuh Ash.

Edith mengingat, di chapter ke 54 saat Ash menikah dengan Saint, seluruh Pelayan di Mansion Ibunya dibunuh olehnya. Bukan hanya Pelayan, Ibunya juga menjadi korban amukan Iblis itu. Ditambah, Edith sadar jika,...."Ini bukan obat penghambat gairah. Tapi, ini sihir dalam bentuk bubuk untuk mengunci Iblis itu agar tidak keluar..." Edith terus bergumam sambil berjongkok di belakang vas besar itu.

Edith, tidak menyadari sosok Pangeran Ash yang memenuhi otaknya saat ini, melihat ke arahnya dan sudah berdiri di sebelahnya. Suara sesak dari napas Ash-lah yang menyadarkan Edith dari ribuan gumamannya.

"HUAH!!!!" Edith berteriak karena terkejut dan tidak sengaja menabrak vas besar itu.

Ash dengan sigap, menangkap Vas itu sebelum benar-benar terjatuh di lantai marmer. Disini, Edith terpesona melihat wajah Ash yang sama dengan ilustrasi di novel. Dimana, dia digambarkan sebagai pria muda yang memiliki postur wajah tirus dengan garis rahang yang tegas. Alisnya tebal namun rapi, bulu matanya yang lentik, bahkan hidungnya yang mancung layaknya orang Eropa.

"Tampan sekali" Bibir Edith mengucapkannya tanpa sadar.

Ash mendengar ucapan itu. Dia memasang wajah kesalnya. "Apa yang kau katakan?" GROOOO. Layaknya aura mendominasi keluar dari sekitar Ash. Edith kembali sadar dan dia langsung membungkukkan tubuhnya. "Maafkan saya, TUAN MUDA!!!!" Ucap Edith dengan nyaring.

Suara Edith sungguh nyaring dan menusuk di telinga Ash. Karena kekesalannya itu, "BAGH!" Dia menghentakkan tangan kirinya ke tembok dan membuat Edith yang membungkuk kembali berdiri tegak. "Uh, sial... kabedon?" Kaki Edith gemetar karena ketakutannya terhadap sosok Ash.

Ash menatap mata hijau Edith yang terlihat kesana-kemari. Dia mengarahkan tangannya ke arah wajah Edith. "Tidak! Apa dia mau mencekikku?" Edith menutup matanya. Jantungnya berdebar. Hingga, tangan dingin itu menyentuh dagunya dan mendongakkannya. Edith membuka matanya menyadari Ash tidak mencekiknya.

"Hei, apa kamu luang? Jika luang aku ingin kamu-" Wajah Ash sungguh dekat dengannya.

"HUAAHH! BRUK!" Edith berteriak dan mendorong Ash dengan keras hingga membuat Ash terjatuh. "Drap!" Dia berlari dengan cepat dan menarik rok pelayannya tinggi-tinggi.

Ash tampak kebingungan. "Dia kenapa? Apa dia Pelayan baru? Ah, sudahlah. Aku akan memanggil dokter sendiri" Ash berniat untuk meminta tolong kepada Pelayan yang dia temui untuk memanggil dokter karena kondisinya semakin buruk sejak perjalanannya menunju Mansion ini.

...♡♥︎♡...

Edith masuk ke dalam dapur dengan napasnya yang terengah-engah. Dia berkeringat banyak dan mengintip ke luar. "Dia....Dia tidak mengejarku, kan?" Lirih Edith. Dia tidak menyadari kondisi dapur yang sedang sibuk.

Tidak berhenti disana, Kepala koki tiba-tiba memanggil namanya, "Edith" Edith sedikit tersentak karena panggilan itu. Dia melihat ke arah asal suara itu. Seorang Pria tua memberikan nampan kepada Edith. "Antar ini ke kamar Tuan Muda. Ini tugasmu, kan? Pastikan kau bekerja dengan benar" Ucapnya menjulurkan nampan itu kepada Edith.

Nampan itu sedikit berat. "Uh, tentu" Pagi ini sungguh Pagi Yang sibuk bagi Edith. Seolah banyak informasi yang otaknya terima dalam waktu yang singkat. Edith meletakkan nampan itu di meja dorong. Dia menghela napas panjang.

"Ah, aku tau ini buruk. Bubuk ini adalah sihir. Jika dikonsumsi setiap hari, ini akan buruk untuk tubuh Ash. Tapi, jika tidak begini.... Aku akan menjadi orang pertama yang mati di tangannya"

Edith mulai mendorong meja saji itu, layaknya tak ada tenaga. Edith sungguh lemas memikirkan nasibnya yang akan terjadi jika dia ketahuan mencampurkan bubuk sihir itu ke dalam makanan Ash. Sampai di ujung lorong menuju kamar Ash, disana ada 2 penjaga yang khusus berjaga disana. Mereka menghentikan Edith untuk memeriksa apa yang dia bawa.

Edith menelan ludah. Dia sungguh tidak tau bagaimana nasib dari tubuh Pelayan yang dia masuki ini, karena cerita dalam novel hanya fokus terhadap kisah kekejaman Ash kepada Saint. Nama Edith memang muncul beberapa kali sebagai Pelayan yang mengantarkan makanan Ash. Dan nama itu, berakhir tewas saat Ash dikuasai oleh Iblis itu.

"Huffff.... Permisi, saya mau mengantar makanan Tuan Muda" Ucap Edith saat dihalangi oleh dua penjaga itu.

"Buka tudung sajinya" Ucap salah satu dari penjaga itu.

Edith membuka tudung sajinya tanpa ragu. Karena Penjaga itu tidak akan menyadari serbuk sihir yang dia taburkan.

"Baiklah. Tinggalkan saja makanan itu disini. Kami akan mengantarnya"

Mendengar itu, Edith tidak ingin mencari masalah dengan Ratu (Ibu Ash). Ibu Ash terkenal keras dan di dalam novel, pernah diceritakan jika Ibu Ash pernah membunuh sebanyak 15 Pelayan yang ketahuan menghianati tugas dan kepercayaannya.

Edith menunjukkan senyuman bisnisnya. "Um, maafkan aku. Aku harus memberikan makanan ini langsung kepada Tuan Muda. Demi menjaga kehangatan makanan ini, dan juga aku ingin memastikan jika Tuan Muda memakannya dengan benar" Ucap Edith memelas.

Mereka berdua adalah pengawal dari pihak Ash. Mereka berdua merasakan kecurigaan terhadap sikap Edith.

"Mengapa? Pangeran Ash bisa makan dengan benar meski tidak ada kau"

"Apa makanan itu, diberi obat aneh?" Penjaga itu mendekat ke arah Edith.

Kedua mata Edith terbuka lebar. Dia terlalu menganggap remeh orang disekitarnya. "Tidak. Bukan begitu...." Ucap Edith.

"Lantas, mengapa?"

Lagi-lagi, Edith menelan ludah. Dia tidak tau apa yang harus dia katakan.

"Huh? Kenapa kau diam?"

Mereka memojokkan Edith. Edith terlalu meremehkan mereka. Dia menundukkan kepalanya. Seperti tidak memiliki alasan lain, semuanya seolah berputar-putar di kepala dan telinganya.

"Hei nona, apa kau utus-"

"ITU KARENA AKU MENYUKAI TUAN MUDA! AKU INGIN MELIHATNYA MESKI SEBENTAR!" Edith berteriak sesuai apa yang bibirnya ucapkan dan saat dia sadar atas ucapannya wajahnya menjadi memerah karena dua penjaga itu tampak tersipu mendengarnya.

"Oh ya? Bisa saja kau berbohongkan, bung?" Salah satu penjaga itu menepuk punggung temannya agar tidak tertipu dengan ucapan Edith.

"Ini sudah terlanjur!"

"Aku tidak berbohong! Tuan Muda itu punya wajah yang tipe-ku sekali! Dia tampan, tinggi, pintar, hebat dalam berpedang, dan.... dan... TUBUHNYA BAGUS!!!" Edith berteriak dibagian akhir.

"Oh, benarkah?"

Suara rendah tiba-tiba terdengar dari belakang Edith. Edith mengangkat kepalanya dengan mata hijaunya yang terbuka lebar. Itu, Ash Caluis Benerick. "Tu...Tuan Muda? Maafkan saya!" Edith langsung berputar ke arah meja saji itu. Edith meringis lebar, menyembunyikan malunya yang sudah keterlaluan.

"Tuan Muda, saya membawakan makanan untuk Anda" Ucap Edith menggigit bibirnya dan melihat ke arah lain karena malu atas ucapannya.

Dua penjaga yang sudah melihat kedatangan Ash sejak mereka memojokkan Edith menahan tawa mereka. Ash tidak terlihat terganggu dia hanya mengeleng karena kejahilan bawahannya itu.

"Letakkan saja di dalam, aku akan memakannya setelah ini" Ucap Ash yang tengah menunggu kedatangan dokter untuk memeriksa kondisinya.

Edith segera mendorong meja saji itu masuk ke dalam kamar Ash, dan membungkuk kepada yang lainnya setelah meletakkanya. Ash menghela napas saat melihat Pelayan yang mendorongnya dengan keras itu kembali berlari dengan cepat dan mengangkat roknya seperti itu.

"Apa dia benar-benar menyukaiku?" Tanya Ash kepada kedua bawahannya.

Mereka berdua tersenyum. "Sepertinya begitu(?)" Jawab keduanya bersamaan.

ANDA SALAH PAHAM!

"AAARRRRRGGGHHHHHHH!!!!!!" Batin Edith menjerit karena tingkah konyolnya itu sambil memukul-mukul batang pohon di luar Mansion Ash. Wajahnya sungguh merah padam. Edith malu dengan tingkahnya yang tidak menggambarkan seperti dirinya yang sebenarnya.

"Sialan, mulai hari ini....Aku harus memikirkan cara untuk keluar dari tempat ini. Ada baiknya, aku menjadi rakyat biasa saja daripada Pelayan disini" Ucap Edith dengan nada datar dan raut wajah yang serius.

Di atas sana, tepat di jendela lantai dua tempat kamar Ash berada, Ash melihat Edith yang berbicara dengan pohon itu. "Sepertinya, memang benar. Seseorang yang menyukaiku, semuanya bukanlah orang yang waras" Ash menutup tirai jendela kamarnya. Dia melihat ke arah makanannya. Samar-samar, dia melihat mana (energi sihir) yang mengumpul di makanan itu.

"Ya, tidak mungkin dia menyukaiku" Ash mengambil makanan itu dan membuang makanan itu ke dalam sampah.

Ash memiliki kesensitifan yang tinggi terhadap kehadiran sihir. Sedari awal, dia sudah tau jika Ibundanya yang menyuruh Pelayan-pelayan memberikan obat sihir pada makanannya. Dan semua Pelayan yang bertugas membawakan makanan untuknya, tidak sampai tiga bulan, mereka pasti menghilang. Banyak dari Penjaga dari pihak Ash yang mewaspadai Pelayan dan Prajurit dari pihak Ratu. Itu karena, Sang Ratu khawatir tahta yang harusnya di miliki oleh Putra sah akan jatuh di tangan Ash, Putra Haram dari Raja Benerick.

Pangeran Mahkota dari Putra Raja Benerick saat ini mengidap penyakit langka yang sulit disembuhkan oleh banyak Healer dan Saint hebat dari berbagai Kerajaan. oleh karena itu, keberadaan Ash sangat mengancam tahta yang akan disinggahi oleh Putra Mahkota.

Edith sudah tau betapa gilanya Sang Ratu Benerick. Dari novel yang dia baca, Ratu Benerick bahkan tidak ragu untuk mengotori tangannya sendiri jika ada yang mengusik Putra Mahkota. Meski Ash dicatat sebagai Putra kandung Ratu Benerick, itu hanyalah konspirasi yang Raja Benerick buat untuk menutupi kasus Ratu Benerick yang membunuh Istri pertamanya, yang merupakan Ibu kandung Ash. Ash selama ini mengetahui hal tersebut. Dia hanya bisa bungkam karena, Ibunya (Ratu Benerick) memiliki akses dan pengaruh besar pada Negri Agrenia.

"Ah, tamatlah sudah~" Edith berjalan dengan lemas melewati Prajurit dan Pelayan yang sibuk.

Diketahui, usia Edith saat ini adalah 19 tahun. Dia selisih 2 tahun dengan Pangeran Ash, yang dia panggil sebagai Tuan Muda. Dia menjadi pesuruh Ratu sejak dua bulan yang lalu. Dan tidak disangka, saat jiwa Laura yang harusnya berada di alam penantian, harus masuk ke dalam Novel genre dewasa ini.

Malam hari tiba. Edith sudah menyiapkan mental dan banyak perencanaanya untuk kabur dari Istana ini. Dia membawa uang koin yang dia temukan di lemari penyimpanan Edith dan beberapa pakaian dengan bawahan celana panjang.

Edith membuka pintu kamarnya perlahan. Melihat ke kanan dan ke kiri di lorong yang remang itu. "Tidak ada orang" Dia lanjut melangkah perlahan untuk keluar dari sana.

Dari kejauhan, dia mendengar suara Prajurit yang berbicara. "Ku dengar, Putri dari Kerajaan Isadora menerima anugerah sebagai Saint. Dia bisa membuat orang yang sekarat kembali hidup"

"Kerajaan Isadora? Itukan, Kerajaan Tokoh utama Perempuan? Apa dia sudah mengalami awaken? Kalau begitu, waktuku tidak lama lagi. Tidak sampai empat bulan aku pasti menjadi manusia panggang disini" Edith memasang wajah memelas. Dia mengingat bagaimana ilustrasi kebakaran yang digambarkan pada lembar bonus. Dimana, siluet Ash yang berdiri sambil mengendong Saint yang tak sadarkan diri, menatap ke arah Mansion yang habis dilalap oleh api biru.

Edith menunggu para Prajurit itu melewatinya. Dan dia kembali mengendap-endap perlahan layaknya seorang mata-mata. Pintu keluar Mansion Pelayan dan Prajurit sudah terlihat di depan sana. Pikir Edith, dia sungguh bisa keluar dari tempat ini. Sayangnya,....

"Kenapa, kita mengendap-endap seperti ini" Suara bisikan dengan nada rendah membuat sekujur tubuh Edith bergidik.

"HUAPpppppmmmh" Hampir saja Edith berteriak. Sosok bersuara rendah itu, membungkam mulut Edith dengan cepat. Edith melihat ke arah sosok yang membungkamnya, ternyata dia tak lain dan tak bukan adalah Ash.

"UAN UA!....(TUAN MUDA!)" Rencana pelarian Edith telah digagalkan oleh Ash.

"Jangan berteriak. Katakan padaku, kenapa kamu mengendap-endap. Apa kamu ingin bertemu denganku diam-diam, huh?"

Raut tanpa ekspresi terpampang jelas di wajah Edith. "Anda salah paham" Jawab Edith.

"Lalu?"Ash menaikkan salah satu alisnya. Dari wajah Ash tergambarkan seolah dirinya tidak percaya dengan ucapan Edith.

"Saya hanya mencari angin" Jawab Edith.

"Cari angin? Apa perlu juga membawa tas ini?" Ash menunjuk ransel di punggung Edith dan memajukan wajahnya mendekat ke arah wajah Edith.

Edith menggigit bibirnya sejenak. Kemudian, dia menunjukkan senyuman bisnisnya sambil mendorong wajah Ash yang dekat dengan wajahnya. "Ya, itu rahasia" Jawab Edith.

"Ummm...." Bibir Ash Manyun dengan kedua matanya yang menyipit. Seolah, dirinya bisa menebak apa yang Edith pikirkan. "Kamu mau menyeludupkan pakaian ya???" Telunjuk Ash mendorong pipi Edith hingga membuat Edith terlihat seperti memiliki lesung pipi.

"Menyelundupkan pakaian? Tentu saja tidak!" Tegas Edith mengibaskan tangan Ash di pipinya.

"Lalu, apa?" Ash terus-terusan memojokkan Edith. Hingga itu membuat Edith harus berkata jujur.

Bibir Edith manyun, namun wajahnya terlihat masam. "Saya berniat kabur. Saya tidak mau bekerja disini?" Jawab Edith tanpa takut menatap Ash.

Ash memuji keberanian itu. Tapi, dia juga merasa senang karena bisa membuat gadis dengan tinggi 162 itu ketakutan. Di mata Ash, Edith sungguh terlihat seperti hamster yang bisa memberontak kapan saja.

"TACK!!"

"Aduh!"

Ash mengetuk kepala Edith dengan jarinya, hingga membuat kening Edith memerah. "Kenapa? Apa bekerja disini, membosankan?" Ash bertanya sepenuh hati kepada Edith. Dia merasa jika Edith seperti itu karena dia.

Edith menunduk dan meringis lebar. "Daripada membosankan, pekerjaanku terlalu beresiko" Batinnya sambil menghilangkan senyuman itu.

"Ya! Di sini sangat membosankan! Anda tau kan? Saya ini masih muda! Harusnya bersenang-senang dan menikmati masa muda saya. Sayangnya disini, saya bahkan kesulitan untuk keluar bertemu dengan teman-teman saya!" Edith memasang wajah memelasnya sekali lagi.

Ash memandangnya tidak percaya. Dia menatap mata hijau milik Edith yang memelas itu. "Apa....benarkah? Lalu, kamu mau kemana malam-malam begini dengan tas besar itu?" Tanya Ash sekali lagi.

Edith melirik ke arah ranselnya. "Saya mau kabur dari sini. Tolong biarkan saya pergi. Saya berjanji tidak akan muncul lagi di hadapan Anda, ya....?" Edith menunjukkan matanya yang berbinar.

Ash serba salah. Dia menghela napas panjang dan menyandarkan siku kanannya ke tembok yang disandari oleh Edith. Dan dengan refleks Edith memundurkan wajahnya, karena betapa dekatnya wajah Ash saat ini. "Beginikah, caramu setelah mengungkapkan rasa sukamu pada laki-laki?" Tanya Ash yang masih curiga atas tindakan yang Edith lakukan.

Mata Edith tidak berani menatap Ash. Dia melihat ke sisi lain. "A...Anda salah paham. Bukan suka itu yang saya maksud" Gelagapan Edith.

Ash memasang raut penasarannya. "Lantas? Kau hanya menyukai wajah dan tubuhku yang bagus ini?" Tangan kiri Ash meraih tangan Edith dan memasukkan tangan Edith pada pakaiannya, mengusap perutnya yang bertekstur dan bergelombang karena pack-nya.

"HUUAAAA!" Lagi-lagi Edith berteriak dan menarik kedua tangannya tinggi-tinggi. Dia merasakan sensasi asing di telapak tangannya.

"Shhhhs! Jangan berteriak...." Ash menutup bibir Edith dengan jari-jari lentiknya dan mata merah itu bertemu dengan mata Edith. Pupil Edith seakan berputar-putar. Dia sudah terlalu banyak merasakan tekanan dan pikiran, hingga berakhir pingsan di hadapan Ash.

"GREP!" Ash menangkap tubuh gadis yang melemas itu. "Dia kenapa lagi???" Ash kebingungan sendiri karena ulah Pelayan Ibunya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!