Hujan mulai turun dipermukaan bumi dengan deras, tanpa memedulikan manusia yang masih punya urusan di luar ruangan. Mendekati penghujung tahun, biasanya daerah tropis akan mengalami musim penghujan. Dimana hujan turun terus menerus tanpa merasa lelah, membasuh seluruh permukaan dengan air murni yang turun dari langit.
Kadang kala matahari enggan menampakkan cahayanya karena tertutup oleh awan yang berisi ribuan liter air. Mungkin untuk sejenak matahari beristirahat.
Gadis cantik dengan rambut yang digelung kebelakang tak menghentikan niatnya walau saat hujan sangat deras. Taksi yang ia pesan semuanya menolak, karena memang hujan sedang deras derasnya, dan akhirnya terpaksa ia menggunakan sepeda motor untuk berjalan kearah tujuan.
Malam itu suaminya ulang tahun, dan iya akan memberi kejutan padanya. Semuanya sudah siap, hanya kurang dekorasi balon saja. Gadis itu mulai mengenakan jas hujan serta helm, memberanikan diri membelah lautan air yang tengah turun gencar gencarnya.
Toko yang ia tuju tidak jauh, hanya sekitar setengah jam saja dari rumahnya. Ia berhasil membeli apa yang dibutuhkan. Tapi siapa sangka, karena derasnya hujan membuat jalanan licin, air hujan yang terus turun memburamkan pandangan nya. Perempuan itu lupa memakai alat bantu dengar pada telinga, hingga tidak bisa mendengar suara klakson dari mobil yang terus berbunyi.
Karena tidak mendengar akhirnya dia terserempet, motor nya jatuh terguling begit juga dengannya. Benturan yang cukup keras membuatnya tak sadarkan diri, beruntung dia memakai helm sehingga kepalanya masih bisa terlindungi.
*
*
Dua orang yang tengah memadu kasih ditengah derasnya hujan yang turun dari luar, menambah kesan eksotis. Suara desahan dan tubuh yang saling bergesekan menimbulkan suara yang yang siapa saja ketika mendengar nya akan dilanda syahwat yang luar biasa.
"Mas, kamu gak pulang? malam ini kamu ulang tahun, aku yakin pasti Mbak Rania lagi nunggu dirumah."
"Kamu gak usah mikirin cewek tuli itu."
"Kenapa gak dipikirin, dia kan istri kamu."
"Dia memang istriku, tapi dihatiku hanya ada kamu."
Perempuan tersebut tersenyum, kemudian ia mengecup mesra bibir lelaki yang ada dihadapannya.
*
Perempuan cantik yang tengah terbaring diatas ranjang rumah sakit itu bernama Rania. Semalaman dia berada di ranjang rumah sakit, perawat sudah berusaha menghubungi wali, namun sama sekali tidak ada yang tersambung.
Rania sadar dari pingsannya, ia berusaha bangkit tapi kepalanya terasa sangat berat dan pusing. Rania memaksakan diri, ia segera mencari tasnya untuk mengambil handphone dan memakai alat bantu dengar, terakhir kali dia tidak pakai malah berakhir kecelakaan.
Ia melihat jam dan ternyata sudah pukul tujuh pagi, gawat dia melewatkan ulang tahun suaminya.
Salah satu perawatan datang untuk memeriksa keadaan Rania.
"Sus apakah ada yang mencari saya?" Tanya Rania, dia semalaman tidak pulang pasti suaminya khawatir padanya.
"Tidak ada, kami juga sudah berusaha untuk menghubungi salah satu wali, namun tidak ada yang tersambung."
Rania kembali mengecek handphone nya, dan sama sekali tidak ada riwayat panggilan telepon ataupun pesan. Dia terdiam sejenak, apakah suaminya tidak khawatir padanya, padahal dia menghilang semalaman dan tak menghubungi nya.
Rania menggelengkan kepalanya, dia berfikir mungkin suaminya masih berada dikantor dan melakukan lembur, karena memang akhir akhir ini suaminya jarang sekali pulang dan hampir lembur setiap hari, termasuk hari minggu.
Suster telah melarang Rania untuk pulang, karena kondisi masih belum stabil, tapi perempuan itu bersikeras. Walau sedikit sempoyongan, Rania tetap pergi dari rumah sakit. Ia berusaha menghubungi suaminya, namun tak kunjung juga tersambung.
Diam diam Rania memasang aplikasi pelacak pada handphone suaminya, untuk mengetahui keberadaan beliau, karena suaminya sangat pendiam jarang sekali mengajaknya berbicara dan hanya Rania kadang yang terus menerus berbicara.
Rumah tangganya bersama Arya bisa dibilang baik baik saja, pernikahan mereka baru saja menginjak dua bulan. Dan selama itu Arya sama sekali tidak pernah menyentuhnya.
Pria itu sangat kaku, mengobrol dengannya saja harus inisiatif Rania yang mengajaknya. Mereka menikah karena saling mencintai itu yang Rania yakini saat ini.
Rania heran, mengapa lokasi dari handphone suami berada disalah satu hotel, dia tidak berpikir panjang mungkin pria tersebut sedang bertemu dengan klien, pantas saja dia tidak mencarinya.
Sebelum ke hotel Rania menyempatkan terlebih dahulu dirinya untuk membeli kue ulang tahun, niatnya dia akan memberikan kejutan kecil, karena semalam gagal.
Rania dengan percaya diri membawa kue tersebut, dia mulai menekan bel pada pintu kamar yang ditempati suaminya.
Suara bel yang terus menerus ditekan mengganggu dua manusia yang tengah nyenyak tertidur. Sang lelaki lantas terbangun dengan wajah khas bangun tidurnya. "Siapa sih pagi pagi, ganggu banget." Gerutunya.
Saat pintu terbuka, dia malah terkejut dengan apa yang dilihatnya saat ini, "Ra...nia" Ucap nya terbata.
"Suprise..." Ucap Rania dengan riang.
"Kamu kok, tahu saya disini?"
Tanpa menjawab Rania langsung masuk kedalam, tapi ia begitu terkejut melihat wanita yang tengah terbaring di ranjang.
Rania buru buru melihat siapa wanita itu, Arya yang mencoba menghentikannya tidak dapat mencegahnya.
Bagaikan petir menyambar disiang bolong, ia begitu terkejut saat mengetahui siapa perempuannya itu. Dia Diana, adik tirinya.
"Mas, kamu tidur dengan adikku sendiri." Ucap Rania tak percaya, air matanya sudah mulai jatuh dipermukaan pipi.
Diana yang mendengar suara ribut terusik dari tidurnya, ia membuka mata dan terkejut mendapati kakak tirinya berada disana.
Ia kemudian bangun, tak lupa menutupi tubuh polosnya dengan selimut. "Mbak, ini salah paham."
"Kamu bilang salah paham, lihat tubuh telanjang mu itu, masih bisa disebut salah paham."
Diana terdiam, dia tidak bisa menjawab ucapan kakanya. Sedangkan Arya dia hanya bisa terdiam, toh dirinya sudah tertangkap basah tidak perlu lagi penjelasan.
"Mari kita bercerai" Ucap Arya.
Rania tidak percaya dengan apa yang diucapkan suaminya, "Harusnya aku bilang itu, bukan kamu. Mari kita bercerai, aku akan menggugat mu dan akan aku pastikan semua harta gono gini jatuh pada tanganku, apalagi selama ini kamu tidak pernah sekalipun menyentuhku." Setelah mengucapkan hal tersebut Rania keluar dari kamar.
"Mas, kamu gila ya!, jika kamu bercerai dengan mbak Rania semua yang telah kita rencanakan akan sia sia." Ucap Diana
"Mau bagaimana lagi, kita sudah ketahuan."
"Cepat kejar dia, kamu harus minta maaf kalau perlu berlutut, Jagan kembali sebelum kamu mendapatkan maafnya."
"Bagaimana jika dia tidak mau memaafkan."
"Mbak Rania orang yang naif, melihatmu mengemis minta maaf dan ingin kembali dia pasti akan menerimanya. Kamu harus bilang menyesal, dan tadi hanya kesalahan semalam, dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Dengan begitu aku yakin dia akan kembali menerimamu."
Siapa sangka percakapan tersebut didengar oleh Rania, dia tidak benar benar pergi dari sana, berdiri di balik pintu dan mendengar semua yang mereka ucapkan.
BERSAMBUNG.....
Jangan lupa untuk like komen dan subscribe.
Dalam ruangan 5×5, tengah berbaring seorang wanita dengan busa dimulut nya, ia menangis sambil tersenyum menanti kematian yang dia telah rencanakan. Kehidupan yang begitu berat dan tersiksa membuatnya lebih memilih untuk mengakhiri hidup.
Sedangkan dilain sisi, pria dengan tubuh jangkung tengah berlari sekencang mungkin berkejaran dengan waktu. Ia terus berdoa sepanjang jalan agar dirinya tidak terlambat untuk menyelamatkan wanita yang selama ini ia sayangi.
Dia mendapatkan kabar dari rumah, bahwa sang ibunda mengunci diri di dalam kamar. Dan ada yang melihat bahwa wanita itu membawa satu botol pestisida, semua itu dipicu karena sebelumnya datang ayahnya untuk mengambil beberapa barang yang tertinggal, namun dia tidak sendiri melainkan didampingi oleh seorang wanita muda cantik nan seksi.
Semua orang yang berada didalam rumah berusaha untuk membuka pintu, namun tak kunjung terbuka. Saat pria itu datang, ia segera berlari lalu menendang pintu tersebut sekuat tenaga. Alhasil pintu itu terbuka, namun siapa sangka wanita yang ia sayangi telah meregang nyawa.
Ia menangis sejadi jadinya, memeluk jasad sang ibu yang sudah tak bernyawa. Semua itu ulah ayahnya, pria tersebut bukan sekali dua kali memamerkan kemesraan bersama wanita lain dihadapan ibunya. Tapi pria brengsek itu enggan untuk menceraikan ibunya.
Dia telah membujuk sang ibunda untuk menggugat cerai ayahnya, namun entah apa ancaman yang diberikan pria brengsek itu sehingga ibunya selalu menolak.
Dengan penuh dendam yang ada dihatinya, dia menelepon seseorang untuk mencari tahu keberadaan sang ayah. Tidak butuh waktu lama untuk orang yang dia suruh mendapatkan lokasi yang diinginkan olehnya.
Dia segera mengendarai mobil seperti orang kesetanan, menuju lokasi yang diberikan. Ternyata itu sebuah hotel, dia menerobos masuk langsung membuka pintu dan memukuli ayah kandungnya dengan membabi buta.
Semua orang panik, perempuan tadi malah kabur melihat sang kekasih tengah dipukuli oleh anaknya sendiri. Satpam berusaha keras untuk memisahkan, tapi tenaga pria tersebut terlalu kuat, entah setan apa yang merasukinya sehingga dia memiliki tenaga yang begitu besar.
"Dasar pembunuh, kamu telah membunuh ibu saya. Jangan harap setelah ini kehidupan mu akan tenang seperti biasanya."
Pria yang telah babak belur itu bukanya minta maaf malah menarik salah satu sudut bibirnya, "Sudah seharusnya dia mati, karena itu yang saya inginkan selama ini. Jika kamu sedih, kenapa tidak menyusul nya saja."
Ucapan itu seperti bensin yang dituang pada api yang menyala, membuat kobarannya semakin besar. Tanpa ampun pria tersebut memukuli sang ayah hingga tak sadarkan diri. Jika semua orang tidak memisahkannya, saat itu juga pria yang disebut ayah itu merenggang nyawa.
Setelah puas memukuli ayahnya, dia kembali pulang. Dia harus mengurus pemakaman sang ibu, hatinya terasa remuk, dunianya seakan hancur ketika dia gagal menyelamatkan sang ibu dari lubang neraka yang tak berujung. Hingga akhirnya beliau memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Pemuda itu tidak tahu asal mulanya dimana, seingatnya pria brengsek itu telah selingkuh dari dia kecil. Waktu itu dia pernah dan ibunya mencoba kabur, namun naas mereka berdua tertangkap.
Sang ayah memukuli ibunya hingga terluka parah, karena belum puas maka beliau balik memukuli nya hingga saat itu dia hampir tak sadarkan diri. Waktu itu dia berkisar umur delapan tahun, anak yang tidak bisa melawan orang dewasa dan dengan teganya sang ayah memukulinya hingga hampir mati.
Sayup sayup ditengah kesadarannya, ia mendengar bahwa jika sang ibu kembali mencoba kabur maka sang ayah tidak segan akan menghabisi dirinya, dan mengurung ibu selamanya didalam rumah tersebut tanpa bisa melihat dunia luar.
Mungkin dari semenjak itu, ibunya tidak berani kabur atau meminta bercerai dari sang ayah. Hati anak mana yang tidak remuk melihat sang ibu diperlakukan layaknya budak oleh sang ayah.
Ketika ayahnya mabuk, pria brengsek itu akan menganiaya ibunya, dan baru berhenti ketika dia sudah lelah. Sang anak kerap kali menggantikan ibunya, dia dipukuli hingga banyak sekali bekas luka yang ada ditubuhnya.
Dia Danu Aksara, pemilik tahi lalat yang berada disudut mata. Danu mengusap usap nisan sang ibu, dia tidak berniat untuk beranjak.
Hari mulai gelap, awan diatas sana mendung. Hujan sedikit demi sedikit mulai turun, tapi sama sekali tidak ada niatan pemuda itu untuk beranjak dari sana.
Suara dering telepon yang terus menerus mengganggu nya, Danu mengambil handphone tersebut lalu mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelepon.
"Anak durhaka, jangan lupa besok kau harus menikah. Jika tidak, maka aku tidak akan segan segan untuk membunuhmu."
Danu sudah muak menjadi bidak catur ayahnya, pernikahannya besok itu juga diatur oleh beliau untuk meraih kekuasaan juga uang sebanyak banyaknya. Danu Sebenarnya enggan menerima pernikahan tersebut, namun sang ibu terus saja memohon dengan alasan dia ingin segera punya menantu.
Kini sang ibu tidak ada, tidak ada alasan lagi untuk Danu melakukannya pernikahan tersebut. "Jangan harap saya akan datang. Silahkan bunuh saya, tapi sebelum itu, terlebih dahulu saya yang akan membunuhmu."
"Baiklah jika itu yang kau mau." Setelah itu telepon terputus.
Danu kembali memeluk nisan ibunya, sebelum beranjak pergi dia mencium lama nisan tersebut. "Mah, Danu janji akan sering datang dan bawain bunga kesukaan mamah. Danu harap mamah sekarang udah tenang dan bahagia, gak lagi menderita seperti sebelumnya. Tungguin Danu yah, nanti kalau Danu datang nyamperin mamah, jangan lupa mamah senyum. Oh ya, Danu harap mamah akan sering jenguk Danu, walau cuman lewat mimpi pasti Danu akan sangat bahagia. Dan sekali lagi Danu minta maaf, gara gara Danu mamah gak bahagia, Danu gak bisa bawa mamah keluar dari cengkeraman iblis itu. Danu juga mau minta maaf, karena gak bisa melanjutkan pernikahan, Danu gak mau nikah sama orang yang tidak Danu cintai, semoga mamah maklum ya dan jangan marah. Danu sayang mamah, Danu pergi dulu ya, babai mamah Danu yang paling cantik."
Pemuda itu mulai melangkahkan kaki keluar dari pemakaman. Baju yang ia kenakan telah basah kuyup, dia perlahan berjalan mengikuti langkah kakinya, dia tidak lagi punya tujuan, rumah yang selama ini selalu ditujunya telah pergi untuk selamanya.
Danu melihat cahaya terang yang menyinari nya, sayup sayup dalam kegelapan cahaya itu semakin mendekat kepadanya. Tapi siapa sangka justru cahaya itu yang akan menjadi mala petaka, truck kontainer dengan muatan barang yang berlebihan oleng, hingga akhirnya mengenai tubuh Danu.
Danu terpental jauh, 'Mah jika ini akhir hidup Danu, maka Danu harap bisa langsung bertemu dengan mamah. Tapi jika ada kehidupan kedua, Danu harap Danu akan terlahir kembali dari rahim mamah, dan Danu akan berjanji untuk membuat mamah bahagia '.
BERSAMBUNG.....
Rania berjalan sempoyongan, mengetahui fakta yang benar benar mengejutkan. Dari dulu dia selalu menganggap bahwa adik tirinya adalah sahabat sekaligus saudaranya. Semenjak ibunya meninggal lima belas tahun lalu, ayahnya menikahi seorang janda beranak satu. Tadinya janda tersebut adalah sekertaris ayahnya dikantor.
Rania sangat bahagia kala dia mendapati keluarga baru, apalagi mendengar dia mempunyai saudara. Dia selalu kesepian berada dirumah besar, apalagi ayahnya sering pergi untuk berdinas. Tapi semenjak ibu dan adik tirinya datang, rumah jadi lebih ramai.
Saking senangnya dia mempunyai saudara, Rania memberikan apa saja yang diinginkan oleh adik tirinya. Saat pertama datang, adik tirinya tidak menyukai kamar barunya, dan lebih menyukai kamar Rania yang jelas lebih indah dan bagus. Karena kamar tersebut memang dibuat khusus oleh ayahnya untuk dirinya, semua hiasan, warna tembok, dan arsitektur dari kamar tersebut dirancang oleh ibu kandungnya dan itu semua kesukaan Rania.
Tapi tanpa pikir panjang dia memberikan kamar tersebut pada Diana, adik tirinya. Rania menempati kamar yang hanya luasnya setengah dari kamarnya. Walau begitu, dia tetap bahagia karena bisa bermain setiap hari dengan Diana.
Baju Rania yang bagus, yang didesain khusus oleh ibunya diberikan semua kepada Diana, karena adik tirinya itu menginginkannya. Semua barang Rania yang bagus selalu diinginkan oleh adiknya dan Rania selalu memberikannya.
Entah kenapa, setelah Diana masuk ke sekolahnya, perlahan lahan semua teman yang Rania punya perlahan mulai menjauhinya. Tidak ada lagi yang ingin berteman dengannya, mereka semua memusuhi Rania tanpa sebab yang diketahui olehnya.
Hingga akhirnya Rania sama sekali tidak memiliki teman satupun dan hanya tersisa Diana yang mau mengajaknya. Diana memiliki kepribadian ceria, dia gampang bergaul. Berbeda dengan Rania yang sedikitpun pemalu dan butuh waktu lama untuk bersosialisasi.
Dibalik wajah ceria adik tirinya tersimpan banyak sekali topeng yang ia pakai, Rania dulu sama sekali tidak menyadarinya. Dahulu ketika mereka sekelas, setiap ulangan Diana akan menukar kertas ujian mereka dan berakhir pada nilai raport. Diana akan mendapatkan juara, sedangkan Rania mendapatkan nilai yang sangat kecil bahkan terkadang banyak sekali nilai merah.
Ayah tidak marah dengan nilai yang Rania dapatkan, dia hanya menyuruh untuk dirinya lebih banyak belajar serta mencontohkan adiknya. Rania dan Diana hanya terpaut tiga bulan, mereka tumbuh bersama. Tapi siapa sangka, yang Rania kira teman ternyata musuh paling nyata.
Sepanjang jalan Rania terus mengingat masa lalu mereka, dan dia baru menyadari bahwa selama ini dirinya telah dibodohi dan dimanfaatkan oleh Diana. Entah Rania harus bahagia karena akhirnya ia mengetahui sifat asli dari adik tirinya, atau bersedih karena kehilangan sahabat serta saudara satu satunya.
Jika diingatkan lagi, Rania kenal dengan Arya itu lewat adik tirinya. Saat itu Arya datang kerumahnya untuk mengantar Diana yang mabuk, tidak ada interaksi khusus, hingga akhirnya Arya pulang.
Namun seminggu kemudian, Rania diajak kesalahan satu tempat ngedate yang sedang hits saat itu. Saat pertama datang, disana sudah ada Arya yang sedang menunggu.
Hingga akhirnya pria tersebut menyatakan perasaannya pada Rania saat itu. Jujur saja waktu itu Rania sama sekali tidak ada perasaan apa apa, namun adik tirinya mengatakan bahwa Arya pria yang baik dan cocok dengannya.
Akhirnya Rania menyetujuinya, satu minggu kemudian Arya datang kerumahnya untuk melamar. Memang terkesan buru buru, namun saat itu Rania benar benar tidak menyadari apapun, dia hanya berfikir bahwa pria tersebut serius dengannya.
Selama mereka mengobrol, Diana tidak pernah absen. Mereka selalu mengobrol bertiga, Rania lebih banyak terdiam. Sedangkan Arya dan Diana mereka sangat asik mengobrol entah apa yang mereka obrolan kan kadang Rania tidak mengerti.
Dari sana saja sudah ada tanda, tapi Rania sangat bodoh tidak menyadarinya. Hingga saat mereka memilih baju pengantin, sikap Arya acuh tak acuh padanya. Tapi ketika Diana ikut mencoba baju, Arya berubah jadi manusia paling antusias yang memuji adiknya.
Rania pikir saat itu semua baju yang dipakainya memang kurang cocok, dan akhirnya Rania menikah dengan gaun yang dipilihkan oleh adik tirinya.
Pernikahan mereka diadakan secara tertutup tidak banyak yang datang, dan itu usulan dari ibu tirinya. Mengingat bahwa sang ayah sedang tidak enak badan. Beberapa tahun ini, ayah Rania sering sakit sakitan dan yang mengurus kantor untuk menggantikan ayahnya adalah ibu tirinya.
Rania kira Arya menikahinya karena mencintainya, tapi selama menjalankan rumah tangga, pria tersebut lebih banyak menghabiskan waktu diluar dari pada dirumah. Setiap Minggu tidak pernah berada dirumah, dengan alasan pekerjaan, padahal Rania menginginkan seperti pasangan lainnya, seperti menghabiskan waktu bersama.
Bahkan selam dua bulan itu, Arya bisa dihitung berbicara dengannya. Pria itu lebih banyak terdiam, Arya sama sekali belum menyentuh Rania. Jadi bisa dibilang bahwa Rania masih perawan dengan status nya sebagai seorang istri.
Mereka tidak pernah tidur satu ranjang, Arya lebih memilih tidur disofa yang sangat tidak nyaman dibandingkan satu ranjang dengan nya. Dari semua kejadian tersebut Rania belum sadar, hingga hari itu, Rania baru mengerti semua yang telah terjadi.
Rania bergegas pergi kerumah orang tuanya, dia akan mengatakan yang sebenarnya pada ayah dan ibu tirinya tentang kelakuan Diana. Tapi siapa sangka, saat tiba disana ternyata Diana dan Arya sudah mendahuluinya.
"Rania, saya minta maaf. Saya semalam mabuk dan tidak tahu, hingga pagi itu saya baru menyadari bahwa saya telah melakukan kesalahan." Arya memasang wajah bersalah, bahwa pria itu telah berlutut dihadapannya, dengan air mata buaya disudut matanya.
Rania yang sudah tahu semuanya hanya tersenyum sinis, "Itu kesengajaan, kita tetap bercerai."
Ibu tiri Rania maju, lalu menggenggam tangan Rania. "Rania, mamah tahu perbuatan mereka salah. Tapi bisakah kamu memaafkan keduanya, tadi Diana sudah menceritakan semuanya, mereka dijebak oleh teman kantor. Jadi mamah mohon tolong maafkan mereka, ini demi kebaikan kamu juga. Waktu terus berputar sayang, jika kamu melupakan apa yang kamu lihat maka semua nya akan baik baik saja seperti semula, Diana akan tetap jadi saudara mu dan Arya menjadi suamimu."
"Demi kebaikan apa?, kalian telah berbuat salah, dan sekarang aku yang jadi korbannya. Tapi kini kalian memaksaku untuk memberikan maaf dan melupakan semuanya begitu saja. Kalian pikir aku seperti robot yang sama sekali tidak punya perasaan." Rania kemudian menghempaskan tangan ibunya.
Ia segera menuju kamar yang sering ayahnya tempati, kamar tersebut terkunci, ia mengetuk ngetuk pintu. "Ayah buka, ini Rania. Ada yang ingin Rania katakan pada ayah."
"Ayah kamu tidak ada, dia sedang dirumah sakit." Ucap ibu tiri Rania.
BERSAMBUNG......
Jangan lupa untuk like komen dan subscribe.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!