Kimberly duduk di dalam sebuah ruang tunggu pengantin di sebuah hotel mewah. Perempuan cantik dalam balutan gaun pengantin berwarna putih itu berdiri dengan tenang menunggu waktunya dipanggil untuk memasuki altar jamuan pernikahan.
Setelah beberapa saat, akhirnya seorang pelayan datang menemui, "sudah waktunya untuk pergi," ucap pelayan tersebut membuat Kimberly mengangguk tersenyum.
Wajahnya berseri-seri memunculkan dua lesung pipih Yang terukir indah di wajahnya.
Rambut yang disanggul ke atas menonjolkan lehernya yang panjang dan mengekspos kulitnya yang terlihat sehat.
Riasan yang sederhana tidak menutupi kecantikan alami Kimberly.
Perempuan itu bersama seorang pelayan yang menuntunnya pun berjalan ke ruang pernikahan, namun dia mengerutkan keningnya ketika mereka tidak lewat dari pintu masuk utama, melainkan dari pintu samping.
"Kenapa kita lewat sini?" Tanya Kimberly memperhatikan sekitarnya. Dia sangat ingat lorong tempat ia melangkah sekarang, karena sebelum pernikahannya diadakan, dia telah datang melakukan survei lokasi dan tempat melewati tempat itu.
Lorong ini, bukanlah jalan seharusnya dia berada!
Pelayan perempuan yang ada di sana sedikit merasa prihatin pada gadis yang sedang ia tuntun ini, "kami telah membuat jalan yang baru, ini jalan pintas untuk pergi ke altarnya," ucap sang pelayan tidak menimbulkan kecurigaan apapun dari Kimberly.
Dia hanya melangkah mengikuti instruksi sang pelayan sampai akhirnya pintu samping pun terbuka dan Kimberly terkejut saat mendapati semua orang di dalam Aula sedang berdiri, menatap ke atas panggung di mana di atas panggung seorang perempuan berpakaian gaun pengantin dan seorang lelaki dengan jas berwarna hitam dan bunga diletakkan di dada kirinya melakukan prosesi pernikahan.
Mata Kimberly langsung membulat sempurna.
Pria yang ada di atas altar itu adalah calon suaminya yang telah berpacaran dengannya selama 2 tahun, sementara yang menggunakan gaun pengantin itu adalah adiknya sendiri!
Memang bukan adik kandung, dia hanya adik angkat, tapi bagaimana bisa...
Apa yang telah terjadi?
Kenapa adik angkatnya menggantikannya di atas altar?
Seketika wajah Kimberly menjadi pucat, tangannya yang lemas gemetar menjatuhkan buket bunga yang ia pegang menarik perhatian beberapa orang yang paling dekat dengannya.
Orang-orang itu berbalik menatap Kimberly dan mereka semua terkejut melihat Kimberly yang menggunakan gaun pengantin berdiri di hadapan mereka dengan wajah yang pucat.
Kenapa ada dua pengantin?
Apa yang terjadi?
Belum sempat pertanyaan-pertanyaan dalam benak orang-orang di sana terjawab, Kimberly sudah mengangkat gaunnya dan berlari ke arah panggung dengan air mata menetes di pipinya.
Dua orang itu telah selesai mengucapkan janji pernikahan mereka, bahkan telah selesai menandatangani surat perjanjian pernikahan, jadi keduanya telah resmi menjadi sepasang suami.
Lalu bagaimana dengan nasibnya?
Klotak klotak klotak...
Orang-orang bertepuk tangan menyambut sepasang suami istri yang baru saja menikah.
Suami istri itu tersenyum ke hadapan orang-orang, namun tepuk tangan itu, dan senyum itu juga mengiringi langkah kaki Kimberly yang berlari menuju altar.
Suara sepatu hak tinggi Kimberly tenggelam dalam suara riuh tepuk tangan itu.
Orang-orang yang telah melihat Kimberly berlari ke depan pun langsung menghentikan tepuk tangan mereka.
Kenapa ada dua pengantin?
"Hentikan!!!" Teriak Kimberly ketika dia telah menaiki tangga menuju altar membuat semua orang menghentikan tepuk tangan mereka dan fokus semua orang terpaku ke altar pernikahan.
Dua orang pengantin wanita dan seorang pengantin pria.
Apa yang terjadi?
"Kakak," wajah Berlian tampak sangat terkejut saat melihat kedatangan kakaknya.
Kimberly menghentikan langkahnya dengan dada naik turun, menatap calon suaminya dan adik angkatnya yang telah menggunakan cincin pernikahan mereka.
"Kenapa,,," tenggorokan Kimberly tercekat, air mata meluncur deras di pipinya sampai ke Dagu, merusak wajah cantiknya yang telah dibalut dengan make up.
Ini adalah hari pernikahannya, dia bekerja keras bersama kekasihnya, Ramon, mempersiapkan acara hari ini, namun Kenapa di hari bahagia ini pengantinnya malah diganti?
Dan Kenapa ekspresi Ramon tampak hanya mengandung rasa bersalah saja?
Kenapa Ramon sama sekali tidak mengatakan apapun?
"Apa yang kalian lakukan?!!" Teriak Kimberly setelah beberapa saat menahan diri.
Mendengar teriakan kakaknya, maka Berlian langsung mundur ke belakang Ramon, berlindung di belakang suaminya sambil mencengkram erat jas suaminya.
Melihat kelakuan adiknya, Kimberly beralih menatap Ramon, "apa yang,,, kenapa dia,, kalian,," air mata Kimberly terus meluncur di pipinya,, kekasihnya selama 2 tahun Kenapa melindungi perempuan lain?
Kenapa menikahi perempuan lain?!
Bahkan itu adalah adiknya sendiri!
Bahkan dalam mempersiapkan pernikahan ini, Berlian ikut membantu mempersiapkan semuanya, seolah-olah perempuan itulah yang akan menikah, dan,,, kenapa,,,
"Maaf," satu kata keluar dari mulut Ramon membuat dunia Kimberly langsung runtuh seketika.
"Apa yang kau bilang?! Kenapa,, kenapa meminta maaf?!" Kimberly mengulurkan kedua tangannya ke arah dada Ramon dan memukul dada Ramon dengan tangan yang lemah.
"Kenapa,, Kenapa kau minta maaf?" Tanya Kimberly dengan wajah frustasi menatap Ramon.
Dia tidak terima,, dia tidak bisa menerima kata maaf yang keluar dari mulut Ramon!
Hari ini adalah hari pernikahan mereka, hari bahagia mereka!
Tapi kenapa?
Kenapa hari ini malah berubah menjadi hari yang sangat buruk untuknya?
"Kami sudah menikah, tidak bisa dibatalkan lagi," ucap Ramon membuat seluruh tubuh Kimberly melemas, perempuan itu terjatuh ke lantai dengan pandangan yang kosong.
Telah menikah?
"Kenapa?" Kimberly memaksakan dirinya untuk berbicara, meski dia tidak sanggup lagi mengangkat kepalanya menatap Ramon, "kenapa kalian,,," air mata Kimberly terus berderai di pipinya, seolah-olah mata air yang tidak ada habisnya mengeluarkan air.
"Kakak,," Berlian menggigit bibir bawanya dan kemudian melangkah keluar dari belakang suaminya.
Dia pun berlutut di depan kakaknya, "Maafkan Aku, aku sudah salah. Akulah yang merayu Kak Ramon sampai akhirnya aku hamil 1 bulan dan,, dan,,, terpaksa hari ini kami,,,"
Kimberly yang sedang meramas gaun pengantinnya pun melototkan matanya, ia mengangkat kepalanya menatap perempuan di hadapannya.
Jadi inilah,,, inilah alasan adiknya yang selama ini tidak pernah mau membantunya melakukan apapun tiba-tiba bersemangat membantunya mempersiapkan hari pernikahannya.
Perempuan itu bukan melakukannya untuk membantunya, namun untuk mempersiapkan pernikahannya sendiri!
Kimberly mengalihkan pandangannya menatap kedua orang tuanya yang berdiri memandang Mereka, tampak raut wajah mereka mengandung rasa bersalah membuat Kimberly segera memahami di situasi di tempat itu.
Semua orang sedang menipunya!
Semuanya melakukannya hanya untuk membela seorang perempuan yang telah merebut kekasih kakaknya.
Kimberly pun memindahkan tatapannya menatap ke arah Ramon yang masih berdiri, tampak kening pria itu mengerut sebelum akhirnya Ramon ikut berlutut di hadapan Kimberly, tepat di samping Berlian.
Situasi ini membuat Kimberly tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Dari awal, dia lah yang menjadi pihak ketiga di sini!
Tapi haruskah semua orang memperlakukannya seperti ini?
Kimberly benar-benar tidak tahan, amarahnya seketika meledak dan langsung mengulurkan tangannya menjambak rambut kedua pengantin baru di hadapannya.
"Akhhh!!!" Berlian juga sangat terkejut, dia langsung menjerit kesakitan.
"Dasar kalian berdua penghianat! Kenapa melakukan ini padaku?! Dasar badjingan, jallang sialan!!!" Kata-kata kasar seketika keluar dari mulut Kimberly menyumpahi kedua orang di hadapan.
Ramon yang melihat istrinya tampak kesakitan pun dengan cepat berdiri melindungi istrinya, dan memasang badan dipukuli oleh Kimberly.
Kimberly yang mengamuk pun menghentikan aksinya, dia perlahan-lahan berdiri memandangi sang pria yang telah melindungi wanita lain.
Padahal masih beberapa waktu yang lalu pria itu terus melindunginya dan memperlakukannya dengan baik, namun sekarang situasi telah berbalik.
Dengan penuh frustasi, Kimberly berdiri menahan rasa sesak di dadanya, melihat semua orang yang tampak terdiam menatap ke arah mereka.
"Hah,, hah,,," pandangan Kimberly menjadi kabur gara-gara air mata yang terus mengumpul di kelopak matanya, sesaat kemudian dia benar-benar kacau dan pandangannya mulai lemburan lalu menggelap.
Buk!
Kimberly jatuh pingsan.
@@@.... Halo semuanya,, tekan tombol subscribe jika kamu penasaran kelanjutannya ya...💕💕
Setelah pingsan selama 40 menit, akhirnya Kimberly terbangun, dia kini berada di dalam sebuah ruangan yang mana tak ada seorangpun yang menemaninya.
Air mata meluncur deras di pipi Kimberly, perempuan itu merasakan seluruh tubuhnya gemetar saat dia kembali mengingat apa yang telah terjadi sebelum dia jatuh pingsan.
Berusaha menenangkan diri, Kimberly meraih ponselnya yang terletak di dalam tas kecil di samping tempat tidur.
Baru saja membuka ponselnya, ia melihat beragam notifikasi masuk ke ponselnya, itu pesan-pesan yang berasal dari teman-temannya, mereka semua kebingungan tentang undangan pernikahan yang ia berikan pada teman-temannya itu malah berubah menjadi undangan pernikahan untuk adiknya.
Kimberly menghela nafas dengan panjang, perempuan itu pun berdiri dan keluar dari kamarnya, ia berjalan dengan linglung meninggalkan kamar.
Dia tahu bahwa saat ini sudah terlambat untuk pergi lagi ke tempat acara itu, jika pergi, dia hanya akan mendapat sakit hati hingga Kimberly hanya terus berjalan dengan pikiran kosong sampai tiba-tiba saja ia menabrak sebuah dada.
Bruk!
Kimberly yang tak menyangka akan menabrak sesuatu pun akhirnya berdiri kembali, lalu dia lanjut melangkah seperti tidak terjadi apa-apa.
"Bukankah kau menikah hari ini?" Tiba-tiba suara dari belakang membuat Kimberly menghentikan langkahnya.
Dia seperti pernah mendengar suara itu.
Kimberly pun berbalik, dan terkejut mendapati seorang pria tinggi tampan yang berdiri di hadapannya.
Tampak pria itu juga mengenakan sebuah jas pengantin dengan hiasan bunga kecil di sebelah kiri dadanya.
"Tuan," Kimberly terkejut melihat atasannya di sana.
Karena pria itu merupakan CEO di World Coperation tempat Kimberly bekerja, maka Kimberly jelas beberapa kali telah bertemu dengannya.
Dia bahkan mendapatkan hadiah pernikahan dari pria itu yang dibelikannya tepat tiga hari sebelum hari pernikahannya.
"Apa kata pengantin pria mu kabur sehingga kau jadi seperti itu?" Tanya sang pria memandangi perempuan cantik di hadapannya yang mana bedaknya telah luntur, namun bedak yang luntur itu tak mampu menyembunyikan kecantikannya.
Kimberly membuang muka, air mata kembali menggenang di pipinya sehingga dia dengan panik menyeka air matanya untuk menyembunyikan kerapuhannya di hadapan atasannya.
"Anda sudah salah paham, tolong anggap kita tidak pernah bertemu," kata Kimberly sebelum berbalik untuk meninggalkan pria yang ada di hadapannya.
Namun Baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba sebuah lengan terulur dari belakang dan langsung menarik tubuhnya ke belakang hingga punggung Kimberly langsung menabrak sebuah dada bidang dan aroma parfum yang maskulin merasuk hidungnya.
"Kau ditinggalkan pengantin priamu dan aku ditinggalkan dengan mengganti wanitaku. Bagaimana kalau kita menikah saja?" Suara dari belakang membuat jantung Kimberly seketika berdegub kencang.
Kimberly terdiam selama beberapa saat, dan ketika perempuan itu hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba pria dari belakangnya kembali lagi berkata, "aku akan memperlakukanmu dengan baik dan menjagamu seumur hidup, dan kau bisa memanfaatkanku untuk membalas dendam pada pria yang telah mempermalukanmu itu."
Sungguh tawaran yang luar biasa!
Kimberly yang memiliki jiwa pebisnis pun bisa mengetahui bahwa tawaran tersebut tidak akan pernah ditolak oleh seorang perempuan yang baru saja patah Hati.
Namun karena berpikir dengan logis, Kimberly akhirnya berkata, "aku akan memikirkannya--"
"Kau punya 5 menit untuk memikirkannya, temui aku di ruangan nomor 3017," ucap pria di belakang Kimberly sebelum lengan yang melingkar di dada atas Kimberly tertarik dan terdengar suara langkah kaki yang menjauh dari Kimberly.
Kimberly terdiam, terpaku beberapa saat sebelum mengerjapkan matanya dan akhirnya kembali ke akal sehatnya.
Perempuan itu mengeluarkan ponselnya, masih berusaha untuk berpikir dan mendapatkan ketenangannya demi mengambil keputusan yang tepat.
Namun begitu membuka ponselnya, ia langsung melihat serangkaian foto-foto pernikahan Ramon dan Berlian yang langsung dikirim Berlian padanya.
Tak hanya foto-foto pernikahan yang begitu mesra, di sana juga ada sebuah pesan teks yang berisi, "pernikahannya luar biasa, Terima kasih Kakakku sayang. Aku janji akan menjaga pernikahan yang sudah kau siapkan untukku ini seumur hidupku. Aku tidak akan mengecewakanmu!"
Dada Kimberly seketika menjadi sesak membaca isi pesan tersebut. Benar, dialah yang telah menyiapkan pernikahan yang luar biasa itu untuk adiknya dengan pria yang seharusnya menjadi suaminya.
Mata Kimberly memerah, menahan emosinya sebelum akhirnya dia berbalik dan melangkah ke kamar 3017.
Brak!
Kimberly membuka pintu dengan keras, namun tak menduga ketika pintunya terbuka, di sana ada beberapa orang yang telah menunggu, dan ruangan berukuran 5 * 7m itu di desain dengan sangat sederhana untuk sebuah tempat pernikahan.
Begitu pintu terbuka, seorang perempuan yang bertugas sebagai pembawa acara dengan cepat berkata, "kita sambut pengantin perempuan kita."
Prok prok prok...
Orang-orang bertepuk tangan, membuat Kimberly kebingungan, ini benar-benar di luar ekspektasinya tentang pernikahan milik pewaris World Cooperation.
Apa yang terjadi?
Ketika Kimberly masih berada dalam rasa bingungnya, atasan Kimberly yang bernama Steven berjalan menghampiri Kimberly dan langsung berlutut di hadapan Kimberly sambil mengangkat buket Bunga mawar putih.
Kimberly terdiam sesaat menatap buket bunga tersebut sebelum mengambilnya dan akhirnya melangkah bersama Steven ke altar pernikahan yang cukup kecil namun terlihat hangat.
Begitu mereka tiba di altar, maka seorang pemuka agama langsung melanjutkan proses pernikahan tersebut dan 10 menit kemudian mereka berdua resmi menjadi sepasang suami istri.
Prok prok prok...
Orang-orang bertepuk tangan setelah melihat sepasang suami istri yang baru itu telah bertukar cincin, dan kemudian ditutup dengan Steven yang mendaratkan sebuah ciuman di bibir Kimberly.
Sepanjang acara itu, Kimberly terus terbengong, sampai ketika ciuman pertamanya dicuri oleh atas hanya sendiri, barulah Kimberly tersadar.
Namun saat itu, Steven sudah memegang kedua bahunya dan membalikkan badannya menghadap semua orang.
"Tersenyumlah," ucap Steven dengan suara yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua membuat Kimberly akhirnya memaksakan sebuah senyuman di wajahnya yang langsung menampakan lesung pipinya.
Prok prok prok...
Orang-orang bertepuk tangan bersamaan dengan cahaya kamera yang langsung terarah pada sepasang suami istri baru itu.
"Selamat," seorang pria paruh baya yang duduk di kursi roda langsung didorong oleh asistennya menghampiri cucu dan cucu menantunya.
Kimberly jelas mengetahui identitas pria tua itu, dia adalah kakek Steven yang tela pensiun beberapa tahun sejak jatuh sakit dan terus dirawat di rumah sakit.
Bahkan di tempat itu juga ada beberapa orang yang menggunakan pakaian dokter, tampaknya disiapkan untuk pria tua itu.
Kimberly berusaha bersikap selayaknya bagian dari keluarga tersebut dan menyapa seluruh anggota keluarga sebelum akhirnya mereka makan malam bersama.
"Jadi sejak kapan kalian mulai bersama? Aku pikir pengantin perempuannya hari ini adalah,,, ah,, Aku seharusnya tidak mengatakannya di saat-saat seperti ini. Ayo semuanya lanjutkan makannya," seorang pria yang merupakan ayah Steven berbicara suara yang hangat.
Tampaknya semua orang sedang bersukacita menyambut pernikahan tersebut.
"Aku tidak menyangka ternyata perempuan yang dipilih oleh Steven untuk menjadi istrinya adalah salah satu wakil direktur Kita. Kimberly, bukankah kau terlalu jahat merahasiakan ini dari kami semua?" Seorang perempuan yang merupakan adik Steven berbicara dengan sedikit rasa kesalnya karena sebelumnya dia telah memiliki beberapa proyek yang dikerjakan bersama dengan Kimberly, namun tak mengetahui bahwa ternyata Kimberly memiliki hubungan khusus dengan kakaknya.
Kimberly tersenyum canggung sambil melirik Steven, dia tidak tahu harus berkata apa, tetapi untungnya Steven yang penuh perhatian lalu berkata, "kami ingin memberikan kejutan untuk semua orang. Aku harap kita menjaga kesepakatan kita dari awal bahwa pernikahan ini akan dirahasiakan sampai kami sendiri yang memutuskannya untuk mengumumkannya."
"Tentu saja kami akan menjaganya!"
"Iya benar, kami akan menghormati keputusan kalian berdua."
"Kami sudah memaksa kalian untuk menikah sesegera mungkin, Jadi tidak mungkin kami memaksakan sesuatu yang lain lagi."
Orang-orang mulai berbicara sambil melirik ke arah pria tua yang duduk di kursi roda, tampak sedang memejamkan mata dan lelap dalam tidurnya.
Kimberly pun ikut menatap pria tua itu, dan bisa menyadari apa yang terjadi di meja makan itu, sepertinya pernikahan yang begitu mendadak ini diadakan untuk menyenangkan hati pria tua itu.
Kalau begitu, ini adalah hubungan yang saling menguntungkan.
Setelah pernikahan itu, semua orang pun berpisah, dan Kimberly langsung dibawa oleh suami barunya menuju sebuah kamar pengantin yang sebelumnya telah disiapkan.
Begitu masuk ke dalam kamar, Kimberly menghentikan langkahnya melihat kamar yang begitu luas tersebut dengan dekorasi khas kamar pengantin yang bertaburan bunga mawar.
Steven yang melihat Kimberly menghentikan langkahnya, ia tidak memaksa perempuan itu untuk melanjutkan langkahnya, Ia hanya berjalan ke arah ranjang melepaskan jasnya dan melemparkannya ke arah sofa.
Lalu pria itu duduk di tepi ranjang sambil menatap Kimberly.
Keduanya terdiam selama beberapa saat lamanya sampai akhirnya Kimberly berjalan ke arah sofa dan duduk di sana.
Begitu duduk, Kimberly melihat di atas meja telah diletakkan buku nikah yang terdapat fotonya Bersama sang suami.
Dia tidak ingat pernah menandatangani dokumen itu, namun sekarang tanda tangannya benar-benar diletakkan di sana.
Beberapa saat terdiam memandangi buku nikah tersebut, Kimberly memaksakan bibirnya bergerak, "Aku,,,"
"Tidak perlu mengatakan apa-apa. Bukankah malam ini Kau perlu memikirkan apa yang terjadi hari ini? Aku hanya bisa berkata padamu bahwa aku tidak akan membiarkanmu terlukasetelah kau menjadi istriku, dan selamanya aku akan menjagamu dengan baik. Aku akan mandi dulu, kau bisa mengatakan segalanya besok pagi saja," ucap Steven sambil melangkah menuju kamar mandi.
Begitu Steven menghilang di balik pintu kamar mandi, Kimberly pun berdiri, berjalan ke arah balkon hotel dan melihat pemandangan di luar sana. Tampak begitu indah dengan malam bertabur bintang dipadukan dengan cahaya lampu dari gedung-gedung tinggi di sekitar mereka.
Sungguh malam yang sangat romantis dan hangat.
Tetapi alam semesta itu seolah mengejek Kimberly yang sedang berada dalam rasa frustasinya.
Beberapa saat kemudian, ponsel yang berada di tangan Kimberly bergetar sehingga dia melihat ponsel tersebut dan mendapati sebuah panggilan telepon yang berasal dari adiknya.
Kimberly menatap panggilan telepon itu, cukup lama sebelum Dia memutuskan untuk mengangkatnya.
"Ah,, ah,, ah,,, kak Ramon,, ah,,"
Suara erotis Berlian dari seberang telepon langsung terdengar saat panggilan telepon itu terhubung.
Seketika seluruh tubuh Kimberly menjadi gemetar, bahkan tangannya yang memegang ponsel ikut gemetar berusaha menekan tombol merah yang ada pada layar ponselnya.
Namun karena saking paniknya, ponsel tersebut malah terjatuh ke lantai dan entah bagaimana panggilan telepon itu masuk yang ada speaker membuat suaranya seketika memenuhi seluruh tempat itu.
Suara yang cukup keras dari speaker ponsel itu membuat Kimberly menggelengkan kepalanya sambil menutup kedua telinganya menggunakan kedua tangan.
Dia benar-benar gila mendengarnya, "hentikan,, hentikan,,," air mata Kimberly berderai turun di pipinya, membuat seorang pria yang lupa membawa handuk ke dalam kamar mandi pun langsung mendengarnya dan segera berlari ke arah balkon.
Begitu tiba di balkon, dia pun bisa mendengar apa yang terjadi di sana hingga dia dengan cepat meraih ponsel milik Kimberly yang terjatuh di lantai dan menekan tombol merah di sana.
Setelahnya, Steven berlari menghampiri Kimberly yang telah meringkuk di sudut balkon dan memeluk perempuan itu dengan erat.
Hikss,, hiks,, hiks,,,
Kimberly menangis tersedu-sedu dalam pelukan Steven, tangannya mencengkram tubuh Steven dengan keras sampai jari-jarinya yang berwarna merah langsung berubah menjadi pucat.
Steven bisa mengetahui bagaimana kesedihan perempuan itu, sehingga dia mengangkat Kimberly dan membawanya masuk ke dalam kamar.
Sepanjang malam, tugas pria yang baru saja menikah itu ialah menghibur istri barunya yang sedang memikirkan penghianatan mantan calon suami dan adiknya.
Sampai larut malam, akhirnya Kimberly dicuri oleh kantuknya sehingga Steven membaringkan perempuan itu di ranjang dan menyelimutinya.
Setelah itu, Steven mengambil kembali ponsel milik Kimberly dan melihat catatan panggilan masuk yang tersimpan di ponsel itu.
Matanya seketika menjadi gelap sebelum meletakkan kembali ponsel tersebut dan berjalan ke arah balkon, menyalakan sebatang rokok dan berdiri dengan pikiran yang rumit.
...
...
Pada keesokan harinya ketika Kimberly terbangun, hari sudah begitu siang, dan dia merasakan matanya bengkak, bahkan berkedip saja terasa sakit.
Begitu mengelilingkan pandangannya, ia melihat seorang pria yang sedang terlelap di sofa tunggal, tampaknya telah terjaga sepanjang malam.
Steven yang tertidur di Sofa tunggal yang berada di samping ranjang pun menyadari pandangan yang diarahkan padanya sehingga dia membuka matanya dan melihat perempuan di atas tempat tidur yang tampak begitu buruk.
"Aku akan memberimu dua pilihan, tetap tinggal di dalam negeri dan melakukan apa yang kau inginkan atau kita bisa melakukan mutasi ke luar negeri untuk menenangkan dirimu terlebih dahulu sebelum kembali ke mari. Mungkin beberapa tahun saja cukup," ucap sang pria membuat Kimberly terbengong.
Dia mengolah kata-kata pria di hadapannya sebelum akhirnya memilih pilihan kedua.
"Aku tidak bisa tinggal di sini, aku akan mengikutimu ke luar negeri," ucap Kimberly dengan menahan air matanya di kelopak mata.
Dia perlu suatu tempat untuk menenangkan diri.
"Baiklah, aku akan mengaturnya," ucap Steven.
"Bisakah kau juga mengatur supaya tidak ada yang mengetahui kepergianku ke luar negeri?" Tanya Kimberly.
"Apapun yang diinginkan istriku," kata Steven sambil berdiri lalu segera mengambil ponselnya yang diletakkan di atas meja dan menelpon asistennya untuk mengatur semuanya.
Kimberly duduk mendengarkan percakapan sang suami dengan orang di seberang telepon, dan entah kenapa suatu tempat yang kosong di hatinya tiba-tiba saja mulai terisi.
...
...
Tiga tahun kemudian.
Cekrek cekrek cekrek..
Berlian berdiri di depan kamera, mengambil berbagai pose untuk mengiklankan sebuah produk kecantikan.
Berbagai gaya telah diberikan oleh perempuan itu membuat sang fotografer merasa begitu puas.
Setelah selesai pemotretan, Berlian langsung dihampiri oleh sang suami yang telah menyiapkan mantel dan mengenakannya pada sang istri.
"Terima kasih semuanya," Berlian berterima kasih pada semua orang.
"Kau sudah bekerja keras, istirahatlah," ucap sang fotografer dijawab anggukan sopan Berlian sehingga dia pun mengikuti suaminya yang menuntunnya menuju sebuah ruangan untuk istirahat.
"Sungguh pasangan yang romantis sekali."
"Mereka benar-benar harmonis. Semoga aku mendapatkan suami seperti Ramon dan rumah tanggaku bisa seharmonis rumah tangga mereka berdua."
"Suaminya seorang CEO dari perusahaan besar, dan istrinya seorang model terkenal dari keluarga terpandang, benar-benar serasi!"
Seperti biasa, orang-orang selalu mengagumi bagaimana interaksi sepasang suami istri tersebut.
Sementara di dalam ruang istirahat, Ramon menarikkan kursi untuk Berlian lalu Berlian duduk di kursi itu sambil menatap Ramon, "pertemuan hari ini dengan pihak World cooperation, Bisakah kau menemaniku? Aku sedikit gugup untuk bertemu perwakilan mereka. Bagaimanapun, ini adalah kerjasama yang sangat besar dan ini akan menjadi sebuah langkah yang membantuku untuk meraih sebuah masa depan yang menjadi impianku selama ini," ucap Berlian menatap suaminya dengan mata berbinar-binar.
"Baiklah, apapun untuk istriku," ucap Ramon membuat Berlian sangat senang, perempuan itu mengukir sebuah senyuman indah yang murni di wajahnya membuat Ramon semakin terpukau dengan keanggunan istrinya.
Pria itu tidak tahan untuk mengulurkan tangannya ke belakang kepala Berlian dan mendaratkan sebuah ciuman di bibir istrinya.
Sang Manager yang melihat itu pun langsung keluar dari ruangan, ini sudah biasa terjadi dan di saat-saat seperti itu biasanya sepasang suami istri itu akan menghabiskan waktu mereka selama kurang lebih setengah jam untuk bermesraan.
Setelah meninggalkan tempat pemotretan, maka sepasang suami istri itu langsung pergi ke World Cooperation untuk penandatanganan kontrak kerjasama.
Sementara di sisi lain di perusahaan World cooperation, saat ini semua orang baru saja menyambut Kimberly yang baru saja kembali dari luar negeri beberapa hari yang lalu
"Akhirnya kau kembali, aku sudah sangat merindukanmu!"
"Kimberly, wakil direktur kita kembali!"
"Selamat datang kembali Kimberly, Ayo kita bekerja sama lagi dan membuat sebuah sejarah di perusahaan ini!"
Rekan-rekan kerja Kimberly menyambut kedatangan Kimberly.
Tampak Kimberly menjadi lebih dewasa dan lebih tenang dari 3 tahun yang lalu. Perjalanannya di luar negeri selama 3 tahun tampaknya telah membuat perempuan itu mengalami begitu banyak perubahan.
"Terima kasih semuanya," Kimberly menerima beberapa bunga yang merupakan bentuk sambutan dari orang-orang di departemennya.
Setelah berpisah dengan semua orang, Kimberly memasuki ruangannya, Ini adalah ruangan baru yang diberikan padanya setelah kembali ke dalam negeri.
Perempuan itu duduk di sofa ditemani asistennya yang mengikutinya dari luar negeri.
Sang asisten duduk di depan Kimberly sambil berkata, "Aku tahu kau mungkin tidak menyukai berita ini, tapi kau mungkin harus mengetahui bahwa adikmu yang bernama Berlian itu, hari ini, mungkin satu jam lagi akan menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan kita yang akan menjadikannya sebagai salah satu duta World Coperation . Sebenarnya dengan posisimu saat ini, kau bisa membatalkan kerjasama itu,, atau aku bisa mengatur agar kau yang menemuinya untuk penandatanganan kontrak kerjasama itu."
Kimberly tersenyum, senyumnya tampak dingin, setelah bertahun-tahun akhirnya dia kembali ke tempat ini, dan tidak ada di dalam hatinya untuk kembali memulai sesuatu yang tenang di ibukota, namun dia kembali dengan sesuatu yang besar yang akan ia persiapkan untuk membalaskan rasa sakit hatinya 3 tahun yang lalu dibohongi oleh seluruh keluarganya dan termasuk mantan calon suaminya.
"Kalau begitu aturlah supaya aku ikut dalam rapat penandatanganan kontrak kerjasama itu. Aku ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana kehidupan baiknya selama 3 tahun ini," ucap Kimberly.
"Tentu saja, aku akan mengaturnya untukmu," sang asisten langsung berdiri dan keluar dari ruangan Kimberly.
Tampaknya asisten itu lebih menggebu-gebu untuk membalaskan dendam Kimberly daripada atasannya sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!