NovelToon NovelToon

Ikatan Tuan Muda

Prolog

Namaku Fifiyan Valentina, aku adalah anak terakhir dari empat bersaudara keluarga pemegang mafia yang terkuat dan terhebat. Keempat saudaraku tidak aku ketahui keberadaannya bahkan wajah mereka aku tidak pernah mengetahuinya. Kehidupanku awalnya yang bahagia berubah menjadi petaka saat keluarga besarku dibunuh dan hanya tersisa aku seorang. Pembantaian itu terjadi disaat aku masih berumur 7 tahun, aku sangat ingat bagaimana pria-pria berjubah hitam itu membunuh keluarga besarku yang membuatku ketakutan disetiap malamnya bahkan diumurku 15 tahun ini

.

"Fifiyan!!!" Panggil Sarah, Sarah adalah teman baikku selama aku bersekolah.

"Eehh Sarah, kenapa kamu kesini?" Tanyaku mencoba tersenyum.

"Tidak ada, aku tadi mencarimu. Kenapa kamu disini?" Tanya Sarah menatapku dari bawah, aku melompat dari pohon dan merapikan pakaianku.

"Tidak ada apa-apa kok, aku hanya ingin bersantai saja di dahan pohon."

"Astaga kamu ini seperti laki-laki saja, ya sudah mari makan!" Ucap Sarah menggandeng tanganku pergi.

Selama bertahun-tahun ini tidak ada yang tahu aku dari keluarga mana bahkan banyak orang yang tidak tahu kalau aku anak dari ketua mafia terkejam, aku menutupi identitasku agar aku bisa mencari informasi mengenai pembunuh keluarga besarku dan juga aku ingin membalaskan dendam atas kematian keluargaku suatu hari nanti.

"Fifiyan, aku akan memesankanmu makanan ya, kamu mau pesan apa?"

"Bebas, terserah Sarah saja. Sebentar ya, aku mau ke toilet dahulu..." gumamku melangkahkan kakiku kearah toilet sekolah.

Didalam toilet yang sepi, aku sedikit membuka kerah pakaianku dan terlihat tanda aneh di leherku. Tanda itu benar-benar tidak hilang bahkan sampai bertahun-tahun lamanya setelah kejadian itu. Pria kecil yang tampan dengan warna mata merah dan tanda merah aneh di lehernya juga yang masih aku ingat sampai sekarang, aku benar-benar berusaha mencari pria itu tapi aku belum mendapatkan informasi sama sekali sampai sekarang.

Kriiiinnggg...

Terdengar suara ponselku berbunyi, aku mengangkat telepon itu dan ternyata Sarah yang meneleponku.

"Fifiyan! Kenapa kamu lama?" Ucap Sarah khawatir.

"Sebentar, aku akan kesana..." gumamku mematikan telepon dan bergegas pergi ke kantin kembali.

Di kantin sekolah aku melihat Sarah yang terlihat menungguku dengan meja penuh makanan. aku berjalan kearah Sarah dan terduduk disampingnya.

"Kenapa kamu lama?" Tanya Sarah dingin.

"Hehehe maaf-maaf, kenapa kamu memesan banyak makanan?" Tanyaku bingung.

"Ini hari ulang tahunku jadi aku mentraktir kamu."

"Astaga, hari ini ulang tahunmu? Selamat ulang tahun! Maaf aku terlupa kalau ini ulang tahunmu!"

"Haish tidak apa, santai saja. Makanlah!" Ucap Sarah memberikanku sendok dan garpu.

"Terimakasih!!" Ucapku senang dan memakan makanan di depanku.

"Oh ya, nanti akan ada pesta ulang tahunku. Kamu datang ya..." Ucap Sarah serius.

"Aku? Mmm tapi kan..." gumamku pelan.

"Kamu ada di asrama kan? Jadi ikutlah, kamu sahabat terbaikku loh!" Ucap Sarah terlihat memohon.

"Tapi kan..." Ucapku menatap kalender di ponselku.

"Aku mohon padamu!" Ucap Sarah menatapku sedih.

"Hmmm baiklah...." desahku mengalah.

"Terimakasih Fifiyan!!" Ucap Sarah senang sedangkan aku hanya terdiam tersenyum pelan.

Hari ini adalah hari penderitaanku disetiap bulannya, Disetiap bulan purnama berada di tengah bumi leherku terasa sangat sakit yang diakibatkan oleh tanda di leherku sehingga setiap tanggal 15 disetiap bulannya aku selalu menahan sakit. Semoga aku bisa menahan rasa sakit itu di pesta ulang tahunnya Sarah nanti malam, hanya itu harapanku.

"Fifiyan, padahal kamu sangat cantik loh! Kenapa kamu benar-benar tidak tergoda pria sama sekali?" Tanya Sarah menatapku serius.

"Entahlah, aku... tidak tahu..." gumamku pelan dan kembali melahap makananku.

Tanda merah ini selain membuatku menderita tetapi juga membuatku tidak tertarik pria lain dan dipikiranku hanya pria kecil yang memberiku tanda itu saja yang aku ingat. Awalnya aku kira memang pria lain yang menyukaiku itu bukan typeku tapi ternyata aku tidak ada rasa apapun dengan pria lain karena tanda dileherku ini, saat di pertemuan mafia saat itu banyak yang berkata kalau tanda merah ini adalah tanda ikatan yang diberikan oleh seseorang yang menandakan kalau aku miliknya bahkan tanda itu tidak akan hilang walaupun didunia nanti ada inkarnasi yang membuatku terkejut sampai sekarang ini.

Walaupun keluarga besarku tewas tapi mafianya tetap ada dan kini aku yang memegang kendali atas seluruh masalah mafia bahkan teman sekolahkupun tidak ada yang tahu kalau aku merupakan ketua mafia terkejam yang pernah ada.

"Fifiyan!!" Ucap seorang pria dibelakangku, aku menoleh kebelakang dan melihat Han berjalan kearahku.

"Eeehh kak Han..." Ucap Sarah menatap Han dengan wajah senangnya, wajar saja Sarah seperti itu mengingat banyak yang menyukai Han karena ketampanannya tetapi banyak orang yang tidak tahu kalau Han adalah wakil mafiaku yang terkenal kejam dan licik.

"Waah kalian sedang makan besar ya?" Ucap Wan terduduk disebelahku.

"Ehh mmm iya, aku mentraktir Fifiyan."

"Mentraktir? Tumben, apa ada acara?"

"Ini hari ulang tahunnya..." gumamku meletakkan sendok dan garpuku keatas piring dan memberikannya kepada Han.

"Benarkah? Selamat ulang tahun ya Sarah..." Ucap Han melahap makananku dan Sarah terlihat senang sampai tidak bisa berkata apapun.

"Ada apa kak Han berada disini?" Tanyaku pelan, Han memberiku sebuah kertas dan aku membacanya.

"Haish... aku ada agenda lain.." ucapku memberi kode kepada Han.

"Ohh ada pesta ulang tahun ya?"

"Ya benar, dia harus datang ke pesta ulang tahunku!" Ucap Sarah serius.

"Tapi kan... Haish ya sudah sebelumnya saja aku akan menjemputmu Fifiyan!" Ucap Han dingin.

"Yayaya terserah kak Han saja..." gumamku pelan.

"Ehhh mmm kalau boleh tahu... hubungan kalian apa?" Tanya Sarah menatap kami berdua serius.

"Dia orang terpenting didalam hidupku..." ucap Han mengacak rambutku.

"Apa kalian pacaran?"

"Hahahaha! Tidak! aku tidak akan mau berpacaran dengan wanita terkejam dan menguasai..." Tawa Han kencang yang membuatku langsung menginjak kaki Han yang membuatnya terdiam menahan sakit.

"Menguasai apa?" Ucap Sarah bingung.

"Haish tidak usah dibahas, emang kak Han agak... aneh..." ucapku dingin.

"Hei serius loh!" Ucap Sarah serius, aku menatap Han kesal dan Han tersenyum dingin.

"Hehehe tidak ada, maksudnya menguasai hati laki-laki. Banyak kan laki-laki yang ingin menjadi pasangan Fifiyan yaah walaupun Fifiyannya menolak sih."

"Oh ya benar juga, kak Han buatlah Fifiyan memiliki pasangan!"

"Aduh kalau itu agak rumit, biarkan dia memilih sendiri..." gumam Han dingin dan melahap makananku hingga habis sedangkan aku hanya terdiam dan Sarah memainkan ponselnya.

"Fifiyan, kalau berangkat ke pestaku hati-hati ya..." gumam Sarah serius.

"Ada apa?" Tanyaku bingung.

"Di berita ada beberapa kelompok mafia yang berkeliaran bahkan polisi pun berjaga-jaga di sepanjang jalan, kamu hati-hati ya!"

"Tenang saja, nanti dia akan datang bersamaku tapi mungkin sedikit terlambat, tidak apa-apa kan?" Ucap Han sedikit manja.

"Eehh mmm b-baiklah... t-tidak apa-apa..." ucap Sarah terbata-bata sedangkan aku hanya menghela nafas dan menggelengkan kepalaku pelan.

"Ada apa Valentina?" Ucap Han pelan. Valentina adalah nama di dunia mafia sedangkan Fifiyan adalah nama yang aku gunakan untuk sehari-hari.

"Valentina? Siapa Valentina?" Tanya Sarah bingung.

"Haish! KAAAKK HAAANNN!!!" Protesku kesal yang membuat Han terkejut.

"Eehh mmm V-Valentina kan namanya juga, yaahh kadang aku memanggilnya Fifiyan tapi kadang juga Valentina... jadi jangan terkejut kalau aku sering memanggilnya Valentina."

"Oh namanya itu ya? Aku baru tahu..."

"Astaga, dia kan sahabatmu seharunya kamu tahu nama panjangnya..." gumam Han mengalihkan pembicaraan sedangkan aku hanya terdiam tidak memperdulikannya. Han memang selalu keceplosan membahas masalah mafia jika di ruang umum jadi aku lebih sering memarahinya dan langsung memotong ucapan Han kalau dia membahas masalah mafia di ruang umum, walaupun begitu dia adalah wakil mafiaku yang sangat setia.

Bertemu Seseorang

Awal aku bertemu Han adalah setelah aku terikat oleh pria kecil di dalam gua itu, aku dan pria kecil itu berpisah setelah pasukan musuh pergi dari sekitar kami. Awalnya aku tidak merasa curiga dengan pria itu tapi memang aku akui setelah ciumanku yang pertama direbut oleh pria kecil itu dan pria kecil itu menggigit leherku yang membuatku merasa aneh dan berulang kali jatuh pingsan.

Disebuah gua yang lain saat aku tidak sengaja masuk kedalam gua untuk berlindung, aku jatuh pingsan lagi untuk kesekian kalinya namun saat aku bangun aku bertemu dengan pria tampan yang nampak sangat kedinginan menatapku bingung.

"Kamu... sudah bangun?" Ucap pria itu pelan, aku berusaha terduduk tapi tubuhku sangat lemah. Pria itu membantuku terduduk dan memegangi tubuhku.

"Apa kamu lapar?" Tanya pria itu pelan dan aku menganggukkan kepalaku pelan yang membuat pria itu memberikanku daging rusa yang besar.

"Makanlah!" Ucap pria itu pelan dan aku langsung melahapnya.

"Ngomong-ngomong... siapa namamu?" Tanya pria itu pelan.

"Aku Fifiyan Valentina."

"Valentina? Apa kau anak dari tuan Valen?" Ucap pria itu terkejut dan aku hanya menganggukkan kepalaku pelan.

"B-benarkah? Astaga... aku dengar ada pembantaian di keluargamu ya kemarin?" Ucap pria itu serius dan aku hanya menganggukkan kepalaku pelan.

"Aku Han Ly, aku anak dari tuan Ly yaitu wakil mafia tuan Valen."

"Benarkah?" Ucapku pelan.

"Ya, apakah mafia ayahmu tidak ada yang memegangnya?"

"Tidak ada."

"Tidak ada? Mmm kenapa tidak kamu yang menjadi pemegang mafia kegelapan?"

"Aku hidup sendiri, aku tidak mungkin bisa untuk...."

"Aku mau!! Aku bersedia untuk menjadi wakilmu."

"Tapi kan..."

"Aku berani sumpah janji setia kepadamu."

"Benarkah?" Tanyaku pelan.

"Ya! Tentu!! Aku akan membantumu untuk melakukan balas dendam Fifiyan!" Ucap pria itu serius dan sumpah janji setia Han benar-benar dilakukannya sampai hari ini.

Awalnya Han tidak tahu kalau aku punya tanda merah aneh di leherku tapi semakin lama Han mengetahui faktanya bahkan membuat Han benar-benar fokus untuk membantuku mencari pria yang berani mengikatku itu.

"Aku pulang dulu ya! Aku akan menunggu kalian datang ke pesta ulang tahunku!" Ucap Sarah kencang yang membuatku tersadar dari lamunanku.

"Eeehh baiklah..." desahku pelan dan Sarahpun pergi menjauh.

"Sampai kapan kau akan menutupi identitasmu?" Ucap Han dingin.

"Sampai batas waktu yang tidak ditentukan."

"Kalau Sarah tahu pasti dia akan takut kepadamu."

"Memang, makanya biarkan dia menganggapku orang biasa."

"Tapi aku salut padamu Valentina, kau benar-benar bisa berperan menjadi orang yang bodoh."

"Itu bukan peran tapi kenyataannya."

"Kenyataan? Kalau dimedan perang saja kau bisa sangat sadis seperti itu kau bilang kenyataannya. Kau sangat lucu Kak Han..." gumamku meneguk minumanku sampai habis.

"Oh ya... ngomong-ngomong bagaimana kelanjutan ceritanya?" Tanya Han pelan.

"Cerita apa?"

"Kau mau ikut pertemuan tidak?"

"Aku ya... lihat saja nanti... aku malas pertemuan terus..." gumamku pelan.

"Tapi ini pertemuan penting, banyak mafia seluruh dunia berkumpul di Rusia. Jadi nanti malam kita menghadap tetua dulu..." gumam Han pelan.

"Hmmm baiklah, cover aku jika tanda itu menyiksaku agar Sarah dan yang lainnya tidak kebingungan..." gumamku pelan.

"Tidak masalah, asalkan kau tidak jauh dariku saja."

"Yaah baiklah..." desahku pelan.

"Kau tidak pulang dan istirahat dulu?"

"Tidak, kita langsung pergi saja. Aku akan beristirahat di markas organisasi..." gumamku beranjak dari tempat duduk.

"Baiklah..." desah Han mengikutiku dari depan.

Di depan sekolahku, aku masuk ke dalam mobil khusus dan Han langsung menekan pedal gas mobil dengan cepat. Selama diperjalanan, aku terus melamun menatap keluar jendela, entah apa yang aku pikirkan hanya saja pikiranku selalu memikirkan pria kecil itu.

"Kalau kau terus melamun seperti itu, bisa-bisa kau tidak menyadari keberadaan musuh Valentina!" Ucap Han dingin.

"Kepekaan terbaik terhadap sekitar hanya aku kak Han!" Ucapku dingin.

"Yayaya aku percaya padamu.." gumam Han pelan.

Saat aku menatap puncak katedral di tengah kota, aku melihat seseorang bermata merah dengan cahaya merah di lehernya yang membuatku terkejut. Aku memegang tangan Han yang membuat Han bingung.

"Ada apa?"

"Kak Han! Belok kiri!" Ucapku serius dan Han langsung membelokkan mobil kejalan arah katedral.

Saat mobil terhenti, aku langsung turun dari mobil dan menatap puncak katedral dengan serius.

"Turunlah! Aku ingin berbicara denganmu!" Ucapku dingin tapi seseorang yang ada di atas puncak katedral tidak bergerak sama sekali.

"Kau mencari siapa Valentina?" Tanya Han bingung tapi aku tidak memperdulikannya.

"Baiklah, jika kau tidak segera turun maka... aku akan membencimu diseluruh hidupku karena kau telah mengikatku dengan penderitaan!" Teriakku kesal dan membalikkan tubuhku.

"Awas!! Valentina!!" Teriak Han kencang tapi belum sempat aku lari, aku merasa ada seseorang yang memelukku erat dari belakang yang membuatku terdiam.

"Apa kau sangat menderita?" Ucap seorang pria dengan dingin dibelakangku.

"Ya, kau membuatku menderita!"

"Penderitaan apa yang kau alami?"

"Setiap bulan purnama diatas bumi, tubuhku sangat kesakitan kau tahu!" Ucapku dingin.

"Benarkah? Maafkan aku... aku tidak sengaja mengikatmu dan..." aku langsung melepaskan pelukan pria itu dan menatapnya kesal.

"Tunggu dulu? Ketidaksengajaan? Kau gila? Kau membuatku menderita diseluruh hidupku setelah kau ambil ciumanku yang pertama dan kau mengikatku, kau tahu!" Protesku kesal.

"Makanya aku minta maaf padamu."

"Minta maaf? Hanya minta maaf? Seluruh hidupku akan sangat menderita dan kau bilang maaf saja?" Ucapku kesal.

"Lalu apa yang kau inginkan?" Tanya pria itu pelan.

"Kau harus bertanggungjawab!!" Ucapku dingin dan pria itu langsung terdiam.

"Valentina! Kenapa kau lama dan... tunggu dulu! Dia kan..." ucap Han menatap pria itu terkejut.

"Valentina ya? Nama yang cantik... baiklah... kini kau diseluruh inkarnasi adalah milikku...Fifiyan Valentina!" Ucap pria itu tersenyum dingin dan pergi menghilang.

"Astaga Valentina!! Kenapa dia berkata seperti itu!" Ucap Han kesal.

"Aku hanya ingin pertanggungjawabannya saja..." ucapku santai.

"Astaga!! Apa kau gila? Dia adalah petinggi tertinggi di seluruh organisasi, dia dikenal kejam dan tidak berperasaan tapi kau malah meminta pertanggungjawabannya dan kini kau terikat dengannya? Astaga!!" Protes Han mengguncangkan tubuhku.

"Lalu kenapa? Aku tidak peduli!"

"Astaga Fifiyan Valentina dengar! Kau ketua mafia terkuat dan tertinggi dan dia adalah petinggi diseluruh organisasi musuh apalagi kau terikat dengannya, kalau kau tidak memegang jabatan petinggi organisasi juga pasti kau akan terinjak-injak olehnya!" Ucap Han serius yang membuatku terkejut.

"Menjadi petinggi organisasi pasti membutuhkan waktu yang lama kak Han."

"Nah itu kau tahu! Astaga kenapa kau bodoh dan..."

"Kalau dia petinggi organisasi musuh... bagus dong... aku punya rencana..." ucapku tersenyum dingin dan berjalan kembali ke dalam mobil.

"Astaga! Aku masih saja gila Valentina, ya sudahlah terserah padamu saja!" Gerutu Han kesal dan masuk kembali ke dalam mobil.

Pertemuanku dengan pria kecil itu adalah momen yang langka apalagi aku terikat oleh seorang petinggi terpenting walaupun dari organisasi musuh dan suatu hal yang buruk bagi ketua mafia lain tapi bagiku terikat dengan orang terpenting diseluruh hidupku pasti akan memudahkanku untuk membalaskan dendam atas kematian keluarga besarku.

Menyelamatkan Sarah

Di markas organisasi Han menceritakan semua kejadin yang aku alami saat di katedral yang membuat banyak petinggi tertinggi terkejut.

"Astaga! Kau selalu saja melakukan hal diluar nalar Valentina!" Ucap seorang ketua tertinggi serius.

"Aku punya rencana sendiri yang..."

"Tidak boleh! Kau nanti akan terluka dan...."

"Biarkan, aku memahami apa yang akan dia lakukan/ Biarkan dia melakukan apapun yang dia rencanakan!" Ucap tetua organisasi kearahku.

"Apa tetua percaya padaku?" Tanyaku pelan.

"Walaupun rencanamu gila tapi rencanamu selalu berhasil dan kau sudah terikat penuh dengannya pastinya kau tidak akan bisa lari darinya, jika rencanamu memanfaatkannya itu adalah rencana yang sangat bagus jadi kamu tidak mengalami kerugian, benar bukan?" Ucap tetua yang membuatku menganggukkan kepalaku pelan.

"Benar tetua, saya akan memanfaatkan situasi yang ada. Saya tidak masalah menderita asalkan dia juga ikut menderita!" Ucapku dingin.

"Baguslah, kau bisa terus bersinar, mana tahu nanti kau bisa menduduki petinggi organisasi wilayah bagian pusat!"

"Baik tetua..." gumamku pelan.

"Oh ya, apa kalian sudah mendapatkan tugas yang sudah diberikan?" Ucap ketua serius.

"Sudah tetua, kami akan melaksanakannya dengan cepat."

"Baguslah, kalian harus tetap hati-hati apalagi kamu Valentina, kau harus tetap berhati-hati!"

"Baik tetua, saya mengerti..." gumamku pelan.

"Sudah pukul 8 malam, kalian tidak istirahat dahulu?" Ucap tetua pelan.

"Nanti saja tetua, masih ada acara di pesta teman jadi kami minta ijin dulu tetua..." gumamku pelan.

"Oh baiklah tidak masalah, kamu harus terus berhati-hati."

"Baik tetua kami mengerti..." gumamku pelan dan berjalan keluar bersama Han.

:"Haish untung tetua mengijinkannya kalau tidak pasti kau tidak akan bisa melakukan rencana gilamu!"

"Ya untungnya..." gumamku melepaskan jubahku dan memberikannya kepada Han.

"Apa kak Han akan ikut?"

"Walaupun aku malas tapi aku akan menemanimu di pesta ulang tahun itu..." Gumam Han pelan dan membuka pintu mobil untukku, aku masuk ke dalam mobil dan Han langsung menekan pedal gas mobilnya.

"Kak Han apa tidak diejek teman sekolahmu?" tanyaku pelan.

"Diejek kenapa?"

"Kau selalu disampingku, bagi dunia mafia pasti tidak terkejut tapi bagi orang awam pasti akan.... Aneh?"

"Mereka tahu kalau kau ketua mafia."

"Ehhh b-benarkah? Katanya kalau...."

"Teman sekelasku kebanyakan adalam wakil ketua mafia dan hanya aku wakil ketua mafia yang memiliki ketua mafia seorang wanita yang masih muda."

"Benarkah? Apa ketua mereka sudah tua?" Tanyaku penasaran.

"Benar."

"Hmmm kenapa kak Han mau menjadi wakil mafiaku?" Gumamku pelan.

"Karena... Aku hanya ingin saja."

"Apa kau tidak punya alasannya?"

"Tidak, aku tulus ingin menjadi wakil mafiamu. Yaaah walaupun semua rencanamu gila tapi selalu berhasil bahkan posisi mafia kita adalah mafia tertinggi."

"Itu hanya kebetulan..." gumamku pelan dan memejamkan kedua mataku.

"Kalau kau capek istirahatlah."

"Padahal masih pukul 8 malam tapi tubuhku terasa tidak enak."

"Kamu mau istirahat dulu?"

"Tidak, aku ke pesta Sarah saja dulu."

"Baiklah..." desah Han pelan.

Saat kami masuk ke jalan menuju ke ruamh Sarah, hidungku tercium aroma anyir darah yang membuatku terkejut.

:"Kak Han... Bau darah..." gumamku terkejut, Han langsung mempercepat laju mobilnya dan disaat dirumah Sarah aku melihat banyak mayat yang tergeletak membuatku teringat pembantaian keluarga besarku.

"Valentina..." Ucap Han pelan, aku langsung keluar mobil dan mencari Sarah.

"F-Fifiyan... K-kaukah itu?" Ucap seorang wanita terbata-bata, aku langsung menemuinya dan ternyata wanita itu adalah Sarah.

"Astaga ! Sarah! Apa yang terjadi?" Ucapku terkejut.

"T-Tadi ada sekelompok mafia yang berjubah merah dan tiba-tiba membunuh semua. Fifiyan... Aku takut..." ucap Sarah memeluk kakiku, aku berjongkok dan mengusap pipi Sarah.

"Tenang saja, ada aku... Aku akan membalaskan dendammu."

"Tapi mereka mafia Fifiyan!" Ucap Sarah pelan.

"Tenang saja asal kamu tahu Sarah... Aku ketua mafia tertinggi dan kak Han adalah wakil mafiaku, maafkan aku kalau harus berbohong padamu."

"A-apa yang melakukan ini adalah kamu?"

"Bukan, ini kelakuan musuh..." ucap Han berjalan kearah kami.

"Mafia musuh?" Tanya Sarah terkejut.

"Kami akan mengobatimu dan aku akan menjelaskan detail padamu, apa kamu tidak merasa.... Kesakitan?" Ucap HAn menatap kaki Sarah yang terpotong.

"A-aku ketakutan sampai aku tidak merasakan apapun..." gumam Sarah pelan.

"Kak Han tolong obati sebentar ya, setelah ini kita bawa ke organisasi agar kita tahu siapa orang yang melakukan ini!" Ucapku serius.

"Kenapa kau tidak tanya kepada suamimu itu?"Ucap Han dingin, aku menatap belakang Han telah berdiri pria yang mengikatku sejak kecil.

"S-Suami? Apa Fifiyan sudah menikah?"

"Secara mafia sudah tetapi secara hukum belum, nanti aku akan menjelaskan padamu.." gumam Han mengobati Sarah sedangkan aku berjalan kearah pria bermata merah didepanku.

"Apa kau yang melakukan ini?" Ucapku dingin.

"Bukan.'

:"Lalu... Kenapa kau kemari?" Ucapku dingin, aku berdiri di depannya dan pria itu mengangkat daguku tinggi.

"Hanya khawatir denganmu."

"Khawatir? Haaah untuk apa kau khawatirkan aku?"

"Kau sekarang milikku tentu saja aku mengkhawatirkanmu."

"Sudahlah jangan basa-basi, katakan suapa yang melakukannya!!" Protesku kesal.

"Organisasi musuh terkuat.... Organisasi kematian."

"Benarkah? Bagaimana bisa?" Ucapku terkejut.

"Nama wanita itu Sarah bukan?"

"Ya, lalu kenapa?"

"Kekasih Sarah bernama Alex dan dia ketua mafia kematian."

"Lalu kenapa dia melakukan ini semua?" Tanyaku terkejut.

"Karena Sarah sedang hamil anaknya, sedangkan Alex telah memiliki istri. Mungkin Sarah berpura-pura mati jadi dia bisa terbebas."

"Organisasi kematian ya, apa aku mampu..." gumamku pelan tapi pria di depanku kembali mengangkat daguku tinggi.

"Apa kau ragu?"

"Tentu saja, aku hanya mafia kecil yang...." Selama kau milikku, kau akan aman."

"Tapi kak Han..."

"Itu juga termasuk karena dia adalah wakil mafiamu."

"Benarkah?"

"Ya, jika kau ingin aku melindungi Sarah, aku tidak busa."

"Kenapa? Kenapa kau pilih kasih!!" Protesku kesal.

"Dia bukan prioritasku dan dia dari warga biasa, pastinya kay mengerti maksudku kan?"

"Kalau begitu dia akan terancam...."

"Jika dia berada di wilayah kekuasaanmu Alex tidak akan ikut campur dan gantilah identitasnya karena Alex sudah menganggap Sarah tewas."

"Ohh mmmm b-baiklah..." desahku menggertakkan gigiku pelan saat aku melihat pasangan yang tewas berpelukan sama seperti ayah dan ibu saat terjadi pembantaian dulu.

"Ada apa?"

"T-tidak ada, luakan saja..." gumamku menepis tangan pria itu.

"Aku akan membawa Sarah ketempat aman dahulu..." gumamku pelan, pria itu menatap pasnagan yang tewas di sampingnya dan menatapku kembali.

"Apa karena..."

"Aku sedang tidak minat bercerita..." gumamku pelan.

"Kak Han, mari kembali ke organisasi! Bawa Sarah sekalian..." gumamku pelan dan Han langsung menggendong Sarah kearah mobil. Saat berpapasan dengan pria itu aku berhenti sejenak dan menghela nafas dalam-dalam.

"Jika aku ada minat bercerita pasti aku akan menceritakannya padamu..." gumamku pelan dan pergi masuk kedalam mobil.

"Di dalam mobil Sarah hanya merintih kesakitan sedangkan aku hanya terdiam sedih.

"Valentina, apa kamu teringat... Tuan Valen?"

"Ya."

"Hmmm apa dia tahu siapa pembunuhnya?" Ucap Han mengalihkan pembicaraan.

"Ketua mafia kematian bahkan dia petinggi organisasinya."

"Astaga! Serius? Jika kau berani melawannya dengan posisimu sekarang akan lebih susah!"

"Aku tahu..." desahku pelan.

"... Aku juga sedang memikirkan sebuah rencana tapi... Kemungkinan aku kalah dan tewas sangat besar."

"Astaga jangan kau lakukan rencana gilamu ya!!!" Protes Han kesal, aku melihat Sarah dari spion kaca mobil dan terlihat dia sangat sedih.

"Sudahlah kak Han, tidak usah dibawah biar aku pikirkan cara yang lainnya..." gumamku membuang mukaku dan menatap keluar jendela, air mata tiba-tiba menetes dipipi membuatku hanya bisa menahan kesedihan karena aku tidak mau Sarah terlalu banyak pikiran.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!