Setelah perbincanganya dengan para rekanya malam itu, Daniel pamit pulang. Dia melajukan kendaraanya dengan kencang agar segera sampai ketempat tujuan.
Dia tiba di sebuah pondok terapung di tepi sungai. Diketahui bahwa tempat itu adalah salah satu usahanya di bidang perikanan. Dia segera memarkirkan kendaraanya dan langsung di sambut oleh anak buahnya yang bertugas jaga malam.
" Tumben malam-malam begini ke sini bos?" Tanya sang anak buah.
" Aku mau tidur di sini malam in,'' jawabnya.
Anak buahnya hanya melongo mendengar kata-kata bos nya tadi.
"Tak pernah-pernahnya akang bos tidur di sini, apa dia ada masalah?" Fikir anak buah itu. Namun dia terdiam tak mampu mengatakan apa pun dan hanya mengikutinya masuk ke dalam gazebo yang mengapung di atas air itu.
" Akang bos mau makan ikan bakar?" Tanya sang anak buah.
" Dak usah aku masih kenyang Sur,'' jawab Daniel.
Anak buah itu sebenarnya sangat penasaran kenapa bosnya begitu pendiam kali ini. Padahal kalau dia datang ke sana pasti ada yang dia tanyakan tentang keramba ikan yang di jaganya itu atau untuk sekedar memancing ikan. Namun tetap saja ia tak berani bertanya, takut sang bos marah.
Memang tak dapat di pungkiri kalau tempat itu sangatlah tepat untuk orang yang sedang menginginkan ketenangan dan mencari inspirasi.
Semilir angin yang begitu menenangkan serta cahaya star light yang berwarna warni dari tali kail para pecinta memancing, menambah suasana damai nan indah tempat itu. Tak jarang teman-teman Daniel sering berkunjung ke sana meski dia tak ada.
Sementara itu Daniel tengah duduk bersandar di tepi gazebo. Dia memandang ke petakan keramba yang berisi ikan-ikan hias langka miliknya.
Gerakan dan warna ikan-ikan yang meliuk-liuk itu membuatnya sesekali tersenyum. Entah apa yang ada di dalam fikiranya. Tentang yang dilihatnya atau tentang yang ada dalam ingatanya?
Sekilas nampak seperti orang gila, namun guratan wajah tampan yang teguh pendirian itu menepis sangkaan orang lain terhadapnya kali ini.
Cinta memang susah di ungkapkan dengan kata-kata. Terlalu banyak keindahan yang tak mampu di lukiskan. Meskipun terlalu dini bagi Daniel untuk menyebut hal itu dengan cinta.
Seperti yang kita ketahui bahwa dia baru saja melihat sosok yang di inginkanya itu.
Daniel membaringkan tubuhnya di tepi gazebo(pondok kecil di tepi kolam ikan apung) sambil sesekali tanganya menyentuh ke air di kolam.
Dia teringat beberapa bulan yang lalu ketika dia dan Brian bertemu. Brian mengatakan padanya secara tak sengaja saat melihat kelakuan anak gadis sekarang yang sudah begitu akrab dengan yang namanya seks bebas.
" Aku punya keponakan gadis bro, dia sedang melanjutkan studi di bidang kebahasaa,'' kata Brian.
" Kalau anak gadis jauh dari orang tua... ya begitulah bro... tahu lah,'' katanya pada Brian.
" Tapi keponakan ku ini lain bro, aku yakin dia tak seperti itu," kata Brian membanggakan keponakanya itu.
" Kalau dia gadis cerdas, pasti dia akan menyukaiku," jawabnya bercanda pada rekanya itu.
Daniel dan Brian adalah teman baik. Mereka berteman sejak dari sekolah menengah pertama. Dulu Brian anak yang jahil, dia sering berkelahi dan Daniel selalu membantunya saat dia terdesak.
Bisa di sebutkan kalau mereka preman waktu di sekolahan. Berangkat sekolah hanya tiga hari dan paling sering di panggil ke kantor oleh guru Bk.
Saat ini usia mereka sudah kepala tiga namun mereka belum menemukan pasangan yang cocok untuk dinikahi. Kalau hanya gadis untuk satu malam banyak, tapi yang sesuai dengan keinginan belum ketemu.
Tapi saat salah satu dari mereka menemukan gadisnya kenapa harus keponakan Brian. Bukankah hal ini dapat membuat keretakan hubungan persahabatan mereka. Karena Brian mengangap kalau Daniel adalah pria nakal yang suka mempermainkan wanita seperti dirinya.
Padahal anggapan Brian tidak sepenuhnya benar. Daniel memang playboy, namun dia tak melakukan hubungan seperti yang dilakukan orang yang telah menikah.
Dia tetap menjaga kehormatanya sebagai anak seorang terpandang dalam agama dan masyarakat.
Namun apa mau dikata, meski terkadang apa yang orang lihat dan dengar secara kasat mata belum tentu benar. Namun kebanyakan mereka telah meyakini hal seperti itu.
Daniel tersentak kaget dari lamunanya saat anak buahnya bertanya. " Akang bos mau kopi?"
" Boleh Sur,'' jawabnya pada anak buahnya yang berasal dari suku sunda itu. Suryana adalah anak buahnya yang paling lama bekerja dengan nya menjaga keramba ikan itu.
Suryana telah bekerja selama dua tahun sedang yang lain hanya bertahan selama enam bulan saja. Karena keramba ikan bosnya yang terkenal angker.
" Umurmu sekarang berapa sur?" Tanya Daniel pada anak buahnya itu.
" Sudah 18 tahun kang?" Jawab Suryana. "Kamu ngak sekolah?" Tanya Daneil kembali.
" Enggak kang bos, saudara saya banyak dan kami dari keluarga tak mampu, kalau sudah ada dana kami akan segera menikah,'' jelasnya pada sang bos.
Daniel hanya terdiam, mendengar perkataan anak buahnya itu. Dia teringat pada dirinya sendiri di umurnya yang matang saat ini tapi dia belum juga menikah padahal kalau urusan dana dia sudah lebih dari cukup.
Sampai-sampai suatu ketika ada sahabat ayahnya yang melamarkan anak gadisnya untuk Daniel. Tapi apa kata daniel, " yang mau menikah itu kan aku, kenapa kalian yang sibuk?" Padahal dia tahu pasti kalau gadis itu sangatlah menginginkan Daniel menjadi pendamping hidupnya.
Daniel tersadar saat anak buahnya menyodorkan sepiring ikan panggang untuknya. " Kang bos ini ikan bakasnya sudah matang".
" Oh ...iya terimakasih sur," jawab Daniel.
Memang anak buahnya yang satu ini begitu pengertian sehingga tak jarang Daniel memberikan bonus dan menolong keperluan keluarganya.
Sambil mencicipi ikan bakar saos kecap bikinan anak buahnya itu, dia kembali teringat pada gadis yang dia lihat di acara " social art festival".
Meski gadis itu terpelajar namun tak sedikitpun ia memperlihatkan kebanggaan statusnya itu. Dia masih nampak sederhana meski pakaianya modis. Bagitu juga dengan riasan wajah yang lembut dan tak berlebihan.
" Gadis itu... aku banget,'' katanya pada diri sendiri.
Rasa penasaran yang ada padanya kini begitu besar tentang gadis itu. Daniel melihat dirinya ada pada gadis itu.
Tatapan mata dan senyumnya tak mau beranjak dari fikiranya seakan mencuci otaknya.
Rona wajah yang tersapu cahaya rembulan selalu membayang di pelupuk matanya. Gadis itu ada di setiap bayang-bayang tubuhnya. Kini gadis itu telah mengisi seluruh relung hatinya.
Terbesit penasaran yang harus dia cari jawabanya. Tentang seperti apa gadis itu? Dimana kampusnya? Banyak lagi yang lainya. Meski sudah ada sedikit gambaran yang di dapatkanya saat dia mengobrol dengan Brian dan ayah sang gadis yang secara tak sengaja bertemu denganya di rumah Brian.
" Sekian lama dia berteman dengan Brian kenapa baru sekarang aku melihat keponakanya,'' terbesit di fikiranya andai saja dari dulu dia bertemu dengan nya pasti saat ini Daniel sudah dekat dengan gadis itu.
" Mungkin ini jawaban tuhan akan pertanyaan ku tentang siapa jodohku," lirihnya.
Kini Daniel mulai memutar otaknya mencari cara untuk dapat mengenal gadis itu lebih jauh.
Daniel masuk ke dalam gazebo, meski berukuran kecil namun pondok terapung itu memiliki fasilitas lumayan komplit tentunya untuk seukuran hal yang diperlukan di sana.
Meski malam semakin larut dan udara malam yang dingin terasa menusuk tulangnya. Daniel tetap belum bisa memejamkan matanya. Dia masih terbayang-bayang wajah itu.
Akhirnya Daniel memutuskan untuk pergi ke rumah Brian besok pagi. " Coba lihat apa yang aku dapat di sana besok,'' katanya pada diri sendiri.
Daniel segera memejamkan matanya semampu mungkin. Dia harus beristirahat agar tetap sehat dan fit untuk melakukan segalanya. Meski Daniel jarang sekali sakit namun dia tetap menjaga pola makan dan porsi istirahatnya.
Hembusan angin yang lirih terdengar, raungan kuda-kuda besi yang seakan menjauh di jalanan dan suara deburan air tertiup angin seolah menceritakan dongeng sebelum tidur untuknya. Membuat kelopak matanya semakin menutup rapat Dan akhirnya dia terlelap dalam mimpi-mimpi malamnya.
Senja itu sebelum malam festival, seorang gadis muda nan rupawan mendapat telfon dari sahabatnya waktu di SMP dulu.
" Halo.... tiara... nanti malam kita ke festival yuk,'' kata suara di sebrang telfon merayu.
" Ehm.... mau ngapain?" Jawabnya singkat.
" Ya keliling-keliling lah, cuci mata, kali aja ada cowok cakep he.. he.. he...," kikik suara itu bercanda.
" Dasar kamu Er, cuci mata pake air jeruk kali,'' sahut Tiara.
" Duh.... pedesnya, ayolah Ra, aku kan punya magic card, biasalah panitia, kita bisa lihat pertunjukan apapun, please.... please...please...," rayunya pada Tiara.
" Tapi aku males banget, berdesak-desak kan," kata tiara.
" Ayolah Tiara, please... temenin aku," kata sahabatnya itu memelas.
" Oke dech... demi kamu,'' jawab tiara.
" thanks girl, jam 19.00 wib aku jemput oke...!" tegas sahabat tiara itu.
" Iya....iya...bye,'' jawab tiara.
" see you.''
Erina adalah teman baik Tiara sejak sekolah menengah pertama. Namun sayang dia tak bisa melanjutkan studinya hingga jenjang yang lebih tinggi dari SMA, karena keadaan ekonomi orang tuanya yang tak memungkinkan.
Hal ini sangat berbeda dengan keadaan Tiara, yang selalu di dukung oleh kedua orang tuanya untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya.
Tiara adalah gadis baik yang sangat bertanggung jawab terhadap apa yang telah di amanatkan padanya. Tak hanya itu dia juga gadis yang rupawan, sehingga tak heran kalau dia menjadi gadis pujaan para pemuda tampan.
Setelah mendapat telfon dari sahabatnya Erina dia segera bersiap-siap. Tiara tak mau sahabatnya kecewa karena menunggu terlalu lama.
Waktu berjalan begitu cepat, Erina telah menunggu di depan rumah tiara.
Tiara segera berpamitan pada orang tuanya.
"Ma,pa, ...Tiara pergi dulu ya, kasihan Erina nunggu lama,'' pamit Tiara pada orang tuanya.
" Ya nak, jangan pulang terlalu malam...,'' jawab ibunya Tiara.
" Iya ma... Tiara pergi dulu,'' sahut tiara sambil melangkah menuju pintu depan.
Nampak Erina sedang senyam...senyum...sambil terus melihat dirinya di kaca spion motor miliknya.
" Ngapain lu, kayak orang gila,'' kata Tiara ketus.
" Aku dah cakep belum Ra?" Tanya gadis itu pada tiara.
" Iya udah cakep, cakep banget malah,'' jawab tiara menyenangkan hati sahabatnya itu.
" Bisa aja kamu Ra,'' balas Erina tersipu malu.
" Ayuk ah buruan nanti kemalaman lho...,'' sahut Tiara.
" Oke deh... berangkattt he...he...,'' gurau Erina.
Setelah beberapa menit mereka tiba di tempat tujuan. Erina memarkirkan kendaraan yang mereka bawa di tempat parkir khusus
panitia.
" Ayo Ra kita keliling dulu sambil ngecek apakah ada yang menyalahi aturan atau tidak,'' ajak Erina pada Tiara.
" Kemana dulu Er?" Tanya Tiara.
" Kita mulai dari stand kerajinan dulu,'' kata Erina.
Setelah berkeliling Erina mengajak Tiara untuk melihat pertunjukan cross.
" Ra kita ke stand motor cross yuk, aku penasaran pengen lihat,'' ajak Erina pada sahabatnya itu.
" Boleh...,'' jawabnya singkat.
Dengan segera mereka menuju kesana. mereka menaiki tangga ke lantai atas untuk menyaksikan pertunjukan tersebut.
Erina sangat penasaran dengan pertunjukan itu sehingga tak seberapa menghiraukan sahabatnya lagi. Dia segera berdesak-desak kan untuk dapat menyaksikan hal itu.
Sedang Tiara hanya berdiri di sisi luar dekat pagar pertunjukan. Dia malas berdesakan dengan banyak orang yang aroma parfumnya berbeda-beda. Karena hanya akan membuatnya sakit kepala.
Tiara mengedarkan pendanganya ke lantai bawah. Dari sana dia dapat melihat seluruh stand yang ada.
Dia mengamati begitu banyak manusia di sana dengan beragam tujuan mereka. Kebetulan malam itu rembulan bersinar terang sehingga menambah indah suasana keramaian itu.
Nampak muda mudi bergandengan tangan, bercakap dengan santai menikmati keramaian. Dimana tak ada orang lain yang menghiraukan tingkah mereka.
Namun pandangan Tiara seketika tertuju pada seorang lelaki. Mata lelaki itu begitu tajam memandang tiara tanpa berkedip. Bak burung elang yang siap menyergap mangsanya.
Tiara tersenyum sekilas pada pria itu. Sepertinya pria itu sudah dari tadi memperhatikan tiara. Tatapanya terasa begitu aneh.
" Duh ngapain sih ni orang ngeliatnya gitu amat, ada yang aneh apa dengan ku?" Katanya pada diri sendiri.
Dia membalikkan badanya dan melihat kearah Erina. Erina masih sibuk dengan pertunjukan itu.
Tiara kembali mengarahkan pandanganya ke arah yang sama di mana pria aneh itu berada.
Dan dia masih di sana, bahkan sekarang dia menuju tangga menaiki tangga menuju tempat tiara berada saat ini.
Tiara berpura-pura tak melihatnya dan segera memanggil Erina untuk melihat pertunjukan yang lain.
" Erina... Er... ayo kita lihat yang lain, aku bosan di sini,'' kata Tiara pada temanya itu.
" Boleh...mau kemana?" Tanya Erina.
" Terserah lah yang penting dak di sini,'' jawab Tiara dengan cepat sambil berlalu menuruni tangga.
Sesekali Tiara melirik ke pria itu dan dia masih memandangi tiara terus. Perasaan Tiara jadi semakin tak enak.
Setelah melihat-lihat beberapa stand mereka memutuskan untuk pulang karena malam juga semakin larut.
" Er kita pulang yuk dah malem nih aku dah ngantuk,'' ajak Tiara pada temanya itu.
" Jam berapa ini emangnya? kok aku juga udah ngantuk,'' jawab sahabatnya itu.
" Udah lewat jam 10 malem kali Er,'' jelas Tiara.
Setibanya di rumah, Tiara segera bersiap diri untuk beristirahat. Dia merebahkan badan nya di tempat tidur. Tak ada yang dapat di ingatnya dari festival tadi kecuali pria aneh yang dia lihat tadi.
Sebenarnya pria itu tak jelek, dia nampak gagah meski kulitnya sawo matang, wajahnya juga lumayan tampan. Hanya saja caranya memandang Tiara yang tak menyenangkan.
" Mungkin aku mirip dengan seorang yang dia kenal,'' lirihnya. Tiara tak mau ambil pusing tentang hal aneh yang terjadi di festival itu.
Dia mengambil benda pipih miliknya, di lihatnya pemberitahuan pesan singkat dan chat WA di hapenya itu.
" Malam honey, lagi apa,'' pesan singkat dari seseorang di sana yang mengaguminya atau bisa di katakan kekasihnya. Di kirim tepat pukul 20.00 wib tadi.
" Malam juga, baru pulang dari festival,'' balas Tiara. Selama beberapa menit Tiara menunggu chat balasan namun belum juga ada jawaban.
" Mungkin dia sudah tidur,'' gumam tiara.
" Good night , mimpi indah ya :),'' sebuah chat kembali dia kirimkan ke pada kekasihnya itu sebagai penutup.
Akhirnya Tiara memutuskan untuk segera tidur. Dia tak tahu apa yang akan dilakukan esok hari, yang dia tahu hanyalah bangun lebih pagi dan siap menjalani hari dengan penuh semangat.
Tiara hanyalah gadis baik yang polos, dia belum tahu seperti apa cinta dan mencintai. Dia hanya tahu merasakan di sayangi oleh orang lain.
Di dalam fikiranya adalah hanya tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya dengan melakukan tanggung jawab nya sebaik-baiknya.
Lantunan adzan subuh terasa begitu mesra menyambut guratan jingga, rona wajah mentari yang hendak menampak kan diri.
Meski masih terlalu pagi bagi seorang pria untuk bangun dari tidurnya, tapi tidak untuk pria gagah yang satu ini.
Wajah nan tampan tersapu air suci dan mensucikan, menambah aura ketampananya lebih terpancar.
Daniel terbiasa bangun subuh untuk melaksanakan kewajibanya sebagai seorang muslim. Tak di pungkiri bahwa statusnya sebagai anak seorang tetua agama berperan penting pada ketaatan agamanya saat ini.
Daniel memang tidak berpenampilan seperti orang yang taat agama. Namun setiap perkataan dan tingkah lakunya mencerminkan kehidupan seorang muslim.
Meski dia berada pada lingkungan pergaulan yang bisa di katakan sangat bebas dalam segi apa pun, namun dia tetap dapat menjaga dirinya dengan baik.
Bagaimana tidak jika Daniel bergaul dengan teman pemabuk namun dia tak menyentuhnya sedikitpun. Saat dia bersama pezina dia pun tak mengikuti arus mereka.
Merah, kuning, hijau bahkan hitam rona dunia ini tak dapat menyentuh keteguhan hatinya.
Tentu saja ini tidak hanya karena Daniel pandai membentengi diri tapi juga karena perlindungan dari yang kuasa.
Dia teramat menjaga dirinya sebagai perjaka sehingga dia memutuskkan untuk mendapatkan gadis yang juga dapat menjaga harga dirinya.
Hari ini begitu cerah bagi Daniel. Dia bahkan tak melupakan rencananya hari ini. Tentu ini tentang Tiara.
Daniel masih berada di keramba ikan miliknya. Dia melihat kegudang penyimpanan pakan ikan dan mengambil satu karung di pundaknya.
"Kenapa pak boss bawa karung pakan ikan sendiri?" Bisik beberapa anak buahnya. Secara tak sengaja Daniel pun mendengar kata-kata itu.
" Akang boss biar aku saja yang bawa,'' tawar seorang anak buahnya.
" Tak apa Sur kau ambil saja karung yang lain, itung-itung fitnes pagi hari,'' jawab Daniel.
Anak buahnya hanya menganguk heran.
Tentu saja anak buahnya tak enak hati melihatnya memanggul karung pakan ikan itu. Namun apa mau di kata boss nya sendiri yang menginginkanya.
Daniel segera membuka karung itu sambil melirik kearah ikan-ikan keemasan di hadapanya. Rombongan ikan itu bergerak memutar terus seperti tak sabar menunggu makananya.
Mereka ( Daniel dan ikan ) nampak seperti bercakap-cakap. Daniel memang menyayangi semua binatang termasuk ular, terkecuali yang sudah membahayakanya.
Daniel segera melemparkan pakan ikan itu dan segera menyelesaikanya. Dia sungguh menikmati suasana pagi ini.
Kilatan warna sisik ikan yang terkena cahaya matahari mengingatkanya pada cerahnya rona kemerahan pipi gadis itu. Daniel kini nampak senyum-senyum sendiri seperti orang gila.
" Kenapa boss agak aneh?" Bisik seorang anak buah Daniel pada yang lain.
" Husst... jaga mulut kalian, bisa marah akang bos kalau sampai dia dengar, udah ayo lanjutin kerja kita,'' kata Suryana pada teman-teman kerjanya itu.
" krucukk....krucuk..."
Suara dari dalam perutnya yang sudah menggeliat minta di isi. Setelah menghabiskan pakan dalam karungnya Daniel segera pulang untuk mengisi perutnya.
Sesampainya di rumah dia segera membuka tudung saji dan mangisi piring makanya dengan berbagai lauk pauk.
Tidak ada satu orang pun di rumah Daniel pagi ini. Semua anggota keluarganya telah pergi untuk beraktifitas. Biasanya ibu Daniel berada di rumah kakak perempuanya. setelah selesai menyiapkan sarapan.
Daniel terlihat bersemangat sarapan pagi ini, karena ingin segera melihat kerja anak buahnya di keperkebunan miliknya.
Semua tahu kenapa dia begitu bersemangat pagi ini. Dia ingin mendapat jawaban untuk rasa penasaranya tentang keponakan Brian. Namun Daniel masih berfikir tentang apa yang akan dia katakan pada Brian tentang alasan Daniel ke sana.
Dia selalu terbayang-bayang wajah gadis itu. Kelembutan sinar mata gadis itu selalu membuatnya merasa bersemangat untuk bisa dekat dengan nya.
" kring....kring..."
Hape Daniel berdering tanda sebuah pesan di terimanya.
" Dan sibuk hari ini? Jika tidak datanglah ke rumah,'' pesan dari Brian.
" Ya aku segera ke sana,'' balas Daniel.
Tentu di hati Daniel kini bahagia, tak perlu cari alasan untuk ke sana.
Tiara adalah alasan untuk setian senyuman nya sejak malam pertemuan itu. Dia yang selama ini bersikap dingin, kini kembali bersemangat.
Sepertinya dewa amor berpihak padanya saat ini. Saat ini Daniel tak punya keinginan lain selain gadis itu. Dia ingin tahu lebih banyak tentang Tiara.
Setelah kerjanya selesai dia segera melajukan kendaraanya ke rumah Brian yang berjarak sekitar tiga puluh menit dari rumahnya.
Setibanya di sana Brian telah menunggunya di pendopo depan rumah Brian.
" Dari mana saja, lama sekali?" Tanya Brian.
" Biasa liat-liat ikan sama perkebunan dulu,'' jawab Daniel.
" Ada apa men?" Tanya Daniel pada temanya itu.
" Ikut aku kerumah teman ku, ada sedikit urusan di sana,'' jawab Brian.
Dengan segera mereka melajukan kendaraan menuju rumah teman Brian. Dalam perjalanan pulang Brian mengajak Daniel mampir ke rumah kakak perempuan Brian, tepatnya rumah di mana Tiara tinggal.
" Kebetulan sekali, aku ingin tahu di rumah calon gadis ku itu,'' gumam Daniel dalam hati.
Tiba di gerbang depan rumah gadis itu Brian mengajaknya masuk.
" Ayo masuk ini rumah kakak ku,'' kata Brian pada Daniel.
Daniel hanya mengangguk kan kepalanya pertanda menyetujui ajakan temanya itu.
Daniel terkejut bukan main melihat siapa yang sedang duduk di taman depan rumah itu. Di bawah batang pohon mangga. Gadis itu sedang berkumpul dengan ibu dan neneknya. Gadis itu sekilas tersenyum padanya.
" Oh ... tuhan... itu dia, gadis ku,'' katanya dalam hati
Dia duduk di tempat duduk bersebrangan dengan gadis itu. Gadis pujaanya itu nampak sedang mengupas buah mangga untuk membuat rujak. Ingin rasanya Daniel menyapa Tiara namun bibirnya terasa kelu.
Sementara Brian berbincang dengan kakaknya, Daniel hanya bisa memandang Tiara dari ujung kaki sampai ujung rambut.
Kakinya yang jenjang, rambut hitam nya yang tergerai panjang menambah ayu wajah sang pujaan membuat Daniel hampir-hampir lupa diri. Namun dia tak ingin gelagatnya dengan cepat diketahui paman gadis itu.
" Sabar Daniel.... sabar...Brian pasti akan melarangku mendekati keponakanya ini kalau dia sampai tahu,'' katanya dalam hati.
Setelah mengambil beberapa buah mangga Brian mengajak Daniel pulang.
" Ayo dan kita pulang,'' ajak Brian.
" Ya aku juga ada urusan lain yan, kalau begitu aku langsung pulang ya,'' jawabnya pada Brian.
" Ngak mampir kerumah dulu?" Ajak Brian.
" Nanti aja lagi,'' jawab Daniel singkat.
" Baiklah... ,'' balas Brian.
Pada dasarnya Daniel tak punya urusan apapun. Hanya saja rencananya sudah berjalan dengan sangat lancar. Jadi dia memutuskan untuk pulang.
Saat ini hatinya bak taman dengan seribu bunga yang tengah mekar. Semerbak harumnya menguar ke mana-mana. Membuat Daniel terbuai-buai.
Kemanapun dia melangkah bayangan Tiara selalu ada dan wajahnya selalu membayang.
Tak lama kemudian ia tiba di keramba ikan apungnya.
Dia duduk di pingiran kolam sambil memandangi ikan-ikan yang meliuk-liuk kan tubuhnya di air. Seakan mengerti perasaan Daniel saat ini.
" Rasanya aku hampir gila di buatnya,'' kata Daniel pada dirinya sendiri sambil mengacak-acak rambutnya.
Yang ada di fikiranya hanyalah gadis itu, Tiara dan Tiara lagi.
" Kenapa dia begitu istimewa?'' Tanya Daniel pada dirinya sendiri.
" Semua yang ku butuhkan dan ku inginkan ada pada dirinya, dia adalah segala sesuatu yang pernah ku harapkan untuk ku temukan, oh Tuhan bantu aku mendapatkanya.''
Dari hanya setitik rasa yang berkembang menjadi sebuah harapan. Banginya Tiara adalah perjalananya. Dia ingin semuanya di mulai dengan Tiara.
Sedangkan di sana, sang gadis pujaan tak tahu kalau perasaanya begitu dalam pada gadis itu. Tiara juga sudah memiliki pacar. Sepertinya perjuangan Daniel akan berat kali ini.
Dia harus mencapai tiga pulau sekaligus dalam sekali mendayung sampan. Paman Brian, Tiara dan menyingkirkan pacar gadis itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!