suara dering ponsel membuyarkan konsentrasi Demian saat tengah berkutat dengan setumpuk dokumen, ia lalu meletakan bolpoint yang setia berada dalam jemarinya.
Demian langsung membuka isi pesan yang baru masuk dalam ponselnya, matanya membulat sempurna saat membaca pesan tersebut.
"Naiklah ke atap sekarang juga, aku sudah mempersiapkan helikopter disana, masuk atau dalam hitungan menit gedungmu akan hancur oleh hadiah yang aku beri"
Demian mendengus, ia tahu siapa pelaku yang mengirimkannya pesan, meski begitu ia tidak bisa mengabaikannya begitu saja.
"aku perlu bukti"
tak memakan waktu lama, ponselnya kembali berdering menampilkan sebuah foto, dan sebuah alat peledak sudah berada disalah satu ruangan vital perusahaan miliknya.
"Alex sialan.,,." desis Demian dengan geram.
Demian mengumpati pria bernama Alex itu, selain rekan bisnis, Alex adalah sahabatnya dan ia tidak bisa mengabaikan pesan yang di kirim oleh Alex begitu saja. Pria itu sangat nekad, jika di mengatakan akan menghancurkan gedung miliknya, semua itu akan benar benar terjadi.
Tak buang waktu lama Demian segera merapihkan meja kerja yang begitu berantakan, dengan tenang ia keluar ruangan dengan ekspresi datang dan dingin, hatinya mengumpati tindakan sahabatnya itu.
Tiba di atap perusahaannya, ia sudah ada helikopter disana menyambutnya, dua pria berpakaian jas menunduk hormat pada Demian, Demian mendengus akan kemana dirinya di bawa.
"apa yang mereka rencanakan?" tanya Demian.
kedua pria itu menggeleng
"tuan Daniel, tuan Alex, dan Tuan Sean hanya meminta kami untuk menjemput anda, selebihnya kami tidak tahu helli ini akan kemana, mereka akan menunjukan arah saat sudah mengudara " ucap salah seorang pria berjas itu dengan hormat membuat Demian menggeram kesal mendengar jawaban mereka.
"kalian akan habis jika membuatku membuang buang waktu untuk sesuatu yang tidak penting" ucap Demian mengirimkan boice note pada para sahabatnya.
Demian duduk dengan tenang membuka tab miliknya mengecek pekerjaan yang belum selesai, ia menyilangkan kaki agar nyaman, saat helikopter itu terbang mengudara meninggalkan gedung perusahannya yang megah.
cukup lama akhirnya helikopter tersebut mulai menurunkan ketinggian, Demian segera meletakan tab miliknya, kepalanya bergerak melihat ke bawah,.
"kapal pesiar.
Demian kemudia segera turun, saat sudah samapi, tiba disana ia disambut oleh ketiga sahabatnya.
"hai bro wellcome" ucap Alex memeluk Demian, pria itu terlihat santai, meski tadi dirinyalah mengancam Demian.
"lelucon apa ini?" tanya Demian dengan dengusan sebal.
"hari ini hari ulang tahunmu bro, jadi kamii sudah menyiapkan pesta untukmu" ucap Daniel merangkul bahu Demian.
"pesta??, apa kalian sedang bercanda? apa kalian melihatku seperti anak kecil?" tanya Demian dengan wajah penuh kekesalan.
"ayolah bro, jangan sakiti perasaan kami, kami sudah susah payah menyiapkan semua ini untukmu, hitung hitung sebagai hari libur, apa kau tidak bosan setiap hari hanya berpacaran dengan dokumen dokumen yang menumpuk dimeja?" cibir Sean langsung mendapat tatapan tajam Demian.
****
Karina menatap pantulan dirinya di cermin, memperhatikan apakan ia pantas mengenakan gaun yang saat ini ia kenakan, sebuah gaun warna maroon yang sangat kontras dengan warna kulitnya dan juga gaun tersebut terdapat belahan paha yang tinggi, dan memperlihatkan punggung nya dengan sangat terbuka.
"you look's seksi babe!!" Seluru Siera nampak sangat puas melihat penampilan sahabatnya.
Karina mendengus kesal, Sore tadi Siera mengajaknya untuk datang kesebuah pesta di kapal pesiar ini, dan dirinya tidak memiliki persiapan apapun, dengan bangganya Siera memberikannya sebuah gaun yang baginya sangat terbuka itu.
"Siera apa ini tidak terlalu terbuka untukku?" tanya Karina memastikan
"tidak sweetie, kau terlihat cantik, dan seksi, jangan tutupi ubuh indahmu itu" jawab Siera dengan tawa kecilnya semakin membuat karina kesal.
"sebenarnya kau mau membaaaku kemana?, tanya Karian mengoleskan lipstik merah pada bibirnya membuatnya terlihat semakin seksi.
"sahabat Alex ulang tahun" jawab Siera.
"aku akan kembali kekamarku jika pesta itu sangat membosankan, sejujurnya aku enggan saat kau mengajakku pergi" ucap Karina membuat Siera panik.
"karina jangan begitu, hanya kau yang aku kenal disini" ucap Sieta memohon.
"lagipula tempatnya tidak terlalu jauh dari kamarmu" lanjutnya dengan wajah memelas.
Karina mendengus "baiklah, tapi jangan memaksaku untuk tinggal disana sampai pesta selesai" ucap Karina membuat Siera tersenyum.
"tentu, ayo kita pergi" ajak Siera dengan penuh semangat.
"sekali kali cuci mata disana pasti akan ada banyak pria tampan" lanjutnya seketika mendapat tabokan tangan Karina pada lengannya membuat dirinya meringis sakit.
Tiba di lantai 3, Siera membwa Karina menuju sebuah ruangan, disana Siera menunjukan undangan esklusif pada para petugas yang berdiri di depan pintu, penjaga tersebut benar benar memastikan keaslian undangan tersebut membuat Karina dan Siera menyerjit heran.
"anda boleh masuk, namun maaf nona demi kenyamanan para tamu, dimohon agar ponsel kalian, dititipkan pada kami, karna pesta ini sangat privat" ucap salah satu dari mereka dengan nada sopan dan tegas.
"tenang saja ponsel kalian akan aman, dan tidak ada hal yang patut dicurigai, semua ini murni untuk kenyamanan bersama, karna para tamu yang datang bukanlah orang sembarangan" ucapnya lagi saat melihat wajah Karina yang enggan dengan peraturan pesta tersebut.
"aku tidak bisa hidup tanpa ponselku" ucap Karina menyenggol lengan Siera, ia merasa keberatan dengan permintaan tersebut.
"kami mengerti" jawab Siera dengan senyum manisnya memberikan ponsel pada petugas terdebut, tak lupa ia merebut ponsel Karina dan menyerahkannya juga. membuat Karina mendengus kesal.
"Siera.,. " ucap Karina keberatan.
"hanya sebentar, dan pesta ini sepertinya bukan pesta biasa, ayolah,.,." ucap Siera memeluk lengan Karina untuk masuk.
"ingat berlian.,." bisik Siera dengan menyerigai.
karina menghela nafas, sebelum masuk mengikuti langkah Siera.
Langkah mereka terhenti saat pintu terbuka, melihat suasana pesta yang benar benar membuat mereka terdiam.
"wow.,. Fuck.,." gunam mereka secara bersamaan.
Ruangan pesta itu terlihat mewah, dengan dekorasi dan lampu tamaran yang membuat suasana menjadi intim, para tamu undangan terlihat bukan orang sembarangan, baik pria dan wanita rata rata memakai warna hitam menunjukan sebuah dominasi kuat.
"siera, mengapa aku merasa takut, kau yakin ini tempatnya" bisik Karina meremas tangan Siera.
"tentu saja, aku yakin Alex tidak salah memberi undangan" jawab Siera mencoba untuk tenang meski dirinya juga merasa tegang.
Karina dan Siera menatap sekeliling, beberapa orang terlihat memegang gelas berisi minuman, ada yang berdansa namun gerakan mereka terlihat sangat intim untuk bisa di katakan dansa. Beberapa orang terlihat menghisap sebuah bubuk.
"aku tahu mengapa kita tidak diperbolehkan membawa ponsel masuk kedalam" bisik Siera.
Karina mengangguk, " ini bukan pesta biasa" ucapnya meremas tangan Siera
Siera menarik Karina untuk duduk disalah satu sofa, pesta itu sangat berbeda dari pesta yang pernah mereka datangi, Karina nampak terpaku melihat para pria menari dengan gerakan provokatif dan sangat intim pada penari striples yang berada disana.
"Dimana Alex?" tanya Karina mengalihakan pandangan saat melihat hal yang tidak senonoh.
“Entahlah, dia sudah berada di kapal ini sejak tadi sore, tadi kami juga sempat bertemu, mungkin sebentar lagi juga datang” jawab Siera mencoba santai meskioun hatinya tidak karuan.
"ah aku lupa, dia sedang menjemput temannya yang berulang tahun" lanjut Siera dengan lega.
“Kalau pesta ini membosankan, aku akan langsung kembali ke kamarku,” ancam Karina sambil bersandar , ia menatap sekeliling, mengamati pesta yang baru pertama kali ia jumpai.
Siera memutar bola matanya. “Ayolah, belum juga mulai.” Ia meringis, terlihat gelisah karena kekasihnya belum juga datang.
Karina kembali mengedarkan pandangannya ke ruangan yang penuh dengan kemewahan. "Kau lihat pesta ini tidak normal, aku merasa tidak nyaman, mereka terlalu vulgar, dan lihatlah apakah mereka sedang menghisap sabu?" tanya Karina
Siera terkekeh kecil. “Tentu saja, ini pesta para miliarder, Karina. Apa kau lupa siapa Alex? Tentu saja sahabat-sahabatnya juga kaya raya seperti dia, dan yang pasti pestanya lebih dari level kita" ucap siera.
belum sempat Karina membalas, Siera sudah lebih dulu berdiri, "nah itu mereka" ucap Siera dengan senang.
"sayang,.,." panggil Siera melambaikan tangannnya oada pria yang begitu ia cintai.
Karina menoleh kearah yang ditunjuk Siera, matanya menangkap ke empat pria yang sedang memasuki ruangan, kehadiran mereka langsung menarik perhatian seluruh tamu khususnya para tamu wanita, merekan terpaku oleh ketampanan, dan aura dominasi yang begitu kuat yang dimiliki oleh Alex dan para pria yang belum Karina kenal.
Dari ke empat pria itu, karina hanya mengenal Alex saja. Siera langsung memeluk kekasihnya itu dengan wajah bahagia
"wow kau datang bersama dokter cantik ini sayang" ucap Alex
“Tentu saja, aku sudah membungkamnya dengan berlian,” jawab Siera sambil tertawa kecil, memeluk lengan Alex dengan manja.
Alex menoleh ke arah Karina. “Hai, Karina. Terima kasih sudah menemani kekasihku di sini.”
Karina tersenyum tipis dan menjawab, “Ya, seperti yang Siera katakan, berlian langka itu cukup membuatku tertarik.” jaaab Karina dengan kekehan kecilnya.
"tapi jika tidak membaaa bawa berlian, aku juga tetap berada disini, kau tahu bukan Kekasihmu seperti apa?" tanya Karina dengan nada mencibir membuat Alex terkekeh renyah.
"ya akupun akan selalu kalah jika berdebat dengannya" balas Alex, Karina mengangguk setuju.
"ohya kenalkan mereka sahabatku, Daniel, Sean, Demian" ucap Alex.
Baik Karina dan Siera saling tersenyum ramah sebagai perkenalan.
"Hi girl, selamat datang dan selamat menikmati pestanya oke" ucap Sean dengan ramah.
Karina dan Siera mengangguk denagn senyum, namun fokus Karina sejak tadi tertuju pada pria yang berada paling belakang, yang tampak sibuk dengan ponselnya.
"lalu diantara kalian siapa yang berulang tahun?" tanya Siera penasaran.
"Demian.,." tunjuk Alex pada pria yang berada di paling belakang.
"yang belakang" ucap Siera mengerti.
Karina menatap pria itu yang bernama Demian, pria itu satu satunya yang membuat dia tidak bisa mengalihkan tatapnya pada yang lain, ada uara yang membuatnya penasaran akan sosok Demian, pria dengan wajah tenang, garis rahang yang keras dengan kontur wajahnya yang begitu kokoh mampu membuat Karina tidak bisa mengalihkan tatapan matanya
"Demian.,., " panggil Alex
Demian segera menoleh dan mematikan sambungan teleponnya, lalu menaruh ponsel tersebut ke dalam jas hitam gerakan itu tidak luput dari mata Karina.
"sorry, what.,.?" tanya Demian pada Alex,
suara itu, suara yang mampu membuat semua wanita terhipnotis.
"kenalkan ini Siera, kekasihku ingin memberikan selamat untukmu.,." jawab Alex.
Demian tersadar ada sebuah tangan yang menggantung diudara, dan pemilik tangan itu adalah Siera.
"Thankyou" jawab Demian singkat, menjabat tangan Siera dengan nada yang terdengar datar.
Karina yang berada disebelah Siera, reflek mengulurkan tangannya.
"selamat ulabg tahun" ucap Karina, postur tubuh demian yang tinggi menbuat karina mendongak untuk menatap wajah pria itu.
Demian segera menatap siapa sang pemilik suara tersebut, saat tangan mereka bersentuhan, sesuatu yang aneh terjadi. Sentuhan itu membuat tubuh Karina merasa mengecil, terlebih tatapan Demian sangat dalam penuh dengan ketenangan.
Mata Demian sangat tajam, wajah pria itu tetap datar dan tenang seperti matanya yang tidak menunjukan emosi apapun membuat Karina terhipnotis dan menahan nafas.
Demian menatap wajah Karina secara menyeluruh, jenis wajah yang pertama kali ia lihat, bibir mungil wanita itu mampu membuatnya terdiam.
"terimakasih" jawab Demian dengan datar lalau melepas tangan mereka.
Karina menengguk ludahnya kasar, merasa Demian memiliki aura begitu kuat yang sulit ia abaikan.
Pesta malam itu semakin meriah. Sean, dengan karakternya yang ramah, menjadi pusat perhatian sejak awal. Kepribadiannya yang ceria membuat semua orang nyaman, termasuk Karina dan Siera yang baru mengenalnya. Kini, Sean terlihat sibuk menenggak gelas demi gelas akibat kalah bermain suit melawan Siera.
"Ayo, Sean! Tujuh gelas lagi!" seru Siera dengan nada menggoda, mereka sejak tadi bermain suit, dan siapa yang kalah harus minum sesuai kesepakatan antara mereka.
Sean mendengus frustrasi, "Ah, sial. Baru kali ini aku kalah melawan wanita. Selama ini tanganku selalu membawa hoki." kesal Sean mengacak acak rambutnya.
Karina ikut tersenyum kecil di menikmati tingkah mereka "Kau juga, Karina! Jangan lupa, kau kalah juga tadi. Lima gelas menunggumu." ucap sean membjat Karina mendengus kesal, pria itu menyebalkan juga.
"Tenang saja, aku akan minum setelah kau selesai," balas Karina santai, lalu mengangkat alis dengan senyum tipis dan tatapan mengejek.
Sementara itu, Alex yang duduk tak jauh dari mereka mulai berbicara. Ia memegang gelas wine dengan elegan, matanya sesekali melirik ke arah Sean yang tampak konyol dan kekasihnya yang nampak menggemaskan di depan matanya.
"Aku pertama kali bertemu Siera empat bulan lalu. Saat itu, dia mengantar Karina ke mansionku, saat itu aku langsung jatuh cinta pada Siera dan Karina adalah dokter pribadi kakekku," ujarnya santai, menarik perhatian Daniel dan Demian.
"Dokter?" tanya Daniel memastikan.
"Ya, dia dokter spesialis jantung, dan kakekku adalah salah satu pasien VVIP-nya," jelas Alex, dengan nada bangga.
Demian yang duduk diam tak banyak bicara. Namun, matanya sejak tadi terpaku pada Karina. Ia tak bisa mengalihkan pandangan dari wanita itu. Pipi Karina yang memerah karena wine terlihat semakin menggemaskan, dan caranya tertawa begitu lembut. Ada sesuatu yang damai dalam diri Karina yang membuat Demian sulit berpaling.
Karina mulai merasa ada yang mengamatinya. Saat ia mengangkat wajah, ia mendapati tatapan Demian yang tajam. Tatapan pria itu begitu menusuk, membuat tubuhnya seketika kaku. Cepat-cepat Karina memalingkan wajah, mencoba menghilangkan kegugupan yang tiba-tiba muncul.
"Aku ikut berdansa," kata Siera sambil menarik Alex ke lantai dansa. "Bagaimana denganmu, Karina? Mau ikut?"
Karina menggeleng pelan, tersenyum kecil. "Tidak, kau saja. Aku lebih suka menikmati suasana dari sini."
Sean tak mau kalah. "Aku ikut! Wanita-wanita di sini terlalu cantik untuk dilewatkan," katanya dengan kekehan khasnya.
"Kau sejak tadi menggoda Karina dan sekarang??, dasar buaya.,." Cibir Siera
Sean hanya tertawa kecil mendengar cibiran dari Siera.
"Karina buat dirimu nyaman, nikmati pesta ini" ucap Alex, Karina mengangguk mengerti.
setelah Alex, Siera, dan Sean pergi, suasana terasa canggung. Karina kini hanya berdua dengan Daniel dan Demian, dua pria yang sejak tadi lebih banyak diam. Untuk mengurangi rasa gugupnya, ia memainkan gelas wine di tangannya.
"Kau tertarik padanya?" tanya Daniel tiba-tiba kepada Demian, memecah keheningan.
Demian hanya mengangkat sudut bibirnya, Tatapannya tetap pada Karina yang kini tampak asyik memperhatikan Siera dan Alex berdansa di lantai dansa. Tubuh Karina bergerak pelan mengikuti alunan musik, meskipun ia tetap di tempatnya.
perhatian Demian tiba-tiba teralihkan ketika seorang wanita dengan gaun seksi menghampirinya. "Hai, Demian. Happy birthday," sapa wanita itu dengan senyum manis, lalu memeluk Demian erat.
"Thanks, Lily," jawab Demian singkat dengan nada datar.
Karina, yang menyadari momen itu, langsung menoleh. Namun, ketika mata mereka bertemu, ia buru-buru membuang pandangannya, mencoba menyembunyikan rasa tidak nyaman yang muncul.
Tiba-tiba, perhatian semua orang di pesta teralihkan ke kerumunan di tengah ruangan. Tanpa pikir panjang, Karina berlari ke sana.
"Ada apa?" Tanya Daniel menatap Demian penuh selidik
Demian segera berlari kearah kerumunan diikuti Daniel, ia khawatir ada seseorang yang ingin mengacaukan pesta yang telah disiapkan oleh para sahabatnya
Di tengah kerumunan, seorang pria tergeletak tak sadarkan diri.
"Aku butuh es batu!" seru Karina tegas sambil memeriksa kondisi pria itu. Suaranya terdengar jelas, memecah kebingungan di ruangan itu.
Daniel segera memanggil pelayan
"Cepat ambilkan es batu dan berikan padanya" teriak Daniel dengan lantang.
sementara Demian tetap memperhatikan Karina dengan tatapan intens, ia menggeram saat baru menyadari gaun yang dikenakan Karina sangat terbuka di bagian punggung.
Ketika pelayan membawa es batu, Karina tanpa ragu mengambil pisau di meja dan memotong bagian bawah gaunnya. Aksinya membuat semua orang tercengang, namun juga terkagum-kagum. Ia menggunakan potongan kain itu untuk membungkus es batu dan meletakan nya pada bagian bawah kepala pria tersebut lalu mengambil bebrapa es bagu lagi dan menempelkannya pada wajah serta leher pria itu.
Tak lama kemudian, tim medis tiba.
"Otot kaki kirinya lebih tegang dari otot kanan, Pria ini mengalami gejala sindrom MELAS, ditandai dengan kejang parsial," jelas Karina kepada mereka dengan nada profesional. Kata-katanya penuh keyakinan, memperlihatkan kemampuannya sebagai dokter.
"Terimakasih telah memberi pertolongan pertama, kami akan menindak lanjuti" ucao tim medis tersebut, Karina mengangguk dengan senyum.
Setelah situasi terkendali, Siera langsung memeluk Karina dengan bangga. "Kau luar biasa!" serunya.
Sean, yang kembali dari lantai dansa, ikut berkomentar. "Wow, itu keren sekali!"
Alex menambahkan, "Sudah kubilang, dia dokter yang hebat."
Namun, Karina hanya tersenyum kecil. "Jangan terlalu berlebihan. Aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan," balasnya dengan rendah hati.
Ia lalu membisikkan sesuatu pada Siera. "Aku harus kembali ke kamar. Tidak mungkin aku tetap di sini dengan gaun seperti ini."
Siera mengangguk, lalu berkata pelan, "Baiklah. Tapi setidaknya kau harus pamit pada Demian dulu" ucap Siera membuat Karina terdiam
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!