Di sebuah kos-kosan tua di pinggiran kota, ada satu kamar yang terkenal angker: Kamar 13. Bukan karena bentuknya yang menyeramkan, tapi karena penghuninya selalu pergi dengan alasan yang sama—ada hantu pocong yang suka menyanyi dangdut tengah malam.
Malam itu, Budi, seorang mahasiswa yang terkenal dengan sikap santainya, memutuskan untuk menyewa Kamar 13 karena harganya murah. “Hantu? Ah, paling cuma cerita buat nakut-nakutin orang. Lagi pula, aku kan tidur pake headset, nggak bakal denger apa-apa,” katanya sambil tertawa kecil.
Malam pertama, suasana di kamar terasa aneh. Lampu redup-redup sendiri, dan kipas angin tiba-tiba mati saat Budi sedang belajar. Tapi dia tidak peduli. “Ini kos tua, wajar kalau listriknya ngaco,” gumamnya sambil memakai headset.
Tepat pukul 12 malam, suara aneh mulai terdengar. “Jreeeng... Dangdut is the music of my country...” Budi membuka mata, bingung karena headset-nya sudah mati sejak tadi. Dia mendengar suara itu langsung dari dalam kamar.
“Siapa di sana? Jangan main-main, ya!” teriak Budi dengan suara lantang. Tapi tidak ada jawaban, hanya suara nyanyian semakin keras. Dengan keberanian yang pas-pasan, dia menoleh ke belakang.
Di sudut kamar, berdiri sesosok pocong. Tapi bukan pocong biasa. Pocong itu mengenakan kacamata hitam dan memegang mikrofon mainan yang menyala warna-warni.
“Selamat malam, penonton! Mari kita sambut lagu terbaru saya, ‘Pocong Bercinta’!” katanya sambil memulai aksi panggung.
Budi terdiam, antara takut dan bingung. “Apa-apaan ini? Pocong kok malah nyanyi?! Hei, kamu ngapain di sini?”
Pocong itu berhenti sejenak, lalu berkata, “Oh, maaf. Aku biasanya perform buat penghuni sebelumnya. Tapi mereka selalu kabur. Kamu penghuni baru, ya? Selamat datang!”
“Kamu... serius?” Budi mengerutkan kening. “Kamu ini hantu atau komedian?”
“Aku dua-duanya! Pocong multitalenta. Nama panggungku Pocong Hilarious.” Pocong itu meloncat ke meja, seolah-olah panggung konser.
Budi yang awalnya ketakutan, mendadak merasa lucu dengan situasi itu. “Kamu ini aneh banget. Kalau kamu mau tinggal di sini, nggak usah nyanyi tengah malam. Aku mau tidur, oke?”
Pocong itu terlihat kecewa. “Tapi kalau aku nggak nyanyi, aku merasa nggak berguna. Lagian, hidupku udah bosan, masa jadi hantu juga bosan?”
Budi menghela napas panjang. “Oke, gimana kalau kamu nyanyi siang aja? Aku bakal bantuin promosi, mungkin kamu bisa terkenal.”
Mata pocong itu berbinar—setidaknya itu yang Budi pikirkan. “Serius? Kamu mau jadi manajerku? Wah, ini kesempatan emas!”
“Tunggu dulu,” Budi memotong. “Aku nggak bilang jadi manajer. Aku cuma nggak mau tidurku terganggu, ngerti?”
Pocong itu mengangguk, meskipun agak sulit dilakukan dengan tubuhnya yang terikat kain kafan. “Baik, aku janji. Mulai besok, aku hanya akan tampil di siang hari.”
Malam itu, Budi merasa seperti orang paling aneh di dunia karena dia baru saja membuat perjanjian kerja sama dengan hantu. Tapi di sisi lain, dia juga penasaran, apakah mungkin seorang pocong benar-benar bisa menjadi penyanyi terkenal?
Keesokan harinya, suara dangdut kembali terdengar, tapi kali ini di halaman kos. Para tetangga berkumpul, terhibur oleh aksi Pocong Hilarious. Dan Budi hanya bisa menggeleng sambil tersenyum.
“Kos ini memang aneh,” pikirnya. Tapi mungkin, aneh itu tidak selalu buruk.
Hay Guys Bantu Like dan Coment membangun ya🥰
Keesokan harinya, sesuai perjanjian, Pocong Hilarious memutuskan untuk menggelar pertunjukan di siang hari. Halaman kos disulap menjadi panggung sederhana, lengkap dengan kursi plastik, lampu bohlam warna-warni, dan, entah dari mana, sebuah sound system bekas. Budi hanya bisa menggelengkan kepala sambil mengumpulkan penghuni kos untuk menonton.
“Yuk, yuk! Semua orang kumpul! Ada hiburan gratis!” teriak Budi sambil membagikan brosur buatan tangan yang bertuliskan: “Konser Perdana: Pocong Hilarious”.
Beberapa penghuni kos yang penasaran mulai berkumpul, termasuk Mbak Rini, penjaga kos yang terkenal suka gosip, dan Pak Eko, penghuni yang suka main catur sendirian.
Saat semuanya sudah duduk, suara berisik terdengar dari belakang. Ternyata Pocong Hilarious sedang mencoba memasang mikrofon di kain kafannya. “Eh, tolong bantuin, dong. Susah banget nyelipin ini di sini,” katanya kesal.
Budi mendekat dan membantu. “Kamu ini, kalau mau jadi penyanyi profesional, harus lebih siap. Penonton nggak suka kalau performancenya ngaco.”
“Tenang aja! Kalau aku udah mulai nyanyi, mereka pasti terpesona,” jawab Pocong Hilarious dengan percaya diri.
Akhirnya, konser dimulai. Pocong Hilarious melompat ke atas panggung dan membuka dengan lagu dangdut klasik. “Bukan aku tak cinta... Jreeeng!”
Suara pocong itu menggelegar, tapi sayangnya lebih mirip suara kipas rusak daripada penyanyi. Penonton mulai bingung. Pak Eko bahkan berbisik, “Ini hantu beneran atau prank, sih?”
Tapi bukannya menyerah, Pocong Hilarious mencoba gaya lain. Dia mulai melakukan gerakan melompat-lompat seperti kangguru sambil bernyanyi. Entah kenapa, aksi itu malah membuat penonton tertawa terbahak-bahak.
“Wah, lucu banget! Ini kayak stand-up comedy dangdut!” kata Mbak Rini sambil mengusap air mata karena terlalu banyak tertawa.
Pocong Hilarious berhenti sejenak. “Ehem, sebenarnya aku memang mencampurkan komedi dalam setiap aksiku. Jadi, terima kasih atas apresiasinya!” katanya dengan gaya sok profesional.
Setelah beberapa lagu dan aksi kocak lainnya, penonton mulai terbiasa dengan keanehan Pocong Hilarious. Bahkan ada yang merekam dan mengunggah video ke media sosial.
Di tengah keramaian, Budi memperhatikan seseorang berdiri di sudut halaman. Sosok itu tampak berbeda dari penonton lainnya. Tubuhnya tinggi, dengan wajah pucat dan sorot mata tajam. Ketika konser selesai, sosok itu mendekati panggung.
“Siapa kamu?” tanya Budi, merasa sedikit waspada.
“Aku Darto, agen pencari bakat dari dunia gaib,” jawab sosok itu dengan suara berat. “Penampilan tadi cukup menarik. Aku ingin menawarkan kesempatan untuk Pocong Hilarious tampil di acara ‘Gaib’s Got Talent’.”
Budi terdiam, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Sementara itu, Pocong Hilarious tampak bersemangat. “Wah, ini mimpi jadi kenyataan! Akhirnya aku bisa jadi artis terkenal di dunia gaib!”
Namun, Budi punya firasat buruk tentang tawaran itu. “Tunggu dulu. Apa syarat dan ketentuannya?” tanyanya.
Darto hanya tersenyum samar. “Hanya satu. Jika dia gagal, dia harus menjadi hantu pekerja selamanya di dunia bawah.”
Pocong Hilarious terdiam sejenak, lalu menoleh ke Budi. “Bagaimana menurutmu, manajer?”
Budi menghela napas panjang. “Ini gila. Tapi, kalau kamu yakin, aku akan mendukungmu.”
Dengan semangat membara, Pocong Hilarious menerima tawaran itu. Namun, Budi tidak bisa menghilangkan perasaan cemas yang mulai menghantuinya. Apa sebenarnya yang menanti mereka di dunia gaib?
Bersambung Ke Episode ke 3
Yukkk guys ikuti gimana Cerita selanjutnya 💥
Jangan Lupa Like dan Coment yg Membangun Ya Guys🥰
Setelah menerima tawaran untuk mengikuti "Gaib’s Got Talent," Pocong Hilarious langsung bersemangat mempersiapkan penampilannya. Tapi, seperti biasa, Budi harus menjadi otaknya.
“Kamu nggak bisa hanya bergantung pada gaya melompat-lompat dan suara falsmu, Pocong. Kita butuh sesuatu yang lebih unik,” kata Budi sambil menyusun rencana.
“Aku kan sudah unik! Pocong penyanyi dangdut, siapa lagi yang punya konsep seperti itu?” balas Pocong dengan percaya diri, sambil mencoba melatih vokal. Suaranya justru membuat lampu di kamar kos berkedip-kedip.
Budi hanya bisa menggeleng. “Kamu unik, tapi kompetisinya ada di dunia gaib. Kita nggak tahu siapa pesaingmu. Mereka mungkin jauh lebih menyeramkan dan berbakat.”
Pocong terdiam sejenak. “Jadi, apa yang harus aku lakukan?”
“Kita harus cari pelatih. Dan aku tahu siapa yang bisa membantu,” kata Budi.
---
Malam itu, Budi membawa Pocong ke kamar Pak Eko. Setelah mengetuk pintu beberapa kali, pria tua itu membuka dengan ekspresi penasaran. “Ada apa, Bud? Malam-malam ke sini, bawa pocong lagi.”
“Kami butuh bantuan, Pak. Bapak kan sering cerita tahu banyak tentang dunia gaib. Apa Bapak kenal hantu yang bisa melatih dia?” tanya Budi, sambil menunjuk ke Pocong Hilarious yang sibuk mencoba pose dramatis.
Pak Eko mengusap dagunya. “Hmm, ada satu. Namanya Bu Jamilah, kuntilanak tua yang dulu penyanyi opera sebelum jadi hantu. Dia tinggal di kuburan belakang kos ini.”
“Kuburan belakang kos?!” Budi kaget.
“Ya, tempat itu bukan cuma kuburan biasa. Kalau kamu punya alasan kuat, kamu bisa bertemu dengan hantu yang kamu cari,” jelas Pak Eko.
---
Beberapa menit kemudian, Budi dan Pocong Hilarious sudah berada di kuburan yang disebut Pak Eko. Tempat itu gelap dan sunyi, hanya terdengar suara jangkrik.
“Tolong, aku cuma mau latihan. Jangan ada hantu serem lain yang muncul,” gumam Budi sambil menyalakan senter.
Pocong Hilarious melompat-lompat, mencoba mencari siapa yang harus mereka temui. “Bu Jamilah! Aku butuh pelatih vokal! Tolong bantu aku!” teriaknya.
Tiba-tiba, angin dingin berhembus, dan sosok seorang kuntilanak muncul di atas salah satu nisan. Rambutnya panjang, matanya bersinar merah, tapi dia memakai gaun putih yang tampak mewah.
“Kamu siapa, dan kenapa berisik di tempatku?” tanya kuntilanak itu dengan suara melengking.
“Aku Pocong Hilarious, calon bintang dangdut dunia gaib. Aku butuh pelatih vokal, dan katanya kamu yang terbaik,” jawabnya dengan nada percaya diri.
Bu Jamilah tertawa pelan. “Dangdut? Itu genre yang jauh dari opera, tapi aku suka tantangan. Baik, aku akan melatihmu, tapi ada satu syarat.”
“Apa itu?” tanya Pocong, penasaran.
“Jika kamu gagal di kompetisi, kamu harus jadi penyanyi pribadiku selama-lamanya,” katanya dengan senyum menyeramkan.
Budi langsung cemas. “Tunggu, itu syarat yang berat! Apa nggak ada cara lain?”
“Tidak ada. Dunia gaib tidak mengenal belas kasihan,” balas Bu Jamilah.
Pocong Hilarious mengangguk tegas. “Aku setuju. Kalau aku mau sukses, aku harus ambil risiko.”
Bu Jamilah turun dari nisan dan mulai melatih. Dia mengajarkan teknik vokal, cara mengatur napas (meski Pocong jelas tidak punya paru-paru), hingga gerakan panggung yang dramatis. Latihan itu berlangsung sepanjang malam, membuat Budi hampir tertidur karena kelelahan.
Akhirnya, saat fajar mulai menyingsing, Bu Jamilah tersenyum puas. “Kamu punya bakat, Pocong. Tapi perjalananmu masih panjang. Jangan kecewakan aku.”
Pocong Hilarious membungkuk hormat. “Terima kasih, Bu Jamilah. Aku akan memberikan yang terbaik.”
Namun, di dalam hati, Budi merasa semakin gelisah. Dengan segala taruhan yang ada, mampukah Pocong Hilarious benar-benar bersinar di kompetisi itu?
(Bersambung ke Episode 4)
Bantu support Like dan Coment yg Membangun Ya Guys 🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!