NovelToon NovelToon

CINTA Di Ujung PISAU

Bab 1

Dibalik jendela yang tertutup rapat itu, ada seorang wanita yang tengah terlarut dalam mimpinya hingga tidak menyadari bahwa mentari sudah lama keluar dari persembunyiannya. seketika mimpi itu tiba tiba saja berubah jadi bencana, kisah cinta romantis antara Romeo dan Juliet itu kandas begitu saja dengan munculnya cahaya yang begitu menyilaukan mata. dalam hati sangat kesal seakan akan ingin melahap siapa saja yang mengganggu kisah romantisnya itu.

"Elina, ayo bangun sayang" suara itu samar samar terdengar di telinganya, seperti sangat familiar.

"Elina" sedikit membentak, membuat kesadarannya hampir memenuhi sembilan puluh persen.

"aww, sakit" Elina mengusap bokongnya yang terasa perih, kali ini bukan adegan romantis lagi tapi petaka yang ia terima.

"ma, apa apaan sih. sakit tau" keluh Elina.

"bukannya bangun bantu mama di dapur malah enak enakkan tidur" ucap Ratih sedikit kesal. jika hari libur anak anaknya itu selalu saja seperti itu, namun ia begitu sangat menyayangi kedua anak perempuannya itu.

Elina segera beranjak dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi untuk melakukan ritual nya dengan cemberut. melihat itu Ratih tersenyum simpul melihat tingkah anak sulungnya itu.

.

.

Elina widyastuti, gadis berusia 19 tahun dengan rambut hitam panjang dan mata coklat yang tajam. Dia memiliki senyum yang manis dan kepribadian yang sangat ceria. namun sayang sejak tamat sekolah Elina tidak dapat melanjutkan kuliahnya karena keterbatasan biaya, pekerjaan orang tuanya hanya cukup untuk kehidupan mereka sehari hari. dengan itu Elina membantu orang tuannya dengan bekerja di salah satu restoran terkenal gajinya lumayan membantu perekonomian keluarga,walaupun begitu semangatnya untuk melanjutkan cita cita nya tidak padam begitu saja, Elina ingin menjadi penulis novel terkenal.

Elina lahir dan dibesarkan di keluarga yang harmonis namun di usia 5 tahun ia ditinggalkan sosok ayah yang begitu sangat disayangi nya, tempat berlindungnya dan tempat bermanja manja,Sejak itu senyum ceria di wajah cantiknya itu tak terlihat lagi.

ia adalah sosok yang mudah bergaul pada siapapun, kreatif dan berani mengambil resiko. Dia memiliki semangat yang tak terhingga, namun, dia juga memiliki sisi lemah: keraguan dan ketakutan akan kegagalan.

Sejak ibunya menikah lagi, kehidupan Elina kembali berwarna lagi dengan hadirnya adik perempuan, Elina sendiri yang memberikan nama pada adik kesayangan nya itu yaitu Sophia yang sekarang tumbuh menjadi gadis cantik imut dan juga manja.

namun dengan begitu, kehadiran sosok ayah dalam hidupnya tidak membuatnya begitu nyaman, ayah yang kasar dan toxic membuat ibunya setiap saat selalu meneteskan air mata. kejadian itu ia rasakan ketika 5 tahun lalu ayah sambungnya itu mengalami kerugian dalam berbisnis.

Luka masa lalu itu masih terngiang di telinga Elina. ayah sambungnya pernah mengatakan bahwa, menulis itu hanya sebagai hobi bukan karier yang serius dan harus bekerja agar bisa menghasilkan uang yang banyak.

.

.

di meja makan. Sophia sedang sibuk menyantap makanannya seperti orang kesurupan, melihat itu Elina mengerutkan dahinya.

"ada apa dengan anak ini? " batin Elina bingung, tidak biasanya Sophia seperti itu.

"uhuk uhukk" Sophia tersedak, ia memasukan roti hampir memenuhi mulutnya.

"pelan pelan nak" teriak pelan Ratih yang sibuk merapikan piring.

"aku pergi dulu ma" ucap Sophia lalu berlari keluar dengan tergesa gesa.

Elina geleng geleng kepala melihat perilaku adiknya, semakin hari entah semakin kacau saja. ia menarik napas panjang lalu membuangnya kasar.

Ratih tersenyum melihat raut wajah Elina, ia kemudian mendekati anaknya itu dan duduk bersama di meja makan. Ratih mulai mengambil sarapannya lalu melahapnya, Elina masih saja terdiam dan cemberut tak mau menatap wajah Ratih yang sedang memerhatikan nya.

jangan ditanya soal kemana ayah mereka, sudah menjadi kebiasaan nya setiap minggu kadang dua hari sekali baru ia pulang kerumah. entah apa yang dilakukannya di luaran sana, membuat Elina dan ibunya hanya membiarkannya saja tanpa harus tau jika tidak ayah yang toxic itu akan menyiksa ibunya lagi.

"apa sih ma, Elina masih kesal loh. baru aja ketemu pria pujaan hati malah di gangguin, itu kan buat adegan romantis dalam novel ku ma," ucap Elina sambil tersenyum membayangkan mimpinya tadi.

"ah kamu bisa aja Lin, makanya cepet dong nyari nya" goda Ratih

"rahasia dong" balas Elina lagi.

setelah selesai Elina kembali ke kamar untuk bersiap siap, ia akan pergi jalan jalan dengan sahabatnya. mumpung kan hari ini libur jadi ia bisa seharian berpergian dan bersenang senang untuk rehat kan badan nya yang hampir remuk itu karena seminggu ini full bekerja tanpa jeda.

.

.

.

Lanjut yah

See you 😊

Bab 2

Di sebuah gang sempit yang hampir saja terlupakan, seorang gadis muda dengan pakaian seksinya melenggak lenggok sambil memegangi tembok untuk bisa menopang tubuhnya agar tidak terjatuh. sesekali ia terduduk sambil mengeluarkan semua isi perutnya, rasa mual menggerogoti kerongkongannya, ia kesal bahkan hampir saja mencekik lehernya sendiri.

Ratih mondar mandir sambil memijat pelan kepalanya, sudah hampir pukul dua malam anak gadisnya belum juga kembali. sementara Elina duduk di kursi sambil melipat kedua tangannya, gelagat adik nya itu sudah sangat aneh beberapa hari ini. tapi ia seolah acuh dan membiarkan sejauh mana Sophia akan melangkah.

"Lin, mama takut. nomornya gak aktif aktif, kemana kamu nak" ucap Ratih khawatir.

Elina berdiri memegang pundak Ratih lalu menuntunnya ke tempat duduk agar perasaanya lebih tenang. Elina kemudian melihat ponselnya mencari informasi ke teman Sophia. setelah tersambung, ia kemudian memulai percakapan berharap segera mendapatkan informasi.

"hallo Bianca, ini aku Elina.kamu tau gak Sophia dimana? " ucap Elina

" kak Elina, sophia nya udah pulang kak dianter sama Aldo emang dia belum nyampe? "jawab Bianca dengan nada seraknya, mata sedikit tertutup karena mengantuk, bagaimana tidak Elina menelpon nya di jam dua malam.

"Aldo? siapa dia? "mendengar nama laki laki nada Elina mulai meninggi.

"hmm dia? ... teman Sophia teman aku juga kak" ucap Bianca terbata bata.

Mendengar itu Elina segera mematikan sambungan teleponnya, napasnya naik turun. bagaimana mana mungkin anak sekecil itu pergaulannya sudah melebihi orang dewasa.

"gimana nak, apa ada kabar?" tanya Ratih lagi. membuat Elina hanya menggeleng kan kepala.

jam sudah menunjukan pukul 2:30 sementara Sophia belum juga datang, mata Elina sudah mulai tertutup namun dia mencoba menahannya. rasa kantuk dan badan yang sangat lelah membuatnya ingin segera mengistirahatkan tubuhnya itu.

tatapan Ratih melihat seseorang yang jauh di ujung jalan setapak rumahnya.semakin lama semakin mendekat.

"Sophia" lirihnya pelan, namun bisa didengar Elina yang sedang memainkan ponselnya.

Elina berdiri memastikan apa yang diucapkan mama nya.

"mama duduk aja, biar Elina yang kesana" sambil melangkahkan kakinya, Elina juga mengepalkan tangannya. amarah nya kian memuncak ketika melihat adiknya yang sudah acak acak kan bahkan baju yang Sophia kenakan sudah hampir memperlihatkan payudara nya.

Tamparan keras mendarat di pipi sophia yang mulus, bahkan tamparan itu menimbulkan bekas yang memerah.Elina pun tersentak kaget, ia juga tidak percaya bisa melakukan hal ini pada adik yang selama ia sayangi. namun amarahnya tak bisa ia kendalikan. seketika Sophia mulai sedikit sadar akibat tamparan keras itu, dia lalu memegang pipinya yang terasa sakit, air matanya luruh seakan tak percaya.

"kak sakit tau" ucap Sophia pelan.

Elina memegang lengan Sophia lalu membantu nya berjalan bau alkohol yang begitu menyengat membuat Elina mual.

"Sophia ada apa ini, kenapa jadi seperti ini nak. lalu pakaian apa ini" melihat itu tangis Ratih pecah, ia tidak menyangka anak sekecil ini mampu berperilaku seperti ini seperti orang dewasa. padahal Sophia sekarang masih menduduki bangku sekolah menengah pertama.

"lihatlah apa yang kamu lakukan nak, ibu tidak mengajarkan hal hal seperti ini padamu. apa yang kamu perbuat" sambil mengganti baju Sophia, Ratih terus saja berceloteh,ia menyesal telah memberikan ijin pada sophia.

Setelah itu Elina kembali ke kamar untuk beristirahat. hari ini membuatnya sangat stres belum lagi besok ia akan berangkat pagi pagi sekali untuk bekerja karena ada kunjungan dari atasan.

tidak menunggu lama, Elina kembali terlelap dalam tidurnya.

.

.

.

Elina melakukan rutinitas paginya dengan terburu buru, kejadian semalam membuatnya bangun kesiangan. biasanya mamanya selalu membangunkannya tapi ini tidak seperti biasa. pertanyaan muncul didalam hatinya, namun ia enggan memperdulikannya. kali ini pekerjaan nya lebih penting yang harus ia dahulukan.

Tanpa berkata apapun Elina keluar dari rumahnya dengan sangat tergesa gesa.

tatapan beralih ke samping tempat duduk teras rumahnya, terlihat papanya dengan santainya duduk sambil menghisap sebatang rokok, Elina hanya tersenyum lalu pergi tanpa mau menyapa.

.

.

.

Lanjut yah

See you 😍

Bab 3

Dulu papa sambung Elina adalah seorang pebisnis yang sukses yang bergerak dibidang produksi tekhnologi. awal mulanya bertemu dengan Ratih, keduanya tidak sengaja bertemu di sebuah taman ketika Elina kecil akan jatuh ke danau, dengan secepat kilat papa sambungnya segera menarik tangannya. disitulah cinta keduanya muncul walau berat yang Ratih rasakan tapi itu semua demi tumbuh kembang dan kebahagiaan Elina agar ia bisa seperti yang lain memiliki figur seorang ayah.

Hendra Gunawan. setelah ditipu dan perusahaan nya bangkrut, serta aset aset berharganya lenyap dijual karena memiliki banyak hutang, Hendra kemudian menjadi pribadi yang kasar mabuk mabuk kan dan suka main perempuan. keterpurukan itu tidak membuatnya harus bangkit, berbagai macam cara yang Ratih lakukan namun tidak sedikit pun ia akan berubah.

bahkan sudah dua minggu lamanya ia pergi dan baru saja kembali, entah apa yang akan di buatnya lagi Kali ini.

wajah Ratih pucat pasi ketika mendapat perlakuan tak biasa dari Hendra, tanpa bergerak sedikitpun Ratih membiarkan Hendra memeluknya sekejap, bau alkohol yang begitu menyengat membuat Ratih menarik napasnya panjang dan membuangnya pelan. bukannya senang Ratih malah menjadi sangat takut.

"cepat buatkan aku makanan, aku sangat lapar" ucap Hendra datar, kemudian ia berlalu masuk kedalam kamar.

Ratih mengusap dadanya pelan.

"akan ada bencana setelah ini, aku yakin" batin Ratih. ia sudah bisa menebak apa yang akan terjadi jika suaminya itu pulang dan berbicara lembut padanya. sambil menata makanan diatas meja Ratih menoleh sebentar ke kamar Sophia sudah sejak tadi ia menunggu Sophia bangun dan menanyakan kejadian semalam namun yang ditunggu belum memunculkan batang hidungnya. sebenarnya ia sedikit khawatir dengan keadaan anak bungsunya itu.

"klik" pintu kamar terbuka. dengan rambut acak acak kan Sophia keluar dari kamar, kini kesadarannya sudah hampir pulih. ia duduk lalu mengambil segelas air putih dan meneguknya dengan cepat.

"uhuk uhuk " Sophia terbatuk.

Ratih segera meremas pundak Sophia pelan tapi Sophia menepisnya dengan kasar.

"nak,mama ingin bicara" ucap Ratih pelan

"boleh gak Sophia makan dulu" jawab Sophia kasar

"iya sayang, makanlah" dengan tersenyum Ratih duduk dihadapan Sophia dan memulai makannya.

Tidak berselang lama Hendra datang dengan pakaian rapih nya, duduk dan bergabung bersama Ratih dan Sophia. sesekali ia melirik Hendra dengan penuh makna, tingkah laku tak biasa itu ditangkap oleh Ratih. sejak tadi ia selalu memerhatikan suaminya yang seperti punya maksud tertentu pada Sophia.

"nak.setelah ini ikut papa keruang tamu, ada yang ingin papa bicarakan" perintah Hendra, ia kemudian berdiri menuju ruang tamu tersebut.

Ratih hanya bisa terdiam.

"habiskan dulu nak makanannya"

"Sophia dah kenyang" jawabnya acuh.

mendengar itu Ratih hanya bisa mengusap dadanya pelan, anak yang selalu penurut tiba tiba berubah seperti itu.

Di ruang tamu.

"pa" sapa Sophia yang sudah berdiri dihadapan Hendra.

Melihat anak gadisnya berdiri di hadapannya Hendra mulai melihat Sophia dari ujung rambut sampai ujung kaki sambil mengangguk ngangguk

"boleh juga ni anak" ucapnya pelan.

"pah ada apa" Sophia sedikit membentak. mendengar itu Hendra langsung berdiri menarik keras rambut Sophia.

"aw sakit pa" keluh nya sambil memegang tangan papanya yang menarik keras rambutnya itu.

"diam atau aku akan membuat mulutmu itu tak bisa bicara " ancam Hendra.

"pergi sana ganti pakaian yang bagus lalu dandan yang cantik, hari ini kamu akan ikut papa" Hendra melepaskan cengkraman nya dan mendorong Sophia hingga hampir saja terjatuh.

Dengan suara terisak Sophia menuju kamarnya, membanting pintu dengan sangat keras. suara itu terdengar oleh Ratih, segera pergi untuk memastikan Sophia baik baik saja.

"Sophia ada apa nak" panggil Ratih sambil mengetuk pintu kamar.

"Sophia, Sophia " panggilnya lagi. namun dari dalam hanya terdengar suara isak kan tangis, membuat Ratih begitu takut.

Ratih kemudian menuju ruang tamu tempat Hendra dan Sophia berada sebelumnya. entah apa yang diperbuatnya ia yakin ada sesuatu yang membuat Sophia seperti itu.

"sophia kenapa? "walau sedikit takut ia memberanikan diri untuk bertanya.

Namun Hendra tak menghiraukan, ia malah asyik memainkan teleponnya.

"Hendra jawab aku" tanya Ratih lagi.

" diam lah, kali ini aku tidak mau berdebat denganmu dan ini bukan urusanmu" jawab Hendra ketus.

Hendra kemudian berdiri menuju ke kamar Sophia lalu mengetuknya dengan sangat keras.tak ada respon,amarahnya semakin memuncak ketika Hendra akan membuka pintu namun dikunci oleh sophia, anak itu berani mempermainkannya.

"buka gak sophia, kalau gak papa akan dobrak pintunya" Hendra mencoba menendang pintu kamar itu dengan sangat keras.

"ada apa ni, hentikan" teriak Ratih, ia mencoba menghalangi Hendra. namun tenaga nya tak cukup kuat, Ratih terpental dan keningnya mengenai sudut meja lalu berdarah.

"sudah ku bilang jangan halangi aku" Hendra masih tetap berusaha dan akhirnya terbuka.

ia memegang pelan bahunya yang sedikit sakit akibat benturan pintu.

"sophia ayo cepat, kita akan terlambat " matanya mencari cari keberadaan Sophia namun tak dilihatnya.

"sophia jangan menunda lagi, kalau kali ini papa gagal, papa tidak akan mengampuni mu! " ancam Hendra lagi.

"hentikan Hendra apa yang kau lakukan" Ratih berusaha mencegah Hendra agar tidak menemukan Sophia.

"Ratih sudah ku bilang jangan ikut campur, dia anakku. aku berhak melakukan apapun" Hendra mencekik leher istrinya tanpa belas kasihan.

Uang telah membutakan segalanya dan demi uang Hendra rela menjual anaknya agar bisa membayar semua hutang hutangnya.

inilah yang ditakuti oleh Ratih, kepulangan suaminya itu pasti selalu saja membawa petaka dan kali ini sungguh sangat keterlaluan. bahkan Sophia yang masih lima belas tahun itu ia korbankan untuk kesenangannya tanpa memikirkan masa depan anaknya sendiri.

"Sophia keluarlah, jika tidak aku akan membunuh wanita tua ini" ancam Hendra, seketika itu Sophia keluar, walau sedikit kesal dengan perlakuan kakak dan mamanya semalam tetapi Sophia sangat menyayangi mereka berdua.

"lari lah nak" lirih Ratih dengan suara terbata bata dan tak mempunyai kekuatan lagi.

"lepaskan mama... sophia akan ikut papa" Sophia berjalan mendekati Hendra, seluruh badannya bergetar ketakutan.

Mendengar itu Hendra langsung melepaskan tangannya dari leher Ratih.

kemudian ia menarik tangan Sophia dan membawanya pergi.

Ratih berusaha berdiri untuk mengejar keduanya namun tenaganya tak mampu bahkan bersuara saja ia tak bisa. darah terus saja bercucuran hampir membasahi seluruh bajunya. lukanya cukup dalam hingga ia kesulitan melihat.

.

.

"ma, mama, ada apa? jawab aku ma" teriak Elina memenuhi isi ruangan.

"Elina tunggu, hari ini kita akan ada pertemuan. 5 menit lagi Lin"

"gak bisa Lun, aku harus pulang" Elina tak menghiraukan Luna

.

.

.

lanjut yah✌

See you 😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!