NovelToon NovelToon

Suamiku Mahal Pujian

Suamiku mahal pujian bab 1

Hah! Sepertinya sudah siang? Rasanya baru saja sebentar mataku terpejam setelah shalat subuh tadi.

Kulihat tempat tidur disampingku, dia sudah tidak di kamar. Ke mana dia sepagi ini? Ah mungkin dia sedang jogging.

Kulirik jam beker yang ada di atas nakas. Waktu menunjukkan pukul delapan pagi. Aku segera ke kamar mandi untuk memcuci muka.

Lalu turun untuk pergi ke dapur. Segera kupakai celemek motif bunga matahari kesukaanku. Aku siapkan bahan-bahan untuk memasak pagi ini.

"Mm... aku bikin soto ayam aja ah, spesial buat dia," kataku tersenyum sendiri.

Kubayangkan wajahnya yang tampan, agar aku lebih semangat lagi memasak. Tak sabar sekali ingin bertemu dengannya.

Ya dia yang kumaksud adalah suamiku, mas Irsyad tersayang. Dia sangat menyukai soto ayam buatanku. Meskipun ia sangat pelit sekali dalam hal memuji. Tapi aku yakin, soto ayam buatanku tuh rasanya sangat lezat.

Terbukti saat dia makan selalu saja nambah, entah itu efek lapar atau memang masakannya yang enak, aku tak tahu juga. Tapi, ya, selama ini suamiku tak pernah protes dengan hasil masakanku.

Aku bersenandung ria di dapur. Kupotong kol dan juga tomat. Tak lupa seledri dan juga daun bawang. Kucicipi kuah soto yang hampir matang, warnanya sudah sangat cantik. Tinggal mengoreksi rasanya.

Hmm... enak sekali. Pasti mas Irsyad akan berkata seperti itu. Aku terus tersenyum membayangkan dia akan memuji hasil masakanku.

Setelah kurasa semuanya sempurna, segera kuhidangkan di atas meja makan. Menatanya sedemikian cantiknya. Kutaruh keranjang buah di bagian ujung meja, untuk mempercantik tampilan. Warna cerah dari jeruk sankis dan juga warnah merah dari apel, sangat menyempurnakan meja makanku.

Aku segera menaiki anak tangga dan menuju kamarku. Kunyanyikan lagu Jazz yang berjudul Teman Bahagia, untuk menemaniku memasuki kamar.

Meskipun ini hari libur, aku harus segera bergegas mandi, agar suamiku pulang aku sudah wangi dan cantik. Ah... lagi-lagi hanya memikirkannya aku sudah sangat bahagia. Apalagi saat nanti aku melihat wajah tampannya.

*******

"Sayang, kamu baru pulang? Lari pagi ke mana aja?" Tanyaku saat dia baru saja memasuki rumah.

Aku merapikan rambutku yang sebenarnya tidak berantakan. Senyuman termanis kusuguhkan untuknya.

"Keliling komplek aja Yang, aku mandi dulu ya," pamitnya seraya berjalan ke arah kamar.

Huh! Aku sebal sekali melihat dia yang datar seperti itu. Aku sudah dan-dan cantik begini, hanya untuk menyambut dia. Dan, ya, agar dia memuji penampilanku yang cantik ini. Tapi, dia malah pergi begitu saja.

Ya itulah suamiku, dia sangat mahal sekali dalam hal memuji. Aku sangat heran dibuatnya. Padahal dulu sewaktu kuliah, banyak sekali para pria memuji kecantikanku.

Mengagumi bentuk tubuhku, yang kata mereka mirip gitar spanyol. Tapi suamiku, jarang sekali memujiku, padahal aku selalu tampil cantik dihadapannya.

Meskipun dia mahal pujian, tapi aku tahu dia sangat mencintaiku. Dan aku pun sangat mencintainya.

"Sayang, ayo kita makan!" Ajaknya membuyarkan lamunanku.

Aku tersentak, tersenyum kikuk ke arahnya. Aku baru tersadar, kalau aku masih di ruang tengah. Dia menampilkan senyum manisnya, lesung pipi di sebelah kanan kesukaanku, terlihat jelas di sana.

"Iya Sayang, aku udah masak soto ayam kesukaanmu," ucapku riang.

Dia hanya tersenym, lalu kami berjalan beriringan menuju meja makan. Dia merangkul pinggangku dengan mesranya.

"Aaa suamiku meski kau 'mahal' pujian, aku mencintaimu." Kataku dalam hati.

Episode 2

Kami menikmati makanan yang sudah aku masak tadi. Aku duduk di sampingnya. Entah kenapa betah aja duduk dekat-dekat sama dia.

Mungkin karena usia pernikahan kami yang masih baru. Ya gak baru-baru banget sih, karena kami sudah menikah dua bulan lamanya.

Aku memperhatikannya yang sedang lahap memakan soto ayam. Aku menunggu dia berkomentar, hatiku berdebar-debar.

Satu detik, dua detik, tiga detik, sampai hitungan satu menit dia tak kunjung bersuara. Aku kesal dibuatnya, kuletakkan sendok dengan kasar.

Memanyunkan bibirku tanda aku benar-benar sebal padanya. Dia melirikku sekilas, ada seulas senyum yang kutangkap di wajahnya. Dia senang sekali menggodaku. Sepertinya, menggodaku adalah hobby barunya.

"Kenapa?" Tanyanya tanpa dosa.

Aku diam saja. Sebagai tanda kesalku padanya.

"Ya Allah, aku ingin sekali memukulnya."

"Ambilin lagi dong Yang sotonya, bihunnya yang banyak ya," pintanya sembari menyodorkan piringnya.

"Benar-benar deh ya, kelewat polos atau gimana sih?" Jerit batinku.

Aku mendengus sebal. Lalu menuangkan kuah soto dan juga bihun sesuai pesanannya.

"Dia bener-bener gak peka banget deh, puji kek masakan istrinya yang penuh dengan cinta ini. Dia itu memang mahal banget dalam hal memuji. Maka tak salah 'kan jika aku menyebutnya suami 'mahal' pujian?" Rutukku dalam hati.

Dia masih dengan acara makannya. Aku yakin soto buatan aku tuh enak sekali. Terbukti dia dari tadi nambah terus.

"Beb," panggilku. Dia menoleh ke arahku.

"Gimana masakan aku? Enak ngga?" Tanyaku, aku sudah bosan menunggunya memujiku dengan niatnya sendiri.

"Satu, dua, tiga, empat, lima..."

Lama sekali dia menjawab. Aku sudah berhitung sampai lima, mas Irsyad masih belum bersuara.

"Memang kamu mau jawaban apa dariku?" Dia malah balik bertanya. Membuatku semakin kesal saja.

"Ya ya ya terserah anda lah! Emang dasarnya datar, ya datar aja. Memangnya aku berharap kalau mas Irsyad bakalan ngomong apa? Raina, masakanmu enak sekali. Aku jadi semakin mencintaimu. Hah! sangat tidak mungkin! " Rutukku dalam hati.

"Ihh kamu nyebelin!" Kataku merajuk.

Aku melipatkan tangan di dada. Mengembungkan pipi bakpauku. Dia tersenyum melihat tingkahku.

"Kalau tidak enak, aku takkan memakannya. Nih, aku sampai habis tiga piring." Pujinya seraya memperlihatkan piringnya yang sudah kosong.

Aku tersipu malu, mendengar pujiannya.

Eh tapi tunggu dulu, dia bilang kalau tidak enak dia takkan memakannya. Itu artinya apa? Masakanku enak begitu? Kenapa harus berbelit-belit sih, bilang aja masakanku enak sekali, apa susahnya. Huh dasar suami pelit pujian.

"Jadi jawabannya apa Honey? Masakanku enak atau engga?" Kataku lagi sembari memaksakan senyum.

Dia hanya tersenyum tak menjawab. Ih gereget banget deh, lihat dia yang tidak peka begitu!

Dia mengacak rambutku gemas. Sumpah demi apapun, aku selalu meleleh dengan sikapnya yang menggemaskan begitu.

"Apaan sih Yang, rambutku jadi berantakan nih." Kataku dengan gaya imut.

"Cepat habiskan makanannya! Kita jalan-jalan. Kamu pasti bosan 'kan di rumah? Aku tunggu di teras depan, ya?" Ucapnya seraya mencium pipiku.

Aaa! Ingin sekali aku menjerit seperti itu. Tapi aku hanya bisa menjerit dalam hati saja. Dia tahu saja kelemahanku, aku menjadi tersipu dibuatnya.

Rasanya sangat malu jika harus menunjukkan ekspresi selebay itu. Dia selalu saja bisa membuatku jatuh cinta berkali-kali. Suami tampanku, suami 'mahal'ku. Aku mencintaimu selalu.

Episode 3

"Sempurna" kataku saat melihat pantulan diriku di cermin. Ya aku sengaja memoles wajahku sedikit dengan make up.

Aku memakai celana jeans abu-abu dan kaos oblong berwarna brown white, tak lupa jaket jeans sebagai penyempurnya. Aku gerai rambutku, dan menempelkan jepit berbentuk mutiara kecil dipinggirnya untuk mempercantik tampilanku.

Kusambar tas kecil yang sudah kusiapkan diatas ranjang. Aku segera berlari kecil menuruni tangga. Aku takut dia menunggu terlalu lama.

"Sayang, ayo berangkat. Aku udah siap nih." Ajakku sembari mengayun-ngayunkan tubuhku. Menunggunya memuji penampilanku.

Dia terus menatapku tanpa berkedip. Aku yakin dia terpesona sekarang. Lagi-lagi ia menampilkan senyuman manisnya.

"Yaudah, yuk. Keburu siang nanti." Katanya sembari melangkah menuju mobil.

"Dasar suami gak peka! Aku udah cantik begini, dan-dan maksimal hanya untuk dia. Tapi dia tak memujiku sama sekali. Kamu nyebelin banget sih!"

Ingin sekali aku mengatakan hal itu padanya.

Tapi aku hanya bisa menggerutu dalam hati. Kuhentakkan kaki menyusulnya yang sudah berada dibalik kemudi.

******

Kami telah sampai di tempat tujuan. Aku sengaja mengajaknya untuk pergi ke Car free day. Aku rindu berdesak-desakan di sana. Apalagi saat menemukan barang yang disuka dan berebut tawar dengan pedagang. Itu sangat menyenangkan sekali.

Ya meskipun aku hanya iseng saja menawar, karena pada akhirnya aku tak tega juga sih dan membayar sesuai harga yang telah ditentukan.

Kami tengah berjalan perlahan, menelusuri setiap jalan sembari menoleh ke kanan dan ke kiri. Melihat berbagai dagangan yang dijajakan pedagang.

Langkahku terhenti saat melihat penjual rujak. Siang bolong beginikan memang pas makan rujak. Manis, asam dan pedas menjadi satu saat masuk ke dalam mulut.

Apalagi kalau satu potongan mangga muda atau nanas sebagai buahnya. Hemmm menggoda sekali. Air liurku hampir saja menetes.

"Kamu mau Yang?" Tanyanya lembut, saat dia dapati aku hanya mematung sembari memandang stand rujak tersebut.

"Iya Sayang, enak banget kan siang-siang gini makan rujak. Boleh ya?" Rengekku manja.

Menampilkan puppy eyes yang pasti bakal meluluhkan hatinya.

"Hemm ...." jawaban paling menyebalkan versiku.

"Sayang ..." rengekku lagi dengan gaya anak kecil.

"Boleh deh," jawabnya pasrah.

"Jangan terlalu pedas, nanti maag kamu kambuh. Oke Honey?" Secara tidak langsung dia mengajukan syarat.

Aku hanya mengedipkan sebelah mataku. Kini satu cup rujak telah berada di tanganku.  Kumasukkan satu potong mangga muda kesukaanku.

Rasanya benar-benar meledak dimulut. Kumasukkan lagi buah-buahan yang ada dalam rujak tersebut. Suamiku hanya memandangku sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sayang, kamu mau? Aaaa ..." tawarku sembari menyodorkan satu potong bengkuang ke mulutnya.

Aku sengaja memilih bengkuang, karena ia tak menyukai makanan asam. Dia membuka mulutnya, lalu mengunyah potongan bengkuang tersebut.

"Enak Yang, tapi aga pedes. Jangan makan banyak-banyak, nanti maagnya kambuh." Katanya dengan nada khawatir.

Aku menghentikan langkahku.

"Apa katanya? Enak? Semudah itu dia memuji makanan dari orang lain. Tapi kalau sama masakanku, dia abai begitu saja." Lagi-lagi aku hanya bisa menggerutu dalam hati.

"Kamu mah gitu Yang, makanan dari orang lain aja langsung bilang enak. Tapi saat makan hasil masakanku, selalu saja acuh."

Aku kembali merajuk. Dia hanya tersenyum, melingkarkan tangannya ke pinggangku. Aku terkejut, bukan aku tak suka. Aku hanya malu, karena ini di tempat umum.

"Malu Yang ih, kan banyak orang." Bisikku padanya.

"Aku tak perduli." Jawabnya datar.

Akhirnya aku menurut saja, berjalan sembari  dirangkul mesra olehnya. Namun, sesaat kemudian mataku terbelalak saat berpapasan dengan seorang wanita.

"Ya ampun, racun dunia ini mah!" Gumamku sembari menepuk jidat. Lalu menoleh kearah suamiku yang sibuk melihat-lihat barang yang dijajakan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!