“Nona, anda belum pulih benar. Sebaiknya anda tetap tinggal disini.” ucap seorang perawat pada Brielle. Saat dia masuk ke kamar itu, dia melihat Briella sudah mengganti pakaiannya dan bersiap untuk pergi. Namun Briella tidak mendengarkan perawat itu dan hanya menatapnya sekejap.
Merasa khawatir, perawat itu langsung memegang lengan Brielle yang hendak keluar. “Nona, tolong tinggallah dua hari lagi sampai kau sembuh. Aku khawatir…..” belum sempat perawat itu menyelesaikan ucapannya, Briella sudah menatapnya tajam.
“Terima kasih atas perhatianmu. Tapi aku sudah merasa lebih baik sekarang. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Aku ada urusan penting dan harus segera pergi.” ucap Briella berjalan melewati perawat itu lalu pergi.
“Tapi Nona, aku sangat mengkhawatirkanmu..” ucap perawat itu lagi yang langsung membuat Brielle menghentikan langkahnya tepat di pintu kamar. Dia berbalik dan menatap perawat paruh baya itu dengan senyuman.
“Aku tahu. Aku akan selalu mengingatmu, bibi Aishah! Bolehkah aku bertanya padamu? Kenapa tak ada seorangpun yang mau memberitahuku siapa yang menyelamatkanku malam itu dan membawaku kesini?” tanya Brielle.
“Maafkan aku Nona. Waktu itu aku hanya diberi perintah untuk merawatmu saat kau dibawa kesini dalam keadaan terluka dan tak sadarkan diri.” ujar bibi Aishah menjelaskan. “Dia telah menyelamatkanmu dan membayar biaya pengobatanmu.” bibi Aishah berhenti sembari menarik napas panjang lalu melanjutkan, “Ehem….tapi pria yang membawamu kesini sangat tampan.”
“Tampan?” tanya Brielle dengan kening berkerut.
“Iya, nona. Semua orang disini membicarakan ketampanannya. Apakah nona tidak mengenalnya?”
Tanya bibi Aishah yang dijawab Brielle dengan gelengan kepala. Bagaimana dia bisa mengenal pria itu? Dia hanya melihat samar-samar karena kepalanya pusing dan pandangan matanya kabur sehingga tidak bisa melihat dengan jelas.
“Jangan khawatir bibi Aishah! Aku sudah pulih, dan kau tak perlu mengkhawatirkanku. Aku pergi dulu, jika pria itu datang kesini lagi, tolong sampaikan terima kasihku.” ucap Brielle. Bibi Aishah hendak berbicara lagi namun Brielle sudah pergi. Wanita paruh baya itu hanya bisa
“Ck! Kenapa dia keras kepala sekali? Seharusnya dia tetap disini saja, bagaimana kalau orang-orang jahat itu melukainya lagi?” kekhawatiran muncul diwajah tuanya. Dia bergegas mengeluarkan ponsel dari saku lalu menghubungi seseorang. Setelah berbicara dengan orang itu, wajah cemas bibi Aishah pun berubah menjadi tenang dan tersenyum lega.
Semasa bayi, Brielle dibuang ke sebuah panti asuhan di kota kecil yang jauh. Namun tidak ada yang tahu kalau Brielle di adopsi dan menjadi putri sebuah keluarga di negara Ortis . Namun Brielle kembali ke kota kecil itu untuk mencari informasi tentang keluarga kandungnya. Hingga akhirnya dia ditemukan dan dibawa pulang.
Brielle menaiki taksi dan dia melamun di sepanjang perjalanan. Dia kembali teringat kejadian dimana dia hampir terbunuh. Mengingat kejadian itu, tanpa sadar kedua tangannya terkepal erat dan matanya yang indah berubah dingin. Ada kilatan amarah dan kebencian muncul di matanya yang sedetik kemudian menghilang.
Namun tak disangka keluarga kandungnya ternyata dipenuhi orang-orang brengsek. Mereka memiliki seorang putri angkat bernama Perla yang diperlakukan sangat baik dan dimanjakan. Brielle bahkan tak mendapatkan sedikitpun kasih sayang dari keluarganya. Keluarga itu menganggapnya tak sebanding dengan Perla hanya karena Brielle dibesarkan di perkampungan kecil.
Flashback on
BRAK! Sebuah mobil menabrak mobil yang ditumpangi Brielle. Ketika dia menoleh, dia melihat senyum jahat dari wajah yang tak asing itu. Perla Galasti! Saat itu juga supir taksi menepikan mobilnya dan langsung melarikan diri. Brielle kebingungan sekejap dan detik berikutnya dia tersadar bahwa ini sebuah konspirasi untuk membunuhnya.
Dengan cepat Brielle berpindah ke kursi depan dan mengambil alih kemudi lalu melajukan mobil. Namun baru saja mobil melaju, Perla kembali menabrak mobilnya diikuti sebuah mobil truk yang datang dari arah lain. Brielle langsung membanting setir ke kiri dan melajukan mobilnya dengan kencang untuk menghindari Perla.
Namun saat tiba di tikungan, mobil truk datang dari arah depan. Brielle menginjak rem namun remnya blong. Tanpa pikir panjang dia segera berpindah ke kursi penumpang lalu melompat dari mobil. Tubuhnya berguling-guling kebawah hingga jatuh di lintasan jalan yang berada dibawahnya.
BANG!
Sebuah benda jatuh diikuti suara deritan ban mobil yang bergesekan dengan aspal jalan. Pria yang mengemudikan mobil menatap kedepan dengan mata melotot dan wajah pucat. “ Tuan, seseorang terkapar didepan mobil kita.” ucapnya dengan napas tercekat. Seandainya dia tidak menginjak rem tepat waktu, mobilnya sudah menggilas tubuh orang itu.
Dihadapannya terpampang pemandangan yang mengerikan, dia seolah melihat sebuah tindakan kriminal dimana ada orang yang baru saja membunuh seseorang. Melihat pakaian orang itu dan bentuk tubuhnnya, sepertinya orang yang terkapar berlumuran darah itu adalah seorang gadis muda.
“Pergi dan lihatlah!” perintah seorang pria yang duduk di kursi belakang. Suaranya terdengar maskulin dan tegas sehingga membuat siapapun yang mendengar suara itu akan merasa takut.
“Tapi, tuan…..anda akan terlambat menghadiri rapat.” jawab Dane dengar suara gemetar. Perlahan dia turun dari mobil dan dia semakin terkejut saat melihat pria yang duduk di kursi belakang juga ikut turun. Tanpa membuang waktu, dia bergegas menghampiri gadis yang terkapar berlumuran darah itu.
Wajah gadis itu tampak pucat karena kehilangan banyak darah. Tapi dia masih bisa melihat ada tahi lalat di sudut mata sebelah kanan gadis itu. Dane lebih terkejut lagi melihat wajah gadis itu. Meskipun dalam keadaan sekarat, gadis itu tampak cantik. Dane memperhatikan tubuh gadis itu dan melihat luka menganga dibagian perut.
Jika tidak segera membawa gadis itu kerumah sakit, maka dia pasti akan mati akibat kehilangan banyak darah. Luka di perut sebelah kanan itu menganga lebar dan cukup menggenaskan. Dane tiba-tiba merasa kasihan dan memutuskan untuk menelepon ambulan. Setelah memperhatikan wajah gadis itu, akhirnya dia mengenalinya.
Perempuan muda ini adalah putri keluarga Galasti yang hilang semasa bayi. “Tuan, gadis muda ini adalah putri keluarga Galasti yang baru dibawa kembali enam bulan yang lalu.”
Dane takut untuk mengangkat tubuh gadis itu karena gadis itu terlihat sekarat dan sepertinya akan sulit untuk bertahan hidup. Dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon ambulan agar segera datang, namun dia terkejut saat melihat tangan gadis itu mencengkeram ujung celana pria yang berdiri disebelahnya.
Gadis itu sekarat dan hampir mati, tapi dia memperlihatkan keinginan untuk hidup. “To---to----tolong…..se---se---selamatkan aku!”
Pria yang mengenakan setelan jas berwarna biru tua itupun kini melihat celananya yang kotor terkena darah. Dane yang kaget pun berdiri dengan tubuh gemetar dan tanpa sadar menjatuhkan ponselnya. Brielle Calista berusaha membuka matanya, tetapi pandangannya kabur dan tidak bisa melihat dengan jelas.
Yang dia tahu, pria yang berdiri dihadapannya mengenakan setelan mahal. Brielle berusaha keras membuka matanya untuk melihat wajah si pria tapi matanya tak bisa melihat. Brielle tak ingin mati, dia ingin bertahan hidup untuk membalas orang-orang yang membunuhnya. Dia bisa merasakan pria didepannya bergerak seolah berjongkok.
“Baiklah. Aku akan menyelamatkanmu. Katakan padaku, apa yang ingin kau lakukan jika kau selamat?” tanya pria itu pada Brielle. Suara pria itu enak didengar dan penuh kesabaran, Brielle merasakan sebuah tangan besar mengelus pipinya dengan lembut. Brielle merasa keinginan untuk hidup semakin besar.
Bagaimana bisa dia kalah begitu mudah? Dengan perasaan yang dipenuhi kebencian dan dendam, Brielle mencoba bicara dengan susah payah, “A--aku ingin menghancurkan seluruh keluarga Galasti. Mereka semua harus mati! A---aku mau mereka ma----” sebelum Brielle sempat menyelesaikan kalimatnya, dia sudah pingsan dan koma.
Pria itu menatap gadis muda didepannya lalu melirik celananya yang terkena noda darah. Gadis itu pingsan dan sekarat tapi tangannya masih mencengkeram erat celana pria itu. Dane menatap horor pemandangan didepannya dan tak berani berkata-kata. Dia tidak yakin apakah gadis itu masih hidup atau sudah mati.
“Sebaiknya kita segera membawanya ke rumah sakit! Ambulan datang terlalu lama.” ucap pria itu yang membuat Dane semakin terkejut. Tanpa menunggu respon dari asistennya, pria itu langsung menggendong tubuh Brielle dan membawanya masuk kedalam mobil. Dia bahkan tidak berani bergerak karena takut akan mencelakakan gadis yang sekarat itu.
“Dane, selesaikan registrasi dan pembayaran biaya pengobatan gadis itu.” ujar pria bernama Kaiden Faruch. “Pastikan gadis itu mendapatkan perawatan terbaik.”
Lagi-lagi Dane bengong mendengar ucapan atasannya itu. ‘Sejak kapan Tuan peduli pada orang lain? Apalagi seorang gadis?’ pikirnya. Tanpa menunggu lama dia pun melakukan perintah atasannya setelah mendapat tatapan tajam.
Flashback off
Dari rumah sakit di luar negeri, Brielle pulang sendirian, ketika dia tiba dipintu rumah dan melihat kedua orangtua dan ketiga saudara laki-lakinya sedang merayakan ulang tahun Perla Galasti. Brielle mengeryitkan keningnya menatap Perla yang menyebabkan dia harus di opname. Kemarahan pun langsung menguasai diri Briella.
Dia bergegas melangkah memasuki rumah lalu menjambak rambut Perla dan menghantamkan kepalanya ke atas kue ulang tahun. Semua orang terkejut dan tak sempat bereaksi karena kejadiaannya begitu cepat. Saudara laki-laki Brielle yang tertua bernama Devan langsung berteriak marah, “Brielle Galasti! Apa yang kau lakukan? Cepat minta maaf pada Perla!”
PLAK! Brielle menampar Devan dengan kuat, “Apa katamu brengsek? Minta maaf? Dalam mimpimu!” balas Brielle tak kalah tegas dengan tatapan mata menantang. Dia sangat membenci saudara sulungnya ini yang selalu membela Perla.
“Brielle? Apa kau gila? Kau menampar bang Devan?” teriak Robin, putra kedua keluarga Galasti yang juga adalah kakak kedua dari Brielle.
PLAK!
Brielle kembali mengayunkan tangannya menampar Robin. “Diam kau!”
“Kau gila, Brielle!” pekik Robin. Namun Brielle kembali menamparnya, sehingga membuat saudara laki-laki ketiganya bernama Jordan pun kaget. Mulutnya menganga tak percaya dengan yang baru saja terjadi. Belum habis keterkejutannya, sesuatu yang diluar dugaan justru menimpanya.
PLAK!
Tamparan keras mengenai wajah Jordan hingga dia merasakan tulang rahangnya bergeser. Dengan marah dia berteriak, “Aku tidak mengatakan sepatah katapun? Kenapa kau memukulku?”
“Suka-suka aku! Apa aku perlu alasan untuk memukulmu?” sahut Brielle.
“Ka--kau!” Jordan sangat marah hingga membuatnya tak mampu berkata-kata.
Ayahnya yang bernama Bramasta Galasti hendak mengatakan sesuatu namun langsung dihentikan oleh Brielle, “Diam! Aku tidak mau mendengarmu bicara!” ucapnya lalu mengambil gelas berisi air yang terletak diatas meja lalu menuangkannya pada ibunya.
“Kalian semua mendapatkan bagian! Aku tidak akan memperlakukan kalian berbeda.” ucap Brielle lagi. Semua orang tertegun dan tak tahu berkata-kata apapun. Mereka tidak pernah menyangka kalau Brielle yang biasanya berusaha menyenangkan mereka selama tiga bulan terakhir, kini berubah.
Tiba-tiba saja Brielle pulang lalu memukul mereka dan memarahi mereka layaknya orang gila setelah menghilang selama tiga bulan. Yang mereka tahu bahwa Brielle dalam keadaan koma di rumah sakit lalu menghilang tanpa ada yang mengetahui keberadaannya. Keluarganya mengira kalau dia sudah mati.
Sebenarnya Brielle adalah putri kandung dari keluarga Galasti. Brielle dan putri pembantu dirumah keluarganya lahir di hari yang sama. Kedua bayi itu tertukar di rumah sakit, Brielle dibuang ke sebuah pedesaan. Sedangkan Perla menikmati kehidupan yang seharusnya milik Brielle.
Brielle baru ditemukan setahun yang lalu ketika kebenaran tentang putri yang tertukar pun terkuak. Meskipun keluarga Galasti sudah menemukan putri kandungnya, namun mereka tidak mau berpisah dengan Perla. Lagipula mereka sudah membesarkan dan merawatnya selama sembilan belas tahun. Jadi mereka ingin Perla tetap tinggal bersama keluarga Galasti.
Karena mereka merasa takut jika Perla merasa diperlakukan berbeda setelah kebenaran terkuak, mereka pun memperlakukan Perla lebih baik dibandingkan Brielle putri kandungnya. Perla sangat pandai berakting dan licik. Dia menjebak Brielle dan membuat Brielle terlihat sebagai orang jahat.
Tiga bulan yang lalu, Perla mencoba mencelakai Brielle. Keluarga Galasti tidak mempedulikannya dan memilih menenangkan Perla yang berpura-pura ketakutan dan terluka. Kelima anggota keluarga Galasti hanya peduli pada Perla dan tidak pernah mengunjungi Brielle yang berada di rumah sakit.
Mengingat perlakuan kelima orang itu padanya, Brielle menatap mereka satu persatu dengan tatapan tajam dan dingin. Tatapan mata Brielle terpaku pada Perla, seketika membuat Perla gemetar ketakutan. Perla yang ketakutan pun langsung berlindung dibelakang saudara sulungny, kepalanya menunduk menghindari tatapan Brielle.
“Aku atau dia! Hanya ada satu orang yang bisa tinggal dikeluarga ini. Kalau kalian menginginkanku tetap tinggal disini maka kalian harus mengusir Perla! Jangan biarkan dia masuk kedalam rumah ini lagi!” ujar Brielle tegas. Dia sudah berusaha untuk bisa menyenangkan semua orang dirumah ini.
Dia telah mencoba menyayangi mereka dan membuat keluarganya menyayanginya. Dia sudah melakukan segala cara agar bisa diterima di keluarga ini. Brielle sudah bersikap baik dan patuh agar disukai keluarganya. Namun, seluruh keluarganya terlalu bodoh. Mereka mengabaikan putri kandungnya demi Perla.
Brielle pun menyerah dan tak menginginkan keluarga kandungnya lagi. Toh selama bertahun-tahun hidupnya baik-baik saja tanpa mereka. Dia memiliki segalanya dan tak ada yang mengetahui tentang kehidupan Brielle yang sebenarnya. Justru keluarga angkatnya sangat menyayanginya dan melimpahinya dengan kasih sayang serta kemewahan.
Brielle berhenti untuk menyenangkan keluarga kandungnya. Dia memilih untuk membuat mereka membencinya agar bisa sepenuhnya putus hubungan dengan mereka. Jika keluarga kandungnya membuatnya tidak bahagia, maka Brielle membuat mereka lebih tidak bahagia. Dia akan membalasnya berlipat kali ganda.
“Perla akan tetap tinggal dikeluarga Galasti. Dia adalah putri kesayangan dan kebanggaan keluarga ini. Selagi kami semua masih hidup, maka rumah dan keluarga ini adalah miliknya!” ujar Jordan. “Kenapa kau jahat sekali? Perla selalu baik padamu tapi kau selalu menargetkannya dan ingin mengusirnya dari rumah!”
PLAK! Brielle menampar Jordan lagi. Jordan sangat marah sambil mengepalkan kedua tangannya dia berteriak, “Brielle! Kau keterlaluan! Aku akan mengajarimu sopan santun hari ini!” Jordan hendak memberikan pelajaran pada Brielle dan siap memukulnya. Namun anggota keluarga yang lain tiba-tiba tersadar.
Mereka pun serempak berdiri dan bersiap untuk menghajar Brielle bersama-sama. Mereka ingin memberi pelajaran pada Brielle dan mendisiplinkannya. Mereka tidak bisa membiarkan serigala putih itu bertindak sewenang-wenang dan membuat mereka semua kehilangan muka. Toh, mereka tidak menyukai Brielle?
Meskipun ke lima orang itu siap melawan Brielle, namun tidak membuatnya gentar. Dengan sigap Brielle meludahi mereka lalu menendang kemaluan ayah dan ketiga saudara laki-lakinya lalu melemparkan barang-barang kepada mereka. Ke empat pria itu tidak mampu melawan Briella yang mengamuk.
Melihat situasi yang kacau, Brielle bergegas berlari naik kelantai atas. Sambil berlari dia berkata, “Karena kalian tidak mau mengusir Perla maka aku yang pergi! Mulai hari ini dan seterusnya, aku memutuskan hubungan dengan keluarga Galasti! Jangan pernah mencari dan menemuiku lagi! Bagiku, kalian semua sudah mati!”
“Jika dikemudian hari, kita bertemu di luaran sana, jangan pernah bertegur sapa. Anggap saja tidak kenal karena kalian itu pembawa sial bagiku!” teriak Brielle. Dia segera berlari masuk ke kamarnya untuk mengambil KTP dan barang-barang pribadinya. Memasukkan kedalam tas ransel lalu dia melompat dari jendela dan pergi.
Lantai dua agak tinggi, namun mudah baginya untuk melompat. Brielle sudah mempelajari ilmu bela diri sejak kecil. Bukan hal yang sulit baginya untuk melompati tempat setinggi itu. Ketika Brielle pergi, tidak ada seorangpun di keluarga Galasti yang mengetahuinya. Mereka masih berada di lantai bawah.
Begitu Brielle meninggalkan kediaman keluarga Galasti, dia segera pergi menuju ke sebuah hotel untuk meletakkan barang-barangnya. Dengan ekspresi senang, dia membersihkan tubuh lalu berganti pakaian. Wajahnya terlihat lebih segar, wajahnya dirias tipis agar tidak terlihat pucat dan bibirnya dipoles lipstik warna merah muda.
Setelah mematut diri didepan cermin, dia mengambil tasnya lalu pergi. Dia sudah menyiapkan sebuah rencana sejak awal, rencana untuk membalas keluarga Galasti. “Keluarga busuk itu pasti menyesal telah bertemu denganku! Ha ha ha…..mereka tidak tahu apapun tentangku! Harta keluarga Galasti tidak berarti apa-apa!”
Sementara di ruang keluarga. Perla menangis tersedu-sedu sambil memeluk ibunya. “Bu, aku sudah berusaha bersikap baik pada Brielle. Aku ingin memiliki saudara perempuan, aku selalu memberikan yang terbaik padanya. Tapi…..aku tidak menyangka kalau dia tidak pernah menganggapku.”
“Ayah, ibu…..lebih baik aku meninggalkan keluarga Galasti. Meskipun sikap Brielle buruk tapi dia adalah putri kandung kalian dan aku hanya orang luar saja. Aku tidak pantas berada disini, ini bukan tempatku.” ujar Perla semakin tersedu-sedu. “Aku akan menemuinya dan memohon padanya sekarang.”
“Aku akan berlutut dan memohon pada Brielle agar dia tetap tinggal disini dan menggantikanku. Ayah….ibu…..aku ikhlas meninggalkan keluarga ini demi Brielle. Dia yang berhak berada dirumah ini dan bersama keluarga ini. Dia sudah menderita diluar sana selama bertahun-tahun…..biar aku saja yang pergi.”
Perla berbicara sambil menangis. Dia terlihat tulus dan baik hati, perkataannya membuat seluruh keluarga Galasti merasa tersentuh. Lalu ibunya pun berkata, “Jangan bicara seperti itu. Dimataku, kau adalah putri kesayanganku. Orang lain boleh meninggalkan keluarga Galasti, kecuali kau! Perla kau bagian keluarga ini selamanya.”
“Gadis brengsek itu tidak bisa dibandingkan denganmu! Sekalipun dia kembali ke keluarga ini, dia hanya membuat kekacauan di keluarga ini. Dia tidak cocok dengan kita! Gadis jahanam itu bahkan berani memukul orang tuanya sendiri! Dia keterlaluan dan kejam! Dia tidak pantas menjadi bagian keluarga Galasti.” teriak Bramasta marah.
“Kaulah satu-satunya putri keluarga Galasti. Brielle tidak ada apa-apanya dibandingkan dirimu. Perla, kau sangat baik hati. Kaulah malaikat kecil kami bukan Brielle! Kami hanya menginginkan adik perempuan yang baik sepertimu!” ujar Jordan menambahkan. Dia tersenyum lembut menatap Perla.
Perla merasa senang didalam hatinya, sambil menggigit bibir bawahnya dia berkata, “Tapi sebelum kakek meninggal, dia memberikan tiga puluh persen saham perusahaan pada Brielle. Bagaimana kalau dia menggunakan saham miliknya untuk mengacaukan perusahaan?”
Perla tidak akan membiarkan Brielle mendapatkan sepeserpun dari keluarga Galasti. Dia akan mengambil semua darinya karena harta kekayaan keluarga Galasti hanya miliknya. Mendengar perkataan Perla membuat Bramasta tertegun dan berkata, “Ya ada benarnya juga. Saham yang ada ditangannya bisa mendatangkan masalah.”
“Dia sudah memutuskan untuk meninggalkan keluarga Galasti, maka dia tidak berhak atas saham itu! Saham itu harus tetap menjadi milik keluarga Galasti. Dia tidak bisa memilikinya jika dia bukan anggota keluarga lagi!” ujar Bramasta. “Besok aku akan mengirimkan orang untuk mencarinya dan mengambil kembali saham di tangannya.”
Di waktu bersamaan, Brielle sudah tiba di hotel. Dia menyilangkan kedua lengan didepan dada sambil bersandar di tiang yang berada didepan pintu masuk hotel. Sebuah mobil Maybach berwarna hitam perlahan mendekat dan seorang pria berwajah tampan turun dari mobil dengan gerakan yang menawan.
Pria tampan itu memiliki tinggi badan sekitar 180cm. Bentuk tubuhnya sangat bagus dan kekar dengan bagian perut yang rata. Siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona. Wajahnya tampan, memiliki rahang tegas dan mata dingin serta aura yang kuat. Sepertinya dia bukan orang biasa.
Pria itu bernama Kaiden Faruch. Pemilik sekaligus pimpinan dari Faruch Group yang terkenal itu. Kaiden Faruch merupakan pria terkaya dan paling tampan di negara ini. Melihat kedatangan pria itu, Brielle pun langsung melangkah maju dan menghalangi jalan. Kaiden berhenti melangkah, tatapan tajam dan dinginnya terpaku pada Brielle.
“CEO Faruch, aku ingin membicarakan bisnis denganmu.” ucap Brielle mulai bicara. “Aku memiliki 30% saham perusahaan Galasti. Aku mau menjualnya padamu. Apakah anda tertarik?”
Dulunya keluarga Galasti merupakan keluarga terkaya di kota ini. Namun keluarga Galasti mengalami banyak tekanan semenjak Kaiden mengambil alih Faruch Group. Kekuatan pria ini tidak bisa dipandang remeh. Sejak dulu kedua keluarga itu bermusuhan dan selalu bersaing dalam bisnis.
Jika Kaiden memiliki 30% saham perusahaan Galasti, tinggal menunggu waktu yang tepat sebelum dia akan mengambil alih perusahaan itu. Brielle sudah menyelidiki pria didepannya ini dan dialah pilihan tepat untuk melawan keluarga Galasti. Dengan kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki Kaiden, dia bisa melakukan apapun.
Kaiden memasang ekspresi dingin diwajahnya, keningnya mengeryit mendengar perkataan Brielle. Dalam sekejap ekspresi wajahnya sedikit berubah, dia mulai memperhatikan Brielle dengan serius. Melihat tatapan pria itu yang meragukannya membuat Brielle langsung mengeluarkan kartu identitasnya dan menunjukkannya.
“Ijinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Brielle Calista Galasti, putri kandung keluarga Galasti. Mungkin Tuan Faruch mengetahui kabar tentang Tuan Galen Galasti yang mewariskan 30% sahamnya kepada putri kandung keluarga Galasti sebelum dia meninggal dunia.”
Kaiden memperhatikan kartu pengenal milik Brielle sambil mendengarkannya bicara. Dia merasa tertarik dengan penawaran Brielle. Lalu dia pun berkata, “Ikuti aku!”
Brielle meengikuti Kaiden ke presidential suite yang berada di lantai teratas hotel itu. Begitu mereka sudah berada didalam kamar, Kaiden langsung bicara, “Berapa kau mau menjual 30% sahammu?”
Brielle menjawab sambil tersenyum, “50 miliar rupiah.”
Kaiden langsung terdiam, keterkejutan muncul di matanya. Dia menatap lurus pada Brielle untuk waktu yang lama. “Nona Brielle, apakah kau sadar apa yang kau katakan?”
Brielle berkata dengan percaya diri, “Aku sadar apa yang kukatakan barusan. Aku hanya menginginkan 50 miliar rupiah! Bagaimana menurutmu?”
Kaiden kembali mengeryitkan keningnya. “Sebaiknya kau pikirkan lagi sebelum kau bicara dan membuat keputusan. Aku tidak punya waktu untuk bermain-main denganmu.”
“Aku serius. Aku tidak main-main denganmu, selama kau bersedia membeli sahamku maka aku akan segera mentransfer kepemilikan saham padamu kapan saja.” ucap Brielle tegas.
“Apa kau tahu berapa harga saham Galasti Group saat ini?” tanya Kaiden dengan suara rendah.
Brielle mengangguk serius, “Aku tahu, saham itu kemungkinan bernilai 500 miliar rupiah.”
Bagaimanapun juga keluarga Galasti dulunya adalah keluarga terkaya, jadi dia tahu kalau saham itu masih memiliki nilai tinggi di pasaran saat ini.
“Diperkirakan saat ini 30% saham itu bernilai 500 miliar rupiah. Sahammu yang 30% hanya kau jual seharga 50 miliar? Apa kau becanda?” Kaiden menatap Brielle sembari berpikir. Kedua alisnya mengerut memperhatikan ekspresi wajah gadis didepannya.
“Tuan Faruch, aku tidak sedang becanda denganmu. Aku hanya menginginkan 50 miliar rupiah dalam bentuk tunai. Tapi aku ingin menandatangani perjanjian denganmu jika kau bersedia membeli saham itu.” ujar Brielle. Bagaimanapun dia sudah memikirkan semuanya sebelum dia memutuskan menemui Kaiden.
“Keluarga Galasti pasti akan membalas dendam padaku. Mereka akan mencariku dan mencoba menyingkirkanku. Aku ingin kau melindungiku. Dan yang paling penting……” Brielle berhenti sejenak sebelum melanjutkan bicara, “Aku ingin melihat Galasti Group berganti kepemilikan dalam waktu setahun.”
“Meskipun keluarga Galasti bukan lagi keluarga terkaya di Kota Otis, tapi keluarga Galasti memiliki pendukung yang kuat. Di seluruh negara ini, hanya ada beberapa orang yang bisa membuat keluarga Galasti jatuh bangkrut!” Brielle melanjutkan.
“Aku tahu kau sangat ingin menghancurkan Galasti Group. Jika kau ingin menyerang dan mmebuat keluarga Galasti bangkrut, kau harus membayar banyak. Lagipula, kemenangan dan kekalahan tergantung pada kemampuan Tuan Faruch.” Brielle menarik napas dalam-dalam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!