NovelToon NovelToon

Menggapai Cinta

Menikahlah denganku

Sang surya mulai bersembunyi di ufuk barat, saat Anindiya gadis berkulit kuning langsat itu menatap ombak bergulung gulung di pinggir pantai. Sesekali ia memejamkan mata sambil merasakan hembusan ombak yg serasa meluruhkan beban dalam pikirannya.

Bagaimana tidak ibu tiri yang dia anggap sebagai ibu kandungnya tiba-tiba mengambil alih semua harta benda peninggalan ayahnya dan mengusirnya dari rumah. Tanpa dikomando air matanya mulai menetes, segera ia membenamkan wajahnya di lutut, hingga hanya terdengar sesenggukan.

Tanpa ia sadari ada seorang laki-laki berwajah tampan khas orang korea memperhatiknnya dan mulai melangkahkan kaki ke arah Anindiya. Dia hanya diam terduduk disamping gadis yang masih sesenggukan itu.

"Menangis dan berteriaklah jika itu bisa sedikit mengurangi bebanmu." kata Mo Ryung, laki-laki tinggi besar disampingnya. Anindiya terdongak kaget dan menoleh ke arah suara itu berasal. Dia hanya menatap tak bergeming. "Jangan sesali semua, bangkit dan berjuanglah." kata Mo Ryong lagi dan masih menatap hamparan lautan didepannya.

"Terima kasih" jawab Anindiya dengan senyum yang dipaksakan

"Menikahlah denganku" ajak Mo Ryung yang langsung membuat jantung Anindiya mencelos.

"Anin...." panggil Vina, sepupu Anindiya " pulang yuk.. dah malam."

Oh... Ternyata namanya Anin... Lucu juga. Gumam Mo Ryung

Anin menghapus air matanya dan langsung beranjak pergi tanpa pamit pada Mo Ryung. "Siapa dia?" tanya Vina seraya mendongakkan dagunya ke arah laki-laki tinggi besar itu.

"Dia...."

"Aku calon suami Anin..." potong Mo Ryung "Mo Ryung dan kau?"

"Aku Vina, sepupunya. Kenapa kamu gak pernah cerita Nin?"

"Aku...."

"Dia takut karena aku bukan lelaki harapan keluargamu."

"Udah-udah ayo pulang, dan tuan jangan mengada-ngada" kata Anin seraya menggandeng Vina pergi.

"Cakep banget Nin, kayak artis korea" kata Vina sambil senyum senyum sendiri.

Mo Ryung hanya melihat mereka hingga mereka tak tampak lagi, lalu ia mengutak atik ponselnya "Tom... Cari tahu tentang gadis yang bersamaku tadi."

***

Di hotel bintang lima dimana Mo Ryung menginap.

Lelaki berkulit kuning langsat itu sepertinya tak tidur semalaman, suara isak tangis Anin terngiang ditelinganya dan wajah gadis kulit langsat itu berlari-lari dipikiran Mo Ryung.

"Pagi tuan"

"Mana hasilnya.." tanpa basa basi Mo Ryung menanyakan.

"Namanya Anindiya Putri Mathew, usia 24 tahun. ia anak dari David Mathew dan Saskia Alena. Saskia Alena meninggal dan David menikah lagi. Ibu tirinya sangat baik padanya tetapi ketika ayahnya meninggal ia diusir dari rumah dan semua harta peninggalan ayahnya diatasnamakan ibu tirinya. Ia bekerja di Star Coorporation, Kabag Divisi Marketing cabang Malang. Ia mengajukan pindah ke cabang lain dan diterima di staff marketing kantor pusat di Jakarta. Dia tidak pernah berhubungan asmara dengan siapa pun. Hanya ada satu lelaki yang dekat dengannya Bram Pramuja dia kakak kelas Anin waktu SMA." jelas Tomi panjang lebar.

"Apa hubungan mereka?"

"Mantan kekasih" ucap Tomi gemetar

Mo Ryung terdiam mendengar ucapan Tomi.

"kirim alamatnya ke ponselku, siapkan semua kebutuhan untuk aku melamarnya."

"baik tuan." mendengar perintah tuannya Tomi segera pergi dan memenuhi semua kebutuhan.

Mo Ryung masih duduk termenung memikirkan gadis manis yang kemarin ia temui dipinggir pantai, matanya yang sembab dan nafasnya yang tersengal.

semoga langkahku benar untuk meminang gadis itu. beban apa yang sebenarnya ia pikul, hingga menangis seperti itu.

Dilamar

Keesokan harinya di rumah paman Anin, telah berjejer dua buah mobil hitam. Mo Ryung ternyata tak main-main dengan kata-katanya. Ia, ibunya dan Tomi asistennya datang dengan membawa hantaran lamaran lengkap. Tanpa basa basi Mo Ryung menjelaskan maksud kedatangannya dan keluarga Anin menerimanya dengan baik.

"Maafkan saya, saya harus menghubungi Anindiya dulu apakah bersedia apa tidak, biasanya jam segini Anin sudah pulang. Bisakah kita menunggu hingga dia datang?" izin pamannya. "nah itu dia" kata paman saat mendengar suara motor yg dikendarai gadis manis itu.

Saat turun dari motornya Anin langsung disambut oleh Vina yang berbinar-binar.

"Ada apa?"

"Ayo buruan masuk." ajak Vina sambil menggandeng tangan Anindiya dan mengajaknya ke kamar. "Kamu dilamar cowok ganteng kemarin."

"Dilamar? Cowok ganteng mana?"

"Itu yang mirip artis korea, siapa ya namanya aduh..." kata Vina sambil memegang kepalanya

"Mo Ryung." ucap paman yang tiba-tiba masuk."dia melamarmu dan akan menikahimu besok."

"Apa?" Kaget Anindiya

"Ssttt........ jangan keras-keras." ujar paman

"Paman..... aku gak kenal cowok itu, ia cowok aneh yg ketemu aku kemarin." jels Anin

"Bagaimana bisa? La wong dia kemarin bilang klo dia calon suamimu" sahut Vina heran.

"Jangan bohongi paman Anin..."

"Beneran, aku gak bohong. Kalian percayalah sama aku." pinta Anin

"Sayang... Jika ada orang yang melamarmu kamu gak boleh menolaknya, pamali.... Kamu akan mendapat karma tidak akan menikah dengan siapa pun jika itu sampai terjadi" ujar bibinya yang tiba-tiba masuk kedalam kamar.

"Tapi bi..."

"Kamu mau jadi perawan tua?" tambah bibinya

Mendengar apa yang dikatakan bibinya, Anin merasa ngeri sendiri. "Apa iya..." Gumamnya tak percaya "itu hal konyol yang pernah aku dengar."

Saat ini seluruh mata tertuju tajam pada Anin, hanya untuk mendengar jawaban gadis itu. "Yang penting terima dulu, klo misal kamu gak nyaman ya... Putusin." kata bibi nya santai

"Bener Nin, Dari pada jadi perawan tua. Lagian Mo Ryung kelihatan orang baik, cakep lagi" kata Vina seraya merangkul Anindiya

Bener juga apa kata Vina, tapi aku gak begitu kenal dia. Apa bisa aku bahagia bersama dia....Ah... Dari pada ngejomblo terus...

"Ok, kita temui mereka dulu." jawab Anin

Mendengar itu semua keluarga berkumpul di ruang tamu, tak terkecuali Anin.

"Bagaimana nak?" tanya ibu Mo Ryung yang masih terlihat sangat cantik dan anggun

"Ehmm... Bolehkah saya bicara berdua dengan tuan Mo Ryung?"

"Tentu saja"

Mo Ryung langsung berdiri dan mengikuti Anin kemudian duduk di gazebo belakang rumah.

"Maaf tuan... Apa maksud tuan melakukan ini?" tanya Anin tanpa basa basi seraya menatap Mo Ryung tajam.

"Aku ingin menikah denganmu."

"itu hal konyol tuan, Anda tidak mengenal saya, Anda tidak tahu saya. Bagaimana hanya bertemu sekali Anda langsung meminang saya?"

"kau tak perlu berfikir itu, jalani semua dan aku pastikan akan baik-baik saja." jawab Mo Ryung datar.

"Apakah kau anggap pernikahan ni mainan?" tanya Anindiya sedikit tegas

Mo Ryung memandang tajam ke Anindiya hingga gadis berlesung pipi itu tertunduk.

Matanya sangat menakutkan seakan mau menerkamku saja, bagaimana kalo dia jadi suamiku.... Ah.... bisa mati berdiri. Gusar Anin dalam hati.

"Dengarkan aku Nin... Hidupku cuman sekali, matiku sekali dan aku menikah juga sekali. Kau tak perlu risau soal apapun kita sudah sama-sama dewasa, kau tahu yang baik dan buruk. Semua terserah padamu." Jawab Mo Ryung kemudian berdiri tegak dan kembali ke ruang tamu.

Kata-kata Mo Ryung seakan menusuk jantungnya, betapa tidak laki-laki ini sepertinya serius dengan Anindiya tanpa memikirkan apakah Anindiya menyukainya atau tidak.

Teman??

Anin berjalan perlahan menuju ruang tamu

"dia berhak bahagia bun, sepertinya dia sering menangis sendirian dikamarnya. Bagaimana bisa kakakku memilih wanita macam itu." ucap paman Anin yang tak habis pikir ayah Anindiya bisa menikah dengan wanita yang serakah.

"mungkin dengan Tuhan mengirim Mo Ryung itu bisa menjadi berkah Untuknya"

"Amin..."

"Bagaimana nak?" tanya bibinya yang melihat Anin mendekat. "Sudah putuskan?" tanya bibinya lagi. Anin hanya menjawab dengan anggukan pelan.

Kemudian mereka duduk, dan menunggu putusan dari Anin.

"Bagaimana nak Anin, lamaran kami di terima?" tanya ibu Mo Ryung

"saya... Menerima lamaranya" ucap Anin yang masih tertunduk.

Serentak ucap syukur memenuhi ruang tamu rumah itu, dan dengan segera pernikahan pun diputuskan besok pagi. Hanya saudara dekat dan beberapa tetangga yang diundang. Ibu tiri Anindiya pun tak ada. Tak ada pesta yang spesial, semua cukup sederhana.

Setelah semua usai, Anin membantu bibi dan Vina membersihkan dapur. "Eh... Pengantin baru gak boleh ada disini, pamali..." ucap bibi seraya mendorong Anin keluar dari dapur."temani suamimu"

"Tapi bi... " tolak Anin

"Tenang aja Nin... Kan ada aku dan mak Iyah" sahut Vina yang diikuti anggukan pembantu mereka.

Dengan langkah perlahan, Anin pergi menuju kamarnya. "Anin.." panggil pamannya yang berjalan berdampingan dengan Mo Ryung mendekati Anin. "Aku kembalikan suamimu, Ryong jangan lupa jurus yang diajarkan paman." kedip paman, yang dijawab anggukan oleh laki-laki tampan itu.

"Ayah, ajari aneh-aneh ya???" sahut bibi yang tiba-tiba menggandeng suaminya.

"Enggak kok, cuma inget malam pertama kita dulu..." senyum centil paman menghiasi wajahnya.

"Bener tu...pelan-pelan aja." Sahut bibi yang terpengaruh ucapan suaminya

"Bibi...." ucap Anin tersipu malu "jangan dengerin mereka, mendingan kita masuk klo gak... Kita di bully habis-habisan.." seraya menggandeng tangan Mo Ryung dan mengajaknya masuk ke kamar.

"Hei... Bukan paman yang habis tapi kamu..." teriak paman sambil tertawa.

"Udah-udah jangan ganggu mereka."

***

Di dalam kamar,

Mo Ryung baru keluar dari kamar mandi dengan mengikatkan handuknya di pinggang. Terlihat dada yang bidang, perut sixpack nya, dan rambut yang masih basah.

Apakah ni suamiku???? Dia begitu terlihat sangat tampan dan seksi... Kau gak salah Vin... Apa bener cowok super ganteng ini suamiku, aduh.. Mikir apa aku ini....

"Ada apa?" tanya Mo Ryung yang melihat Anin memandangnya dari atas ke bawah. "Halo...." sapanya lagi

"Eh... Iya" jawab Anin kaget saat tubuh Mo Ryung tiba-tiba ada di depannya. "Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Anin sambil badannya mundur kebelakang.

"Ada apa denganmu, kenapa melihatku seperti itu?"

"Maaf, aku kaget aja kenapa ada cowok setampan dan seseksi tuan... mau dengan cewek seperti aku."

"Cewek seperti apa?"

"Maksudku, wajahku standart, tinggiku juga hanya 162 dan aku pegawai biasa. Lagian aku juga wanita yang dibuang dari rumah" suara Anin memelan di perkataan yang terakhir

Mendengar itu Mo Ryung melengkungkan Bibirnya sedikit "syukurlah klo kamu dibuang biar aku yang memungutnya. Lagian kamu tu cantik, tapi sayang...." jeda Mo Ryung. "suka nangis" seraya menyentuh hidung Anindiya

"kata siapa suka nangis, aku gak pernah..." tiba-tiba bibir Anin dikecup mesra oleh Mo Ryung, seketika itu Anin terdiam dan gemetar.

"Kenapa?"

"Aku.... maaf" jelas Anin tertunduk

"Belum pernah?" tanya Mo Ryung yang hanya dijawab dengan anggukan. kemudian Mo Ryung pergi ganti baju dan bersiap untuk tidur.

Bagaimana ini? Apakah aku harus melayaninya malam ini??? Oh Tuhan... apa yang terjadi padaku ini. Malam ni aku harus melaluinya dengan orang yang sama sekali gak aku kenal. Apakah aku bisa melakukannya tanpa mengenal dia? Tanpa mencintainya? Gumam Anin

"Ada apa Nin ?" tanya Mo Ryung yang langsung memeluk Anin dari belakang. Jantung Anin tiba-tiba berdebar hebat sekali, entah apa yang terjadi apa karena ia was-was.

"Tuan... " kaget Anin seketika membuat Mo Ryung mengernyitkan keningnya.

"jangan panggil aku seperti itu..., buatlah dirimu nyaman." Pinta Mo Ryung yang kemudian membalikkan badan Anin dan menidurkannya.

Badan Mo Ryung yang tinggi besar itu sekarang ada di sebelah Anin, ia memiringkan badannya dan memandang wajah Anin dengan seksama. Gadis itu tak berani menatap Mo Ryung ia hanya memandang ke bawah berusaha untuk menghindar dari tatapan laki-laki yang sekarang menjadi suaminya.

Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti, entah jantung siapa yang berdegup begitu cepat seperti sedang berlari beberapa kilometer. Mo Ryung menyentuh wajah Anin dan kemudian turun ke bibir merahnya, menyentuhnya dan mengusapnya beberapa kali.

"Kau boleh menghindar jika tak ingin melakukannya." Kata Mo Ryung yang masih mengusap lembut bibir merah gadis itu.

"Kak.... " panggil Anin pelan. "Maaf... aku..."

"Kita akan melakukannya dengan izinmu dan hanya jika kamu mau." kata Mo Ryung

"Kak... maaf aku belum siap, aku ingin melakukan itu saat kita saling mencintai. Lagi pula kita belum mengenal lebih dalam satu sama lain." jelas Anin

"Ok, kita akan jalaninya sebagai teman terlebih dahulu" kata Mo Ryung. "Ehm... Hai... Namaku Mo Ryung, mau berteman denganku?" tambah Mo Ryung, seperti orang yang baru bertemu.

"Teman" sahut Anin tersenyum lebar, seraya menjabat tangan Mo Ryung.

"Tidurlah... Aku gak akan menerkammu." kata Mo Ryung sambil tertawa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!