NovelToon NovelToon

Ibuku Seorang Dokter Ajaib

Terpaksa menikahi pria koma

Seorang wanita muda tampak mengendap-endap di depan sebuah rumah mewah. Ia membuka sepatunya dan bersiap memanjat tembok. Namun ia seketika membalikkan badannya saat merasakan seseorang menodongkan pisau.

"Wah, masih berani kamu datang ke rumah setelah apa yang kau lakukan padaku, dasar anak durhaka!" seru seorang wanita paruh baya berjalan menghampirinya

"Kembalikan putriku, dia sedang sakit, biar aku yang akan merawatnya," jawab wanita itu

Wanita paruh baya tertawa keras mendengar ucapan sang putri.

"Kalau kamu ingin membawa putri mu maka kamu harus menuruti perintah ku,_" ucap wanita tua

"Katakan saja apa maumu??"

"Menikahlah dengan putra konglomerat Gunawan Wibisono, Carlen Wibisono," wanita itu kemudian menarik kerah baju wanita muda dihadapannya.

"Ingat Rini, jangan melakukan hal bodoh seperti dulu lagi, aku bisa saja membunuh anakmu kapanpun. Jadi nikahi Carlen atau kau tidak akan pernah bertemu dengan anakmu untuk selamanya!" wanita itu kemudian mendorong tubuh Rini hingga terjungkal ke lantai

"Baik aku setuju, tapi kau harus janji memberikan putriku setelah aku menikahi Carlen Wibisono," jawab Rini

"Tidak semudah itu sayang, anakmu yang sakit-sakitan itu sudah menghabiskan banyak uangku, jadi kau harus mendapatkan uang dari keluarga Wibisono untuk menebus putri kesayangan mu itu,"

"Katakan saja berapa yang kau minta??" tanya Rini

"Satu Miliar," jawab wanita itu menyeringai

Rini tampak mengepalkan tangannya saat mendengar jawaban ibu tirinya itu. Meskipun ia tahu pria yang akan dinikahinya adalah seorang yang sedang koma namun demi untuk menyelamatkan sang buah hati ia pun terpaksa menerima permintaan sang ibu.

Keesokan harinya, Widya mengirimnya ke rumah keluarga Wibisono.

"Ingat, kamu harus jadi menantu yang baik agar bisa mendapatkan uang dari keluarga Wibisono," ucap Widya saat meninggalkan Rini di depan gerbang rumah keluarga Wibisono

Rini menghela nafas panjang sebelum memasuki rumah mewah bak istana itu. Seorang pria segera membukakan pintu gerbang dan mempersilakannya masuk.

Di depan pintu utama berdiri seorang wanita paruh baya dan seorang pria tua menatap sinis kearahnya.

"Ayah, kenapa ayah memilih menikahkan Carlen dengan putri Widya. Kau tahu kan jika wanita itu sangat materialistis, aku yakin dia sengaja menikahkan putrinya untuk mendapatkan uang itu," ucap

"Jangan khawatir ini hanya nikah kontrak, lagipula mana ada wanita baik-baik yang mau menikah dengan pria koma dan lumpuh seperti Carlen. Sudahlah kita tinggal memberikan uang itu setelah kontrak nikah selesai, dan dia tidak akan mendapatkan apapun selain bayaran untuk kesediaannya menikahi cucuku," jawab sang kakek

Baru saja Rini akan menyalami sang tuan rumah, tiba-tiba saja dua orang pelayan muncul membawa baskom berisi air. Keduanya langsung menyiramkan air kearah Rini secara bersamaan. Beruntung Rini yang sudah membaca gerak-gerik keduanya langsung menghindar hingga tidak terkena air tersebut.

Justru air itu malah mengenai sang nyonya rumah Maudy Wibisono. Wanita tua itu seketika murka dan menatap nyalang kedua pelayannya.

"Maaf Nyonya!" seru keduanya langsung bersimpuh di hadapannya

Pandangan Maudy seketika berpaling kearah Rini.

"Dasar wanita sialan, kenapa kau menghindar, itu adalah upacara penyambutan dari keluarga Wibisono, kau tahu kenapa kami harus menyiram mu dengan air garam!" hardiknya

Rini hanya menggeleng.

"Karena kami ingin membuang semua kesialan yang menempel di tubuh mu. Aku tahu gadis miskin dan matre seperti mu pasti mambawa banyak kesialan jadi kami harus membersihkan mu dengan air garam!" imbuhnya

Rini hanya tersenyum sinis mendengar ucapan sang nyonya rumah. Wanita itu sengaja tak mau beradu argument dengan Tuan rumah karena ia tak mau usahanya gagak kali ini.

Melihat reaksi Rini yang tetap santai dan cool membuat Maudy semakin marah karena merasa di sepelekan wanita itu. Ia pun mengambil baskom yang di pegang oleh pelayan. Ia mengayunkan baskom itu kearah Rini untuk menghantam wajahnya. Dengan sigap Rini langsung menahan lengan wanita itu.

"Awww, sakit, lepaskan tanganku!" seru Maudy

Rini semakin keras mencengkeram lengan Maudy sehingga membuat wanita itu melepaskan baskom yang dipegangnya.

Setelah melihat baskom itu jatuh Rini pun melepaskan lengan wanita itu.

"Dasar kurang ajar, belum jadi menantu saja kau sudah berani padaku, bagaimana kalau dia jadi istri anakku!" Cibirnya

"Sudah-sudah, lagipula kenapa harus pakai acara seperti ini segala sih, memangnya ini jaman Belanda!" seru sang kakek

"Ish ayah, tentu saja aku harus mengetahui karekteristik calon menantuku sebelum menikahi putraku. Aku tidak mau Carlen mendapatkan istri yang jahat dan bisa saja wanita ini membunuhnya demi untuk mendapatkan harta warisannya," ucap Maudy melirik kearah Rini

"Maaf Nyonya, saya memang menikahi putramu demi uang, namun perlu anda tahu jika saya tidak mungkin membahayakan diri saya hanya untuk mendapatkan sesuatu yang tidak mungkin aku dapatkan. Aku tahu keluarga kalian adalah keluarga terkaya dan terpelit di kota ini, jadi mana mungkin anda akan memberikan harta warisan Carlen kepada ku jika aku membunuh putramu. Lagipula jika anda tidak mau menerimaku sebagai menantu, aku juga tidak akan memaksa untuk menikah dengan putramu itu. Lagi pula aku ini cantik dan memiliki tubuh yang bagus jadi masih banyak pria tampan dan tajir di luar sana yang berebut untuk menjadi suamiku," jawab Rini dengan santai

Ia pun menarik kopernya dan bersiap meninggalkan halaman rumah keluarga Wibisono.

"Ya sudah pergi saja sana, lagian aku juga tak sudi punya menantu miskin dan sombong seperti mu!" pekik Maudy

Rini tersenyum dan kemudian membalikkan badannya. Namun saat ia hendak melangkah pergi Wibisono menghentikannya. Pria tua itu kemudian meminta Rini untuk tetap tinggal dan menandatangani kontrak untuk menikahi cucunya.

Meskipun Maudy tak menyukainya Rini tetap menandatangani perjanjian pernikahan itu. Pernikahan pun berlangsung sederhana dan hanya di hadiri oleh pihak keluarga dekat Wibisono hari itu juga.

Setelah prosesi akad nikah selesai Semua orang meninggalkan Rini dan suaminya di kamar mereka.

Rini segera bangun dari duduknya dan melepaskan pakaian pengantin dan juga aksesoris yang dipakainya. Ia yang penasaran dengan keadaan sang suami pun menghampiri pria yang terbaring di ranjangnya itu.

"Jadi dia suamiku, Carlen Wibisono, Si Pangeran tidur," ucapnya tersenyum simpul

Ia kemudian membuka kopernya dan mengeluarkan sebuah tas kecil berisi peralatan medis miliknya.

Ia kemudian mengecek denyut jantung dan juga fisik Carlen.

"Kasian sekali, siapa yang tega meracuni suamiku sampai koma dan lumpuh seperti ini?"

Selesai memeriksa kondisi fisiknya, ia pun penasaran untuk mengecek kondisi kaki Carlen yang di vonis lumpuh.

"Sebentar lagi kamu akan bisa berjalan lagi, tapi tidak sekarang, kamu harus tetap lumpuh sampai aku aku berhasil mendapatkan apa yang aku inginkan,"

Bayangan kejadian 8 tahun silam

"Sebentar lagi kamu akan bisa berjalan lagi, tapi tidak sekarang, kamu harus tetap lumpuh sampai aku aku berhasil mendapatkan apa yang aku inginkan,"

Rini menatap wajah suaminya. Ia pun berdecak kagum menatap wajah tampan suaminya.

"Kalau di lihat-lihat, kamu lumayan ganteng juga. Jangan khawatir sebagai istri mu aku pasti akan menolong mu tapi aku tidak boleh menyembuhkan mu. Kamu harus tetap menjadi pangeran tidur, dan jadilah hiasan yang indah sampai rencana ku berhasil,"

Rini mengambil sebuah botol kaca kecil yang berisi cairan bening. Ia kemudian memasukkan cairan itu kedalam sebuah jarum suntik. Ia kemudian menyuntikkan cairan itu ke tubuh suaminya itu.

*Tok, tok, tok!

Rini segera merapikan peralatan medisnya dan memasukannya kedalam koper. Ia kemudian membuka pintu kamarnya untuk melihat siapa yang datang.

Seorang pria tampan tersenyum simpul kearahnya membuat bola matanya seketika membelalak menatapnya.

"Kamu???"

Pria itu langsung mendorong Rini hingga wanita itu terpojok dalam kungkungannya.

"Kenapa sayang, kamu kaget ya?" ucap pria itu menyeringai menertawakannya

Rini berusaha melepaskan diri dari pria itu.

"Pergi atau aku teriak!" seru Rini

"Teriak saja sekeras-kerasnya, tidak akan ada yang mendengar mu sayang. Oh iya, perkenalkan aku ini adik iparmu, yang kau nikahi itu adalah kakak ku. Btw aku kaget sekali saat tahu calon istri ku yang dulu menolak menikah dengan ku tiba-tiba menerima tawaran untuk menjadi istri kakak ku yang sedang koma. Sepertinya aku tahu kenapa kamu dulu menolak lamaran ku. Kamu pasti mengincar kekayaan keluarga Wibisono hingga lebih memilih menjadi istri kakak ku, karena kamu tahu dialah pewaris sah keluarga Wibisono, bukan??" ucap pria itu

"Tidak ku sangka ternyata kamu benar-benar matre Rini," ucapnya kemudian melepaskan Rini

"Jangan bilang kalau kamu yang sudah meracuni suamiku karena kamu iri tidak menjadi pewaris utama keluarga Wibisono?" ucap Rini

"Hahahahaha!" suara tawa Ricky terdengar menggema ke seluruh kamar

"Selain cantik kau juga pandai menyimpulkan sesuatu sayang. Btw kamu itu gak cocok jadi istri Carlen karena kamu terlalu cantik dan pintar. Bagaimana jika kau menjadi istriku saja, aku yakin jika kita memiliki anak aku pasti akan menjadi pewaris utama keluarga Wibisono. Lagipula kamu tidak perlu menjadi janda seumur hidup karena bersuamikan mayat hidup,"

Rini tersenyum menatap wajah licik adik iparnya itu.

"Kamu dengar kan sayang, kalau adik iparmu ini berusaha merayu istrimu!" ucap Rini menoleh kearah suaminya.

Seketika wajah Ricky berubah merah, pria itu langsung menoleh kearah sang kakak.

Wajah takutnya seketika berubah bengis saat melihat sang kakak yang tak bergerak di ranjangnya.

"Dasar wanita sialan, kau pikir bisa membohongi ku. Ingat Rini aku bisa saja memberitahu kakek kalau kamu itu adalah seorang jal*ng murahan yang sudah memiliki anak diluar nikah. Jika ia tahu kamu adalah wanita murahan, aku yakin kakek pasti akan mengusir mu," ancamnya

"Lakukan saja, aku tidak takut!" sahut Rini membuat Ricky semakin marah

"Dasar jal*ng sialan, awas saja kau!" pekik Ricky

Ia pun berusaha menangkap Rini, namun dengan cepat wanita itu langsung menghindar. Ia bahkan langsung menendang pria itu saat ia hendak melecehkannya.

Melihat Rini yang ternyata mahir bela diri, Ricky pun memilih pergi meninggalkannya.

"Awas kau tunggu saja pembalasan ku!" ancamnya

"Enyahlah brengsek!" seru Rini

Wanita itu kemudian menutup pintu kamarnya dan berjalan menghampiri sang suami.

" Dia di racun dan akan segera mati, bahkan adiknya pun mengincar hartanya. Ternyata nasibnya lebih sial dariku," celetuk Rini

Ia kemudian duduk di bibir ranjang sambil menatap wajah pucat suaminya.

"Tapi tidak papa mulai sekarang kamu adalah milikku, tidak boleh ada seorangpun yang boleh menyingkirkan mu tanpa seizin ku," imbuhnya kemudian mengusap wajah sang suami.

*Grep!

Rini terkejut saat tiba-tiba lengan Carlen tiba-tiba menahan lengannya. Pria itu membuka matanya membuat Rini seketika panik.

"Apa dia sudah sadar??"

Wanita itu menggerakkan tangannya di depan wajah sang suami untuk melihat reaksinya. Pria itu tak berkedip membuat Rini merasa lega.

"Syukurlah, ternyata ini hanya reaksi otot syarafmu yang mulai membaik. Sebaiknya sekarang kamu istirahat karena masih harus berakting tidur agar rencanaku berhasil,"

Rini mengusap netra Carlen hingga terpejam kembali. Namun entah kenapa lengan pria itu begitu erat mencengkeram lengannya. Rini hanya tersenyum tanpa berpikir untuk melepaskan lengan sang suami.

Karena lelah Rini memilih untuk tidur. Mau tak mau ia tidur di samping suaminya karena lengannya yang terus dipegang olehnya.

#Hotel Marlin 8 tahun yang lalu...

Rini berusaha kabur di hari pernikahannya dengan Ricky. Wanita itu tak mau di jodohkan dengan anak konglomerat tersebut karena ingin melanjutkan kuliah kedokteran.

Saat ia sedang di kejar-kejar oleh orang-orang suruhan sang ibu tiri seorang pria mabuk menabraknya.

"Maaf," ucap pria itu kemudian meninggalkannya

Rini melihat sebuah kunci kamar hotel terjatuh di samping sepatu sang pria, namun pria itu tak menyadarinya.

Rini diam-diam mengikuti pria itu, saat ia mencari-cari kunci kamarnya untuk membuka kamar hotel, wanita itu memberikan kunci tersebut dan sengaja ikut masuk ke dalam kamar tersebut.

Sementara itu Ricky terus menerornya melalui pesan di ponselnya.

"Jangan kira kau bisa lari dariku, asal kau tahu aku sudah memberikan obat perangsang di minuman mu, semua itu sengaja aku lakukan karena aku tahu kau adalah seorang pembangkang, sekarang terserah padamu kau akan melakukannya dengan orang asing atau dengan suamimu sendiri!"

Netra Rini seketika berkaca-kaca saat membaca pesan dari calon suaminya itu. Tidak lama ia merasakan tubuhnya mulai panas dan bergelora.

Saat itu pula lelaki asing yang bersamanya menariknya keatas ranjang dan keduanya pun menghabiskan malam bersama.

#Kediaman keluarga Wibisono pukul 7 pagi.

Rini perlahan membuka matanya. Wanita itu mengusap kepalanya yang terasa pening.

"Kenapa tiba-tiba aku teringat kejadian itu??" gumamnya

Ia menatap wajah sang suami yang masih terlelap.

"Tidak mungkin pria itu adalah dia,"

Kembali wanita itu menerawang menatap wajah rupawan Carlen Wibisono.

"Aku masih ingat, jika pria itu memiliki tanda lahir di punggungnya,"

Tanpa pikir panjang Rini segera membuka piyama suaminya untuk memastikan apakah pria itu memiliki tanda di punggungnya atau tidak.

*Tok, tok, tok!!

"Nona, sudah saatnya sarapan pagi!" seru seorang pelayan dari luar

Rini tak menghiraukan panggilan tersebut, ia masih fokus untuk membuktikan apakah Carlen adalah pria yang menghabiskan malam bersamanya 8 tahun silam atau bukan.

Seketika bola mata Rini membulat sempurna saat melihat tanda lahir di punggung sang suami.

"Apa yang kau lakukan pada putraku!" seru Maudy tiba-tiba masuk ke kamarnya

Menikmati peran ibu tiri

"Tidak mungkin itu dia!" Rini tak percaya saat melihat tanda lahir di punggung Carlen yang sangat mirip dengan pria itu.

Sementara itu sang pelayan yang tak mendapatkan respon dari Rini segera melapor kepada sang nyonya rumah.

"Nyonya sepertinya Nona Rini tidak mau keluar,"

Maudy seketika naik pitam dan langsung berdiri. Wanita itu kemudian berjalan cepat menuju ke kamar sang putra.

Dengan menggunakan kunci cadangan miliknya ia pun membuka pintu kamar putra sulungnya.

Wajahnya seketika memerah saat melihat Rini yang tengah memeluk erat tubuh putra tunggalnya.

"Apa yang kau lakukan pada putraku!" seru Maudy

Mendengar suara sang mertua, Rini langsung melepaskan pelukannya dan menoleh kearahnya. Wajahnya terlihat begitu kaget, ia tahu pasti sang mertua salah paham kepadanya.

"Aku...aku hanya," jawabnya gugup

*Plakkk!!

Sebuah tamparan keras menghantam wajahnya, hingga memerah.

"Dasar jal*ng miskin tak tahu malu, sudah tahu putraku itu sedang sakit bisa-bisanya kamu malah berusaha menidurinya, apa kamu ini tidak punya otak hah!" hardiknya dengan suara lantang

"Maaf Nyonya, apa yang terjadi tidak seperti yang anda pikirkan, aku bisa menjelaskan," jawab Rini

"Tidak perlu, aku sudah tahu isi otak kotor mu itu. Awas saja, jika terjadi sesuatu pada putraku aku tidak akan pernah memaafkan mu!" seru Maudy

Wanita itu buru-buru keluar dan kembali ke meja makan.

Rini menghela nafas panjang, "Dasar SDM rendah selalu saja menyimpulkan sesuatu tanpa mempelajari apa yang sebenarnya terjadi," ia segera bangkit dari duduknya dan keluar menuju meja makan

Rini segera duduk di samping sang ibu mertua dan menuangkan makanan ke piringnya.

Maudy menatap sinis ke arahnya. Wanita itu benar-benar tak menduga jika wanita itu masih berani ikut makan untuk ikut sarapan bersama padahal ia sudah memakinya.

*Brakkk!!

Maudy memukul meja makan dengan keras membuat semua orang kaget.

"Dasar muka tembok masih berani kamu makan bersama kami, setelah apa yang sudah kau lakukan kepada putraku!" serunya menatap jijik kearah Rini

Rini hanya menoleh cuek kearah sang mertua kemudian melanjutkan makannya tanpa merasa bersalah sedikitpun. Tentu , saja hal itu membuat Maudy semakin naik pitam. Dia mengira menantunya itu memang tidak memiliki sopan santun sehingga ia selalu tak mendengarkan ucapannya dan cenderung meremehkannya.

Geram diacuhkan oleh sang menantu Ia pun segera bangun dari duduknya dan berusaha untuk mengusir menantunya tersebut.

Namun tidak disangka-sangka sang kakek justru membela Rini dan menyuruhnya untuk tetap duduk dan melanjutkan sarapannya.

"Ayah, kenapa ayah membelanya, apa ayah tidak tahu apa yang dia lakukan kepada putra ku?" rengek Maudy

"Sudahlah, jangan terlalu di dramatisasi, sekarang adalah waktunya sarapan jadi berhentilah berdebat," sahut Wibisono

"Ayah....wanita j*lang itu berusaha untuk meniduri Carlen secara paksa. Padahal dia harusnya tahu kalau suaminya itu sedang sakit dan dia tidak boleh melakukan hal itu. tentu saja karena hal itu bisa membahayakan nyawanya. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Carlen, apa ayah mau bertanggungjawab!' imbuhnya

"Kejadiannya tidak seperti itu kakek, aku bisa menjelaskannya," sanggah Rini yang meras di sudutkan oleh sang mertua

"Jangan bohong!, ada saksi yang melihatnya, aku dan pelayan!" seru Maudy

Wibisono tampak menganga mendengar perdebatan anak dan menantunya itu. Pra itu bahkan ikutan kesal saat kedua wanita itu terus beradu mulut di meja makan.

*Brakkk!!

Maudy dan Rini pun seketika tarian saat mendengar Wibisono menggebrak meja makan.

"Kalau kalian seperti ini terus nafsu makanku jadi menghilang, apa kalian ingin melihat ku mati kelaparan!"

Seketika semua orang langsung menatap iba kearah pria tua itu.

"Sorry, aku tidak bermaksud membuat kalian sedih," ucap pria itu kemudian melanjutkan makannya.

Tidak lama seorang anak kecil berjalan menuju ke meja makan. Seketika wajah bocah 7 tahun itu berbinar saat melihat Rini.

"Mama!" serunya dengan ekspresi wajah kaget

Seketika Maudy langsung menghampiri bocah laki-laki itu dan mengatakan jika Rini bukanlah ibunya.

"Sayang, dia itu bukan mama kamu, jadi jangan memanggilnya mama," ucap Maudy

"Mama...apa anak itu adalah anak Carlen, ah ... Aku kira dia masih perjaka ternyata dia itu seorang duda," gumam Rini

"Nenek, tapi dia sangat mirip dengan mamahku yang selalu muncul dalam mimpiku. Aku yakin dia mamah ku!" seru bocah laki-laki tersebut kemudian berlari menghampiri Rini.

Rini seketika membelalak saat bocah tujuh tahun itu tiba-tiba memeluknya dan terus memanggilnya mamah.

"Mamah aku sangat merindukanmu, sudah lama aku menunggu kedatangan mu, dan sekarang mimpiku menjadi nyata karena mamah kembali pulang," ucapnya

Rini masih membelalak ia bahkan tak berani memeluk bocah itu.

"Sepertinya dia sangat merindukan ibunya, usianya sama seperti putriku. Baiklah meskipun dia bukan anakku tapi sebagai ibu sambung aku harus baik padanya agar tidak di cap sebagai ibu tiri yang jahat. Bisa-bisan nenek lampir itu tidak akan memberikan uang bayarannya jika aku tidak menyayangi cucunya," ucap Rini dalam hati

Wanita itu kemudian memeluk erat bocah tujuh tahun di depannya dengan memasang ekspresi wajah manisnya.

"Iya sayang, mamah sudah pulang, oh ya kalau boleh tahu siapa namamu?" tanya Rini

"Gala, Galaxy putra Wibisono," jawab Gala dengan wajah manisnya

"Ok Gala, bagaimana kalau kita sarapan bersama," jawab Rini

"Yeay, aku mau sarapan sama mamah, aku mau di suapin mamah!" seru Gala begitu seneng

Sementara itu Maudy tampak tak suka melihat kedekatan keduanya.

" Cih, Dasar penjilat, sekarang dia pasti berusaha mengambil hati cucuku agar bisa mendapatkan hatiku!" gumam Maudy

Rini pun mulai memainkan perannya sebagai ibu tiri yang baik untuk anak tirinya meskipun sebenarnya ia tak suka dengan anak manja itu.

Ia mulai menuangkan makanan ke piring Gala dan menyuapinya. Melihat pemandangan itu Kakek Wibisono begitu senang ia merasa ia tidak salah memilih Rini menjadi istri kontrak cucunya Carlen.

Hanya Maudy yang terlihat tidak suka dan terus menatap jutek kearah Rini. Rini yang mengetahui hal itu justru semakin membuat wanita itu kebakaran jenggot dengan memanfaatkan Gala.

Maudy yang muak dengan akting menantunya itu memilih mengakhiri sarapannya.

"Kamu mau kemana?" tanya sang kakek saat melihat Maudy bangkit dari duduknya

"Tiba-tiba saja aku menjadi kenyang saat melihat seseorang yang berpura-pura menjadi ibu tiri yang baik demi sebuah pencitraan!" sindirnya sambil melirik kearah Rini

Rini hanya tersenyum tanpa menghiraukan ucapan sang mertua. Tidak lama seorang pria bertubuh tegap menghampiri Wibisono dan memberitahunya jika Carlen tiba-tiba kritis.

"Apa Carlen kritis!" seru Maudy

Wanita itu langsung menoleh kearah Rini dan terus menyalahkannya.

"Aku yakin dia kritis karena mu, lihat saja apa yang aku lakukan padamu , jika sesuatu terjadi pada putraku!" ancamnya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!