"Mas, sarapan nya sudah siap" ucap Fiona menghampiri suaminya yang tengah bersiap untuk pergi ke kantor.
"Hem.. " jawab Pras tanpa menatap istrinya yang sudah sejak pagi menyiapkan sarapan untuk dirinya.
"Malam ini aku tidak pulang" ucap Pras kembali.
Fiona hanya bisa menghela nafas panjang, sudah biasa Pras tidak pulang bahkan kadang sampai dua tiga hari dengan alasan pekerjaan.
Sejak kelahiran Caraka putra nya satu tahun silam Prasetya berubah menjadi pria yang sangat dingin dan sering tidak pulang.
"Ini uang bulanan kamu" pria itu menyodorkan beberapa lembar uang pada Fiona yang langsung diterima oleh wanita itu.
"Kenapa cuma dua juta mas" protes Fiona.
"Kamu ini gak bersyukur baget sih dikasih uang, tinggal duduk manis dirumah saja banyak protes.
" Bukan begitu mas, biasanya kamu ngasih uang bulanan 3 juta kenapa beberapa bulan ini cuma dua juta lima ratus, bahkan sekarang malah cuma dua juta?
"Sebagian mas tabung" ucap nya tanpa menatap ke arah lawan bicara nya.
Dengan perasaan bercampur aduk, Fiona langsung menyimpan uang itu.
Ia tak lagi berani bertanya, padahal gaji suaminya sebagai karyawan tetap di salah satu perusahaan lumayan besar sekitar 7 jutaan.
Namun pria ini sudah beberapa bulan ini menjatah Fiona hanya dua setengah juta.
Setelah menjawab itu, Pras berlalu begitu saja tanpa menyentuh makanan yang sudah di siap kan istrinya sejak pagi.
Pria itu hanya berpamitan pada Soraya ibu kandung nya tanpa berpamitan pada Fiona, Pras langsung berangkat kerja.
Dari dalam kamar terdengar suara tangis bayi, Fiona segera masuk ke kamar dan segera memberikan asi untuk Caraka putra nya yang masih berusia 1 tahun itu.
Baru beberapa menit memberikan Asi untuk menidurkan putra nya, dari luar terdengar teriakan bu Soraya mertuanya terus memanggil manggil.
Kerap kali Fiona makan ati, karena ibu mertua nya yang memiliki sifat tidak baik.
Bahkan terkadang ia suka mengadu yang bukan bukan pada putranya, hingga membuat keduanya sering bertengkar.
Kehidupan Fiona cukup sulit karena ia harus mengurus anak nya yang baru berusia satu tahun serta ibu mertuanya yang mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan yang menimpa nya 6 bulan yang lalu.
"Kamu tuli ya? dasar menantu bodoh. dari tadi di panggil ngapain aja sih? aku mau buang air besar cepat bantu aku!
ucapan merendahkan seperti itu sudah menjadi makanan sehari hari Fiona.
" Maafkan aku bu, tadi Fiona habis tiduri Caraka dulu" ucap Fiona sambil mendorong kursi roda masuk ke dalam kamar mandi.
Dengan setia Fiona membantu mertuanya. Seperti biasa Fiona lah yang akan membersihkan semua nya.
Tapi tetap saja apa yang sudah dilakukan nya tetap di pandang salah dimata ibu mertua dan suami nya.
Setelah selesai, Fiona kembali mendorong kursi roda nya keluar.
"Aku mau makan"! ketus nya.
Dengan segera Fiona langsung menyiapkan makanan untuk Soraya.
Setelah menyiapkan makanan untuk mertuanya Fiona kembali disibukkan dengan rutinitas sebagai ibu rumah tangga.
Sebelum nya Fiona juga seorang karyawan swasta, namun sejak di nyatakan positif hamil di usia pernikahan nya yang menginjak tiga tahun, Fiona memutuskan untuk resign ingi fokus pada kehamilannya yang sudah lama mereka harap kan.
"Fiona.... Fiona...?
Belum sempat wanita itu beristirahat setelah mencuci dan melakukan tugas rumah lain nya, kini wanita tua itu kembali ber teriak teriak memanggilnya.
" Ada apa bu"?
"Aku ingin tidur"
Dengan sekuat tenaga Fiona mengangkat tubuh mertuanya memindahkan nya ke atas kasur.
Begitu lah rutinitas Fiona dari subuh hingga sore. belum lagi malam nya, ia masih harus bergadang jika putra kecil nya rewel di malam hari karena pria itu tidak mau bergantian menjaga Caraka.
Bahkan sejak putra baru beberapa hari di lahirkan Pras memilih untuk tidur di kamar lain, dengan alasan tidak ingin tidur nya terganggu dengan tangis putra nya. dia tidak mau hal itu menganggu kerja nya di siang hari karena mengantuk setelah bergadang.
Meskipun lelah Fiona tetap mengerjakan itu semua dengan iklas.
Singkat cerita, setelah dua hari Prasetya tidak pulang. akhirnya sore ini pria itu pulang dengan wajah penuh lelah dan wajah mengantuk.
Pria itu segera masuk kamar langsung merebahkan tubuh nya di atas kasur.
Baru saja ia ingin memejamkan mata, tangisan Caraka begitu keras mengema di seluruh ruangan itu.
"Fiona.... "? panggil Pras dengan nada tinggi.
Fiona yang mendengar nya pun tak bisa apa apa, karena ia sedang membantu memindahkan dari kursi roda ke tempat tidur nya.
Setelah itu dengan setengah berlari Fiona keluar dari kamar mertuanya.
" Ngapain aja sih kamu? anak nangis dari tadi juga, gangguin orang mau tidur aja"!
Tak mau membantah Fiona langsung mengendong putra nya segera memberikan nya asi agar tidak rewel lagi.
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, gelap nya malam adalah waktu yang paling di sukai Fiona karena ia bisa mengistirahatkan tubuh nya yang lelah. meski terkadang ia masih harus terbangun saat putra nya menangis.
Seperti malam malam biasa nya, Fiona akan tidur berdua dengan Caraka. sementara Prasetya tidur di kamar sebelah nya.
Dalam hati Fiona, ia sangat merindukan suaminya yang hangat yang selalu menemani tidur nya dan mencumbu nya setiap malam.
Tapi semenjak melahirkan Caraka, jarang sekali Prasetya tidur bersama nya bahkan sudah tidak pernah minta jatah nya.
Tidak seperti sebelumnya yang hampir tiap malam pria itu minta jatah sebelum tidur.
Kehidupan rumah tangga dan ranjang nya terasa hambar selama satu tahun ini, namun Fiona tidak berani mengungkapkan keluh kesah nya pada suaminya.
Semuanya ia pendam sendiri, rasa sakit dan lelah nya tanpa bercerita pada siapa pun.
Fiona seorang yatim piatu, ia sebenarnya memili kakak laki-laki namun sejak menikah kakak nya memutuskan untuk tingal di kota istrinya.
Di kota ini Fiona tidak memiliki saudara ia tidak memiliki saudara untuk berkeluh kesah, sementara suaminya sendiri yang seharusnya menjadi penguat dan teman untuk berkeluh kesah pria itu hanya sibuk dengan dirinya sendiri.
Sungguh berat kehidupan Fiona selama satu tahun ini.
"Mas,, hari ini genap satu tahun usia Caraka" ucap Fiona.
"Kenapa emang nya"?
"Giman kalau kita ajak Caraka ke mall terus pulang nya kita beli kue ultah untuk nya"
Pras mengernyit kan dahi nya, entah kenapa pria ini tidak suka mendengar ajakan istrinya.
"Kamu pergi saja sendiri, aku malu kalau harus pergi sama kamu"
" Ke-kenapa malu?
" Fiona,, Fiona,, kamu itu harusnya sadar diri, lihat diri kamu yang gendut dan kumal itu. aku malu kalau pergi sama kamu"
Deg
Hati Fiona bagai tersayat belati, ucapan suaminya barusan sunguh menyakitkan hati.
"Kenapa kamu menyalahkan penampilan ku mas? aku begini juga karena aku sibuk ngurusin anak kamu dan ibu mu"
"Oooh... jadi kamu tidak iklas ngurusin ibu aku"?
Fiona hanya diam, namun air mata nya sudah membanjiri pipi nya.
Tanpa rasa bersalah Pria itu beranjak pergi tampa melihat istrinya.
Sejak melahirkan Caraka, Fiona tidak pernah kemana-mana, di tambah lagi mertuanya mengalami kelumpuhan. wanita itu hanya disibukkan dengan urusan rumah, anak dan mertuanya.
Ada rasa rindu masa masa indah bersama suaminya waktu ia masih sama sama berkerja.
Prasetya yang dulu sangat mencintainya, Pras yang selalu menjadi tempat berkeluh kesah, dan tempat bermanja.
Entah kemana Prasetya yang dulu, karena Prasetya yang sekarang sungguh sangat jauh berbeda.
"Mas.. tolong gendong Caraka dulu aku sudah gak tahan pengen ke kamar mandi" ujar Fiona.
"Aku gak bisa lagi sibuk" tolak pria itu yang tengah sibuk dengan ponsel nya.
"Sebentar saja mas, aku sudah gak tahan" mohon Fiona.
"Kamu tidak lihat aku sedang sibuk? taruh saja di bok bayi"
Dengan rasa sedih wanita itu langsung meletakkan anak nya di box bayi, dan segera masuk ke kamar mandi.
Baru beberapa detik, anak itu sudah menangis.
Fiona segera menuntaskan hajat nya, setelah itu langsung menghampiri anak nya.
Sekilas Fiona melirik ke arah suaminya yang masih setia duduk di ruang tengah dengan asik memainkan ponsel nya tanpa perduli dengan tangisan putra nya yang sangat keras.
Hati Fiona kembali teriris melihat sikap suaminya, pria yang dulu begitu menginginkannya dirinya untuk segera hamil setelah dua tahun menika. Tapi kini begitu Caraka lahir pria itu justru berubah 180 derajat.
Sebenarnya Fiona bisa saja kembali bekerja, tapi wanita itu tidak ingin melewatkan tumbuh kembang putra satu satunya itu.
"Fiona... Fiona...? teriak Soraya dari dalam kamar.
" Dasar menantu bodoh, kamu sengaja ya ingin membuat ku mati karena kelaparan "?
Umpatan seperti itu sudah biasa Fiona dengar, wanita itu hanya bisa mengelus dada nya.
Sebenarnya Soraya hanya lumpuh di kaki nya saja, hanya saja wanita itu ingin selalu dimanja semua nya ingin selalu di layani.
" Sebentar Bu, Fiona ambilkan makanan nya dulu"
Fiona segera masuk ke dapur untuk mengambilkan makan nan ibu mertua nya.
"Bu ini dimakan dulu, setelah makan jangan lupa minum obat nya kalau mau tidur" ujar Fiona sambil menyiapkan obat untuk bu Soraya.
"Hemm.. " jawab nya tanpa membuka mulut.
Pukul 9 malam Fiona duduk di meja rias nya, meja rias namun tidak ada make up apa pun disana.
Krek....
Pintu terbuka, menampilkan seorang pria masuk ke dalam kamar itu. entah kapan terakhir kali pria itu masuk ke kamar utama dimalam hari.
Pria itu menatap istrinya yang tengah duduk di depan meja rias.
"Coba kamu ngaca dan lihat bagaimana penampilan kamu sekarang. kumel sudah seperti babu saja" ucap Pras tanpa memikirkan perasaan istrinya.
Fiona melihat ke arah pantulan dirinya, ia memang terlihat seperti babu dengan mengenakan daster sobek badan gemuk dan wajah kusam terdapat beberapa jerawat disana.
"Berapa berat badan kamu" tanya pria itu lagi lagi tanpa memikirkan perasaan Fiona.
"Tujuh puluh dua mas"
"Ya jelas gemuk lah, kerjaan mu cuma makan tidur mulu dirumah"
"Mas, aku gemuk kan karena efek alat kontrasepsi yang sedang aku pakai, dan aku seperti ini juga karena aku sudah seperti babu di rumah ini. kenapa kamu menyalahkan aku"!
" Halah alesan"! ucap Prasetya.
" Kamu juga sekarang sering menyakiti perasaan ku dengan menghina fisik ku"
Pras tidak perduli dengan ucapan istrinya, pria itu kembali keluar dari kamar itu.
Ya pria itu keluar dan kembali ke kamar nya, seperti biasa tidak ada lagi malam hangat sehangat malam pengantin.
Semakin hari Fiona dan Prasetya sudah seperti orang asing yang tingal satu atap,
Meski mereka terikat dalam ikatan pernikahan.
Hari telah berganti, seperti biasa akhir pekan pun Pras tidak pernah mengajak Istri dan anak nya jalan jalan.
Biasanya di akhir pekan pun Pras akan pergi, entah kemana pria itu pergi tanpa mengajak anak dan istrinya.
Namun kali ini pria itu masih santai berada di rumah.
"Fiona,,, bikin kan aku kopi" teriak nya.
"Iya mas" jawab Fiona dari arah dapur.
Setelah selesai membuat kopi, Fiona segera mengantarkan pada suaminya di ruang tengah.
Sesampainya diruangan Fiona tidak mendapati Pras disana, namun ponsel nya yang di tinggal di meja terus berdering.
Fiona melirik ke arah ponsel yang terus saja berdering, dilihat nya nama pemanggil itu bernama Mende sayang dengan foto seorang wanita cantik.
Seketika hati Fiona bagai tersayat sayat, terasa begitu sakit di dalam hati nya.
Panggilan telepon itu pun berhenti, namun tak berapa lama terdengar bunyi notifikasi masuk. Sebenarnya Fiona tidak ingin melihat nya, namun rasa penasaran nya kian membuncah.
Fiona mengambil ponsel itu lalu membaca isi pesan dari seseorang yang do kasih nama Mende sayang itu.
"Mas, kesini dong. aku kita main lagi ya, kemarin malam aku belum puas" bunyi pesan itu.
Seketika membuat tulang tulang Fiona menjadi lemah, hampir saja tubuh nya terhuyung jatuh karena tidak kuat menahan rasa sedih nya.
Ia tidak menyangka jika suaminya miliki mainan baru di luar sana sampai sejauh itu.
"Apa karena ini kamu jadi tidak pernah minta jatah sama aku mas" batin Fiona air mata nya sudah tak bisa ia tahan lagi.
Wanita itu dengan langkah berat masuk ke dalam kamar nya, ia menumpahkan kesedihan nya di samping putra nya yang tengah tertidur.
Hanya membaca isi pesan nya saja hati wanita itu sudah seperti tersayat sayat sembilu, perasaan nya bercampur aduk.
Fiona hanya bisa menangis saat ini, ia mengela nafas panjang berusaha menenangkan hati nya yang begitu sakit.
Fiona menatap Caraka putra nya yang terlelap di samping nya dengan senyuman indah nya, adalah satu satu nya penyemangat dirinya saat ini.
Pagi yang cerah menyapa, cahaya matahari yang lembut masuk menembus jendela dapur dan memberikan kehangatan pada ruangan itu.
Fiona sudah sibuk sejak subuh menyiapkan sarapan untuk keluarga nya, seolah apa yang membuat nya menangis malam itu sudah terlupakan.
Wajan berisi tumis sayur mengeluarkan aroma harum yang mengundang selera.
Sementara itu di lantai, putra kecil nya Caraka duduk manis di atas baby walker, mata nya yang bulat mengamati setiap gerak gerik ibu nya dengan penuh rasa ingin tau.
Fiona tersenyum melihat tingkah lucu Caraka yang mengemaskan.
Sambil terus mengaduk sayur ia sesekali membungkuk mengambil mobil mainan nya yang terjatuh dari tangan putra nya.
"Raka, ini mainan nya sayang" ucap Fiona lembut sambil menyerahkan mobil itu kembali ke tangan mungil Caraka.
"Jangan di buang buang lagi ya, nanti mobil nya capek" ujar nya sambil tersenyum.
Setelah beberapa saat Fiona selesai memasak, dan mulai menata hidangan di atas meja, tak lupa ia juga menyiapkan makanan untuk ibu mertua nya.
Prasetya keluar dari kamar nya dengan pakaian sudah rapi dengan baju ala kantoran.
Pria itu berjalan menuju meja makan.
Pras duduk di kursi meja makan dan Fiona segera menyiapkan makan untuk suaminya itu.
"Ini mas sarapan nya" ujar Fiona.
Tanpak prasetya yang makan dengan sangat sedikit.
"Mas, kenapa gak di habis kan"? tegur Fiona.
" Coba lihat dirimu itu? bagaimana suami mu ini akan berselera makan kalau penampilan istrinya saja seperti ini" ucap nya tanpa memikirkan perasaan istrinya sama sekali.
"Kalau begitu, beri aku uang lebih. aku akan melakukan perawatan dan membeli baju yang bagus. aku masih ingat kapan terakhir mas membelikan baju untuk ku, sebelum Caraka lahir dan sejak aku melahirkan mas tidak pernah memberikan baju untuk ku lagi"
Pras tak bergemang, pria itu malah sibuk dengan ponsel nya sendiri.
"Jadi salah ku dimana mas"? ucap Fiona kembali.
Pria itu tak bergeming, ia justru beranjak dari tempat duduk nya.
Pras menyadari jika semenjak kehadiran putra nya ia memang sering mengabaikan Fiona, bahkan untuk uang bulanan juga ia potong.
Tapi entah lah, ego nya terlalu besar.
"Mau kemana mas? bukankah ini masih terlalu pagi untuk berangkat"? tanya Fiona dengan nada bergetar.
" Sudah lah Fiona, pagi pagi gak usah ngajak ribut" ujar nya.
Pria itu mengambil tas kerja nya kemudian pergi begitu saja.
Fiona duduk di meja makan itu, ia kembali mengingat pesan di ponsel suaminya dari seorang wanita.
"Ya Allah,, apa mungkin selama ini mas Pras sudah menghianati ku? apa wanita itu yang membuat nya berubah"? batin nya mulai berkecamuk.
" Fiona..... Fiona.... "
Teriak Soraya dari dalam kamar nya, membuat Fiona tersadar dari lamunannya.
Ia segera menghampiri ibu mertua nya itu, karena kalau tidak langsung dihampiri, seperti biasa wanita tua itu akan ngomel-ngomel.
"Ada apa bu"?
" Ini kenapa cuma makanan aja, mana buah nya" ujar Soraya dengan nada tinggi.
"Maaf Bu, stok buah nya habis. rencana nya Fiona mau beli setelah ini"
"Kenapa gak bilang sih? ya sudah sana beli" ketus nya.
Fiona meninggalkan wanita tua itu, ia memutuskan untuk pergi mandi, merias diri dengan ala kadarnya.
lalu kembali ke kamar ibu Soraya untuk ijin keluar bersama Caraka, tapi sebelum pergi Fiona sudah menyiapkan air minum dan beberapa cemilan untuk ibu mertua nya setelah itu barulah ia pergi.
Sebelum membeli buah Fiona memutuskan untuk mengajak Caraka main di taman sebentar.
Mereka berdua sangat menikmati udara yang sangat segar di taman itu.
Setelah puas fiona kembali mengendog putra nya, wanita itu beranjak meninggalkan taman dan berjalan ke Minimarket yang ada di sebrang jalan.
Sambil mengendog anak nya Fiona menyebrangi jalan yang tampak sepi hanya ada beberapa kendaraan yang lewat.
Setelah berhasil menyebrang Fiona segera menuju Ke minimarket.
Betapa hancur nya hati wanita itu saat hendak masuk ke minimarket ia melihat sang suami yang baru saja keluar dari Cafe sebelah minimarket itu bernama dengan seorang wanita, menggandeng nya dengan lembut menuju mobil dan membukakan pintu mobil untuk wanita itu.
Pria itu sedikit terkejut setelah menutup pintu mobil dia melihat istri dan anak nya tengah berdiri menatapnya dengan pandangan kecewa.
Pria itu gugup dia telah tertangkap basah oleh istrinya.
Fiona segera masuk ke supermarket, mengambil buah dan langsung membayarnya.
Setelah membayar Fiona langsung pulang dengan mengendari motor nya.
Malam ini Pras terbaring di sisi Mende, namun pikiran nya terus melayang pada Fiona.
Ia tidak tau bagaimana ia harus menjelaskan itu pada istrinya.
"Mende, aku harus pulang malam ini" ucap Pras.
Mende langsung membalikkan badanya menatap ke arah prasetya.
"Kenapa mas tiba-tiba pengen pulang, biasa nya mas paling betah tinggal disini"? tanya mende.
" Apa mas sekarang sudah bosan dengan mende"? tanya nya lagi.
Pras menunduk merasakan sesuatu yang sulit untuk diartikan.
"Bagaimana aku harus menjelaskan nya nanti, apa lagi kalau malam ini aku gak pulang lagi" gumam Pras dalam hati.
Mende menghela nafas panjang, lalu menatap Pras dengan tatapan tajam yang membuat pria itu merasa tak nyaman.
"Jadi mas lebih memilih istri mas itu? yang kata kamu jelek gendut dan jerawatan itu"??
Prasetya tergugup tak tau harus jawab apa, sebelum Pras sempat berkata apapun Mende melanjutkan ucapan nya dengan nada yang lebih tinggi.
" Kalau mas tetap memaksa pulang, aku akan bilang semuanya pada istri mas itu, aku akan kasih tau tentang hubungan kita selama ini. biar istri mas tau dan segera meminta cerai dari mas" ancam Mende.
Wajah Pras berubah pucat mendengar ancaman Mende.
"Jangan lakukan itu Mende"!
" Kenapa mas,,, kamu selalu bilang kalau istri kamu gendut, jelek dan ingin segera kamu cerai kan. tapi mana, sudah satu tahun kita bersama kamu tak juga menceraikan dia mas"!
"Sabar Mende, waktu itu mas gak bisa ceraikan dia karena anak ku masih kecil" jawab Pras beralasan.
Mende mendengus.
"Kalau begitu mas harus tetap disini, jangan tinggalkan aku sendirian"
Mende meraih tangan Pras dengan lembut, namun penuh penuntutan.
Pras menunduk pasrah, hati nya bergejolak.
Ia tak punya pilihan lain selain mengalah.
"Baiklah aku akan tetap disini" ujar nya pelan, meski hatinya menjerit ingin segera pulang.
Mende tersenyum puas lalu mengangguk.
"Terima kasih mas"!
Malam itu, Prasetya terbaring di sisi Mende. tapi pikiran nya terus melayang pada Fiona.
Pras merasa jika istrinya itu sudah tidak menarik lagi, tapi di dalam hati nya ia tak rela jika harus menceraikan nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!