Di pagi yang masih berkabut terlihat sebuah mobil bermerek Lamborghini Aventador Hitam meluncur dari jalan raya yang sangat panjang yang tak dapat terlihat ujung dari jalan raya tersebut.Mobil itu tak sadar bahwa di sekitar pinggir jalan raya itu adalah hutan tak terlihat di dalam peta internet namun mobil ini terus saja melaju dengan kecepatan tinggi hingga terlihat seperti komet di angkasa raya yang tertutup awan gelap.
Mobil ini dikendarai oleh seorang pemuda berusia dua puluhan yang tampan, berkulit putih dan tubuh tinggi besar. Pemuda ini bernama Chen Feng atau yang biasa dikenal Eddy Chen. Ia mendapat tugas dari perusahaannya bekerja di Kota Shanghai untuk pergi dinas ke kota Tian bagian timur.Maka, pada hari itu Ia mengendarai mobilnya meninggalkan kota Shanghai melalui peta internet yang sudah Ia kuasai selama ini.
"Eh,jalan ke arah kiri-ku saat ini sungguh indah sekali dan terdapat pintu masuk utama ke kota yang aku tuju".batin Eddy Chen sambil memperhatikan setir mobilnya yang pintar dan canggih melalui kaca spion nya. Karena dirinya merasa benar maka ia segera mempercepat laju mobilnya ke arah yang ia tuju.Dan, sesampainya di pintu masuk utama ke kota ini. Ia pun terpanah melihat banyaknya kerumunan massa yang berduyun-duyun menuju ke kotanya.Karena Ia merasa ingin tahu, maka ia pun menghentikan mobil di area parkiran yang tertulis di lapangan di alun-alun kota tersebut.
Kemudian, Ia membuka pintu mobil dan keluar dari sana.Ia mengikuti rombongan besar yang sangat menarik perhatiannya dan di antara rombongan itu terdapat seorang gadis cantik jelita sekali berusia delapan belas tahun yang berpakaian serba putih. Ia pun terpesona saat melihat sepasang mata lebar dan indah yang memancarkan cahaya matahari yang sejuk di musim semi dari gadis itu.
Ketika Ia melihat rombongan besar berjalan dengan sangat cepat namun hati-hati di sebuah undakan lantai marmer warna hijau tua.Ia pun mempercepat langkahnya dan mengikuti terus rombongan besar tersebut. Lalu, Ia mendengar suara lantang dari arah timur laut.
"Wahai para pasangan muda dan mudi warga kota Huang yang baik dan berkualitas tinggi untuk ikuti tata cara yang benar dalam prosesi pernikahan ini yang diselenggarakan oleh Kepala Desa kita yang baik hati ini".Suara tersebut membuat rombongan besar itu bersemangat sekali.
"Wah, teman-teman mari kita segera ke rumah besar kepala desa Huang! " seru salah seorang pria dari rombongan besar tersebut dengan nada antusiasme kepada rombongannya.
"Iya,Ayo...Aku sudah tak sabar lagi untuk menemui Kepala Desa Huang".ujar seorang pria lain yang Eddy Chen lihat berwajah agak pucat dari tempat Eddy Chen berdiri di dekat gadis cantik jelita berpakaian putih.
Rombongan besar itupun bergegas menuju ke rumah besar yang merupakan satu-satunya rumah paling mewah disana.Rumah itu di hiasi bunga-bunga yang cantik dan harum dengan warna yang berbeda- beda. Dirumah itu tertulis dengan tulisan kuno yang amat menarik perhatian dari Eddy Chen.
"Lihat Kepala Desa Huang telah menunggu kita di ruang utama rumahnya...!" seru pria wajah halus di sisi kanan pria wajah agak pucat kepada rombongan di sekitarnya.
"Ei, coba kau lihat dengan jelas".kata gadis muda dan cantik di sisi kiri Eddy Chen kepada gadis cantik jelita berpakaian putih di sisi kanan Eddy Chen.
"Xiu Xiu, apakah Ibumu setuju dengan kamu yang mau mengikuti ajang pencarian suami istri yang saat ini diadakan oleh Kepala Desa Huang untuk kita para muda dan mudi di desa ini?" tanya gadis cantik jelita berpakaian putih kepada temannya yang kini pindah ke sisi kanan Eddy Chen dengan sepasang matanya merasa heran dengan kehadiran Eddy Chen di sekitar mereka.
"Iyalah, aku kan sudah berusia cukup untuk menikah dan memiliki pasangan." jawab Xiu Xiu teman gadis cantik jelita berpakaian putih itu sambil melirik ke pria wajah agak pucat di depan mereka."Kalau kamu bagaimana,Anna? "tanya balik Xiu Xiu kepada gadis cantik jelita berpakaian putih.
"Aku? Aku belum tahu. Aku cuma mau melihat-lihat saja".jawab Anna si gadis cantik jelita berpakaian putih itu dengan suaranya yang halus merdu sekali bagaikan suara denting alat musik kecapi oleh kedua telinga Eddy Chen.
Pemuda ini semakin terpesona terdapat gadis cantik jelita berpakaian putih itu dan anehnya gadis cantik jelita berpakaian putih tersentak sedikit dan melihat ke arah Eddy Chen yang segera menundukkan kepala dengan tersipu malu sendiri." Aduh, aku ini kenapa memalukan diriku sendiri seperti ini?"batin pemuda tampan itu sambil mengusap- usap telapak sepatu di kaki kanan di lantai marmer warna hijau tua di sekitar rumah besar Kepala Desa Huang.
Tak lama kemudian muncullah seorang pria paruh baya berwajah tampan dan berwibawa dari ruangan dalam rumah besar tersebut dengan diikuti oleh lima orang pria dan wanita berpakaian cheongsam warna hitam bermotif burung Hong dengan wajah wanita itu begitu agung.Dan kemunculannya membuat para rombongan besar tersebut terdiam serentak dan tak ada seorangpun berani untuk mencoba bicara.
Lalu pria paruh baya yang pertama dan memiliki raut muka lembut namun berwibawa telah berjalan ke tengah-tengah ruangan utama dan melihat semua orang muda -mudi di hadapannya dengan senyum tak pernah hilang dari wajahnya tua itu. Namun, Ia mengangkat alis kirinya saat menemukan Eddy Chen di antara rombongan besar tersebut.Pria paruh baya itu menghela napas dalam-dalam tak terlihat oleh sepasang mata Eddy Chen yang benar-benar tidak melihat sesuatu yang berbeda dari raut muka tua di depannya.
"Para muda dan mudi warga Desa Huang yang amat Aku Huang Ji sayangi terimakasih untuk datang ke ajang pencarian suami- isteri yang selalu rutin setiap tahun diadakan oleh Ku sebagai Kepala Desa Huang yang kita cintai. Nah, marilah kalian mendekat dan lihatlah kotak-kotak warna putih di hadapan kalian dan ambillah amplop warna merah di dalamnya yang ada tertulis nama kalian semua.Dan, apabila kalian semua ada yang mendapatkan benda yang ada di dalamnya dan terdapat di salah satu amplop warna putih itu maka kalian akan terikat dengan pasangan yang telah ditentukan oleh para leluhur Agung dari Desa Huang kita ini".kata Kepala Desa Huang Ji nada berwibawa sekali kepada rombongan besar tersebut di hadapannya.
" Baik, Kepala Desa Huang..!" sahut rombongan besar tersebut dengan serentak sambil bergerak maju ke arah kotak-kotak warna putih di belakang Kepala Desa Huang.
Bersambung!!
Satu persatu dari rombongan besar tersebut berbaris sesuai urutan untuk berjalan menuju ke arah kotak- kotak putih dan mereka mengulurkan tangan kanan mereka yang dimasukkan ke kotak-kotak putih dan mengambil lalu mengeluarkan amplop warna merah. Tiap orang membuka, membaca nama calon suami- isteri yang dipilih oleh Kepala Desa Huang Ji untuk dinikahkan secara resmi dan serentak.
"Ling Yan, kau mendapatkan Nona Yang Zi untuk dijadikan sebagai isterimu".kata pria muda yang tadi berdiri di depan barisan Eddy Chen dan kedua gadis di sisi kanan Eddy Chen kepada pria berwajah agak pucat di dekatnya usai melihat nama seorang gadis di kertas merah di tangan Ling Yan.
" Iya, aku beruntung sekali bisa mendapatkan Nona Yang Zi yang manis dan telah lama Aku impikan di setiap malamku."ujar Ling Yan dengan nada gembira seraya tersenyum bahagia dan menatap gadis yang dipilihkan oleh Kepala Desa Huang Ji untuknya.
Nona Yang Zi pun melangkah maju ke hadapan Ling Yan yang cepat menggandeng tangan gadis cantik di hadapan pemuda tampan itu. Sedangkan Nona Xiu Xiu terlihat bingung sekali saat melihat tulisan di kertas merah ditangan mungilnya sehingga gadis itu memberikan kertas merah ditangannya kepada Nona Anna si gadis cantik jelita berpakaian putih yang kini berdiri berdekatan dengannya.
"Xiu Xiu,kertas merah-mu tak ada tulisan nama untuk pasanganmu..?" bisik Anna terlihat bingung juga di wajahnya yang cantik jelita kepada sahabatnya itu. Xiu Xiu mengangguk lesu seraya sepasang matanya itu menatap tak percaya kepada Kepala Desa Huang Ji yang kini duduk di kursi roda di dekat wanita paruh baya berwajah agung yang di apit oleh meja kayu jati dengan lima orang pria lain yang berdiri di kedua sisi kedua orang tua itu.
Dan,tatapannya itu membuat Kepala Desa Huang Ji mengalihkan perhatian dari wanita disebelah kanan pria paruh baya itu dan melihat Xiu Xiu dengan satu kali anggukkan kepalanya telah membuat Xiu Xiu dan Anna berjalan kembali ke arah kotak dan kedua gadis itu memasukkan tangan mereka ke dalam kotak di hadapan mereka. Xiu Xiu memperlihatkan tangannya yang kosong. Hal ini berarti Ia tak menemukan satu amplop warna merah sama sekali sehingga Ia makin tidak percaya bahwa Ia tak mendapatkan pasangan di tahun ini.Tetapi, Anna sahabatnya melihat ke arah Eddy Chen yang tersentak kaget karena pemuda ini sama sekali tidak mengikuti rombongan besar muda dan mudi warga Desa Huang yang serentak untuk mengambil amplop warna merah sesuai peraturan dan ketentuan dari Kepala Desa Huang Ji.
Eddy Chen berdiri tegak di tempatnya dengan wajah kebingungan dengan tatapan mata Nona Anna yang menatapnya dengan tajam lalu Nona Anna berjalan ke arahnya dan tangan kanan si Nona Anna telah di ulurkan kepadanya seakan-akan gadis cantik jelita berpakaian putih itu meminta sesuatu darinya. Ia pun semakin kebingungan dengan wajahnya kini menjadi pucat.
"Tuan Muda, Aku minta kamu untuk mengeluarkan batu kecil warna merah yang berada di dalam saku celana panjangmu itu".kata Nona Anna dengan suara merdunya kepada Eddy Chen.
"Eh,batu kecil merah apa yang kamu maksudkan itu, Nona? " tanya Eddy Chen nada bingung kepada Nona Anna.
"Batu kecil merah yang telah kamu sembunyikan dari kami para rombongan besar calon suami-istri yang dijodohkan oleh Kepala Desa Huang Ji yang kini ada di dalam saku celana panjangmu itu." jawab Nona Anna nada lugas sambil menatap Eddy Chen dengan luar biasa tajam sekali namun mempesona pemuda ini.
"Apa katamu? Aku tak ikut mengambil amplop warna merah di kotak-kotak putih itu.., Aku tetap berdiri di sini tempat awal Aku datang ke rumah ini." kata Eddy Chen nada protes yang jelas dan tegas kepada Nona Anna yang mengernyitkan dahi halus yang amat luar biasa memikat pemuda ini dan mendekatinya lalu Ia merasa dirinya telah diinterogasi tak jelas oleh Nona cantik jelita itu."Ehh..! "suaranya menjadi keras dan Ia segera mundur lima langkah dari gadis berpakaian putih itu.
Namun, Ia dikejutkan dengan punggungnya di sikut oleh seseorang sehingga Ia hampir terjerembab ke depan dengan kepala dan wajahnya nyaris mengenai dagu halus Nona Anna. Dan, sebuah batu kecil merah meluncur jatuh ke lantai marmer warna hijau tua di bawahnya dari saku celana panjangnya membuatnya terheran-heran di wajahnya.
Disaat Ia mengangkat wajahnya dan menegakkan kembali tubuh bidangnya.Ia telah melihat batu kecil merah berada di tangan kanan Nona Anna yang kini memberikan batu kecil merah tersebut salah seorang pria yang dipanggil Lao Bai oleh Kepala Desa Huang Ji yang juga telah berdiri di dekatnya.
"Tuan Muda siapa namamu dan kenapa kamu dapat menyembunyikan batu kecil merah di dalam saku celana panjangmu tanpa kami ketahui serta tanpa kau mengambilnya dari kotak-kotak putihku?" tanya Kepala Desa Huang Ji nada selidik yang tajam sekali kepada Eddy Chen.
"Namaku Eddy Chen Feng dan Aku tidak tahu kenapa batu kecil merah berengsek- mu itu berada dalam saku celana panjangku. Yang Jelas Aku tidak pernah mengambilnya.." jawab Eddy Chen judes."Bukankah kau dan semua orang-orang di dekatmu melihat Aku selalu berdiri di tempatku sejak Aku datang ke rumah mu ini? "tanya balik Eddy Chen nada marah kepada Kepala Desa Huang Ji dan Nona Anna yang melihat ke arah Xiu Xiu dan rombongan besar mereka yang kini mengelilingi atau mengurung dirinya di ruangan utama rumah besar Kepala Desa Huang.
Wanita wajah agung berdeham kecil sehingga Kepala Desa Huang Ji menghampiri wanita tersebut dengan wajah penuh senyuman yang manis sekali." Nyonya Besar Deng, apakah ada yang ingin Anda katakan untuk masalah ini kepada-Ku".tanya pria paruh baya itu nada halus kepada wanita itu.
Wanita itu menggunakan jari telunjuknya yang amat mungil dan berkuku runcing mengetuk meja kayu jati di depannya sebelum menjawab pertanyaan Kepala Desa Huang Ji."Huang Ji, Aku lihat pemuda tampan di hadapan kita ini telah berbicara dengan jujur sekali tentang batu kecil merah milikmu itu namun Aku pun telah melihat bahwa batu kecil merah itu telah lama menunggu kedatangannya untuk menjadi seorang pria pilhan bagi putri kesayangan-Ku, Anna. Jadi, Aku ingin kamu mengaturnya untuk kita semua..Bisakah, kau melakukan hal itu untukku?".Lirikannya membuat Kepala Desa Huang Ji segera mengerti akan arti dari tiap jawaban yang diucapkan oleh wanita itu kepada dirinya.
Bersambung!!
Kepala Desa Huang Ji kembali menghampiri pemuda tampan dan aneh yang di kelilingi oleh warga nya di tengah-tengah ruangan utama rumah besarnya.Dan, pria paruh baya itu kini tersenyum ramah dan santun kepada Eddy Chen yang merasa sungkan terhadap pria paruh baya itu.
"Anak muda yang tampan dan baik..Aku Huang Ji sungguh meminta maaf atas ketidaknyamanan dan kesalahpahaman yang tidak disengaja sehingga kau merasa tak nyaman di rumah besar ku ini.Maka, itu Aku ingin kamu dapat menjadi tamu undangan yang istimewa untuk menghadiri pesta pernikahan mereka yang sudah mendapatkan pasangan di siang hari ini disini.Apakah kamu bersedia untuk tinggal berapa hari disini sebagai tamu undangan istimewa di desa Huang kami ini?" tutur Kepala Desa Huang Ji dengan wajah ramah dan santun seraya menatap sekeliling pemuda didepannya itu.
Eddy Chen awalnya ragu untuk memenuhi undangan tersebut namun Ia tidak tahu kenapa Ia sangat ingin tinggal dan hadir untuk pesta pernikahan warga Desa Huang yang menurutnya sangat unik baginya, karena itu Ia menganggukkan kepalanya dan menjawab pria paruh baya dihadapannya dengan ramah juga."Baik, Aku bersedia untuk memenuhi undanganmu, Kepala Desa Huang."
Kemudian, Eddy Chen melihat orang-orang yang tadi mengelilinginya mulai meninggalkan ruangan utama rumah besar Kepala Desa Huang dalam waktu yang amat singkat sekali bahkan dirinya tak lagi melihat kehadiran Nona Anna dan Nona Xiu Xiu di dekatnya.
"Eh, kemana orang-orang tadi di sekeliling Aku?" tanya Eddy Chen terperangah sendiri kepada Kepala Desa Huang yang kini berjalan ke dalam ruangan lain di rumah besar itu bersama rombongan dari Kepala Desa Huang itu.
Lalu sebelum sempat Ia bertanya kepada seorang pria berpakaian putih kelabu yang usang sejak awal Ia datang ke rumah besar Kepala Desa Huang sudah berdiri dengan tegak di samping pintu Ek besar di ruangan utama rumah besar Kepala Desa Huang.Pria itu sudah berdiri di depannya dengan tubuh sedikit membungkuk dan berbicara dengan suara parau.
"Tuan Muda, mari silakan Anda mengikuti Hamba ke kamar tamu khusus untuk Anda di rumah besar ini." kata pria itu kepada Eddy Chen.
"Eh, iya baiklah." jawab Eddy Chen segera.
Eddy Chen mengikuti langkah sepasang sepatu kulit putih kelabu dan usang yang di pakai oleh pria yang kini di kenal olehnya dengan panggilan 'Pelayan Chi' dengan langkah cepat, dan Ia harus menyelusuri tiap ruas jalan yang berliku-liku bak jalanan di Istana Kuno di Ibukota Beijing yang dikenal Istana Terlarang. Lalu, Ia melewati pintu melengkung untuk menembus ke sebuah halaman yang sangat luas namun bersih dan rapi juga indah dengan taman bunga dan pepohonan yang asri disekitar halaman itu.
Eddy Chen berhenti di depan pintu kamar yang telah dibukakan oleh Pelayan Chi untuknya.Ia pun segera mengucapkan terimakasih untuk pengantaran ke kamar tamu dari Pelayan Chi sebelum Ia melangkah masuk ke dalam kamar tamu dan menutup pintunya kembali. Kamar tamu ini sungguh luas sekali dengan dekorasi yang sangat indah dan klasik. Ia berjalan ke ujung kamar tamu undangan untuk melihat ranjang di tengah-tengah kamar tamu khusus untuknya dan melihat adanya kelambu yang mengelilingi ranjang.
"Oke, Aku harus mandi dan membersih diriku lalu Aku harus tidur dahulu untuk tubuhku bisa istirahat dan kembali segar." kata Eddy Chen sambil berjalan ke kamar mandi di ujung kamar tamu khusus untuknya.
***
Di kamar yang berada di utara rumah besar Kepala Desa Huang terlihatlah Nyonya Besar Deng dan Nona Anna sedang berbincang-bincang dengan suara yang terdengar seperti suara dedaunan bergesekan tertiup angin musim gugur di taman- taman nasional.
"Ibu, tolong Ibu memberiku penjelasan mengenai hal yang tadi di ruangan utama." pinta Nona Anna yang duduk dengan anggun di salah satu empat kursi kayu jati yang mengelilingi meja bundar di tengah-tengah kamar pribadi Nyonya Besar Deng sambil menatap tajam Ibunya yang berbaring dengan santai di peti mati warna hijau lumut di ujung kamar yang terlihat gelap gulita tanpa sedikitpun penerangan di dalam kamar itu kecuali cahaya kecil warna kuning dari lilin putih yang tergantung di samping tempat tidur unik Nyonya Besar Deng.
"Mengenai hal apa? " tanya Nyonya Besar Deng tanpa membalas tatapan putrinya.Wanita ini sedang asyik meminum sesuatu dari cangkir keramik kecil warna hitam di tangan halus dan pucat nya.
"Mengenai perjodohanku dengan manusia bodoh di kamar tamu rumah besar kita ini." jawab Nona Anna sambil menggoyangkan kakinya di bawah kaki kursi kayu jati yang didudukinya.
"Oh.. "
Ibunya sungguh acuh tak acuh terhadap pertanyaan yang diajukan olehnya. Nona Anna berdiri lalu duduk di samping tempat tidur unik ibunya dengan tatapan matanya meminta penjelasan dari pertanyaannya itu.
"Li Er, manusia bodoh itu berjodoh denganmu untuk menjadi pasanganmu, sayang." kata Nyonya Besar Deng yang kini menghirup asap dupa dari dupa yang di tancapkan di mangkuk keramik hijau lumut yang berada di tangan lainnya kepada Nona Anna.
"Ihh.. Aku tak mau menikah dengannya,Bu.Aku masih ingin mencari Dewa Agung Kuno Yi di dalam hidup ku kali ini." kata Nona Anna mengerucutkan bibir kecil dan manisnya kepada Ibunya.
Nyonya Besar Deng mendekatkan wajahnya ke Nona Anna membuat putrinya terkejut."Jangan naif, Li Er. Laki-laki di Alam Dewa sama sekali tidak bisa kita percayai apalagi kamu harus ingat bahwa kamu itu hantu kecil biasa saja. Ada satu lagi, Aku sudah lihat manusia bodoh itu terikat batu kecil merah milik roh leluhur kita. Karena Aku yakin dia bisa membantumu untuk menghindari pernikahan konyol yang diatur oleh Kaisar Hantu Kuno denganmu."
Nona Anna menjauhkan wajahnya dari Ibunya."Ibuku, sayang. Aku bisa melepaskan diri dari kakek tua dan gila itu asalkan Aku bisa menemukan Giok Abadi dan Bunga Teratai Salju di seluruh bumi ini.Jadi, Ibu tak perlu khawatir akan nasibku."nadanya begitu percaya diri sekali.
"Cih! " dengus Nyonya Besar Deng."Kau terlalu lugu dan mudah percaya diri atas kemampuanmu yang tak seberapa dari Huang Ji perdana menteri- ku.Dan, dimana dan kapan kau bisa menemukan dua benda alam semesta itu di bumi ini sedangkan waktumu di bumi tak lama lagi untuk melangsungkan pernikahan konyol kakek tua tak tahu diri di alam hantu abadi."
penuturan dari Ibunya membuat Nona Anna berdiri di samping tempat tidur unik Ibunya dengan tatapan di sepasang matanya terlihat kosong dan kesal sekali yang terarah langsung ke luar jendela ke arah langit barat puncak gunung Huang.
Bersambung!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!