Lika memarkirkan sepeda motornya di parkiran sekolah, hari ini adalah hari pertama dia mengajar di sekolah ini.
Senyumnya tersungging tatkala kepalanya mendongak ke atas, gedung sekolah berlantai 6 itu tampak megah dan luas, dengan lapangan dan taman sekolah yang rapi dan asri. Inilah kali pertama Lika mengajar di sekolah elit yang ada di kotanya.
Lika melamar di sekolah ini karena ingin punya pengalaman mengajar di SD, karena sebelumnya Lika mengajar di SMP.
Menjadi guru adalah cita-citanya sejak kecil, karena guru adalah pekerjaan yang mulia menurut Lika.
Dalam usianya yang kini telah menginjak 26 tahun, Lika sangat menikmati kebersamaan dengan murid-murid, walaupun sampai dengan hari ini dia masih sendiri.
Nampaknya Lika masih belum mau membuka hatinya, sejak putusnya pertunangan dengan Bayu.
Orang tua Bayu kurang menyetujui hubungan Bayu dengan Lika karena tau profesi Lika yang sebagai guru, sedangkan Bayu waktu itu sedang merintis usaha di bidang properti.
Mungkin karena guru hanyalah profesi yang di pandang sebelah mata bagi sebagian orang.
"Selamat pagi..." Tegur Lika ramah tatkala memasuki ruang guru.
Di sana ada beberapa guru yang duduk di mejanya masing-masing, ada beberapa meja yang masih kosong yang menandakan belum semua guru sudah datang.
"Pagi..." Sahut beberapa guru hampir bersamaan.
"Ini Bu Lika ya...guru baru itu...halo...saya Bu Ina, wali kelas enam, senang berkenalan dengan Bu Lika..." Bu Ina langsung menghampiri Lika dan mengulurkan tangannya, di susul dengan guru-guru yang lain.
"Aku Melly guru komputer, yang itu lagi ngetik namanya pak Alan, dia guru olah raga...dia seksi repot Bu...makanya dari tadi dia gak beranjak dari duduknya..." Melly guru komputer itu menunjuk ke arah pojok ruangan, disana pak Alan sedang mengetik sesuatu, mungkin persiapan materi.
Pak Alan, sang guru olah raga itu berbadan atletis, tinggi dan kekar, sesuai dengan jabatannya, guru olah raga. Namun wajahnya kelihatan cuek, dari jauh dia hanya melambaikan tangannya kepada Lika, sebagai sambutan selamat datang.
"Aku Miss Bella, guru bahasa Inggris....Bu Lika wali kelas berapa ya?" Tanya Bella. Sosok guru bahasa Inggris itu adalah yang paling cantik diantara semua guru, kulitnya putih, tubuhnya tinggi dan langsing, wajahnya seperti belasteran.
"Bu Lika akan menjadi wali kelas dua..." Kata seseorang yang muncul tiba-tiba dari balik pintu ruang guru, dia adalah Pak Johan, kepala sekolah di sekolah ini.
"Selamat pagi Pak..." Seru para guru bersamaan.
Pak Johan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, perawakannya agak gemuk dan berkaca mata, rambut kepalanya sudah mulai menipis, dia lebih cocok menjadi pengusaha dari pada kepala sekolah. Penampilannya sangat berwibawa, di tambah dengan tutur katanya yang lembut dan sopan, usianya sekitar 45 tahun.
"Hmm...saya harap para guru dapat bekerja sama dengan baik sesuai dengan visi dan misi sekolah kita ini, dan untuk Bu Lika, saya ucapkan selamat datang, selamat bergabung disekolah ini, semoga betah ya Bu..." Ucap pak Johan tersenyum dengan penuh wibawa.
"Trimakasih Pak...saya akan berusaha mempergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya..." Sahut Lika sambil menganggukkan kepalanya.
Teng....teng....teng....
Suara bel sekolah sudah berbunyi, murid-murid menghambur masuk ke ruang kelas masing-masing.
"Ayo sudah hampir jam tujuh...waktunya mengajar...tetap semangat ya..." Segera pak Johan berlalu dari ruang guru disusul dengan para guru yang lain.
************
Dengan langkah santai namun pasti, Lika berjalan menyusuri koridor sekolah, matanya mencari-cari kelas yang akan dia tuju.
Kelas 2A, ya, Saat ini posisi Lika adalah sebagai wali kelas 2A, Rasanya dia tidak sabar untuk bertemu dengan anak-anak muridnya. Kelas 2A terletak di ujung koridor dekat ruang komputer di lantai 3, perlahan Lika membuka pintu kelas 2A tersebut.
Ruang kelas yang tadinya agak bergemuruh mendadak sunyi, semua mata menatap ke arah Lika.
"Siap...! Beri hormat" Seorang anak laki-laki berdiri memberi aba-aba.
"Selamat pagi Bu..." Serentak semua murid mengucapkan salam sambil berdiri. Lika tersenyum.
"Selamat pagi anak-anak...silahkan duduk..." Balas Lika ramah sambil berjalan menuju mejanya kemudian ia pun duduk.
"Perkenalkan...nama ibu, Bu Lika...lengkapnya Malika...senang bisa menjadi wali kelas kalian...oya...apakah hari ini semuanya masuk?"
"Nando belum datang Bu...!" Seru seorang anak perempuan manis dengan poninya yang lucu. Lika nampak mengerutkan keningnya.
"Lho...kok kamu tau dia terlambat? bisa jadi hari ini dia sakit atau ijin...siapa namamu?"
"Dini Bu...Nando memang sering telat Bu...soalnya dia gak punya Mama yang bangunin pagi..."
"Betul bu...Nando ditinggal pergi sama Mamanya..." Seorang anak dari bangku belakang menimpali.
Tak berapa lama kemudian, terdengar suara pintu di ketuk dari luar, kemudian masuklah seorang anak laki-laki yang rambutnya kelihatan tidak disisir rapi, matanya agak merah seperti masih mengantuk, seragamnya kusut seperti tidak di setrika.
"Huuuuuu....!!"
Seketika murid-murid menyorakinya. Lika berdiri sambil mengangkat tangannya menenangkan anak-anak muridnya. Kemudian dia berjalan menghampiri anak yang baru datang itu.
"Apakah kamu Nando?" Tanya Lika sambil membungkukkan badannya. Anak itu menatapnya takut, perlahan dia menganggukkan kepalanya.
"Ibu adalah wali kelasmu yang baru, mulai besok jangan terlambat lagi ya...sekarang duduklah, kita akan memulai perkenalan dan pelajaran..."
********
Lika menghempaskan tubuhnya di kursi ruang guru, kemudian menyeruput teh manis yang sedari tadi telah tersedia di mejanya.
"Gimana hari ini Bu Lika...?" Tanya seseorang di sebelahnya yang tak lain adalah Bu Tri, wali kelas 4 sekaligus guru seni musik.
"Yah...cukup menyenangkan...anak-anak itu lucu-lucu ya..." Sahut Lika sambil menyandarkan punggungnya di kursi putarnya.
"Kalo masih kelas 2 SD ya memang masih lucu Bu...makin besar makin ngeselin he he..."
"Oya Bu Tri, apa Bu Tri tau mengenai anak yang bernama Nando?" Lika tiba-tiba bertanya sambil mengarahkan tubuhnya menghadap Bu Tri.
"Ya tau lah Bu...Nando ini juga belum lama pindah kemari, tadinya dia sekolah di Jakarta, baru sekitar 1 tahun lah dia sama kakaknya sekolah di sini..." Jelas Bu Tri.
"Kakaknya?"
"Iya, kakaknya kelas 6, namanya Kezia...cantik lho Bu anaknya..."
"Tadi ada berapa anak yang bilang kalo Nando gak punya Mama... maksudnya gimana ya Bu Tri...kasihan juga tadi dia datang terlambat.."
"Gini lho Bu... Nando dan kakaknya itu dari keluarga broken home, papanya sudah cerai dengan mamanya, makanya mereka pindah kemari... kasian deh Bu...papanya itu harus ngurusin dua anak sementara dia bekerja di kantor, makanya anak-anak itu sering sekali terlambat...sementara Mamanya pergi entah kemana...bahkan kadang mereka sekolah tanpa bawa bekal, sering lapar...kita yang guru disini kadang suka kasih mereka makanan...aduh...pokoknya kasian deh Bu...mana mereka lambat menangkap pelajaran lagi, Nando yang kelas dua aja belum lancar membaca Bu..." Cerita Bu Tri panjang lebar. Lika mendengarkan dengan seksama.
"Ya ampun Bu Tri...kasian amat mereka...belum lagi tadi banyak teman-teman yang membulinya...masih kecil kok ya udah menderita gitu ya..." Terbayang di benak Lika, wajah Nando tadi pagi, dengan rambut berantakan dan seragamnya yang tanpa di setrika, yang tanpa sadar membuat mata beningnya berkaca-kaca.
************
Hari itu sedang berlangsung kuis pelajaran Bahasa Indonesia. Lika memberi tugas pada setiap muridnya untuk membuat paragraf singkat dengan tema 'Makanan Kesukaanku'.
Semua murid mulai menulis di bukunya masing-masing, mereka semua kelihatan berpikir dengan mimik muka yang lucu. Lika menahan senyumnya, sungguh ini pengalaman yang menyenangkan baginya.
Tiba-tiba seorang anak laki-laki datang menghampiri mejanya, wajahnya menampakan kekesalan.
"Ada apa Rio?" Tanya Lika lembut.
"Bu guru...aku pindah tempat duduk dong...Nando dari tadi nyontek aku terus, aku gak mau duduk dekat Nando Bu.." Rajuk Rio. Lika segera bangkit dari duduknya.
"Nando? Oke baiklah...kamu tetap duduk di tempatmu...Nando! kemarilah, ayo duduk dengan ibu di depan..." Perintah Lika.
Namun Nando tetap pada posisinya, wajahnya menunduk. Kemudian Lika segera menghampiri Nando yang terlihat agak gemetar.
"Nando...kenapa? coba sini ibu liat buku mu..." Dengan tangan gemetar Nando menyodorkan bukunya. Di sana nampak tulisan yang tidak jelas dibaca, banyak sekali bekas penghapus, yang menandakan banyak kesalahan. Kemudian Lika menuntun tangan Nando pergi menuju mejanya.
"Bu Lika akan membantumu Nando...."
"I..iya..Bu.."
"Duduklah di sini dekat ibu...coba Nando baca kalimat ini dengan keras..." Lika menyodorkan kertas dengan tulisan, 'Hari ini aku sangat pintar belajar'.
"Ha..ha..r..i...in...ini..ak..ak..ku...sa...sa..n..ga..t..pi...n..ta..r..." Baca Nando tersendat-sendat. Lika menggelengkan kepalanya tanda prihatin.
"Ya ampun...ternyata kamu kesulitan membaca ya...bagaimana kamu bisa mengikuti pelajaran...itu akan menyulitkan mu sayang... baiklah ibu akan membantumu...nanti sepulang sekolah ikut ibu ya ke ruang guru..." Ujar Lika lembut seraya mengusap bahu Nando.
"Aku gak bisa Bu guru...kakakku akan tungguin aku...aku harus pulang cepat..."
"Apakah kamu dijemput...?"
"Iya Bu..."
"Siapa yang menjemputmu?"
"Papa..."
"Kalau begitu ibu akan bertemu Papamu.. nanti pulang sekolah kita sama-sama tunggu Papa ya..." Jelas Lika. Nando tetap menggelengkan kepalanya.
"Nggak bisa Bu, Papa gak bisa lama-lama, dia harus cepat-cepat masuk kantor lagi...dia cuma jemput aku dan kakak.."
Tak berapa lama, beberapa anak maju untuk mengumpulkan tugasnya.
"Aku sudah selesai Bu..."
"Aku juga..."
"Ya...ya...letakan di atas meja ibu ya...setelah itu kalian kembali ketempat masing-masing dan tidak boleh ribut, tunggu sampai semuanya selesai baru kita lanjutkan lagi pelajarannya". Jelas Lika. Kemudian dia kembali beralih pada Nando yang masih duduk didepannya.
"Nando, kali ini kamu ibu ijinkan, untuk tidak menyelesaikan tugas ini, sebagai gantinya kamu harus menyalin tulisan ini supaya tulisanmu rapi, oke..? sekarang kembali ketempat mu, dan jangan mencoba untuk menyontek lagi, kalo kurang paham kamu tanyakan langsung ke ibu ya..."
"Iya Bu..."
*****
Lika menarik napas berat di ruangan guru, kejadian dengan Nando di kelas tadi cukup menyita pikirannya.
Dia terus berpikir bagaimana membantu Nando dalam mengejar ketinggalannya, mau tidak mau Nando memang harus diberikan tambahan ekstra, karena semakin hari itu akan semakin memberatkannya.
"Aku harus bicara pada pak Johan, harus...aku harus menemuinya hari ini juga..." Gumam Lika.
Kemudian tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, seorang anak perempuan masuk dengan wajah yang penuh dengan keringat.
"Selamat siang Bu...maaf apa Bu Ina ada di sini?" Tanya anak itu sopan.
"Bu Ina belum kemari, ada perlu apa nak?"
"Ah...kalo gitu nanti saja...permisi" Anak itu hendak membalikan badan.
"Tunggu... siapa namamu?"
"Kezia..."
"Kezia...? Sebentar nak, apa kamu kakaknya Nando?" Lika berdiri dan menghampiri Kezia.
"I...iya Bu..." Sahutnya.
"Kezia, boleh ibu bertanya sesuatu..." Lika belum menyelesaikan pertanyaannya, kemudian Bu Ina masuk ke ruangan.
"Lho...Kezia kok disini?" Tanya Bu Ina heran. Kezia langsung merogoh tangannya ke saku bajunya, diambilnya beberapa lembar uang dalam jumlah yang lumayan besar.
"Ini dari Papa Bu Ina...buat ganti makanan yang selalu ibu kasih buat aku dan Nando..."
"Oh...jangan Kezia...bilang Papamu lebih baik dibawakan bekal saja, selain lebih hemat juga lebih sehat, yang kemarin itu gak usah di ganti...kan Bu Ina sudah ikhlas..." Bu Ina mendorong tangan Kezia untuk memasukan uangnya kembali.
"Papa gak sempat buat bekal makanan kami Bu...Papa sibuk..." Jawab Kezia yang kemudian segera membalikan tubuhnya dan berlalu dari ruangan itu. Lika dan Bu Ina saling berpandangan.
**********
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!