"Cepat cari anak itu! Dia memiliki sesuatu yang kita cari" teriak seorang pria yang memimpin sekelompok pendekar berbaju hitam.
Tak jauh dari sana seorang gadis berusia 6 tahun tengah berlari menjauhi desanya yang sudah hangus terbakar.
"Ayah, Ibu, aku takut" gumamnya seraya berlari sejauh yang ia bisa.
Tak sedikit para pendekar yang mencoba menghentikannya. Namun tak mudah bagi mereka mengangkap seorang gadis dilokasi seluas itu.
"Berhentiiiiii" teriak salah satu dari mereka melemparkan sebilah pedang ke arahnya.
Gadis itu menoleh dan melihat pedang tersebut semakin mendekat.
"Aaaaahhhhhhhh" teriak gadis itu terperanjat dari tidurnya.
"Ohh, kau sudah sadar?" suara seorang pria disampingnya.
Antara takut dan pasrah, ia tak mencoba kabur maupun melawan. Ia menduga jika pria di sampingnya sekutu dari musuh maka ia sudah mati sejak tadi.
"Namaku Xiao Li. Istirahatlah, tubuhmu terluka terlalu parah." ujar Xiao Li seolah tau ia mempertanyakan identitasnya.
'Aku tak bisa bicara?!' ia menghela nafas panjang dan mencoba mengalirkan mana ke seluruh tubuhnya.
"Hmm, sudah ku duga kau memiliki bakat yang luar biasa." Xiao Li duduk menatap gadis yang ia selamatkan sudah bisa duduk dengan tenang. "Siapa namamu nak?" tanya Xiao Li.
"Megumi Yue" jawab Yue singkat.
Yue duduk bersiap hendak memulihkan tubuhnya.
"Nama yang bagus, apa kau berasal dari Bukit Tinggi?" lanjut Xiao Li menghentikan niat Yue.
"Ya" sahut Yue singkat membuka sebelah matanya.
Xiao Li menggelengkan kepalanya. 'Baru kali ini aku melihat anak di bawah 10 tahun memiliki semangat yang tinggi dalam bela diri, belum lagi dia anak perempuan' batinnya.
Xiao Li bangkit mengambil sup yang ia buat selama Yue pingsan. "Makanlah dahulu. Sekuat apapun kau berlatih jika tubuhmu terluka hanya akan membuang waktu" Xiao Li menaruh sup didepan Yue yang masih terpejam.
Kesal karena Xiao Li mengganggunya, akhirnya Yue membuka matanya dan menyantap sup buatannya.
"Sejauh mana pengetahuanmu tentang bela diri Yue'er?" tanya Xiao Li menatap Yue dalam-dalam.
Yue menatapnya sekilas lalu menyimpan mangkuk yang sudah kosong itu. Yue menghembuskan nafasnya sebelum akhirnya menjawab.
"Ada 7 tahap dalam kultivasi manusia. Kiso adalah tahap pendirian fondasi bagi pendekar pemula, bagi anak yang terlahir dengan bakat biasanya mudah mencapai tahap 3 dari 7 tahap Kiso. Kedua, Gedan. Kami menyebutnya pengumpul Mana, ada 3 tahap bagian ini. Ketiga, Naibu bagian pengendalian Mana yang cukup sulit dilakukan, terutama bagi anak dengan tubuh khusus seperti aku. Keempat, karade, ini merupakan tahap lanjut pengendalian mana. Kelima Kingu atau tahap bumi, dimana para pendekar akan memulai pemurniannya dengan tulang. Keenam Chikyu atau tahap Raja, pemurnian lanjutan terletak pada cairan tubuh seperti darah. Terakhir Toppu atau alam atas, kami menyebutnya alam langit. Setahuku, ini adalah puncak kultivasi manusia. Dengan beberapa level lainnya di setiap tahap" jawabnya menatap Xiao Li.
"Hahaha ya benar, namun ada tahap lanjutan yang belum pernah dicapai oleh siapapun pada era ini. Namun cukup untuk sekarang karena usiamu masih muda" Xiao Li beranjak mengambil pedangnya.
"Seolah kau adalah guruku" gumam Yue namun masih bisa di dengar Xiao Li dengan jelas.
Xiao Li berbalik menatap Yue yang terkesan mengejeknya. "Hhoho sepertinya ide yang bagus menjadikanmu sebagai muridku. Lagipula aku belum memiliki murid" Xiao Li mengelus janggutnya yang agak panjang.
"Tapi itu ide yang buruk untukku" sahut Yue seolah tak takut Xiao Li marah.
"Eeehhh????" Xiao Li tercengang mendengar jawaban Yue.
"Yue'er, meskipun badanku kotor sekarang aku adalah pria paling tampan di sekteku" lanjutnya dengan kesal.
"Hey paman! Kau lebih tua dariku, kau lebih faham bahwa ketampanan tidak artinya dibandingkan kekuatan" sahut Yue yang kesal mendengar Xiao Li menyebut dirinya tampan. "Lagipula kau terlalu memuji dirimu sendiri, kumis dan janggutmu yang panjang itu tak membuat dirimu tampan sedikitpun" sambungnya menunjuk kumis Xiao Li yang hampir menutupi mulutnya.
"Itu memang benar" gumamnya terus mengelus janggutnya.
"Yaa benar. Kau mirip kakek-kakek" gumam Yue sepelan mungkin agar tidak terdengar oleh Xiao Li.
"Eehhhhh??" Xiao Li seolah mendapatkan kembali kesadarannya. "Yue'er. Kau menghinaku tua?" Xiao Li memasang wajah seramnya.
Yue terkejut bukan main. Ia tak bisa berkata-kata. "Ti-tidak" jawabnya gugup.
"Dengar! Aku masih berusia 20 tahun. Tak patut kau sebut aku kakek-kakek!" ujarnya sangat kesal. "Dasar gadis nakal! Dia tak tahu aku selalu dikejar ratusan gadis" gumamnya berlalu meninggalkan Yue dengan kesal.
Yue tak memusingkan tingkah Xiao Li yang menurutnya konyol. Yue melanjutkan meditasinya. Yue berhasil mencapai tahap internal di usianya yang belum genap 6 tahun.
Dia dijuluki jenius diantara jenius karena bakatnya dalam mengumpulkan mana. Sekarang Yue hendak memasuki Tahap ketiga yaitu tahap internal dimana ia akan belajar bagaimana mengendalikan mana yang meluap di dalam tubuhnya.
"Aku harus mencobanya lagi" gumam Yue.
Yue berulang kali mengalami kegagalan dalam mengendalikan mana, karena ia tak bisa memusatkan mana yang ia miliki hingga berefek pada tubuhnya.
"Aaahhhhh" teriak Yue mengejutkan Xiao Li yang tengah berjalan menuju hutan.
Xiao Li bergegas kembali khawatir sesuatu terjadi pada Yue. "Yue'er " teriaknya melihat Yue terkapar dangan darah yang mengalir dari mulutnya.
Xiao Li membantu menghentikan pendarahannya dengan mengalirkan mana ke tubuh Yue. "Iniii... " Xiao Li tercekat melihat tubuh Yue menolak mana yang hendak di alirkan ke tubuh Yue.
"Tubuhnya menolak mana?" gumam Xiao Li heran dengan situasi tersebut.
Xiao Li mengambil pedangnya dan diarahkan ke perut Yue. Sejenak Xiao Li tampak ragu, takut dugaannya meleset dan akhirnya membunuh Yue. Namun Xiao Li tak punya pilihan untuk membuktikan dugaannya.
Tiingggg
Suara yang begitu memekakkan telinga membuat Xiao Li terlempar beberapa meter ke belakang. Ia melihat dengan jelas pedangnya belum menyentuh tubuh Yue sedikitpun namun gelombang energi muncul dan menghantamnya.
"Seperti dugaanku, mana yang ia miliki terlalu besar hingga meluap tak terkendali. Jika dibiarkan begini, Yue'er akan mati. " gumam Xiao Li cemas.
Yue terbatuk-batuk, darahnya mengalir semakin deras namun matanya terbuka perlahan-lahan.
"Dia sadar? Dalam kondisi seperti ini?" Xiao Li semakin terkejut. "Ah tidak. Aku harus membantunya atau akan segera terlambat" Xiao li bergegas menghampiri Yue. Yue menatap Xiao Li yang berlari menghampirinya.
"Yue'er apa kau bisa bertahan?" tanya Xiao Li dengan cemas. Yue mengangguk perlahan sebagai jawaban.
"Syukurlah. Sekarang ikuti arahanku, pusatkan mana di kepala dan perutmu. Buatlah 2 lautan mana disana. Jangan mencoba memusatkannya pada satu titik. " Xiao Li memberi arahan dengan tergesa-gesa.
Yue mencoba melakukan apa yang diucapkan Xiao Li. Keringat bercucuran membasahi tubuhnya, sesekali ia masih terbatuk-batuk akibat gejolak energi dalam tubuhnya.
Tubuh Yue yang istimewa tak luput dari resiko. Karena Tulangnya masih belum sempurna untuk menahan gejolak energi yang terlalu meluap.
Karena kondisi itulah ia di usir dari sektenya karena di anggap penyakitan. Yue sering terkapar dan muntah darah saat sedang berlatih. Hal itu di anggap menghambat bahkan gurunya beranggapan hanya akan membuang sumber daya untuk menyembuhkannya.
Xiao Li menatap Yue yang masih terpejam. Ia ingin membantu tapi karena mana yang ia alirkan ditolak tubuh Yue membuat Xiao Li kehabisan akal.
Yue tinggal di sebuah desa bernama padang merah, salah satu desa di kekaisaran Quan tepatnya di pulau musim panas. Julukan padang merah dikenal karena sebagian besar tumbuhan disana berwarna merah. Meski warnanya merah menyala tapi tidak mengandung racun sehingga aman dikonsumsi ternak.
Yue terlahir dengan tubuh yang misterius, dimana ia mampu mengumpulkan mana lebih banyak dari orang lain. Meski begitu, kelemahan dari kelebihannya itu membawa petaka bagi dia dan keluarganya, bahkan sektenya sendiri.
Karena kondisi tubuh Yue yang tak pernah muncul selama ratusan tahun, membuat beberapa rumor yang membuat nyawa Yue terancam. Merasa kehadiran Yue di sekte membawa bencana, akhirnya Yue dikeluarkan dari sekte. Bahkan penduduk di desa mengusirnya karena dianggap mempermalukan desa setelah dikeluarkan dari sekte.
Sebelum Yue dan keluarganya berhasil keluar dari desa tersebut, beberapa pendekar aliran hitam mengepung desa dan menghancurkan segalanya. Dalam sekejap padang merah hilang dari muka bumi. Ayah dan Ibu Yue meninggal saat itu juga, sedangkan Yue berhasil lolos dengan luka serius di tubuhnya.
Yue sempat bersembunyi dan mendengar percakapan para pendekar disekitar. Diketahui mereka melakukan hal tersebut karena dipicu oleh sebuah rumor yang mengatakan bahwa di tubuh salah satu anak di desa itu memiliki Inti Jiwa Dewa, dan ciri-ciri yang tersebar tertuju pada Yue.
Sebuah organisasi terlintas di benak Yue namun ia menepisnya karena Yue tahu organisasi tersebut berada diwilayah sekte aliran putih. Namun dugaanya terbukti saat pendekar tersebut mengatakan nama Organisasi Phoenix Langit. Jantung Yue bak berhenti sejenak, sungguh diluar dugaannya.
Organisasi Phoenix Langit merupakan sebuah organisasi yang sedang naik daun. Kemunculannya yang mendadak membuat gejolak di Kekaisaran Quan. Latar belakang yang misterius membuat mereka disegani sebagian besar penduduk karena belum menunjukan pro kontra terhadap aliran putih maupun hitam.
3 sekte besar kekaisaran menegaskan agar tidak sembarang mengacau pada organisasi tersebut sebelum diloloskan oleh pemerintah atas identitasnya.
...****************...
Xiao Li bernafas lega saat Yue kembali membuka matanya. Ia membantu Yue untuk duduk, dan memberinya minum. Setelah merasa tenang, Yue mengucapkan terimakasih karena telah membantunya mengendalikan mana yang meluap-luap tadi.
"Tak usah dipikirkan, tapi aku punya beberpa pertanyaan Yue'er " ujar Xiao Li.
"Inti Jiwa Dewa" sahut Yue singkat.
Satu kalimat Yue membuat Xiao Li tercekat. Ia tahu betul apa itu Inti Jiwa Dewa. Antara takjub dan khawatir terukir diwajahnya.
'Pantas saja tubuhnya menolak mana yang aku alirkan' batin Xiao Li dalam keterkejutannya.
"Tapi, Yue'er bukankah ini bukan pertama kalinya kau mengalami gejolak energi? " lanjut Xiao Li.
"Benar. Biasanya kakek guru yang membantuku. Namun ini pertama kalinya aku lolos dengan arahan ilmu dasar" Yue melirik Xiao Li yang masih mematung disampingnya.
"Ii-ituu.. Anu.. Bolehkah aku mengetahui nama kakek guru?" Xiao Li mendapatkan sesuatu yang aneh atas ucapan Yue. ' Jika bukan memusatkan mananya sendiri lalu bagaimana cara kakek guru membantu Yue? Sepertinya kakek guru bukan orang sembarangan' gumam Xiao Li menebak identitas kakek guru yang disebutkan Yue.
"Hachilin Bai Shoera" sahut Yue polos.
Suasana mendadak hening sesaat. "AAAAKKHHHHHHH" Xiao Li terkejut bukan main. Ia mundur menjauhi Yue.
Yue mengkerutkan keningnya melihat reaksi Xiao Li. Ia merasa tak ada yang aneh dengan nama itu, tapi kenapa Xiao Li bersikap berlebihan.
"Yue'er ! Apa kau sedang bercanda? Kau mau menakutiku?" tanya Xiao Li mendekati Yue kembali perlahan-lahan menghentikan ucapan Yue yang hampir terucap.
"Tidak. Itu nama kakek guru" jawab Yue dengan polosnya.
"A-apa dia guru di sektemu? Mungkin tetua? Atau pemimpin sekte?"tanya Xiao Li semakin penasaran.
"Tidak. Beliau tinggal seorang diri di pinggir air terjun di desaku. Bukan bagian dari sekte maupun desa, tak ada satu orangpun yang diperbolehkan mengetahui namanya atau tempat tinggalnya." sahut Yue menjelaskan sedikit detail.
"Tapi kau memberitahuku" gumam Xiao Li pelan namun masih terdengar oleh Yue.
"Ahh, aku lupa" Yue menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Xiao Li menganga tanpa sedikitpun suara keluar. Entah bagaimana ia harus bereaksi akan situasi ini. Setelah mendapat ketenangan Xiao Li menjelaskan beberapa situasi dunia persilatan saat ini.
Terdapat 3 benua terbesar saat ini. Benua Langit dipimpin Kekaisaran Shoera. Benua Dataran Tengah dipimpin Kekaisan Quan. Benua Kegelapan dipimpin Kekaisaran Karayami.
Banyak pendekar terkenal dari masing-masing benua, salah satunya dari kekaisaran Shoera. Salah satu pendekar terkuat sepanjang sejarah berasal dari benua langit, ia dikenal sebagai Pendekar 8 Giok Langit Kejujuran.
"Yue'er jangan pernah sebutkan nama itu didepan siapapun apapun yang terjadi. Itu terlalu beresiko." Xiao Li menatap Yue dalam-dalam memastikan gadis didepannya mengerti.
"Baiklah. Tapi kenapa tadi aku berhasil memusatkan energi manaku?" tanya Yue mengalihkan topik.
"Karena tubuh khusus yang kau miliki berbeda dengan manusia biasa. Kau bisa memiliki 3 titik pusaran mana. Di usia semuda ini kau berhasil membuat 2 titik itu sudah merupakan pencapaian terbesar di era ini. Namun aku penasaran bagimana kakek Bai menolongmu tanpa arahan titik mana?" Xiao Li kembali heran mengingat ucapan Yue.
"Kakek selalu membantuku dengan mengalirkan mana dan mengontrol gejolak energi" jawab Yue.
'Bagaimana bisa? Aku menyaksikan sendiri bagaimana tubuhnya menolak energi mana yang ku alirkan. Selain itu, beliau adalah orang ternama, tidak mungkin jika ia tidak tahu kondisi Yue'er ' Batin Xiao Li bertanya-tanya akan tindakan kakek Bai.
Merasa pusing dengan situasi tersebut membuat Xiao Li memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah tersebut. Ia menganjurkan agar Yue ikut ke sekte Xiao Li. Bagaimanapun kondisi Yue dan identitas Kakek Bai harus benar-benar dirahasiakan.
Karena Yue tak tahu harus kemana lagi akhirnya ia memutuskan menerima tawaran Xiao Li.
"Yue'er perjalanan kita masih jauh. Aku akan berburu untuk makan malam kita, beristirahat dengan baik pulihkan dirimu." Xiao Li berlalu meninggalkan Yue yang mulai berlatih kultivasi.
Keduanya tengah berada di Pulau Musim Panas. Xiao Li hendak pulang dari sebuah misi dan menemukan Yue terkapar di semak belukar dengan luka di sekujur tubuhnya.
Xiao Li kembali dari berburu dan mendapat seekor ayam hutan yang lumayan besar, cukup untuk keduanya makan bersama. Xiao Li memanggangnya dengan sempurna, ia menaburkan garam dengan merata. Meskipun hanya ditambah garam tanpa bumbu yang lain, aromanya sudah harum tercium mengganggu konsentrasi Yue.
Keduanya makan malam dengan lahap, mengingat beberapa kejadian yang sangat mengejutkan membuat Xiao Li tampak kelaparan. Yue tak kalah lahap karena memang sejak pertempuran di desanya ia belum makan sesuap pun hingga ia bertemu dengan Xiao Li. Perjalanan panjang akan ditempuh esok hari, keduanya memanfaatkan malam itu untuk beristirahat sepenuhnya.
"Yue'er, apa kau yakin tidak akan kembali ke desa terlebih dahulu? Siapa tahu keluargamu berhasil selamat" Xiao Li melirik Yue yang berjalan disampingnya.
"Tidak guru. Aku yakin tak ada satu orang pun yang selamat. Aku melihat sendiri bagaimana kejamnya pendekar itu membantai desaku" Yue terlihat tegar menjawab pertanyaan Xiao Li, namun jauh di lubuk hatinya penuh harap agar salah satu keluarganya masih selamat.
"Apa kau punya saudara?" Xiao Li kembali bertanya.
"Ya. Aku punya seorang kakak laki-laki, dia kuat dan selalu melindungiku dari anak-anak lain. Tapi dalam pertempuran hebat seperti itu, akupun ragu kakak akan selamat" jawab Yue dengan mata yang berkaca-kaca.
Yue dan sang kakak sangat dekat, mereka saling menyayangi lebih dari siapapun, bahkan dari orangtuanya. Orangtua Yue terkadang masih suka bertindak kasar padanya, karena kondisi anehnya membuat satu keluarga terasa dikucilkan warga. Bagi mereka kondisi yang dialami Yue sangat aneh dan takut membawa nasib buruk bagi warga.
Tak ada lagi perbincangan antara Yue dan Xiao Li. Keduanya terdiam sepanjang perjalanan hingga tak jauh dari sana mereka melihat sebuah kota. Kota yang cukup besar dengan pohon-pohon besar yang mengelilingi desa.
"Kita akan singgah dulu di kota itu, membeli perbekalan dan beristirahat untuk malam ini" Xiao Li menuntun Yue menghampiri penjaga gerbang desa itu.
"Desa Shui" gumam Yue membaca papan nama di atas gerbang tersebut.
Keduanya memasuki kota setelah Xiao Li melapor pada penjaga. Suasana desa tampak sepi, hanya beberapa orang yang tampak lalu lalang dijalanan. Xiao Li menarik Yue memasuki sebuah kedai, sambil mengisi perut Xiao Li berniat mencari informasi terkait desa ini.
Xiao Li sering melewati desa ini, sehingga ia tahu desa tersebut merupakan desa yang damai dan sejahtera. Tak seperti biasanya, warga tampak mengurung diri.
"Tuan Li, lama tidak berjumpa" sapa seorang wanita paruh baya menghampiri Xiao Li yang tengah duduk.
"Ohh, bibi nan. Tolong bawakan makanan 2 porsi. Dan... Iniii... " ucapan Xiao Li terhenti khawatir menyinggung wanita pemilik kedai tersebut.
"Sudah lama Tuan Li tidak kemari, jadi wajar jika Tuan tidak mengetahuinya. Beberapa waktu yang lalu, para pendekar aliran hitam datang kemari dan membuat keributan. Mereka menculik para gadis muda dan merampok harta mereka. Kepala desa sedang kritis saat ini karena melawan mereka untuk menolong para gadis" bibi nan tersebut menjelaskan situasi yang terjadi.
Xiao Li tak dapat menyembunyikan keterkejutannya, ia cukup akrab dengan warga disini karena memang Xiao Li selalu membantu warga yang kesulitan saat singgah disini.
Xiao Li tersadar dari rasa terkejutnya saat menyadari aura pembunuh tak jauh dari kedai tersebut. Xiao Li menatap Yue yang tengah menatapnya sejak tadi. Yue mengangguk pelan sebagai isyarat.
"Begitu rupanya. Baiklah bi, tolong bawakan makanan kami, muridku belum makan sejak pagi. "Xiao Li mengalihkan perhatiannya pada makanan.
Pemilik kedai segera berlalu ke dapur untuk menyiapkan makanan keduanya. Xiao Li dan Yue saling menatap, keduanya yakin bahwa masih ada beberapa pengintai disekitar mereka.
Xiao Li baru menyadari jika Yue memiliki kepekaan yang tajam di usia semuda itu. Xiao Li merasa masih ada banyak hal yang belum Yue tunjukan padanya. Xiao Li berfikir untuk mempersiapkan mentalnya agar siap saat Yue kembali membuatnya terkejut dengan bakatnya.
Keduanya segera melahap makanannya setelah pemilik kedai kembali ke dalam.
BRAAKKKK
Sekali tendang pintu kedai hancur berkeping-keping. Xiao Li dan Yue mengalihkan pandangan mencari siapa pelakunya. Seorang pria berbadan besar masuk diikuti beberapa orang dibelakangnya. Tampak satu orang yang berpakaian bak bangsawan dalam rombongan tersebut.
"Pelayan!! Bawakan makanan sebanyak mungkin dan arak terbaik" teriak pria bebadan besar tersebut. Mereka duduk dengan menggabungkan beberapa meja menjadi meja besar.
Xiao Li dan Yue kembali melanjutkan makan mereka yang tertunda akibat aksi pria besar tersebut. Sedangkan beberapa orang lainnya memilih untuk pulang, meninggalkan Xiao Li dan Yue di dalam bersama rombongan yang baru tiba itu.
Yue tampak tak peduli akan kehadiran dan aksi yang dilakukan rombongan itu selama mereka tak mengganggu acara makannya. Begitu pula dengan Xiao Li, namun ia tetap takjub dengan sifat tenang yang ditunjukan Yue.
"Bos, kenapa kita harus menunggu wanita itu untuk merebut desa ini? Ini kesempatan emas selama tua bangka itu kritis" tanya pria besar itu sambil menikmati araknya.
"Jangan gegabah, tua bangka itu memiliki koneksi dengan salah satu sekte aliran putih terbesar di Kekaisaran Quan ini." jawab pria dengan jubah bangsawan itu tenang.
"Ya memang benar tapi ini tidak ada kaitannya dengan dunia bela diri. Semua orang tahu tanpa perintah kaisar tak seorangpun diizinkan ikut campur urusan politik" sahut pria besar itu seperti tak sabar untuk beraksi.
"Sudah kubilang jangan gegabah. Aliran putih memiliki aturan sendiri, selama untuk kebaikan masyarakat mereka tak akan segan melawan aturan bodoh itu" timpalnya dengan kesal.
Xiao Li dan Yue terdiam sesaat ketika mendengar percakapan keduanya. Namun mereka memilih tak mempedulikannya.
'Merebut kekuasaan? Apa mereka bodoh? Tanpa bantuan sekte pun kaisar akan menangkap mereka. Tanpa peresmian pemerintah kekaisaran hal itu akan dianggap sebagai sebuah kejahatan apalagi bersekutu dengan sekte aliran hitam.' batin Yue menanggapi percakapan mereka.
Xiao Li sendiri larut dalam fikirannya, jika keduanya berlama-lama disana maka bukan hal mustahil bagi para warga untuk meminta bantuan mereka.Bagaimanapun juga Xiao Li sudah menganggap warga disana sebagai keluarganya.
"Oh sepertinya ada orang hebat yang menguping pembicaraan kita" pria besar menghampiri Yue dan Xiao Li yang hampir menghabiskan makannya.
Merasa tak mendapat sahutan, pria besar menggebrak meja hingga beberapa makanan tumpah. Hal itu membuat Yue sangat geram. Yue adalah gadis yang sangat protektif pada makanan, ia tak akan membiarkan sebutir pun makanan tumpah dan terbuang. Itu karena ia tahu betapa berharganya makanan yang belum tentu semua orang mampu mendapatkannya.
Yue masih menahan amarahnya berharap pria besar tak mempedulikan kehadirannya dan mengganggunya makan.
"Ohh gadis kecil kamu cantik juga. Maukah kau ikut bersama kami? Kami janji akan melayanimu dengan baik" ujar pria besar menyentuh dagu Yue diiringi gelak tawa teman-temannya.
Xiao Li hendak bertindak namun mendapat tatapan tajam dari Yue. Entah kenapa Xiao Li merasa dirinya tak perlu bertindak.
"Paman, biarkan aku menyelesaikan makanku dahulu baru kita bicara" Yue menatap pria besar disampingnya dengan dingin.
"Jangan seperti itu nona, kau bisa makan lebih banyak setelah ikut dengan kami" sahutnya menghempaskan makanan Yue hingga berserakan di lantai.
Melihat itu Yue benar-benar murka. Ia bangun dan menatap pria besar tanpa rasa takut sedikitpun. Kemarahan terukir jelas dimatanya.
Yue melayangkan pukulan pada perut pria besar sekuat tenaga hingga ia mundur beberapa langkah. Kaget bukan main, pria itu menatap Yue dengan tatapan berbeda kali ini. Bahkan Xiao Li terbatuk-batuk melihat tenaga Yue.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!