Sabrina duduk di meja makan dengan wajah yang merah padam, terlihat murka saat ayahnya menyampaikan syarat menikah agar harta jatuh ke tangannya. Pemikiran tentang harta peninggalan mendiang ibunya jatuh ke tangan ibu dan saudara tirinya membuat Sabrina semakin marah.
"Aku akan menikah dengan kekasihku, dad. Jangan coba-coba menjodohkanku lagi," ucap Sabrina dengan nada sinis, sambil menatap saudara tirinya yang duduk di seberang meja.
"Terakhir kali daddy menjodohkanku, pria itu malah direbut oleh si parasit ini," lanjutnya, menuding saudara tirinya dengan tatapan tajam.
Suasana makan malam menjadi tegang dan gaduh. Ayah Sabrina terlihat bingung, sedangkan ibu tirinya mencoba meredakan suasana dengan mengalihkan pembicaraan. Namun, Sabrina tidak mau berhenti.
"Kali ini, aku akan memastikan semua harta itu jatuh ke tanganku. Aku tidak akan membiarkan mereka menikmati hasil jerih payah Mommy," tegas Sabrina dengan keras, membuat semua orang di meja makan terdiam.
Saudara tirinya yang merasa tersudut, mencoba membela diri. "Aku tidak pernah berniat merebut kekasihmu, Riana. Itu bukan salahku!"
"Lihatlah dirimu begitu culun, mana ada pria dewasa menyukaimu Riana" lanjutnya dengan nada tak kalah sinis dengan nada mengejek.
"Semua orang pasti akan menyukaiku dibanding dengan dirimu Riana, kau hanya membuat pasanganmu malu, aku tak yakin kau mempunyai kekasih" ucap Lisa dengan sinis.
"Lisa jangan begitu pada Riana, dia saudaramu sayang" ucap ibu tiri Sabrina bernama Rani.
"cih aku tak sudi menjadi bagian keluarga dari kalian" ucap Riana.
"Sabrina kami sayang sama kamu dan akan terus mendukungmu"
Sabrina tertawa sinis. "aku akan memastikan tidak ada yang menghalangi rencanaku" Sambil mengucapkan itu, Sabrina berdiri dan meninggalkan meja makan, meninggalkan keluarganya yang masih terpaku dalam kebingungan dan kegaduhan.
Sabrina kembali ke kamar mengambil tas kerjanya, ia harus berangkat ke kantor, namun sebelum itu dirinya menatap pantulan dirinya di cermin, memandang seluruh tubuhnya dari atas sampai bawah.
Tak ada yang salah, ia hanya menyukai tampilan yang sederhana, Sabrina selalu memakai kacamata karna masalah penglihatan nya yang sudah tidak bagus, namun orang orang terlebih Lisa selalu mengejeknya sebagai orang cupu.
Sabrina melangkah pasti memasuki ruang kantor dengan raut wajah yang tegas dan dingin. Begitu ia tiba, suasana kantor seketika berubah. Para karyawan yang tadinya asyik berbicara dan tertawa, seketika berhenti dan panik. Mereka bergegas menuju meja kerja mereka masing-masing, seolah-olah takut terkena hujan amarah Riana.
Wajah Sabrina yang selalu terlihat datar dan ekspresinya tak pernah berubah membuat karyawan semakin ketakutan. Meskipun penampilannya terkesan sederhana dan cupu, namun ia merupakan sosok atasan yang sangat ditakuti oleh semua karyawan. Sabrina terkenal dengan sifatnya yang keras dan galak, bahkan sedikit kesalahan saja bisa membuat Sabrina memecat karyawan tersebut tanpa belas kasihan.
Para karyawan pun hanya bisa mengeluh dan membicarakan Sabrina di belakangnya, namun tak seorang pun yang berani membantah atau menegur sang atasan. Beberapa kali Sabrina mendengar para karyawan baik pria dan wanita menggunjingkan dirinya, namun Sabrina tidak peduli dengan pandangan buruk yang ditujukan padanya. Bagi Riana, yang terpenting adalah kinerja perusahaan dan kesuksesan bisnis.
Tak lama, Sabrina mulai berjalan menyusuri barisan meja kerja karyawan, sesekali menatap tajam mereka yang sedang bekerja. Keringat dingin mulai mengucur di dahi para karyawan, namun mereka terus bekerja dengan fokus dan serius, berusaha untuk menghindari kemarahan Riana. Di tengah ketegangan tersebut, Sabrina terus menjalankan perannya sebagai atasan yang ditakuti, demi mencapai tujuan yang diinginkannya untuk perusahaan.
Sabrina melakukan itu semua karna masalalu hidupnya yang keras, ia tak boleh menjadi wanita lemah dan cengeng, apapun cara akan ia lakukan demi membuat perusahaan peninggalan sang mommy terus maju.
Seperti hari hari sebelumnya, Sabrina bekerja dengan sangat fokus dan serius ia tak ingin ada kendala dalam memajukan perusahaanya.
amanda sang sahabat yang merangkup sebagai asistent datang dengan dokumen dokumen ditanganya, melihat ekspresi Sabrina yang murung membuat amanda penasaran dan menanyakan apa yang terjadi pada sahabatnya itu.
"Ada apa lagi, mengapa pagimu selalu murung?" Tanya Rachel.
Sabrina terlihat menghela nafas kemudian mulai bercerita tentang perdebatan yang terjadi pagi tadi bersama sang ayah, mendengar hal itu, amanda merasa prihatin.
"Aku turut prihatin dengan yang terjadi padamu Riana, lalu apa yang akan kau lakukan??
"Mau tidak mau aku harus menikah, namun kau tahu aku tidak punya kekasih" ucap Sabrina dengan frustasi.
"Kau bisa saja memilih seseorang untuk menikah denganmu Riana"
"Tapi siapa Amanda??
Amanda pun ikut di buat pusing dengan apa yang sedang menimpa Riana.
Keduanya terlihat pusing dan bingung memikirkan cara agar Sabrina bisa segera menikah demi harta peninggalan sang ibu tidak berakhir di tangan ibu dan saudara tirinya.
Tiba-tiba, terdengar ketukan pintu yang cukup keras. amanda segera bangkit dan membuka pintu, di hadapannya berdiri Reyhan, salah satu karyawan Sabrina yang membawa seikat dokumen.
"Masuklah, Reyhan," ujar amanda sambil menggeser tubuhnya untuk memberi jalan.
Reyhan melangkah masuk dengan wajah bingung. Ia tidak mengerti mengapa Sabrina sangat serius menatapnya, apa ada yang salah dengan dirinya, ia hanya ingin meminta tanda tangan Sabrina untuk kelancaran pekerjaanya.
Reyhan begitu gugup saat akan mengambil berkas yang sudah di tandatangani oleh Riana.
Namun, sebelum ia sempat membuka mulut untuk berterimakasih, Sabrina tiba-tiba berbicara dengan nada tegas dan bersemangat.
"kau Reyhan! Mulai saat ini, kau adalah calon suamiku dan kita akan segera menikah!" ucap Sabrina dengan ekspresi serius.
"kau Reyhan! Mulai saat ini, kau adalah calon suamiku dan kita akan segera menikah!" ucap Sabrina dengan ekspresi serius.
Semua orang yang ada di ruangan itu, termasuk Amanda dan Reyhan, terkejut dengan pernyataan Sabrina yang begitu mendadak.
Reyhan menatap Sabrina dengan mata terbelalak, seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ia menelan ludah sebelum membuka mulutnya, "A..apa, Miss? Apa maksudnya?"
Sabrina menghela nafas sebelum kembali berbicara, "Nanti aku akan menjelaskan semuanya padamu. Sekarang keluarlah dulu dari sini." Ucap Sabrina dengan nada perintah, membuat Reyhan semakin bingung.
Dengan langkah gontai, Reyhan perlahan meninggalkan ruangan tersebut sambil mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Di dalam hatinya, ia merasa seperti terjebak dalam situasi yang tak terduga dan membingungkan.
Sementara itu, Sabrina dan Amanda saling pandang, keduanya tahu bahwa keputusan Sabrina tersebut akan mengubah hidup Sabrina dan Reyhan.
"Apa kau yakin dengan keputusanmu itu Sabrina?" Tanya Amanda meyakinkan tentang keputusan Sabrina yang begitu mendadak.
"Ya aku yakin, dari sekian banyak karyawan pria, hanya dia yang aku lihat tidak banyak tingkah saat bekerja" jawab Sabrina.
"Apa yang akan kau lakukan jika dia tidak mau?
"Kirimkan profil tentang Reyhan, aku ingin tahu semua tentang nya" ucap Sabrina dan Amanda mengerti apa yang akan Sabrina lakukan selanjutnya pada Reyhan.
Reyhan menatap jam dinding yang tergantung di ruang kerjanya, menunjukkan waktu makan siang telah tiba. Dia merasa lapar, namun saat hendak pergi ke kantin, mata Reyhan terarah pada sosok Sabrina, atasan yang selama ini terkenal jutek dan galak, sudah berdiri di luar ruangannya, menunggu dirinya. Semua karyawan yang melintas tampak bingung dengan situasi ini, termasuk dirinya sendiri.
Reyhan pun mendekati Sabrina dengan hati-hati, sambil bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.
"Ada apa mis?? Tanya Reyhan
Sabrina tersenyum ke arahnya dan mengajaknya untuk makan siang bersama.
"Ayo kita makan siang bersama" ajak Sabrina dengan riang.
Reyhan merasa kaget, terlebih para karyawan yang mendengar itu.
"Apa kau lupa tentang ucapanku tadi pagi?" Tanya Sabrina membuat Reyhan terkejut, mengingat ucapan Sabrina beberapa tadi pagi di ruangannya, bahwa wanita itu ingin dirinya menjadi suami wanita itu. Hal tersebut merupakan hal tergila yang pernah Reyhan alami sepanjang hidupnya.
Sambil berjalan menuju kantin, Sabrina terus mengobrol dengan Reyhan, membuat suasana terasa aneh dan tidak biasa. Reyhan tak bisa menutupi kekagetannya, bagaimana mungkin atasan yang selama ini terkenal keras dan dingin tiba-tiba berubah menjadi begitu ramah dan mengajaknya untuk menjadi suaminya? Padahal selama ini, hubungan mereka hanya sebatas atasan dan bawahan, tanpa ada keakraban lebih.
Reyhan mencoba untuk tetap tenang, namun di dalam hatinya, dia merasa bingung dan takut. Apakah ini hanya sebuah lelucon, ataukah Sabrina benar-benar serius dengan keinginannya?.
Makan siang berlangsung dengan suasana yang tegang. Reyhan dan Sabrina, atasan dan bawahannya, duduk bersebelahan di meja makan yang sama. Ucapan Sabrina tadi membuat Reyhan merasa tak percaya, hal itu bukan lelucon belaka, bagaimana mungkin Sabrina menginginkan dirinya menjadi suami wanita itu?
"Miss Sabrina, saya tidak bisa menerima itu. Saya hanya menganggap Anda sebagai atasan, bukan lebih dari itu," ungkap Reyhan sambil meneguk air mineral dari gelasnya, wajahnya nampak cemas.
"Apa kamu benar-benar tidak mengerti, Reyhan? Aku sungguh-sungguh ingin kau menjadi suami ku," ujar Sabrina dengan tegas, matanya menatap tajam ke arah Reyhan.
Reyhan menggelengkan kepalanya, "Tentu saja saya tidak mau. Saya yakin Anda pun tidak suka padaku. Apa alasan di balik semua ini?"
Sabrina menatap lurus ke mata Reyhan, "Aku punya alasan yang kuat, namun saat ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskannya"
Reyhan menggigit bibirnya, tidak yakin apa yang harus ia katakan. "Maaf sekali lagi aku tak bisa" ucap Reyhan.
Perdebatan antara mereka berdua semakin sengit, Reyhan merasa terpojok, namun ia tetap berusaha keras untuk menegaskan pendiriannya.
Sementara itu, Sabrina nampak kekeh dengan keinginannya, yakin bahwa Reyhan akan mengerti alasan di balik permintaannya.
Suasana makan siang menjadi semakin tidak nyaman, orang-orang di sekitar mereka mulai melirik ke arah mereka, merasa penasaran dengan apa yang sedang terjadi. Namun, kedua insan itu terlalu larut dalam perdebatan mereka untuk menyadari perhatian yang mereka tarik.
Reyhan kembali bekerja, namun otaknya tak fokus, pikiranya melayang pada perdebatan antara dirinya dengan Sabrina.
"Reyhan apa yang kau bicarakan dengan miss Sabrina, mengapa dia mengajakmu makan siang bersama" tanya salah satu karyawan
"Bukan apa apa" jawab Reyhan dengan wajah kusutnya.
"Benarkah itu?, kalian tadi terlihat perdebatan?" Tanya para karyawan yang lain.
"Itu hanya masalah pekerjaaan saja, seperti biasa miss Sabrina menginginkan pekerjaan yang sempurna" ucap Reyhan mencoba memberi jawaban selogis mungkin.
"Reyhan kau di panggil miss Sabrina, kau di suruh ke ruanganya" ucap salah seorang karyawan menghampiri mereka, sontak membuat seisi ruangan penasaran.
Reyhan mengangguk dan segera pergi keruangan Sabrina.
Reyhan berdiri tegap di depan pintu kantor Sabrina, ekspresi wajahnya penuh ketegangan. Ia sudah menduga pertemuan ini akan membahas kembali permintaan Sabrina yang sama seperti sebelumnya.
"Ada apa, miss Sabrina memanggil? Jika masih tentang permintaan itu, saya tetap menolak," ucap Reyhan tegas. Sabrina tersenyum menyerigai, seolah-olah mengejek keputusan Reyhan.
Sabrina berdiri dari kursinya, melangkah mendekati Reyhan. "Tak ada cara lain lagi agar kamu bersedia menjadi suamiku, Reyhan? Baiklah, jika itu yang kamu inginkan." Sabrina mengepalkan tangannya, matanya berkilat tajam.
Satu-satunya cara yang tersisa adalah mengancam akan memecat Reyhan dan membuatnya di-blacklist dari semua perusahaan.
"Jika kau tetap teguh pada pendirianmu, maka jangan salahkan aku jika aku memecatmu dan kau akan di backlist dari semua perusahaan"
Mendengar ancaman itu, Reyhan langsung marah. Wajahnya memerah dan kedua tangannya terkepal erat.
"Miss Sabrina, ini keterlaluan! Menikah bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan seperti ini!" seru Reyhan.
Namun, Sabrina tetap tak bergeming, kedua matanya terus menatap Reyhan dengan penuh tekad.
"Aku tidak perduli Reyhan"
"Ah satu lagi, ingatlah keluargamu, bagaimana nasib mereka jika kau kehilangan pekerjaan?"
"miss kau sungguh keterlaluan menggunakan kekuasaanmu untuk menindas orang lain!!!" Marah Reyhan dengan tatapan tajamnya.
"Pilihanmu hanya itu Reyhan, kau boleh pergi, dan aku ingin kau memberiku jawaban besok pagi" ucap Sabrina dengan santai semakin membuat Reyhan sangat kesal.
Perdebatan terjadi antara keduanya, tak ada yang mau mengalah. Sabrina terus mendesak Reyhan untuk menyetujui permintaannya, sementara Reyhan tetap bersikeras menolak. Bagi Reyhan, permintaan Sabrina sangat konyol dan sama sekali tak masuk akal.
Amanda datang menemui Sabrina setelah Reyhan pergi dari ruang itu.
"Everything okay???
"I don't know, Reyhan masih kekeh tidak mau menerima permintaanku" jawab Sabrina dengan lesu membuat Amanda prihatin.
"Sabrina sepertinya ada yang harus di ubah dari rencanamu" ucap Amanda.
"Apa itu?, jalan satu satunya aku harus menikah Amanda dan pilihanku jatuh pada Reyhan" ucap Sabrina sambil memijat pelipisnya.
"Bukan itu maksudku, kau bisa mengubah sedikit penampilanmu Sabrina, bukan maksudku mengejek dirimu, aku tahu kau suka dengan style sederhana seperti ini, tapi tidak dengan orang lain"
"Aku tidak perduli itu" ucap Sabrina dengan ketus, membuat Amanda menghela nafas kasar.
"Kau tidak perduli, tapi orang lain perduli, coba lihat Reyhan atau laki laki lain, apa dia menyukai dandananmu??, kau harus sedikit mengubah penampilanmu, mengikuti Zaman!!!
"Apa kau mau jika Reyhan di rebut oleh Clara, kau tak boleh munafik sayang, kebanyakan laki laki menyukai wanita yang cantik dan berpenampilan menarik, kau sudah cantik Sabrina, hanya saja penampilanmu membuat orang lain tak tertarik" ucap Amanda memegang kedua bahu Sabrina.
"Apa aku harus seperti Clara, memakai baju seksi dengan make up tebalnya?" Tanya Sabrina dengan sangat berat hati, ia sudah nyaman berpenampilan seperti sederhana, salah satu alasanya adalah agar bisa menghindar dari orang orang munafik yang mendekatinya, meski tak jarang banyak orang yang memandangnya cupu.
"No, tidak seperti itu, kau bisa mengubah gaya tampilanmu, kau sudah cantik tak perlu memakai make up tebal, tinggal di poles sedikit saja, aku yakin banyak orang yang mengantri menjadi kekasihmu" ucap Amanda memberi semangat pada Sabrina.
Sabrina tampak termenung setelah mendapat masukan dari Amanda.
"Akan aku pikirkan lagi" ucap Sabrina membuat senyum Amanda mengembang.
"Tapi aku yakin Reyhan tak bisa menolaku, aku sudah mengancamnya, dan kondisi keuangan keluarganya yang tidak baik baik saja, aku yakin Reyhan menerimaku" ucap Sabrina.
"Dan kau akan melihat Reyhan di rebut Clara?, semua pria sama saja Sabrina, yang di lihat pada wanita adalah penampilannya dulu"
"Ta.,. Tapi.,
"Kau bisa memikirkannya lagi, jika kau percaya akan dirimu, aku tidak bisa apa apa, semua itu tergantung padamu"
"Dan satu lagi, kau harus memiliki alasan kuat saat Reyhan menanyakan alasanmu menikahinya" lanjut Amanda semakin membuat Sabrina terdiam, merenungi setiap apa yang Amanda katakan.
***
Reyhan baru saja pulang ke apartemen setelah seharian bekerja keras. Hari ini benar-benar berat baginya karena Sabrina, atasannya yang terkenal galak dan judes, tiba-tiba berubah sikap aneh terhadapnya. Ia bahkan meminta sesuatu yang sangat konyol menurut Reyhan, membuatnya merasa semakin tertekan.
Saat memasuki apartemen, ponsel Reyhan berdering. Ternyata itu ibunya yang menghubunginya, meminta agar Reyhan mengirimkan uang lagi untuk keperluan sekolah adik-adiknya.
"Reyhan bisakah kau mengirimkan uang pada ibu, adikmu memerlukannya untuk biaya masuk kuliah sayang" pinta sang ibu bernama Siren.
"Baik bu, nanti akan Reyhan transfer" jawab Reyhan Padahal, bulan ini Reyhan sudah dua kali mengirimkan uang pada ibunya. Meski berat hati, Reyhan tetap mengiyakan permintaan ibunya, walaupun ia tahu bahwa dirinya harus hidup hemat di rantauan.
"Terimakasih sayang, jika ada hari libur pulanglah, ibu akan masakan makanan kesukaanmu"
"Baiklah bu, jaga kesehatan ibu dan yang lain" ucap Reyhan menutup sambungan telponnya.
Reyhan duduk di sofa apartemennya dengan wajah lesu, merenungkan nasibnya yang berat. Tangannya gemetar saat memegang ponsel, berusaha menahan emosi yang bercampur antara marah, bingung, dan sedih.
Reyhan merasa tak ada yang bisa ia andalkan untuk mengatasi segala masalah yang datang bertubi-tubi. Kedua orang tuanya telah bercerai, ia hidup dan tinggal bersama ayahnya yang telah menikah lagi dengan wanita bernama Siren, sang ayah saat ini sering sakit sakitan hanya Siren lah yang bisa merawat dan menjaganya, membuat hidup Reyhan merasa berhutang budi pada wanita tersebut.
Dan tentang ibu kandungnya, setelah perceraian kedua orang tuanya, Reyhan tak pernah bertemu dengan ibu kandungnya, ia seperti kehilangan jejak, ibunya seperti menghilang di telan bumi, sampai sekarang Reyhan masih belum mengetahui alasan di balik perceraian kedua orang tuanya. Dalam hati Reyhan ia masih berharap agar bisa kembali bertemu oleh ibu kandungnya.
***
Sabrina duduk di meja makan bersama keluarganya, memegang sendok sambil menatap piring yang berisi nasi dan lauk pauk. Clara, saudara tirinya yang selalu pandai membuat suasana hati Sabrina buruk, duduk disebelahnya sambil tersenyum sinis.
"Hei Sabrina, sudah berapa lama ya kamu belum membawa kekasih ke rumah?," ejek Clara dengan nada menggoda. Sabrina hanya menghela nafas, berusaha mengabaikan ucapan Clara.
Namun, ayah mereka yang mendengar ucapan Clara, terprovokasi dan menegur Sabrina. "Benar juga, Sabrina. Mana kekasihmu itu, mengapa kau belum juga mengenalkannya pada daddy" ucap Hans
"Daddy mungkinkah Sabrina tak punya kekasih?, dia berbohong pada kita agar tidak di jodohkan oleh daddy" ucap Clara.
"Benarkah itu Sabrina, Kalau tidak, aku akan menjodohkanmu," ujar ayah dengan nada tegas.
Sabrina merasa amarahnya memuncak. Ia menatap Clara dengan tatapan tajam, lalu bangkit dari kursinya dan pergi ke kamarnya. "Aku sudah muak dengan keluarga ini!" gumamnya dengan kesal.
Di dalam kamarnya, Sabrina terbaring di tempat tidur sambil memikirkan cara untuk membujuk Reyhan sang karyawan agar mau menjadi suaminya. Meski Sabrina dan Reyhan tak ada hubungan apa-apa, namun Sabrina yakin bahwa Reyhan adalah pilihan yang tepat untuknya.
Sabrina kemudian mengambil ponselnya dan mulai merancang rencana rencana yang ia susun agar Reyhan mau menjadi suaminya, Sabrina kembali membuka file yang baru saja di kirimkan oleh Amanda, file itu berisi semua kehidupan tentang Reyhan, dari Reyhan masih kecil hingga sudah dewasa sekarang.
Sabrina berharap ia bisa meyakinkan Reyhan untuk menjadi pasangannya, sebelum ayahnya menjodohkannya dengan pria lain dan semua harta peninggalan sang ibu jatuh ke orang yang tidak tepat, Sabrina tak akan membiarkan itu semua.
. Sabrina bertekad, kali ini ia akan melawan segala rintangan dan membawa seorang pria ke rumah agar ia bisa membuktikan pada Clara dan keluarganya bahwa ia bukan Sabrina yang gampang di tindas dan di bodohi.
***
Saat baru tiba di kantor, Reyhan mendengus kesal karna dirinya di panggil wanita itu untuk segera keruangan, hal itu sontak membuat semua rekan rekan kerjanya bertanya tanya, apa yang terjadi mengapa ibu bosnya yang galak itu sedari kemarin mencari cari Reyhan.
"Selamat pagi miss" sapa Reyhan untuk bentuk kesopanan nya.
"Pagi, duduklah" ucap Sabrina.
Reyhan dengan berat hati mengikuti kemauan wanita itu.
"Bagiamana apa kau sudah memikirkannya?" Tanya Sabrina tanganya di letakan di atas meja.
"Saya tetap pada jawaban saya kemarin miss" jawab Reyhan dengan mantap.
"Apa kau tak takut kehilangan pekerjaan?, aku bisa memblacklist mu agar kau tidak bisa di terima kerja di kota ini" ucap Sabrina memulai rencananya untuk menekan Reyhan.
"Saya akan membuka usaha, jika itu yang akan miss Sabrina lakukan pada saya" ucap Reyhan dengan mantap membuat Sabrina mengepalkan tanganya.
"Baiklah jika Miss Sabrina tidak terima dengan keputusan saya, saya ijin untuk membereskan barang barang, sebelum anda memecat saya" ucap Reyhan pamit pada Sabrina.
"Tunggu. .!!" Cegah Sabrina saat Reyhan akan membuka pintu.
"Aku akan membantumu mencari keberadaan ibu kandungmu Reyhan"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!