Karya ini belum di revisi, harap bersabar. Maaf jika terlalu banyak typo. Warning yang suka silahkan like comen dan vote yah author berterimakasih. Yang gak suka maaf karena belum sesuai ekspektasi kalian. Salam dari author yang manis jangan lupa follow Ig @pzaima. Selamat membaca
perkenalan karakter
Amira Larasati
Adalah gadis yang masih duduk di bangku SMA. Gadis manja yang menjadi anak tunggal dalam keluarga pak Rudi.
Amira harus menelan kekecewaan saat ke dua orang tuanya harus menikahkan dirinya karena janji dengan kerabat lama mereka .
Di saat anak anak seusianya mengenyam pendidikan dengan kawan-kawan mereka. Amira malah harus pasrah dengan keadaan di mana ia harus menikah di usia yang masih terbilang muda.
Amira sendiri adalah gadis ceroboh dengan kecerdasan yang biasa saja .
Entah bagaimana ia harus terima dengan keadaan nya yang di nikahkan kedua orang tuanya .
Abi Syarif Malendra
Adalah anak pengusaha berbagai bidang . Memiliki perusahaan cukup besar tak membuat ia harus mengambil resiko sebagai pengusaha .
Abi sendiri sebenarnya adalah dokter di salah satu rumah sakit milik keluarga. Namum saat kuliah ia mengambil beberapa jurusan .
Dan sekarang ia sedang ingin mengajar menjadi guru di sekolahan tempat Amira .
Kecerdasan yang di miliki Abi adalah sebuah anugrah yang tak banyak di miliki manusia lain.
Abi yang seorang dokter sekaligus guru, tanpa memikirkan resikonya, ia mengambil pekerjaan yang gajinya tak seberapa .
Mengingat ia adalah orang berada sejak, sebelum nenek moyang nya lahir.
Abi sendiri memiliki adik bernama Renata yang paling ia sayangi .
Pernikahan Abi bukan tanpa alasan. Karena jantung yang di donor kan oleh nenek Amira berada di jantung milik ayah dari Abi. yaitu Anton Malendra .
Walaupun sebenarnya Abi sudah memiliki seseorang di hatinya, namun sekarang keberadaan orang yang ia cintai tak tahu berada di mana.
"Pah, aku bukan anak kecil. ngapain juga menjodohkan aku dengan anak." menghela nafas sesaat. "Di bawah umur lagi." dengan wajah kesal Abi bicara menatap tak suka pada Anton, Sang ayah.
Duduk sambil memegang koran dengan pangkuan kaki yang saling menyangga. Menyeruput segelas kopi dengan penuh penghayatan. "Gak ada negosiasi, pernikahan mu tetap akan di laksanakan. Itu salah satu resiko menjadi anak ku." ucapan yang seperti titah dengan nada bicara santai namun mengandung peringatan. Itulah gambaran Anton malendra yang perkataan nya seperti titah sang raja. Tak boleh di bantah, tak terbantahkan.
Keras kepala yang turun temurun adalah spesifik murni keturunan Melendra.
"Tapi pah, izinin aku buat cari Natasha dulu. Aku hanya mau menikah dengan Natasha." Berlutut di depan papahnya dengan pandangan ke lantai berharap Anton akan setuju.
"Alasan mu sudah basi Syarif, sudah 3 tahun kamu mencari dia tapi, apa? Dia bahkan tak Merindukan mu sama sekali." bicara tentang fakta dan kenyataan soal kepergian Natasha.
Ucapan Anton membungkam tekat Abi yang keras kepala turun nan dari keluarga malendra pastinya.
Anton bangun berjalan mendekati Abi, memegang pundak sang anak lalu mengangkat nya berdiri sama tinggi.
Abi meneteskan air mata tepat saat Anton menatap wajah nya dengan pandangan iba.
Anton mencengkram kuat bahu Abi mendekat seakan memeluk nya sebagai papah yang baik. Sayangnya itu hanya terjadi di drama sebelum Anton berbisik tepat di telinga Abi.
"Kenapa kau tidak mencoba menjadi aktor saja, bakat akting mu sangat bagus. Aku hampir tidak percaya kalau kau anak ku." Tersenyum dengan bibir berkerut menepuk nepuk pundak Abi seakan bangga.
Tatapan Abi terlihat tak suka dengan ucapan Anton barusan. Ia melirik Anton yang mulai berjalan.
"Hidup dan menikahlah. Dunia belum runtuh jika kau lakukan itu." Ucap Anton meninggalkan Abi yang sedang kesal.
Kisah ayah dan anak yang penuh misteri, itu keluarga malendra.
Sementara di keluarga pak Rudi, Amira menatap kesal pada kedua orang tuanya.
"Bapak ko gitu sih, gak jaman tahu nge-jodoh-jodohin. Entar papa bakal kena pasal pernikahan di bawah anak lho." kalimat yang berusaha menakut nakuti Rudi ayah Amira.
*A*h gini nih kalo punya orang tua zaman dulu. zaman udah berubah tapi pikiran masih ketinggalan jauh.
"Eh pak, emang masih ada yah jaman sekarang laki laki yang mau di jodohin." pikiran Amira yang tersampaikan dengan wajah serius bertanya.
"Apa jangan jangan dia jelek lagi, atau gak dia cacat, paling gak tuh dia jelek dekil item, atau dia mantan orang gila." Mengajak kedua orang tuanya berfikir aneh. "Mungkin orang itu pernah setres, huh iihh." dengan pikiran yang membayangi cacat fisik dan gila.
"Apa bener kali yah, soalnya mereka kan orang kaya noh," membenarkan ucapan Amira. " Mana mungkin gak ada perempuan yang bakal antri, jadi ucapan Amira ada betul nya." sahut pak Anton mulai berfikir.
"Ini lagi satu, bukan nya semangat tin anaknya malah bikin kuatir juga." tegur Romlah tak suka.
"Percuma kamu nolak, perjanjian pernikahan kamu itu sudah ada sewaktu kamu masih kecil. Bapak mu juga tahu akan hal itu." Kembali mengingatkan perjanjian darah yang Amira sama sekali tidak tahu tentang hal itu.
"Takut Bu, entar kalo Amira hamil gimana.?dengan pikiran yang sudah terlalu jauh dalam membayangkan.
4 pasang mata menatap Amira membulat dengan ekspresi di luar dugaan. Gelak tawa pun terdengar menyeramkan.
Rudi dan Romblah tertawa karena ucapan Amira.
Haha haha haha. Suara yang terdengar semakin mendekati sindiran di telinga Amira.
"Hei, kamu tuh nikah aja belom ngebayangin udah hamil aja. Pikiran mu tuh yah, mesti di kondisikan." Membereskan beberapa lipatan yang habis di rapikan.
*A*h sudahlah bicara dengan kedua orang tua ini hanya akan membuat ku sakit kepala . Toh pernikahan nya masih lama juga kata bapak . Entar kalo dekat waktu nya aku bakal pikirin lagi.
"Jangan mikir aneh aneh. Kalo gak mau lihat bapakmu kenapa Napa." Menatap Amira yang tahu memikirkan sesuatu hanya dengan melihat ekspresi wajah anaknya.
*O*h ibu dari mana kamu bisa tahu apa yang aku pikirkan. Ah sudahlah, seperti nya aku memang benar anaknya.
Menatap kedua orang tuanya dengan rasa kesal Amira hanya diam sambil membantah dalam hati saja .
Kisah tentang penyatuan dua keluarga yang berbeda latar belakang yang terikat kontrak dan Pernikahan yang di lakukan oleh orang terdahulu karena utang darah.
Apakah perjalanan kisah cinta mereka akan romantis atau menjadi dramatis bahkan kisah ini akan lebih dari itu yaitu kisah yang tragis.
Semua akan terpecahkan jika sudah membaca sampai habis cerita tentang Abi dan Amira. Yang bacanya loncat ke ending gak bisa sabar.
Bagaimana kelanjutannya, inilah kesah keduanya di mulai ...
selamat membaca
"Amira kamu hari ini gak usah ke sekolah aja dulu." Saran Romblah berdiri di pintu kamar Amirah.
"Gak bisa Bu hari ini Amira ada praktek mana guru baru lagi, masa ia Bu, hari pertama gurunya ngajar Amira malah bolos sekolah, apa katanya nanti tentang Amira.? Membereskan buku-buku untuk jadwal hari ini.
Memasukan buku ke dalam tas dengan gerakan cepat menghindari permintaan Romblah.
.
"Ibu aku pamit ya. salam Alaikum."
Sementara di luar rumah ada Astrid yang sudah menunggu untuk berangkat ke sekolah bersama.
"Eh mir kamu tau engga kalo ternyata guru baru itu ganteng." percakapan Astrid pada Amira saat mereka berjalan ke sekolah membahas tentang rumor guru baru yang lagi hangat.
"Kamu tau dari mana." tanya Amira membalas percakapan Astrid.
"Bapak ku yang bilang ,tapi katanya dia keliatan nya galak deh." ucap Astrid lagi pada Amira.
"Lah kalo gitu ayo cepetan nanti bisa terlambat Strid ."sambil menarik tangan Astrid dan mempercepat jalan mereka menuju sekolah.
***
"Huff, akhir nya sampai juga." ucap Amira saat memasuki gerbang sekolah dengan nafas susah di atur.
Kedua nya pun segera memasuki ruangan dengan tergesa-gesa.
Ting.... Ting..... Ting....
Bel berbunyi semua siswa yang masih berkeliaran segara masuk ke dalam kelas.
"Mir cepetan kita ganti bajunya." beri tahu Astrid buru buru.
"Ayo kalo gitu kita ke toilet aja." ujar Amira. memberi saran.
Tiba tiba datang seorang anak laki laki yang memberi tahu kan kalau "bapak, tunggu di lapang olahraga dalam 5 menit ke depan. Kalau lambat nanti di tulis bolos di absen katanya." ujar salah seorang siswa laki laki bernama Bima.
"Ha seriusan Bim gila tuh guru baru." sahut Gina sedikit emosi.
"Gak usah ngomong cepetan ganti baju." balas Santi dengan mempercepat gerakannya memakai baju.
"Gak bakal sempet ke toilet mir." Menatap pasrah dengan keadaan. "hei kalian semua para kaum adam keluar dari kelas, karena kami para hawa mau berganti baju." ucap Astrid dengan gamblangnya.
"Ganti sama sama aja Astrid, emang kalo kami lambat dapat toleransi dari bapak itu." sambung raga yang bicara dengan cekatan memakai baju olahraga.
"Terus cuci mata nya di elu bego, kami malah dapat sialnya." sambung siswi lainya heboh.
"Memangnya kenapa kalian bisa kena sial." sambung raga tak mengerti.
"Yah mata kami nanti pada buta liatin perut kalian yang pada buncit buncit itu yang kaga ada pek pek nya." ujar Astrid dengan kesal dan menatap sinis ke arah Raga.
Sontak tawa pun pecah karena ulah para teman temannya. Sedang kan sebagian temannya sudah berkumpul di lapangan .
" Wah wah keajaiban yang natural nih namanya cuci mata pake cinta." ujar Gina saat melihat pak Abi untuk pertama kalinya.
Suara peluit mengalihkan pandangannya para siswa untuk menatap ke arah suara yang menampakkan seorang yang misterius.
Sosok laki laki tinggi dengan bahu lebar, dan perawakan putih, memakai baju olahraga dengan perlengkapan topi dan peluit, aksesoris jam yang melingkar indah menambah keagungan sosok pria yang memiliki mata sedikit sipit dengan tatapan tajam.
"Kalian lambat 2 menit 15 detik." mengangkat tangan kirinya melihat ke arah benda yang melingkar di pergelangan nya. Pak Abi guru baru di sekolahan Amira.
"Tapi, karena ini hari pertemuan pertama saya dengan kalian, jadi kali ini akan saya beri toleransi. Cepat atur barisan masing-masing jangan sampai kalian tak dapat barisan karena akan ada hukum manya." lanjut Abi berucap dengan paras yang rupawan.
"Kalo gini yang hukum aku mau kok."
sahut perempuan lainya dengan malu malu dan mendapat ledekan dari para siswa lainya.
"Sudah sudah sekarang saya akan absen kalian yang tidak menjawab salah sendiri.
Yang sudah selesai nama nya di sebut silahkan lari keliling lapangan." Mulai menyebutkan nama nama para siswa.
"Siap pak." ucap para siswa serentak.
Setelah selesai absen para muridnya, pak Abi pun langsung meniupkan peluit yang di kalung kan di lehernya dan sontak para murid yang mendengar nya pun langsung berbanjar dan berbaris rapi.
Namun ada salah satu murid perempuan yang tidak ikut berlari dan ia adalah Amira. Dengan agak segan Amira mencoba mendekati pak Abi yang sedang berdiri di lapangan dengan melihat ke arah para siswa yang berlarian.
"Pak maaf saya boleh izin soalnya lagi datang bulan." sahut salah seorang siswi yang tak lain adalah Amira.
"Kamu." membalikan diri menatap arah suara. "ke sini nanti biar gerakan ringan saja bagus buat otot-otot perut." ucap Abi yang menatap acuh ke arah Amira.
Setelah mendengar ucapan pak Abi, segera Amira mengambil posisi di belakang pak Abi dengan sedikit gusar ia berdiri sampai mendapatkan intruksi dari pak Abi.
Sementara itu pak Abi menyuruh para siswa yang sudah usai berlari mengelilingi lapangan. Agar mereka segera berbaris rapi dan sejajar. Ia pun mengutus salah seorang siswa memperagakan senam di depan Mereka .
Sementara Amira yang masih berdiri di belakang Abi jadi sangat bingung ia harus bagaimana sekarang sudah cukup lama ia berdiri bahkan ia sudah merasa gerah terlihat dari cucuran air keringat yang membasahi baju amira. Karena tak ingin berdiri terlalu lama ia pun memberanikan diri untuk bertanya lagi.
"Pak." panggil Amira.
"Ya sebentar." meniupkan peluit berirama. "ayo". lanjutnya berkata tanpa menatap Amira.
Suara yang membuat Amira kaget namun ia langsung paham, seketika Amira pun mengambil ancang-ancang
"Kamu ngapain.? tanya Abi heran melihat Amira yang merentangkan tangannya.
"Lah kan mau olahraga ringan, kata bapak tadi.? ucap Amira menjelaskan namun ia kebingungan sendiri saat menjelaskan pada Abi.
"Enggak usah, kamu duduk aja." dengan tatapan ke arah para siswa senam.
Mendengar itu Amira menampilkan mimik heran di wajahnya, kaget dan seperti tak percaya akan ucapan dari pak Abi, namun harus bagaimana lagi, selain mengikuti perintah dari pak Abi. Akhirnya Amira melangkah dengan gusar dan duduk di teras kelas bersandar pada tembok.
Tanpa sadar Amira ketiduran karena tak berbuat apa apa. Datang bulan membuat nya malas bergerak dan mengentuk. Biasanya kalo sama guru lama mereka akan di suruh ke kelas atau UKS lah ini malah di suruh duduk tanpa berbuat apapun selain menatap kawan kawannya yang senam.
"Seharusnya aku emang gak usah ke sekolah tadi, felling ibu memang selalu benar." Gumam Amira sedikit menyesal.
"Amira, tadi ibu mertua kamu nanya, katanya kalian bakal fitting baju di salah satu butik milik mamanya." ucap Bu Romblah saat melihat Amira tiba di rumah.
"Aduh Bu, baru aja aku sampe di rumah, aku capek Bu mau istirahat bentar! Memangnya kapan nikahannya." tanya Amira dengan nada ambigu.
"Secepatnya dong sayang, ibu kan tadi udah bilang kamu enggak usah ke sekolah, eh kamu nya malah ngeyel." ucap Romblah sambil duduk di kursi.
"Ia...ia ...Bu maaf." ucap Amira sambil masuk ke kamarnya.
"Kamu istirahat aja dulu, sebelum di jemput calon ibu mertua kamu." ucap Romblah dengan candaan.
"ibu." teriak Amira menatap ibu kesal dengan persoalan itu."
"Aduh, maaf maaf, sekolah nya tadi gimana sayang, lancar kan ketemu sama guru barunya." interogasi Romblah penasaran.
"lancar. Jangan lupa bangunin Amira yah Bu." ucapnya sambil menutup pintu kamar.
****
"Assalamualaikum ... Bu Amira di mana." teriak Rudi bergegas mencari Amira.
"Walaikumusalam ... bapak udah balik ."jawab ibu Amira sambil mencium punggung tangan suaminya.
"Ia buk mira mana." tanya bapak dengan tak sabar.
"Ada pak di kamarnya, kenapa pak.? tanya Romblah balik pada suaminya.
"Bapak tadi dapat telfon, istri pak Anton mau datang katanya." duduk di kursi mengipas dirinya yang merasa gerah." cepat kamu bangunin Amira, suruh dia siap siap." Perintah Rudi sedikit cemas.
"Oh ia pak nanti biar ibu bangunin." ucap Bu Romblah yang langsung melangkah ke depan pintu kamar Amira.
Tok...tok..tok ... "Amira bangun nak calon ibu mertua kamu udah nyampe." ucap Romblah dengan memberikan kode pada pak Rudi berupa kedipan mata.
"Ia buk, masih ngantuk." sambil mengerjap ngerjapkan matanya dan menggeliat rileks di tempat tidurnya. " His, semangat sekali mereka." umpatan kesal Amira.
"Amira kamu mau buat ibu mertua kamu nunggu berapa lama." teriak Rudi lantang.
Sontak ia pun langsung segera bangun dan berlari keluar pintu.
"ibu kenapa enggak beritahu lebih awal sih bukanya udah nyampe gini, kan Amira malu nanti kesan nya Amira tuh, gak baik di awal bertemu dengan ibu mertua." ujar Amira ketus.
ibu Romblah kaget saat mendengar Amira berkata seperti itu. Ia berfikir kalau Amira akan marah dan berceloteh dengan nyaring seperti biasanya.
"Hahaha tuh liat anak kamu pak udah malu aja."sambil tertawa Romblah menatap geli.
"Hahaha ia bu kamu bisa aja. Ternyata Amira anak kita sudah besar." lanjut pak Rudi berkata sambil memperhatikan Amira.
Amira pun merasa ada yang ganjil dengan tawa dari ibunya namun perhatian nya fokus dengan seseorang yang akan menjadi mertuanya itu.
Berlari ke dapur lalu ke teras rumah, mencari ibu mertua nya yang tak di lihatnya di ruang tamu. Setelah berkeliling tak menemukan orang yang ia cari ia pun kembali ke ruang tamu dan menanyakan pada ibu nya di mana ibu mertua nya itu sebab ia sudah kesana-kemari mencari namun tak dapat menemukan nya.
"Mana Bu calon mertua aku."sambil nengok ke kursi ruang tamu.
"Hahahaha kamu bisa aja di bohongin. Ibu mertua kamu belum datang sayang, masih di jalan mau ke sini." ucap Bu Romblah dengan tawa yang tak tertahankan
"Tuh....kan ibu kebiasaan deh, apa apa selalu bikin Amira jantungan, ih." ucap Amira dengan nada kesal kemudian ia berlalu ke kamar mandi.
Ibunya yang melihat tingkah Amira sontak langsung tersenyum "ibu akan merindukan hal ini kalau Amira di bawa sama suaminya nanti pak." langsung menangis mengingat Amira akan menikah di waktu dekat ini.
"Itu sudah resiko Bu punya anak cewe, ya pasti nya akan di tinggalkan." nanti kita bikin satu lagi ya." goda Rudi di tengah pembicaraan dan membuat istrinya yang langsung tersenyum memukul dada suaminya.
Sementara itu Amira yang sedang berada
Di dalam kamar mandi masih menggerutu dengan kesal. "Ihh heran deh sama ibu, pengen kali nya liat anaknya mati muda. Masa, ia apa apa selalu kaya gitu." melamun mengingat ingat kelakuan ibunya.
**Ingatan di kepala Amira**
"Amira katanya jam 7 ada ulangan matematika ini udah hampir jam 7 lho mau bangun apa masih mau molor cantik di kasur kamu." teriak Romblah di depan pintu kamar Amira.
Sontak Amira yang mendengar nya pun langsung segera bangun dan berlari masuk ke kamar mandi. Gerakan cepat ia lakukan mulai dari sikat gigi, dan cuci muka, tanpa mandi langsung masuk ke dalam kamar dan buru buru. Memakai seragam nya dengan gerakan seribu bayangan, Amira dengan cepat keluar kamar menuju ke arah pintu, dan seketika ia sadar setelah di depan pintu rumahnya ternyata cahaya dari bulan masih nampak dan langit malam, masih belum berubah menjadi biru. Kekesalan Amira bertambah hingga ia tak tahan akibat hatinya yang terasa panas.
"Ibuuuuuuuu . teriak Amira nyaring di depan pintu rumahnya.
Mengingat itu Amira tertawa kecil, walaupun saat itu sedang kesal hingga pikiran nya kembali mengingat di mana ibunya juga pernah mengerjai dirinya. Berbagai macam kejadian aneh dengan ibunya yang kembali terlintas di kepala Amira.
Tanpa sadar ia berada di kamar mandi sudah lebih 30 menit.
"Amira kamu ngapain di dalam kamar mandi buat acara, apa.? Ibu mertua kamu mau nunggu berapa lama lagi." teriak Romblah di depan pintu kamar mandi.
"Ia ibu masih reunian. Bilang aja sama ibu mertua ku nunggu dulu." Pekik tawa Amira." hahaha ladenin ibu aja dulu main main, kan kalo udah nikah bakalan gak sering sering lagi kayak gini." Keke Amira membalas ucapan ibunya.
"Amira cepetan ibu mertua kamu udah di depan kenapa ibu malah di becandain."teriak Romblah memberi tahukan.
"Heleh ibu mah apa apa selalu gitu."ucap Amira dengan nada ketus saat membuka pintu kamar mandi.
Ia pun berjalan ke kamar, dilihat nya dengan samar samar seorang wanita duduk di ruang tamu bersama bapaknya sedang asik berbincang bincang. Amira pun yang langsung sadar akan ucapan ibunya tadi dengan berbisik bicara kepada ibunya" lho lho, bu itu yang duduk sama bapak calon mertua aku ya." tanya Amira dengan menunjuk ke arah seorang wanita berparas cantik nan elegan.
"Ia kan ibu udah bilang, kamu nya aja yang ngeyel." ucap Romblah dengan ketus kemudian berlalu dengan wajan, tempat minuman buat calon besan dan suami nya.
"Ibu gitu sih kebanyakan becanda sekalinya serius aku juga malah enggak percaya, di kirain bercanda." ucap Amira sambil mengkerut kan bibirnya.
Ia pun melihat sosok calon ibu mertua nya dari dapur sambil mengintip intip. Saat ia memajukan kepalanya dari pintu dapur ternyata Bu lita sosok mertua nya itu sedang memandang ke arahnya dan tatapan mereka pun bertemu, tak enak hanya berdiri dari kejauhan ia pun segera berjalan menghampiri ibu mertua nya yang masih mengunakan handuk di lilit pada body gols miliknya, lalu menyalami punggung tangan ibu mertua nya itu.
"Maaf Tante jadi nunggu lama." ucap Amira merasa bersalah.
"Hahahaha enggak papa sayang." ucap lita ramah.
"Aduh Tante maaf banget lho aku kira tadi ibu aku becanda." mencoba menjelaskan.
"Haha ia ia anak kamu lucu ya mas Rudi." ucap Bu lita dengan tawa sumringah.
"Sudah sudah kamu masuk sekarang Amira, terus ganti baju kalo kamu masih di sini kamu bakalan suruh ibu mertua kamu nunggu lagi dong." tegur ibunya ke Amira dan memaksanya masuk ke kamar.
Segera Amira masuk ke kamar dan berganti baju, di pilih nya baju terbaik yang ia punya di dalam lemari. Setelah selesai ia memakai baju lengan panjang berwarna armi, ia pun menggunakan jilbab berwarna senada dengan bajunya, membuat penampilan nya terkesan sangat sopan di tambah dengan jam tangan juga tas samping sebagai pemanis dari tampilannya.
Di rasa sudah cukup, Amira segera keluar dari kamar dan menghampiri tempat duduk di mana ibu lita, dan ibu romblah juga bapaknya yang tengah duduk di ruang tamu.
"Udah siap sayang." Sapa lita pada Amira saat di lihatnya Amira keluar kamar dengan pakaian yang begitu rapi.
"Ia Tante." ucap Amira dengan senyuman.
"Ayo kalo gitu, mas Rudi kami pamit dulu yah." ucapnya dengan menarik tangan Amira.
"Pak Amira pergi dulu yah." pamit Amira sambil mencium tangan kedua orangtuanya.
Kejadian saat di sekolah, terlintas di pikiran Amira saat mereka menuju tempat fitting baju.
Kejadian memalukan saat di sekolah membuat Amira, kesal. Pasalnya ia ketiduran hingga jam pelajaran selesai, tak sada satupun orang yang membangunkan Amira. Dan itu atas perintah pak Abi.
Hampir Amira mengamuk pada satu kelasnya karena tak di bangunkan, kemurkaan bertambah saat tahu kalau itu adalah ulah guru baru.
Sahabat Amira ketakutan dengan tatapan Amira, yang seakan mengatakan kalau ia ingin mengerjai pak Abi.
Namun ia lebih memilih, mengerjai teman temannya dengan mengunci pintu saat pulang sekolah, lalu menitipkan kunci pada satpam yang berjaga di gerbang sekolah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!