NovelToon NovelToon

KEBANGKITAN SANG PENDEKAR ABADI

BAB 1 LING CHEN

Prolog: Pengkhianatan Kaisar Surga

Di tengah medan perang yang mengerikan, darah berceceran di mana-mana. Tubuh-tubuh yang tak bernyawa berbaring, sebagian sudah hancur tak berbentuk. Langit yang gelap, penuh dengan asap perang, hanya disinari oleh cahaya kuning keemasan dari sosok Ling Chen yang berdiri tegak di atas tumpukan mayat, wajahnya dingin dan tanpa ekspresi.

“Ling Chen…!” teriak seorang komandan dari barisan musuh yang tersisa, suaranya penuh dengan kebingungan dan ketakutan. “Bagaimana bisa… hampir seluruh pasukan kami hancur dalam satu malam?”

Ling Chen tidak menjawab. Dia hanya mengayunkan pedangnya sekali lagi, menebas habis sisa-sisa tentara yang mencoba melarikan diri. Setiap ayunan pedangnya disertai dengan suara jeritan yang mengerikan, menghapuskan hampir setengah kekaisaran Surga dalam waktu singkat.

Namun, saat itulah, di antara kekacauan, sebuah suara dingin terdengar, menggema di udara.

“Cukup, Ling Chen.”

Tiba-tiba, dari balik awan gelap, muncul sosok yang sangat dikenal oleh Ling Chen, Kaisar Surga, yang kini berdiri di hadapannya. Pakaian Kaisar Surga berkilau emas, wajahnya yang penuh kebijaksanaan sekarang tampak dingin dan penuh kebohongan.

“Apakah kamu datang untuk mengakhiri ini, Kaisar?” tanya Ling Chen, suaranya tajam dan dingin. Mata mereka saling bertatapan, seperti dua kekuatan yang saling menantang.

“Tidak, aku datang untuk mengakhiri kamu, Ling Chen,” jawab Kaisar Surga dengan nada yang penuh keyakinan. "Kamu telah menjadi ancaman bagi kerajaan Surga. Tidak ada yang bisa melawan takdir."

“Takdir?” Ling Chen tertawa sinis, pedangnya terangkat sedikit. “Kau mengkhianati ku, Kaisar. Aku yang telah memperjuangkan semuanya untukmu, tapi ternyata aku hanya diperalat."

Kaisar Surga menatapnya dengan tajam, kemudian dia mengangkat kedua tangannya, menciptakan sebuah lingkaran energi yang luar biasa. “Coba lihat, Ling Chen. Takdir bukan sesuatu yang bisa kau lawan lagi. Aku sudah menciptakan kekuatan yang jauh lebih besar dari dirimu.”

Ling Chen merasakan udara di sekitarnya berubah menjadi padat, atmosfer terasa menekan. Ada sesuatu yang berbeda, kekuatan itu terasa sangat kuat, seperti seluruh dunia menekan dirinya. Tapi dia tidak gentar.

“Aku takkan menyerah,” kata Ling Chen, matanya penuh kemarahan. “Aku akan menghancurkan mu, meski harus menghancurkan seluruh langit sekalipun.”

Tanpa memberi ampun, Kaisar Surga melancarkan serangan dengan kekuatan yang tidak pernah dibayangkan Ling Chen sebelumnya. Sebuah ledakan energi yang sangat besar muncul, menghancurkan tanah di sekitar mereka. Ling Chen mencoba menghindar, tetapi serangan itu begitu cepat dan kuat, seakan-akan tak ada ruang bagi dirinya untuk bertahan.

“Aaaaghhh!” teriak Ling Chen saat tubuhnya terlempar ke udara, darah menyembur dari tubuhnya. “Kau…!!”

Kaisar Surga berdiri dengan tenang, ekspresinya tak berubah. “Kau terlalu lemah, Ling Chen. Kekuatanku adalah kekuatan absolut. Tidak ada yang bisa mengalahkan ku.”

Ling Chen merasakan kekuatan itu menindih tubuhnya, setiap serat tubuhnya terasa terkoyak oleh energi yang tak dapat dia hindari. Namun, di mata Ling Chen, ada kilatan kebencian yang membara.

“Jika… jika ini takdirmu, Kaisar… maka aku akan membawamu bersama-sama dalam kehancuran ini!” teriak Ling Chen dengan sisa-sisa kekuatan yang tersisa, mencoba bangkit.

Tetapi sudah terlambat. Sebelum dia bisa melanjutkan serangannya, sosok misterius yang lebih besar muncul di belakang Kaisar Surga, mengerahkan kekuatan yang lebih dahsyat lagi, sebuah kekuatan absolut yang jauh melampaui segala hal yang pernah Ling Chen hadapi.

Dan sebelum kesadarannya hilang, kata-kata terakhir Ling Chen terucap dengan kejam: “Aku tidak akan dilupakan… bahkan setelah aku mati.”

Kemudian, kegelapan menyelubungi dunia.

________________________________________________

Sudah ratusan juta tahun sejak kekalahan tragis yang membuatnya jatuh ke dalam kehancuran. Ling Chen, yang dahulu dikenal sebagai Pendekar Abadi, kini terlahir kembali di dunia yang penuh dengan kehancuran dan kekacauan. Dunia yang jauh lebih kecil, lebih rendah dari yang pernah ia kenal.

Di sebuah desa kumuh yang terletak di sudut dunia yang penuh kegelapan ini, seorang anak yatim piatu terbangun di dalam sebuah gubuk reyot. Matanya yang dingin dan tajam memandang dunia baru yang penuh kebusukan. Nama yang diberikan padanya adalah Ling Chen, tetap sama seperti sebelumnya. Meskipun terlahir dalam tubuh yang lemah dan tak berdaya, kekuatan serta ingatannya yang tak lekang oleh waktu kini bangkit kembali, membawa serta bayang-bayang kemarahan yang tak pernah padam.

"Di dunia yang terkutuk ini... aku akan membuatnya bergetar," bisiknya pelan, matanya penuh dengan tekad sambil menatap langit

" Duarrrrrrrrrrrr" Tiba-tiba petir menyambar di sekeliling desa itu, Ling Chen yang melihat itu pun tersenyum

Langit sore di desa terpencil itu berubah menjadi gelap. Awan-awan mendung berkumpul, menandakan hujan deras akan turun kapan saja.

Ling Chen, seorang anak kecil berusia sekitar sembilan tahun, duduk di sudut gubuk reyot yang menjadi tempat tinggal sementaranya, Wajahnya lesu, tubuhnya kurus, seolah kehidupan telah merampas semua kebahagiaannya.

Namun, di balik kesunyiannya, ada sesuatu yang tersembunyi. Sesuatu yang gelap dan mendalam.

Dari luar, suara langkah kaki berat terdengar semakin mendekat. Tawa kasar dan suara rantai yang bergemerincing bercampur dengan hembusan angin. Para penduduk desa mengintip dari balik pintu rumah mereka, wajah mereka dipenuhi ketakutan.

"Bandit penjual budak..." bisik seseorang dengan suara gemetar. "Mereka kembali."

Seorang pria besar dengan tubuh kekar melangkah masuk ke tengah desa. Di belakangnya, beberapa pria lain membawa cambuk, rantai, dan pedang, wajah mereka penuh dengan senyum kejam.

Hari itu, seperti biasa, para bandit penjual budak datang untuk menangkap anak-anak dan orang-orang yang tak berdaya.

Di luar gubuk, dua bandit berdiri, satu membawa rantai besar, yang lainnya memegang cambuk. Mereka tertawa, menatap Ling Chen yang sedang terbaring lesu.

"Heh, lihat yang satu ini. Kecil dan lemah. Pasti mudah dijual," kata salah satu bandit dengan senyum kejam. "Bangun, nak, waktunya pergi."

Mereka mengira Ling Chen hanya anak kecil yang tak berarti, yang akan mudah dijual sebagai budak. Namun, mereka tidak tahu bahwa yang mereka hadapi adalah makhluk yang telah menaklukkan langit dan bumi.

Ling Chen bangkit perlahan. Wajahnya kosong, tanpa ekspresi. Namun, di dalam hatinya, amarah membara seperti api yang hampir meledak.

"Apa yang ingin kalian lakukan?" suara Ling Chen terdengar dingin dan tajam, tidak seperti anak kecil pada umumnya.

Bandit yang memegang rantai tertawa. "Kami akan membawa kamu ke pasar budak. Tidak ada yang akan menyelamatkanmu dari sini." Dia melangkah maju dan mencoba menangkap pergelangan tangan Ling Chen.

Dengan gerakan yang tak terlihat, Ling Chen menghindar dengan cepat, tubuhnya bergerak seperti bayangan. Dalam sekejap, dia telah berada di belakang bandit itu, dan tanpa ampun, sebuah pukulan keras mendarat di punggung bandit tersebut.

"Agh!" Bandit itu terhuyung mundur, tubuhnya terguling ke tanah.

Bandit kedua, yang memegang cambuk, terkejut. "Apa?! Bagaimana bisa anak kecil ini begitu cepat?!"

Ling Chen hanya tersenyum tipis, matanya penuh dengan kebencian yang mendalam. “Kalian tidak tahu siapa yang kalian hadapi."

Sebelum bandit itu bisa bereaksi, Ling Chen sudah melompat ke arah cambuk tersebut, meraih ujungnya dan memutar cambuk itu dengan tangan kosong, merobeknya menjadi dua. Dalam sekejap, cambuk itu hancur, dan bandit tersebut terperangah.

“Apa yang kamu lakukan?! Itu barang berharga!” bandit itu berteriak, lalu menarik pedang dari pinggangnya, bersiap untuk menyerang.

Ling Chen tidak berbicara lagi. Dengan gerakan yang begitu cepat dan tajam, dia bergerak memutar tubuhnya, menendang perut bandit itu hingga terlempar ke udara, membuat bandit itu terhempas ke tanah dengan keras.

"Agh!" Bandit itu meringis kesakitan, tubuhnya bergetar seolah tulangnya hancur.

Ling Chen mengabaikan jeritan bandit itu. Dalam sekejap, dia sudah berada di atas bandit yang masih tergeletak, dan dengan satu tendangan, kepala bandit itu terhempas ke samping, tubuhnya terkapar tanpa daya.

Satu bandit lagi, yang masih terhuyung, berusaha melarikan diri. “Lari! Kita harus kabur dari sini!” teriaknya, berbalik dan berlari ke arah hutan.

Namun, sebelum bandit itu bisa berlari jauh, Ling Chen sudah berada di depannya. "Lari? Tidak ada yang bisa lolos dariku," kata Ling Chen dengan suara rendah dan mengerikan.

Bandit itu memegang pedangnya erat-erat, gemetar ketakutan. “Kau… kau monster!”

Ling Chen hanya mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, kekuatan energi yang terpendam dalam tubuhnya meledak. Sebuah gelombang energi yang sangat kuat keluar dari tubuhnya, menghancurkan tanah di sekitarnya. Bandit itu tidak sempat bergerak, tubuhnya hancur seketika oleh kekuatan yang terlalu besar untuknya.

Ling Chen berdiri di tengah darah dan mayat para bandit, tubuhnya tidak terluka sedikit pun. Nafasnya pelan, matanya terfokus pada hutan yang berada di depan, tempat yang kini menjadi tujuannya.

Dengan satu langkah mantap, Ling Chen melangkah menuju hutan terlarang yang penuh bahaya. Hutan itu konon dihuni oleh makhluk buas dan kekuatan gelap. Namun bagi Ling Chen, hutan itu hanyalah tempat untuk bertahan hidup, tempat di mana dia bisa membangun kekuatannya kembali.

"Aku tidak akan berhenti. Dunia ini akan menyaksikan kebangkitanku," gumam Ling Chen, matanya menyala dengan api kebencian yang mendalam.

Sambil melangkah, dia merenung sejenak, mengingat kembali kehidupannya yang dulu, ketika dia dibunuh oleh Kaisar Surga yang tidak bisa dipercaya. Semua itu kini menjadi alasan kuat baginya untuk terus hidup, untuk menghancurkan siapa pun yang menghalangi jalannya.

Di dalam hutan terlarang, udara terasa lebih berat. Pohon-pohon raksasa saling bersaing untuk meraih cahaya matahari yang terbatas. Setiap langkah Ling Chen disertai dengan suara langkah makhluk buas yang bersembunyi, mempersiapkan diri untuk menyerangnya. Namun, Ling Chen sudah siap.

Tiba-tiba, sebuah makhluk besar dengan taring tajam melompat keluar dari balik semak. Dengan gerakan liar, makhluk itu menyerang Ling Chen dengan cakar yang tajam.

Tapi Ling Chen sudah siap. Dengan gerakan yang lebih cepat dari bayangan, dia melompat ke samping, menghindari serangan itu, dan dalam satu gerakan cepat, tangan kanannya meraih tenggorokan makhluk tersebut dan menghancurkannya dalam sekejap.

Makhluk itu jatuh ke tanah, tubuhnya hancur dalam sekejap. Ling Chen tidak merasa puas, hanya melanjutkan langkahnya, seolah tidak ada yang bisa menghalangi tujuannya.

"Aku akan menjadi lebih kuat… lebih dari sebelumnya," bisiknya pelan, tatapannya keras dan penuh tekad.

Dengan setiap langkah yang lebih mantap, Ling Chen memasuki kedalaman hutan terlarang, tempat di mana tidak ada yang bisa menghalangi kebangkitannya yang telah lama tertunda.

Waktu berlalu Dengan sangat cepat Setelah berjam-jam melintasi hutan terlarang yang penuh dengan ancaman mematikan, Ling Chen akhirnya berhenti di sebuah tepi sungai kecil yang mengalir jernih. Airnya memantulkan sinar bulan yang samar-samar menembus celah dedaunan di atasnya. Ling Chen duduk di atas sebuah batu besar di tepi sungai, membiarkan angin dingin malam menyentuh wajahnya.

Dia memandangi bayangannya sendiri di permukaan air. Wajah seorang anak kecil, namun matanya penuh kebencian dan tekad, mencerminkan jiwa seorang pendekar abadi yang telah dikhianati. Di tangannya, Pedang Iblis Langit bergetar halus, seolah-olah hidup dan bereaksi terhadap energi di sekelilingnya.

“Tubuh ini terlalu lemah,” gumam Ling Chen.

“Aku tidak bisa terus seperti ini,” gumamnya dengan nada rendah. “Tubuh ini terlalu lemah. Jika aku ingin melampaui masa laluku, aku membutuhkan kekuatan yang lebih besar.”

Dia menarik napas dalam, mencoba mengatur pikirannya. Hutan terlarang ini penuh dengan energi aneh yang mengalir di udara. Ling Chen dapat merasakannya—energi yang gelap, mendalam, dan buas. Meskipun tubuhnya kecil, jiwa Ling Chen yang pernah menaklukkan langit dan bumi dapat merasakan potensi dari energi ini.

Dari balik kegelapan, muncul seekor makhluk besar yang menyerupai singa, tetapi tubuhnya ditutupi sisik hitam mengkilap. Di kepalanya ada tanduk melengkung, dan matanya merah menyala. Makhluk itu mengeluarkan suara geraman rendah, menatap Ling Chen seolah dia adalah mangsa mudah.

“Hmph. Kau pikir aku akan takut?” Ling Chen berkata dingin. Dia meraih sebuah cabang pohon yang patah di dekatnya, memegangnya seperti pedang. Itu hanyalah sepotong kayu biasa, tetapi di tangan Ling Chen, itu menjadi senjata mematikan.

Makhluk itu menyerang lebih dulu, menerjang dengan kecepatan yang tidak wajar untuk ukurannya. Ling Chen melompat ke samping, menghindari cakar makhluk itu yang menghantam tanah hingga menciptakan lubang besar. Dengan gerakan cepat, Ling Chen berputar dan memukul sisi kepala makhluk itu dengan kayunya.

“Braak!” Sebuah suara keras terdengar, tetapi makhluk itu hanya sedikit terhuyung. Sisiknya terlalu keras untuk senjata biasa.

Ling Chen melompat mundur, memperhatikan makhluk itu dengan lebih hati-hati. "Tahan juga, ya? Baiklah, mari kita coba sesuatu yang berbeda."

Dia menutup matanya sejenak, memusatkan sisa-sisa energi yang masih ada di tubuhnya. Meskipun tubuh ini lemah, ingatan dan pengalaman Ling Chen dari kehidupan sebelumnya masih sangat kuat. Energi dari hutan terlarang ini mulai meresap ke dalam tubuhnya, meskipun perlahan, itu cukup untuk membuatnya bertahan.

Makhluk itu menerjang lagi, kali ini lebih cepat dan lebih brutal. Namun, Ling Chen sudah siap. Dia melompat ke atas, menghindari serangan itu dengan mudah, dan dalam satu gerakan, dia mendarat di punggung makhluk tersebut. Dengan cabang kayu di tangannya, dia menusukkan ujungnya tepat ke salah satu celah di antara sisik makhluk itu.

“Graaaahhh!” Makhluk itu melolong kesakitan, mengamuk dan mencoba melemparkan Ling Chen dari punggungnya. Namun, dia tetap bertahan, menusukkan kayu itu lebih dalam hingga akhirnya mencapai daging makhluk itu.

Setelah beberapa saat perjuangan, makhluk itu akhirnya roboh, tubuhnya terkapar di tanah, tak bernyawa. Ling Chen berdiri di atas tubuhnya, menarik napas panjang.

“Tubuh ini mungkin lemah,” gumamnya sambil memandang tangannya sendiri yang gemetar. “Tapi kekuatanku tidak akan terbatas pada daging dan darah. Ini baru permulaan.”

Dia menatap tubuh makhluk itu dan mulai berpikir. Sisik makhluk ini cukup keras untuk menahan serangan senjata biasa. Mungkin dia bisa memanfaatkan tubuh makhluk ini untuk memperkuat dirinya sendiri. Ling Chen mulai menguliti sisik makhluk itu dengan cabang kayu yang tajam, berencana membuat perlindungan sederhana dari sisik tersebut.

Setelah selesai, dia duduk kembali, membiarkan tubuhnya beristirahat untuk sementara waktu. Langit di atas mulai menunjukkan tanda-tanda fajar. Cahaya pertama menyinari hutan terlarang, tetapi bagi Ling Chen, perjalanan barunya baru saja dimulai.

“Tidak ada yang bisa menghentikan kebangkitanku,” bisiknya sambil menatap cakrawala yang mulai memerah. "Aku akan menghancurkan dunia ini jika perlu."

_______________________________________

Halo semua perkenalkan aku author dalam novel ini , terimakasih ya buat kalian semua yang sudah membaca novel ini , semoga bisa menghibur kalian di waktu luang

Jika ada masukan yang ingin disampaikan bisa ditulis dikolom komentar ya semua

See youu :)

BAB 2 HADIAH DARI TAKDIR, AWAL KEBANGKITAN

Setelah melakukan pertarungan Ling chen segera mengambil posisi lotus untuk mengisi kembali kekuatan yang telah dia gunakan seharian ini, sekaligus untuk mengistirahatkan tubuhnya untuk besok.

Ling Chen duduk bersila di atas akar pohon besar, nafasnya teratur meski tubuhnya terasa lemah setelah pertarungan sengit semalam. Udara pagi di hutan terlarang terasa segar namun penuh energi liar, memberi kesan bahwa tempat ini bukan untuk mereka yang lemah. Cahaya matahari mulai menyelinap di antara dedaunan, menciptakan permainan bayangan yang bergerak seiring angin.

Dia membuka matanya perlahan, memperhatikan sisik hitam makhluk singa bersisik yang kini tergeletak di sampingnya. Sisik itu keras, dingin, dan mengkilap di bawah sinar matahari pagi. Dia menghela napas ringan, menggenggam sisik itu di tangannya.

“Makhluk ini cukup kuat,” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri. “Tapi tetap saja, itu tak cukup untuk menghentikan ku.”

Dengan hati-hati, dia menyimpan beberapa sisik ke dalam kantung kecil yang ia buat dari dedaunan dan tali rotan yang ia temukan di hutan. Setelah itu, dia berdiri dan meregangkan tubuhnya, memutar bahunya yang terasa kaku.

“Tubuh ini terlalu lemah,” katanya pelan, mengamati kedua tangannya. Meski ia berhasil mengalahkan makhluk itu, dia tahu kemenangan itu bukan karena kekuatan fisiknya. Itu adalah hasil dari kekuatan jiwanya yang berada jauh di atas standar dunia ini.

Namun, ia sadar. Jiwa yang kuat tidak akan berguna jika tubuhnya rapuh seperti ini.

__________________________________

Karena sudah merasa cukup istirahatnya, akhirnya Ling chen pun melanjutkan perjalanannya menuju area tengah dari hutan terlarang ini untuk mencari tempat yang cocok digunakan untuk memperkuat kekuatannya.

Ling Chen melangkah lebih jauh, meninggalkan jejaknya di tanah lembap hutan terlarang. Udara pagi yang segar kini mulai terasa lebih berat, dengan aroma pepohonan yang berbau tanah basah dan udara yang membawa energi liar. Hutan ini bukan tempat yang ramah bagi mereka yang lemah—bukan hanya karena bahaya makhluk-makhluk buas yang bisa muncul kapan saja, tetapi juga karena tempat ini dipenuhi dengan energi liar yang bisa merusak mereka yang tidak siap.

Namun bagi Ling Chen, tempat seperti ini adalah surga tersembunyi. Keheningan hutan, yang diselingi dengan suara burung-burung dan angin yang menggerakkan dedaunan, memberi ruang baginya untuk merenung dan mengumpulkan kekuatan. Ia terus berjalan, tanpa tujuan yang jelas, hanya mengikuti nalurinya. Perjalanan ini bukan sekadar untuk menghindari bahaya, melainkan untuk mencari tempat di mana ia bisa melatih tubuh dan jiwanya lebih keras lagi.

Setelah berjam-jam berjalan, di tengah hutan yang semakin dalam, ia menemukan sebuah lembah kecil yang dikelilingi oleh tebing-tebing batu tinggi. Di sana, terdapat sebuah danau kecil yang airnya jernih bagaikan kristal. Matahari mulai naik lebih tinggi, memantulkan cahaya yang mengubah permukaan air danau menjadi lautan kilau yang memikat. Hutan di sekelilingnya terkesan tenang dan damai, seolah tempat ini sengaja disembunyikan untuk mereka yang layak menemukannya.

Ling Chen berdiri di tepi danau, merasakan kesejukan angin yang mengalir dari permukaan air. Ia tahu, inilah tempat yang tepat untuknya. Di tempat ini, ia bisa benar-benar fokus melatih kekuatan tubuh dan jiwanya tanpa gangguan. Keheningan yang mendalam memberikan ruang untuk dirinya lebih menyatu dengan energi alam, dan di tempat ini, ia bisa menggali potensi sejati dari dalam dirinya.

“Ini tempat yang sempurna,” gumamnya, menatap air yang tenang dengan mata yang tajam. Ia bisa merasakan energi alam yang mengalir kuat di sini, menyatu dengan ritme jiwanya yang penuh tekad. Ini bukan hanya danau biasa; ini adalah tempat di mana kekuatan bisa dimurnikan, tempat yang akan menantang tubuh dan jiwanya untuk berkembang lebih jauh.

Ling Chen mulai menurunkan beban di tubuhnya, melepaskan barang-barang yang tidak diperlukan. Dengan penuh ketenangan, ia duduk bersila di tepi danau, memejamkan matanya untuk fokus. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan energi yang mengalir dari sekelilingnya—energi alam yang menyatu dengan dirinya, membimbing setiap detak jantung dan tarikan napasnya.

Pikirannya terfokus. Setiap gerakan, setiap aliran energi, semuanya berada dalam kendali dirinya. Namun, ia juga menyadari bahwa meski ia sudah berada di tingkat Kondensasi Jiwa, kekuatan fisiknya masih terlalu terbatas untuk bertahan dalam pertempuran besar yang mungkin akan datang. Ia harus melatih tubuhnya hingga mencapai titik di mana tubuh dan jiwanya dapat bekerja tanpa hambatan, saling menguatkan.

Dengan tekad yang kuat, ia mulai melakukan serangkaian latihan. Pertama, ia mulai dengan peregangan dan latihan pernapasan untuk menenangkan tubuh, sebelum akhirnya bergerak ke latihan fisik yang lebih intens—latihan dasar yang dapat memperkuat otot-otot tubuhnya, meningkatkan ketahanan fisik agar bisa menahan tekanan dari kekuatan jiwanya yang semakin kuat.

Namun, yang terpenting adalah latihan mental. Ling Chen mulai berkonsentrasi untuk merasakan energi yang ada di dalam tubuhnya, memanfaatkan kekuatan jiwanya untuk memurnikan dan menyempurnakan aliran energi dalam dirinya. Setiap latihan terasa lebih sulit, namun tubuhnya merespons lebih baik seiring waktu.

Waktu berlalu tanpa terasa, dan tubuh Ling Chen mulai terasa lebih ringan. Setiap gerakan lebih cepat, lebih kuat, lebih terkendali. Kekuatannya kini lebih seimbang, meskipun ia tahu perjalanan ini baru saja dimulai. Ia tidak akan berhenti sampai tubuh dan jiwanya bisa bekerja bersama dalam harmoni sempurna.

“Aku harus menjadi lebih kuat. Ini baru permulaan,” ucapnya dengan suara tegas.

Ling Chen membuka matanya, menatap danau yang tenang. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa ia telah menemukan tempat yang tepat untuk berlatih, tempat di mana dirinya bisa melampaui batas-batas yang selama ini menahannya. Ia siap untuk melanjutkan perjalanan panjang menuju kekuatan yang tak terbatas—untuk melampaui ranah apapun yang ada di dunia ini.

Ling chen pun melakukan latihan fisik selama berbulan-bulan di hutan terlarang, dia pun sering melakukan pemburuan monster secara gila-gilaan hanya untuk memperkuat keterampilan bertarungnya

Sekarang ia merasa bahwa sudah siap menghadapi tantangan yang lebih besar. Keinginannya untuk menguji kekuatannya membawa dirinya lebih dalam lagi ke dalam hutan terlarang, tempat yang penuh dengan makhluk-makhluk buas dan energi liar yang sangat kuat. Namun, kali ini, ia merasa tidak ada lagi yang bisa menghalangi jalannya.

Ling Chen berjalan lebih dalam ke Hutan Terlarang, dengan rasa percaya diri yang tinggi. Hutan ini dipenuhi dengan makhluk-makhluk yang kuat, tapi bagi Ling Chen, ini hanyalah kesempatan untuk menguji kekuatan jiwanya. Tanpa sadar, dia memasuki wilayah yang dipenuhi dengan monster-monster buas yang berkelompok.

Ling Chen (sombong pada dirinya sendiri): "Aku harus terus maju. Mereka hanyalah makhluk lemah yang tak tahu arti kekuatan sejati."

Namun, tanpa peringatan, segerombolan monster keluar dari balik pepohonan. Mereka adalah makhluk yang saling melindungi, dengan ukuran besar dan kekuatan yang luar biasa. Terdapat berbagai jenis monster, dari makhluk berbulu lebat hingga ular raksasa yang memiliki cakar tajam.

Melihat segerombolan monster yang tiba-tiba datang secara mendadak Ling chen pun langsung waspada , dan insting bertarungnya mengatakan bahwa dia dalam kondisi bahaya.

Ling Chen (dalam hati, mencoba mengingat pengalaman bertarung sebelumnya): "Ini bukan pertarungan biasa... Aku harus lebih berhati-hati."

Ling Chen melawan segerombolan monster itu dengan penuh strategi dan keterampilan bertarung yang tajam. Meskipun pengalamannya sangat berharga, jumlah monster yang terlalu banyak menggerogoti kekuatannya. Setiap serangan yang datang, meski bisa dia hindari atau balas, membuat tubuhnya semakin lelah.

Ling Chen (terengah-engah, sambil berpikir): "Aku harus bisa bertahan.."

Karena sudah terdesak oleh monster itu Ling chen pun memutuskan untuk melarikan diri dari kepungan monster yang menggila ini.

Ling Chen (dalam hati): "Kekuatan mereka... terlalu besar. Aku harus keluar dari sini!"

Ling Chen berusaha menghindari serangan-serangan mereka dengan kecepatan tinggi, namun semakin lama semakin banyak monster yang datang, mengepungnya dari segala arah. Meski tubuhnya dilatih dengan pengalaman bertarung yang panjang, tubuhnya mulai merasa lelah, dan luka-luka mulai bermunculan.

Ling Chen (teriak dalam hati): "Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi!"

Namun, saat dia mencoba kabur, ia tidak sengaja berjalan lebih jauh ke dalam wilayah yang lebih dalam dari Hutan Terlarang, yang tak disadari adalah wilayah milik Penguasa Hutan Terlarang—sebuah makhluk tingkat Emperor Bintang 9 yang legendaris.

Tiba-tiba, sebuah bayangan besar muncul di langit, dan dengan suara menggelegar, Penguasa Hutan Terlarang turun di hadapan Ling Chen.

Makhluk itu berwujud raksasa, dengan tubuh penuh sisik yang keras dan mata berkilat tajam penuh ancaman.

Penguasa Hutan Terlarang: "Kau telah memasuki wilayahku, manusia. Tidak ada yang bisa keluar hidup-hidup dari tempat ini tanpa izin."

Ling Chen merasa tubuhnya tertahan oleh aura yang sangat kuat. Pengalaman bertarungnya yang luas tidak cukup untuk menghadapinya. Penguasa Hutan Terlarang menyerang dengan kecepatan luar biasa, dan dalam sekejap, Ling Chen menerima serangan yang sangat kuat. Tubuhnya terluka parah, darah mengalir deras dari berbagai luka di tubuhnya.

Ling Chen (terengah-engah, dengan wajah yang pucat): "Terlalu kuat... aku... tidak bisa... melawan..."

Dalam keadaan yang hampir tak berdaya, Ling Chen berusaha bangkit, tetapi serangan Penguasa Hutan Terlarang yang begitu kuat akhirnya membuatnya terjatuh. Tubuhnya jatuh ke tanah, dan kesadarannya mulai memudar.

Saat Ling Chen terjatuh dan pingsan, dunia sekitar seakan gelap gulita. Ia merasa seolah-olah terbenam dalam kegelapan yang dalam. Dalam keadaan terperosok di dunia bawah sadar, ia dikelilingi oleh ketenangan yang aneh.

Tiba-tiba, sebuah cahaya putih terang muncul, dan sosok besar yang memancarkan kebijaksanaan perlahan mendekatinya. Sosok itu adalah Takdir Dunia, yang muncul untuk memberikan nasihat kepada Ling Chen.

Takdir Dunia: "Ling Chen, kau telah belajar banyak hal dari pengalamanmu, tetapi masih ada satu pelajaran penting yang harus kau pahami. Kekuatanmu sendiri tidak akan cukup tanpa pemahaman tentang dunia yang lebih besar."

Ling Chen, meskipun dalam keadaan lemah, merasa marah. "Aku sudah cukup kuat! Aku sudah bertarung melawan berbagai musuh, aku tahu apa yang aku lakukan!"

Namun, Takdir Dunia hanya menggelengkan kepala, wajahnya penuh dengan kebijaksanaan yang tak bisa dipahami Ling Chen.

Takdir Dunia: "Kekuatan bertarung memang penting, tetapi kau tidak bisa mengabaikan batasan yang ada. Dunia ini lebih besar dari yang kau kira. Terlalu banyak orang yang meremehkan musuh mereka dan jatuh karena keangkuhan mereka."

Ling Chen yang masih marah mencoba melawan, "Aku tidak akan kalah... Aku pasti bisa lebih kuat!"

Namun, Takdir Dunia hanya tersenyum dengan penuh rasa sabar. Takdir Dunia mengangkat tangannya, dan tiba-tiba, sebuah gelombang energi besar menyelimuti pikiran Ling Chen. Sebuah mimpi buruk yang berisi ketakutan dan rasa gagal mulai menghantui jiwanya. Ling Chen merasakan ketakutannya yang paling dalam—rasa tidak berdaya, kelemahan, dan ketidakmampuan untuk mengalahkan musuh yang lebih kuat.

suara Ling chen dengan nada bergetar "Kenapa aku merasa seperti ini? Apa ini...? Aku takut... aku tidak bisa..."

Selama momen itu, Ling Chen benar-benar merasa kehilangan segalanya. Rasa takut akan kegagalan itu membuatnya hampir menyerah.

Namun, Takdir Dunia hanya diam, memberikan Ling Chen ruang untuk merenung. Setelah beberapa waktu, Ling Chen mulai merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya.

ling chen mengucapkan dalam hati "Aku... telah salah. Aku terlalu meremehkan dunia ini... dan terlalu mengandalkan pengalaman tanpa mengerti bahwa ada banyak hal di luar sana yang lebih besar dariku."

Mendengar kata-kata Ling Chen yang berubah, Takdir Dunia tersenyum. "Kau akhirnya memahami pelajaran yang penting. Sebagai hadiah atas kebijaksanaan mu, aku akan memberikanmu sistem yang akan membantumu berkembang lebih jauh."

" baik lah akhirnya kau paham kalau begitu tugas ku sudah selesai disini " ucap sang takdir dunia sembari menghilang dalam pandangan Ling chen

Setelah Takdir Dunia memberikan nasihatnya, sosok tersebut mengangkat tangannya, mengalirkan gelombang energi ke dalam tubuh Ling Chen. Namun, setelah beberapa saat, Takdir Dunia hanya tersenyum dengan penuh kebijaksanaan. Sebelum Ling Chen bisa bertanya lebih lanjut, sosok itu mulai memudar, menghilang secara perlahan.

Ling Chen (dengan suara lemah, hampir terisak): "Tunggu... aku ingin tahu lebih banyak... Apa yang harus aku lakukan..."

Namun, Takdir Dunia telah menghilang sepenuhnya, meninggalkan Ling Chen sendirian dalam kegelapan. Kesadarannya mulai mengembalikan dirinya ke dunia nyata, tubuhnya terasa lebih ringan dan kuat, meski perasaan bingung masih mengganggu.

Ling Chen baru saja sadar sepenuhnya dari pingsannya. Rasa sakit di tubuhnya mulai berkurang, tapi ia masih bisa merasakan bekas luka yang belum sepenuhnya sembuh. Namun, tiba-tiba, sebuah suara terdengar langsung di dalam benaknya.

Sistem Dewa Alam: "Selamat siang, Tuan Ling Chen. Sistem ini kini terhubung sepenuhnya dengan tubuh dan pikiran Anda."

Ling Chen terlonjak. Dia memandang sekelilingnya, mencari sumber suara, tetapi tidak ada siapa pun di sana.

Ling Chen: "Siapa itu? Siapa yang berbicara? Tunjukkan dirimu!"

Sistem Dewa Alam: "Tuan, tidak perlu panik. Saya adalah Sistem Dewa Alam, entitas yang dirancang untuk membantu Anda tumbuh lebih kuat dan mencapai potensi maksimal Anda."

Ling Chen mengernyit, masih kebingungan. "Sistem? Maksudmu... kau ada di dalam kepalaku?"

Sistem Dewa Alam: "Tepat sekali, Tuan. Saya adalah bagian dari Anda sekarang. Saya akan membimbing Anda dalam perjalanan ini. Untuk memulai, saya akan memberikan Anda hadiah permulaan sebagai dukungan awal."

Ling Chen terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi tersebut. "Hadiah permulaan? Kau serius? Apa maksud semua ini?"

Sistem Dewa Alam: "Hadiah ini dirancang untuk membantu Anda bertahan dan melawan ancaman yang ada di depan Anda."

Tiba-tiba, sebuah cahaya kecil muncul di depan Ling Chen, membentuk sebuah kotak kecil berwarna emas. Kotak itu memancarkan energi yang kuat, membuat Ling Chen merasakan kehangatan dan kekuatan yang aneh.

Ling Chen (terkejut): "Apa ini? Sebuah... kotak hadiah?"

Sistem Dewa Alam: "Betul sekali, Tuan. Ini adalah Kotak Hadiah Permulaan. Silakan buka untuk melihat isinya."

Ling Chen menatap kotak itu dengan ragu. Namun, rasa penasarannya mengalahkan keraguannya. Dengan hati-hati, dia membuka kotak itu. Cahaya terang menyembur keluar, dan tiga benda muncul di hadapannya:

Pedang Langit Berbintang – Sebuah pedang yang memancarkan energi alam, sangat tajam dan kuat, mampu menembus pertahanan monster tingkat Emperor.

Jubah Perisai Alam – Jubah yang mampu menyerap serangan energi, melindungi pemakainya dari luka parah.

Pil Pemulihan Sempurna – Pil yang mampu memulihkan kekuatan fisik dan energi dalam waktu singkat.

Ling Chen (dengan mata berbinar): "Ini... ini luar biasa! Kau serius memberiku semua ini? Pedang, jubah, dan pil? Ini semua adalah benda berharga!"

Sistem Dewa Alam: "Benar, Tuan. Hadiah ini dirancang untuk membantu Anda menghadapi ancaman yang lebih besar. Namun, ingatlah, kekuatan sejati tidak hanya berasal dari benda-benda ini, tetapi juga dari cara Anda menggunakannya."

Ling Chen menggenggam Pedang Langit Berbintang dengan tangan gemetar. Energinya terasa menyatu dengan pedang itu, seolah-olah senjata itu dibuat khusus untuknya. Dia kemudian menyentuh Jubah Perisai Alam, merasakan kekuatan pelindungnya. Terakhir, dia menyimpan Pil Pemulihan Sempurna di kantungnya, berjaga-jaga untuk kebutuhan mendesak.

Ling Chen (tersenyum lebar): "Aku tidak tahu siapa kau atau bagaimana semua ini terjadi, tapi... terima kasih! Dengan semua ini, aku punya peluang untuk melawan monster itu!"

Sistem Dewa Alam: "Saya hanya melakukan tugas saya, Tuan. Namun, perlu diingat, hadiah ini hanyalah permulaan. Untuk menguasai kekuatan sejati, Anda harus melatih diri dan memperdalam pemahaman Anda tentang dunia ini."

Ling Chen (dengan tekad membara): "Baiklah. Kalau begitu, mari kita mulai! Kali ini, aku tidak akan kalah lagi. Aku akan membuat monster itu menyesal telah melukaiku!"

Dengan pedang baru di tangannya, jubah pelindung yang kuat, dan pil penyembuhan yang siap digunakan, Ling Chen berdiri dengan penuh semangat. Dia kini merasa lebih percaya diri untuk melanjutkan perjalanannya dan menghadapi monster tingkat Emperor Bintang 9 yang pernah membuatnya hampir kehilangan nyawa.

____________________________________________

Mohon dukungannya semuaa, terimakasih

see youu :)

BAB 3 KEBANGKITAN

Bab 3: Langkah Pertama Menuju Peradaban

Ling Chen berjalan perlahan di tengah lebatnya Hutan Terlarang. Tubuhnya terasa jauh lebih kuat setelah menerima Sistem Dewa Alam, namun pikirannya masih terngiang dengan pertemuan sosok misterius, Takdir Dunia. Kata-kata bijak dan hukuman yang diterimanya telah mengguncang hatinya.

Sekarang, tujuan utamanya adalah keluar dari hutan ini dan menemukan peradaban. Meski begitu, ia tahu bahwa dunia luar tidak akan lebih mudah. Sebelum melangkah lebih jauh, ia harus memperkuat dirinya.

Ling Chen (berbisik): "Ranah kultivasiku terlalu rendah. Aku tidak bisa bertahan lama jika tetap seperti ini."

Tiba-tiba, suara dalam benaknya muncul.

Sistem Dewa Alam: "Tuan Ling Chen, jika Anda ingin memahami kekuatan Anda dan meningkatkannya, saya sarankan untuk membuka Status Anda terlebih dahulu. Itu akan memberikan gambaran lengkap tentang kekuatan dan potensi Anda."

Ling Chen (mengernyit): "Status? Baiklah, tunjukkan padaku."

Seketika, sebuah layar transparan muncul di hadapannya. Tulisan emas dengan detail yang jelas membuatnya terkesima.

[Status Ling Chen]

Nama: Ling Chen

Ranah Kultivasi: Kondensasi Energi, Bintang 2 (Awal)

Teknik Utama: [Tidak Ada Teknik yang Terdaftar]

Atribut Khusus: -

Kekuatan Fisik: Rendah

Tekad dan Pengalaman: Tinggi

Keterampilan Tambahan: [Tidak Ada]

Poin Sistem: 100

Fitur:+

Ling Chen (menghela napas): "Kondensasi Energi bintang 2... Ini bahkan belum cukup untuk bertahan melawan monster tingkat rendah, apalagi Emperor. Aku harus segera meningkatkan ini."

Sistem Dewa Alam: "Betul, Tuan. Untuk meningkatkan kultivasi Anda, berburu monster adalah cara paling efisien. Selain mendapatkan energi dari inti mereka, Anda juga akan memperoleh Poin Sistem untuk mempercepat perkembangan Anda."

Ling Chen: "Baiklah. Kalau begitu, aku akan mulai berburu."

Dengan tekad baru, Ling Chen mulai menyisir hutan. Ia mencari monster yang cukup lemah untuk menjadi target awal, namun tidak butuh waktu lama sebelum ia menemukan mangsanya.

Di depan matanya, seekor Serigala Api berukuran sedang berdiri, menatapnya dengan mata merah yang menyala.

Sistem Dewa Alam: "Serigala Api, tingkat Kondensasi Energi-Bintang 3. Energinya cukup untuk mempercepat kemajuan Anda ke Bintang 3. Hati-hati, mereka biasanya bergerak dalam kelompok."

Ling Chen (tersenyum tipis): "Bagus, aku akan mulai darimu."

Dengan kecepatan luar biasa, Ling Chen melompat, menggunakan pedang yang ia terima dari Sistem Dewa Alam—Pedang Langit Berbintang. Pedang itu memancarkan energi dingin yang langsung memotong udara di sekitarnya.

Pertempuran singkat itu berakhir dengan mudah. Ling Chen menyerap inti monster dari tubuh serigala itu dan merasa energinya mulai meningkat.

Sistem Dewa Alam: "Selamat, Tuan. Anda telah memperoleh 10 Poin Sistem. Dengan total 110 Poin, Anda dapat membuka fitur tambahan atau meningkatkan atribut fisik Anda."

Ling Chen (menggenggam inti monster): "Ini baru permulaan. Aku harus terus berburu."

Beberapa Hari Kemudian

Ling Chen terus berburu monster, bertarung tanpa henti di Hutan Terlarang. Ia menghadapi makhluk-makhluk dari tingkat rendah hingga menengah, dan setiap pertarungan memberinya pengalaman berharga. Berkat Jubah Perisai Alam, ia mampu menahan beberapa serangan mematikan, sementara Pil Pemulihan Sempurna membantunya tetap bertahan meski dalam kondisi terdesak.

Akhirnya, setelah tiga hari penuh pertempuran, Ling Chen membuka statusnya kembali.

Status Ling Chen]

Nama: Ling Chen

Ranah Kultivasi: Kondensasi Energi, Bintang 5 (Menengah)

Teknik Utama: [Tidak Ada Teknik yang Terdaftar]

Atribut Khusus: -

Kekuatan Fisik: menengah

Tekad dan Pengalaman: Tinggi

Keterampilan Tambahan: [Tidak Ada]

Poin Sistem: 350

Fitur:+

Ling Chen (tersenyum puas): "Bintang 5... Setidaknya aku tidak akan mati dengan mudah sekarang. Sudah saatnya aku meninggalkan tempat ini dan mencari peradaban."

Sistem Dewa Alam: "Tuan, perjalanan keluar dari Hutan Terlarang akan menjadi ujian terakhir di tempat ini. Namun, di luar sana, dunia akan lebih kejam. Gunakan pengalaman Anda di sini untuk bertahan dan berkembang."

Ling Chen (menatap ke kejauhan): "Aku tidak peduli seberapa sulitnya. Aku akan terus maju. Dunia ini akan tahu siapa aku!"

Dengan tubuh yang kini lebih kuat dan semangat yang membara, Ling Chen melangkah lebih dalam ke arah keluar hutan, siap menghadapi apapun yang menunggunya di luar sana

Ling Chen terus melangkah lebih dalam ke Hutan Terlarang. Setiap langkahnya semakin menjauh dari tempat pertama kali dia terdampar, dan perjalanannya untuk mencapai peradaban manusia semakin nyata. Namun, dunia ini tak sesederhana yang dia bayangkan. Dengan bantuan Sistem Dewa Alam, dia terus melatih diri, berburu monster-monster yang lebih kuat untuk mengasah kemampuan bertarungnya.

Meskipun demikian, dia selalu merasa ada sesuatu yang lebih besar dan lebih berbahaya dari yang ada di sekitarnya. Begitu banyak makhluk buas di hutan ini yang mampu menghancurkan segala yang ada di jalan mereka, dan Ling Chen harus berhati-hati jika ingin bertahan.

Ling Chen teringat kembali informasi yang diberikan oleh Sistem Dewa Alam tentang Ranah Dunia yang mengatur kekuatan manusia dan binatang, yang setiap ranahnya terdiri dari 6 tingkatan utama.

Berikut adalah ranah singkat dari Fana hingga Abadi:

Kondensasi Energi - Awal membangun fondasi energi.

Pembentukan Inti - Membentuk sumber kekuatan inti.

Pencerahan Jiwa - Mengasah kemampuan jiwa dan teknik.

Penguasaan Elemen - Mengendalikan elemen alam.

Transformasi Alam - Menyatukan energi tubuh dengan lingkungan.

Ranah Emperor - Mendominasi energi dalam skala besar.

Ascension Void - Memasuki dimensi energi murni.

Dominasi Ether - Menguasai esensi energi sepenuhnya.

Immortal Zenith - Eksistensi jiwa abadi.

Celestial Lord - Mengendalikan hukum alam.

Eternal Origin - Menjadi bagian dari energi primordial.

Void Eternal - Melampaui realitas, eksistensi tak terbatas.

Ling Chen masih berada di Kondensasi Energi Level 7, yang berarti ia berada di ranah awal dan sangat jauh dari para monster di hutan ini yang sudah mencapai tingkat Tranformasi alam dan emperor. Meskipun demikian, dia tahu bahwa satu-satunya cara untuk mengatasi ketimpangan kekuatan ini adalah dengan terus berlatih dan bertarung.

Hari-hari berlalu, dan Ling Chen semakin terbiasa berburu monster untuk meningkatkan kekuatannya. Dia melawan kelompok monster kondensasi energi seperti , Serigala Bayangan (Bintang 2), Harimau Petir (Bintang 3), serta Elang Angin Hitam (Bintang 4). Setiap pertempuran memberinya pengalaman berharga, meskipun kekuatan mereka tetap terasa jauh lebih tinggi.

Setelah bertarung dengan Elang Angin Hitam, Ling Chen duduk di bawah pohon besar, mengambil napas panjang dan memeriksa statusnya.

Status Ling Chen]

Nama: Ling Chen

Ranah Kultivasi: Kondensasi Energi, Bintang 7 (Menengah)

Teknik Utama: [Tidak Ada Teknik yang Terdaftar]

Atribut Khusus: -

Kekuatan Fisik: Menengah

Tekad dan Pengalaman: Tinggi

Keterampilan Tambahan: [Tidak Ada]

Poin Sistem: 800

Fitur:+

Sistem Dewa Alam: "Selamat, Tuan Ling Chen. Anda telah mencapai Bintang 7 dalam Kondensasi Energi. Dengan 800 Poin Sistem, Anda dapat menukarkan teknik atau peningkatan atribut."

Ling Chen mengernyit sedikit. "Aku harus lebih hati-hati. Tidak semua poin bisa digunakan sembarangan. Aku harus menyimpan poin ini untuk hal yang lebih penting."

Dia memutuskan untuk terus berburu dan mengasah kekuatannya. Perjalanan menuju kota manusia semakin mendekat, namun dia tahu bahwa dunia ini penuh dengan ancaman yang bisa menghancurkannya kapan saja.

Ling Chen terus berjalan, langkahnya semakin mantap meskipun keringat dingin menyelimuti tubuhnya. Kegelapan semakin mendalam di sekitar hutan, dan atmosfer yang menakutkan makin terasa seiring berjalannya waktu. Sistem Dewa Alam telah membantunya memulihkan tubuhnya, namun Ling Chen tahu, tak ada jaminan bahwa dia akan bertahan jika hanya mengandalkan kekuatan yang dimilikinya sekarang.

Dalam keheningan hutan, tiba-tiba terdengar suara gesekan pohon yang sangat keras, diikuti oleh raungan rendah yang bergema. Ling Chen segera berbalik, matanya tajam menatap ke arah suara itu. Di balik semak-semak, ia bisa merasakan getaran energi yang sangat kuat—jauh lebih besar daripada apapun yang pernah dia rasakan sebelumnya.

Sistem Dewa Alam: "Peringatan. Anda telah memasuki wilayah yang dihuni oleh monster Pembentukan inti Bintang 1, Disarankan untuk segera meninggalkan area ini."

Ling Chen menekan napasnya, tubuhnya membeku sejenak. Peringatan itu datang terlambat—monster itu sudah ada di hadapannya. Seekor Serigala Api Raksasa, monster tingkat Pembentukan inti Bintang 1, dengan tubuh besar yang dipenuhi nyala api biru terang, muncul dari balik hutan. Matanya yang menyala merah memandangnya dengan penuh kebencian.

Ling Chen tahu ini bukanlah lawan yang bisa dia kalahkan dengan mudah. Namun, dalam sekejap, sebuah keputusan dingin dan tajam melintas di pikirannya. Ia tak akan lari. Dia tak akan mundur. Ini adalah momen untuk membuktikan bahwa dirinya lebih dari sekedar penerima kekuatan, melainkan seseorang yang bisa mengendalikan takdirnya sendiri.

Tanpa ekspresi, tanpa ragu, Ling Chen menarik pedangnya—Pedang Langit Berbintang—dan melangkah maju. Tubuhnya terasa ringan meskipun jantungnya berdetak cepat. Pikiran dan perasaannya kini tertata rapi dalam ketenangan, seolah-olah semua emosi yang sempat membebani hatinya menghilang begitu saja.

Ling Chen (dalam hati): "Aku tidak akan kalah. Tidak ada tempat untuk kelemahan dalam dunia ini.

Serigala Api Raksasa menggeram dengan penuh ancaman, dan seketika itu juga, ia menerjang dengan kecepatan luar biasa. Api biru membara di sekelilingnya, menciptakan kabut panas yang hampir tak tertahankan. Namun, Ling Chen tidak terpengaruh. Tubuhnya bergerak dengan gesit, menghindari serangan yang sangat cepat dan mematikan.

Di bawah pandangannya yang tajam, Ling Chen tahu bahwa keunggulan Serigala Api Raksasa terletak pada serangan api dan kekuatan fisiknya yang luar biasa. Namun, pedang di tangannya bukanlah pedang biasa—Pedang Langit Berbintang mengeluarkan cahaya dingin yang mengiris udara, siap menghadapi apapun yang menghalangi.

Ling Chen berputar dengan kecepatan tinggi, menyambut serangan monster itu dengan pukulan balasan yang memanfaatkan kelincahan dan kekuatan tipis dari Pedang Langit Berbintang. Setiap serangan dari pedangnya tidak hanya berusaha menghancurkan tubuh musuh, tetapi juga mencoba menembus energi yang melindungi Serigala Api Raksasa.

Namun, setiap kali pedangnya menyentuh monster itu, api biru meletup dan membakar udara di sekitar mereka, menyebabkan luka bakar yang menyakitkan pada tubuh Ling Chen. Rasanya seolah tubuhnya tak cukup kuat untuk menahan panas tersebut. Tapi, dia tidak berhenti. Setiap langkah dan serangan yang dia buat lebih terfokus, lebih tajam, lebih cepat.

Ling Chen (dalam hati): Ini bukan tentang menang. Ini tentang bertahan dan terus berjuang.

Setelah beberapa putaran pertempuran yang mendebarkan, Serigala Api Raksasa mundur sejenak, matanya menyala dengan kebencian. Ia mengeluarkan raungan keras yang mengguncang tanah dan pohon-pohon di sekitarnya. Api biru semakin meluap dari tubuhnya, membentuk lingkaran besar yang siap melahap apa saja.

Ling Chen merasakan energi monster itu meningkat dengan pesat. Serigala Api Raksasa sedang mempersiapkan serangan terakhir yang lebih mematikan.

Sistem Dewa Alam: "Peringatan. Serangan berikutnya dari musuh kemungkinan besar akan menghabiskan sebagian besar energi Anda. Disarankan untuk mencari cara menghindari serangan."

Ling Chen tidak menghiraukan peringatan tersebut. Dengan tekad yang lebih bulat, dia menghitung gerakan monster itu. Dalam sekejap, Serigala Api Raksasa meluncurkan serangan api yang jauh lebih besar, mengarah tepat ke dirinya.

Di saat yang sama, Ling Chen mengerahkan seluruh energi yang dimilikinya dan melompat ke atas, melepaskan serangan pedang terakhir. Pedang Langit Berbintang memancarkan cahaya dingin yang berlawanan dengan api biru monster itu. Seiring dengan serangan api monster yang meluncur ke arahnya, pedangnya menebas ke arah pusat tubuh Serigala Api Raksasa.

Ledakan besar mengguncang hutan. Api biru dan cahaya pedang saling bertabrakan, menciptakan gelombang energi yang luar biasa. Ling Chen merasakan tubuhnya terbanting ke tanah, tubuhnya lelah dan terluka, tapi dia tetap bertahan. Matanya yang dingin memandangi serpihan tubuh Serigala Api Raksasa yang terbakar hancur.

Akhirnya, keheningan kembali menyelimuti area itu. Ling Chen duduk dengan napas tersengal, darah mengalir dari tubuhnya, tapi matanya tetap tajam, tak menunjukkan rasa lemah.

Sistem Dewa Alam: "Selamat, Tuan Ling Chen. Anda telah mengalahkan Serigala Api Raksasa . Anda memperoleh 1.000 Poin Sistem dan peningkatan atribut."

Ling Chen (dalam hati): "Aku tak akan berhenti di sini. Ini baru permulaan."

Dengan perasaan yang lebih dingin dan fokus, Ling Chen bangkit, merapikan pedangnya, dan melanjutkan perjalanannya ke depan. Tak ada waktu untuk merayakan kemenangan. Dunia ini tak akan memberi ampun, dan dia tak akan memberi ampun pada dirinya sendiri.

Ling Chen menyadari bahwa dia telah menginjakkan kaki pada jalan yang lebih gelap dan lebih berbahaya. Namun, dengan tekad yang lebih kuat, dia melangkah ke depan, siap menghadapi semua yang datang. Kekuatan dan kebijaksanaan hanya akan datang setelah melalui pertarungan yang tak terhitung jumlahnya, dan dia siap menghadapinya dengan hati yang dingin dan tajam.

Setelah beberapa hari melakukan perjalan sambil berburu poin untuk meningkatkan kekuatan akhirnya Ling chen keluar dari hutan terlarang.

_______________________________________________

Terimakasih yang sudah membaca, Jika ada masukan silakan tulis dikolom komentar!!

See youu :)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!