NovelToon NovelToon

Luka Marsya

Keluarga Marsya

Marsya Olivia siswi kelas 10 di SMK Taruna Bangsa, terlahir di keluarga kecil yang sederhana, dia adalah gadis tomboy, introvert, dan naif, memiliki rambut sepinggang bergelombang yang kadang-kadang berontak ketika keinginannya berbeda dengan kehendak orang tuanya.

Terlahir di keluarga yang sederhana membuat Marsya sering menahan diri ketika sedang menginginkan sesuatu, dia tidak ingin membebani kedua orang tuanya.

"Assalamualaikum Marsya pulang" ucap Marsya Olivia ketika dirinya baru saja pulang sekolah siang itu.

"Waalaikumsalam" ucap Erwin yang tak lain adalah Papa Marsya, kebetulan Papanya itu sedang ada di teras rumah.

"kok rame banget Pa, ada acara apa?" tanya Marsya kepada Papanya sambil mencium tangan Papanya lalu melepaskan sepatu yang dipakai menggunakan kakinya.

"ini anak-anak murid silat Papa, ayo masuk Papa kenalin sama mereka." ucap Erwin sambil masuk kedalam rumah dan diikuti oleh Marsya. Sebenarnya pekerjaan Erwin hanya seorang security di perusahaan di kota Jakarta, tetapi dia akan mengajari seni bela diri silat ketika ada waktu luang dimalam hari, Papa Erwin ini merupakan orang yang sangat mencintai budaya Sunda.

"nah semuanya kenalkan anak pertama Om, namanya Marsya" Papa Erwin memperkenalkan anak pertamanya itu kepada anak murid silatnya, dan Marsya mulai menyalami satu persatu murid silat Papanya, Marsya perkirakan usia murid-murid Papanya itu tidak terpaut jauh dengan usianya.

"Naresh Ardiya" Cowok hitam manis yang tubuhnya sedikit kurus dan berotot menurut Marsya, terlihat lebih dewasa dari teman-temannya yang lain.

'Bjirrr agak kurus sih, tapi keliatan macho, type gue banget aaaa' batin Marsya. (Agak lain emang si Marsya ini, orang lain sukanya yang sixpack dia suka yang kurus)

"Hai, gue Liam Oliver" Cowok berkulit putih, dan memiliki senyum yang manis, dia yang paling ceria diantara teman-temannya yang lain.

'yang ini pasti playboy'

"Albiru Kenzie" Cowok berkulit putih, dengan kumis tipis.

'beuh yang ini aura orang kayanya jelas banget'

"Kalingga Xavier" Cowok hitam manis, dan memiliki tubuh yang tinggi dan agak berisi.

'emm... oke yang ini agak serem, badannya kaya beruang, gue kalo ada di sebelah dia jadi Marsya and the bear'

satu lagi....

"Arkana hehe" Cowo putih, tinggi, dan paling kurus diantara temannya yang lain, dia adalah tetangga satu komplek Marsya, rumahnya hanya berjarak 2 rumah dari rumah Marsya.

"dih ngapain Kak? orang udah kenal" jawab Marsya sambil mengangkat satu alisnya tapi tetap menjabat tangan Arkana yang mengajaknya bersalaman.

"gapapa, biar samaan sama yang lain, biar gak kaya anak bawang hehe" jawab Arkana cengengesan.

"dasar, yaudah Marsya ke dalem dulu" pamit Marsya langsung berlalu masuk ke dalam kamar.

Di dalam kamar ternyata ada Mama Wulan, dan Ghea Oriza Putri, si bungsu.

"Lah udah balik juga Ri?" Tanya Marsya pada Oriza sambil mencium tangan Mama Wulan yang sedang fokus main game Zuma di komputer Marsya.

"Udah, baru nyampe" ucap Oriza, usia Oriza terpaut 3 tahun dengan Marsya, Oriza sendiri sudah kelas 7 bersekolah di SMP Parawisata.

Marsya pun gegas mengganti seragamnya dengan kaos oblong dan celana boxer bergambar Spongebob, mencepol asal rambutnya, lalu merebahkan dirinya di sebelah Oriza yang memang sudah tiduran di kasur king size milik mereka, Marsya dan Oriza memang tidur dalam satu kamar karena kamar dirumah mereka hanya ada 2, tentunya kamar yang satunya lagi dipakai oleh kedua orangtuanya.

"Eh Ri lo udah kenal sama mereka?" Yang dimaksud Marsya adalah teman-teman Arkana yang ditemuinya di ruang tamu.

"Udah, Kakak baru kenal ya? Makanya jangan diem dikamar terusss, kuper banget"

"Dih biarin, eh tapi yang namanya Naresh cakep yaa, type Kakak bangett hehe" ucap Marsya sambil senyum-senyum sendiri membayangkan visual Naresh yang menurutnya macho itu.

"Apaan cakep, dia udah tua ya udah kerja, cakepan juga Kak Liam" jawab Oriza.

'oohhh Kak Naresh udah kerja toh, pantes keliatan lebih dewasa daripada yang lain' batin Marsya.

"aish Liam muka-muka playboy tau Ri, kata Kakak mah cakepan Naresh biar udah tua, paling beda 3 tahunan umurnya sama Kakak"

Dan obrolan pun terus berlanjut sampai mereka pun tertidur.

"Ya ampun pantesan sepi, bukannya makan siang dulu malah pada tidur" gumam Mama Wulan berkacak pinggang melihat kedua anaknya yang sudah terlelap, ia langsung keluar kamar dan bergabung dengan Papa Erwin di ruang tamu.

*****

Sudah terhitung 1 bulan Marsya menjadi siswi di SMK Taruna Bangsa. Sore itu Marsya, Oriza, Mama Wulan, dan Papa Erwin sedang bersantai di balkon rumah, sambil memandangi pemandangan pegunungan.

"Pa, itu gunungnya daerah mana sih Pa?" tanya Oriza.

"itu di daerah Bogor" jawab Papa Erwin sambil bermain gitar menyanyikan lagu "Kubawa-Elvy Sukaesih" berduet dengan Mama Wulan yang suaranya merdu seperti biduan KDI.

"enak kali ya punya rumah disana, kapan-kapan ke sana yuk Pa" jawab Marsya penuh harap, karena Marsya sangat menyukai pemandangan alam terlebih pegunungan.

"boleh" jawab Papa Erwin lalu melanjutkan duet mautnya dengan Mama Wulan.

Drrtttt drrrttt

Saat itu ponsel Marsya bergetar, ternyata ada pesan dari Naresh, sudah sekitar 2 minggu Marsya dan Naresh saling bertukar pesan.

Naresh :

Nanti malam Kakak kerumah kamu.

Me :

mau latihan silat ya Kak?

Naresh :

Iya, kamu mau martabak, roti panggang, atau aku?

'Wtf???'

Marsya menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, dia merasa seperti ada kupu-kupu yang menggelitik di dalam perutnya, ia langsung berlari menuju kamar, membenamkan wajahnya ke bantal sambil menendang-nendang udara kosong, wajahnya sudah pasti memerah seperti kepiting rebus.

Me :

jangan bercanda Kak.

Tetapi sampai malam tiba, tak kunjung ada pesan balasan dari Naresh, membuat Marsya sedikit kecewa.

*****

Tok tok tok

"Assalamualaikum Om Erwin" Terdengar suara ketukan pintu, dan Marsya berinisiatif untuk membukakan pintu, karena keluarganya sedang makan malam bersama.

ceklekk

"walaikumsallam, eh Kak Arka"

"Sya, Om Erwin ada?"

"O-ohh ada, tunggu sebentar yaa Marsya panggil dulu" Jawab Marsya sedikit gugup karna bertatapan dengan Naresh yang memberikan senyum untuknya.

"Tunggu Sya, ini martabak coklat keju kesukaan kamu" Naresh menggenggam tangan Marsya sambil memberikan martabak, cemilan dan minuman kepadanya.

Deg-deg-deg

'wah apa-apaan nih jantung, tadi aja lo kecewa Kak Naresh ga bales pesan lo, giliran di senyumin sama digenggam tangannya langsung deg-degan lagi'

"ah oke, makasih Kak" jawab Marsya langsung berlari keruang makan.

'astaga gemes banget' batin Naresh sambil tersenyum melihat tingkah Marsya.

'lucu banget Marsya mukanya merah' batin Kalingga

'kalo gue belum punya pacar, udah gue salip deh si Naresh' batin Liam

"Woy ngedip lo pada, gitu amat ngeliatinnya" ucap Albiru sambil meraup wajah ketiga temannya itu.

"Shitt" umpat Naresh sambil menatap Albiru, lalu beralih untuk menatap Liam dan Kalingga.

"Ekhmm" Kalingga berdehem dan memalingkan wajahnya.

"Engga, gue engga" sangkal Liam yang ditatap intens oleh Naresh.

"Awas aja, gue aduin Kania baru tau rasa lo" jawab Naresh mengalihkan pandangannya dari Liam dan Kalingga, sedangkan teman-temannya yang lain tertawa terbahak-bahak melihat wajah Liam yang mendadak pucat karena takut kelakuannya di adukan kepada pacarnya.

"Shitt, jangan gitu lah bro hehe, peace damai" jawab Liam sambil merangkul Naresh.

"Hahaha aduin aja Resh, aduin"  ucap Arkana di sela-sela tawanya.

*****

"Apa itu Kak?" Tanya Mama Wulan ketika melihat Marsya membawa kantong kresek putih yang lumayan besar.

"Martabak Ma, Papa makannya udah selesai? Di depan ada Kak Arka sama temen-temennya." ucap Marsya sambil menyimpan martabak di meja makan, lalu duduk lagi dikursinya untuk melanjutkan makan malam.

"udah kok, ya udah Papa kedepan dulu mau pada latihan, Kakak sama adek mau ikut latihan silat ngga?"

"Marsya skip dulu deh pa"

"Riza juga"

"ck dasar, padahal bagus latihan silat biar bisa bela diri, buat jaga-jaga" Papa Erwin menggerutu sambil berlalu ke ruang tamu.

"Mama ngga nemenin Papa di depan?" tanya Marsya pada Mama Wulan.

"Nanti deh, Mama mau main zuma dulu" jawab Mama Wulan yang setelah selesai makan langsung masuk kekamar Marsya dan Oriza.

"Astahfirullah main game mulu" jawab Oriza sedikit berteriak.

Marsya dan Naresh

Marsya duduk diruang tamu, melihat ikan hias laut yang di pelihara Papa Erwin di dalam aquarium sambil mendengarkan lagu, dan memakan martabak kesukaannya yang tadi dibelikan oleh Naresh.

All my bags are packed

I'm ready to go

i'm standin' here outside your door

i hate to wake you up to say goodbye

"Sya"

Marsya menoleh mendapati Naresh yang berjalan kearahnya lalu duduk di sebelahnya.

"kenapa Kak, udah selesai latihan silatnya?" tanya Marsya memandang wajah Naresh walau sebenarnya jantung Marsya tidak aman karna selalu berdetak cepat setiap kali melihat Naresh.

"Belum, lagi istirahat. Sya, besok Kakak harus pergi ke Yogyakarta, karna masih ada kerjaan disana" jawab Naresh dengan pandangan masih tertuju ke aquarium.

"Hmm berapa lama Kak?"

"Satu bulan" jawab Naresh dengan wajah sendu.

"O-oh oke Kak."

Setelah mendengar jawaban Marsya, Naresh bangkit dari duduknya meninggalkan Marsya yang termenung memikirkan Naresh yang akan pergi esok hari.

*****

Keesokan harinya di sekolah Marsya...

Pukul 09.15

"Lo kenapa sih Sya, gue perhatiin dari tadi ga fokus belajar" tanya Elaine Hazel salah satu teman baik Marsya di sekolah, kebetulan saat itu sedang jam kosong.

"Gue kepikiran Kak Naresh, dia mau keluar kota" kata Marsya gelisah sambil bolak-balik melihat ponsel di genggamannya.

"Naresh yang sering lo ceritain itu? Yang murid silat bokap lo?"

"Iya" jawab Marsya singkat.

Marsya memutuskan untuk mengirim pesan kepada Liam untuk menanyakan keberangkatan Naresh.

Me :

Kak Liam, lagi dimana?

Kak Liam :

Dirumah kamu, lagi nemenin Naresh pamit sama tante.

Me :

Kak Naresh berangkat jam berapa?

Kak Liam :

jam 11an.

Marsya semakin gelisah memikirkan Naresh yang akan pergi sebentar lagi.

"Ya ampun gimana ya El, makin kepikiran malah makin mules perut gue, berasa pengen berak" ucap Marsya sambil memegang perutnya.

"yaudah balik sana, ntar gue izinin ke guru" jawab Hazel sambil merotasikan bola matanya.

"Wah memang El yang terbaik, makasih yaa, gue minta jemput dulu"

"Hmm"

Me :

Kak Liam, Marsya boleh minta tolong buat jemput ke sekolah?

Kak Liam :

Loh emang udah balik? Yaudah Kakak jemput sekarang.

Me :

Belum, Marsya izin ke guru hehe, Oke ditunggu ya kak, makasih.

Marsya memang tidak memiliki kendaraan, karena selain tidak mau membebani orang tuanya untuk membelikannya kendaraan, juga karena tidak di perbolehkan membawa kendaraan sendiri oleh Papa Erwin, jadi dia terpaksa minta dijemput oleh Liam karena Papanya bekerja dan tidak bisa menjemputnya. Setelah berkirim pesan dengan Liam, Marsya pun pamit kepada teman baiknya dan langsung menuju ke depan gerbang sekolah untuk menunggu Liam.

"Yoo El, gua balik duluan yaa, jangan lupa izinin ke guru hehe" ucap Marsya sambil menepuk pundak Hazel.

"Yoo, hati-hati dijalan sista" jawab Hazel.

Setelah menunggu di depan gerbang sekolah, tak berselang lama Liam pun datang menggunakan motor sport hitam milik Kalingga.

Brumm brummm

'buset ngeri kebawa angin doang gue liat kak Liam bawa motornya Kak Lingga, badan sama motor gedean motornya haha' Marsya menahan tawa ketika terlintas pemikiran seperti itu di kepalanya.

"Ayo Kak" ucap Marsya.

"Kok udah balik Sya jam segini?" Tanya Liam karena setahu Liam sekolah Marsya selesai sekitar jam 12.

Liam sendiri baru lulus sekolah tahun ini bersama dengan Arkana, Naresh 1 tahun diatasnya, sedangkan Kalingga dan Albiru masih kelas 12, mereka dulunya satu sekolah.

"Marsya mules-mules Kak, jadi izin pulang"

Marsya tidak berbohong dirinya memang sakit perut karena terlalu memikirkan Naresh yang akan pergi.

"Pegangan Sya, takut jatoh" Liam mulai melajukan motornya.

'gue disuruh pegangan, tapi pegangan kemana ini anjir masa pegangan ke jok belakang, kaya GTA dong, biarin lah'

"Yang bener aja kak, jangan ngebut"

Marsya terpaksa berpegangan pada jok belakang motor Kalingga, karena Liam mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.

*****

Setelah menempuh perjalanan hampir 30 menit karena macet, akhirnya Liam dan Marsya sampai dirumah Marsya. Dirumah hanya ada Mama Wulan, Arkana, juga Naresh.

"Assalamualaikum Marsya pulang"

"Walaikumsallam" jawab Mama Wulan, Arkana, dan Naresh hampir bersamaan.

Marsya membuka sepatu menggunakan kakinya, lalu masuk dan menyalami semua orang yang ada dirumah.

"Bocah nakal, jam segini udah pulang" kata Mama Wulan menyentil kening Marsya saat Marsya menyalaminya.

"Pfftt marahin aja tan, marahin" kata Arka mentertawakan Marsya yang meringis.

"Marsya mules-mules ma, belajar juga ga fokus"

"Alah alesan, bilang aja mau ketemu Naresh"

Blushh

Wajah Marsya dan Naresh langsung memerah seperti kepiting rebus, Naresh yang sedang tersenyum gemas memandang kearah Marsya langsung mengalihkan pandangannya, Liam dan Arkana langsung tertawa terbahak-bahak melihat Naresh yang salah tingkah.

"Engga yaa emang beneran mules ini mah, ekhmm Marsya ke kamar dulu"

Marsya langsung masuk kedalam kamar karena malu di ledek oleh Mama Wulan.

Marsya langsung terduduk di lantai ketika sudah menutup pintu kamarnya.

'astagaaa malu banget anjirrr, mana di ledekin di depan orangnya langsung lagi'

Setelah menenangkan detak jantungnya, gegas Marsyaa menanggalkan seragamnya lalu memakai celana jeans hitam dan kaos hitam. Marsya menuju ruang tamu sambil mencepol asal rambutnya, lalu duduk di sofa bersebelahan dengan Mama Wulan.

"Katanya mules, kok ngga berak?" Agak frontal memang Mama Wulan ini.

"Astaga Mama ngomongnyaa, gajadi, mulesnya udah ilang hehe"

"Kan ceuk mama ge naon (kan kata mama juga apa)" jawab Mama Wulan karena memang sudah tau kelakuan anaknya seperti apa.

"Resh, Kalingga sama Albiru ngga ikut?" Tanya Mama Wulan sambil menyeruput kopi hitam. (Mama Wulan ini selain maniak game, juga maniak kopi hitam).

"Engga tan, mereka sekolah" jawab Naresh.

"Loh tapi itu motor Kalingga bisa dipake sama kalian?"

"Saya sengaja pinjem motornya tan buat anter Naresh, semalam kita nginap dirumah Albiru, habis antar Naresh saya kerumah Albiru lagi sekalian tuker motor" jawab Liam.

"Oohhh"

Setelah itu mereka mengobrol sampai tak terasa waktu berlalu dan waktu untuk keberangkatan Naresh tiba.

"Tan, udah hampir jam 11, Naresh pamit dulu ya takut ketinggalan kereta." Pamit Naresh sambil mencium takzim tangan Mama Wulan.

"Iya Resh, hati-hati di jalan ya."

"Sya, Kakak pamit, jangan nakal ya." ucap Naresh sambil mengusap kepala Marsya.

"Iya Kak" jawab Marsya sambil mencium tangan Naresh, meskipun hanya untuk melanjutkan pekerjaannya selama 1 bulan, tetap saja Marsya merasa sedih karena nantinya dia tidak bisa melihat Naresh.

"Tan, Liam juga pamit ya"

Akhirnya Naresh dan Liam pergi, sedangkan Arkana kembali kerumahnya.

*****

Seminggu berlalu setelah keberangkatan Naresh ke Yogyakarta, Marsya selalu memikirkan Naresh tetapi sejak keberangkatannya, Naresh tidak pernah mengiriminya pesan lagi, padahal Marsya selalu mengiriminya pesan menanyakan bagaimana kabarnya.

'sialan bisa-bisanya gue mikirin dia terus, padahal dia aja gapernah ngabarin gue'

Hari ini hari Jumat, sepulangnya dari sekolah, Marsya, dan Oriza langsung membantu Mama Wulan untuk beres-beres rumah sampai menjelang sore, setelah selesai mereka pun merebahkan tubuhnya di lantai ruang keluarga karena kegerahan.

"Ma, kayaknya Marsya suka sama Naresh."

"Udah keliatan" jawab Mama Wulan sambil memejamkan matanya.

"Hehe" jawab Marsya cengengesan.

"Kayaknya Kalingga juga suka sama Kakak"

"Si beruang itu? Mana ada" Marsya melihat ponselnya yang bergetar, berharap Naresh yang mengiriminya pesan ternyata hanya operator yang memberitahukan bahwa nomer ponselnya memasuki masa tenggang karena jarang di isi pulsa.

"Hust ga boleh ngomong gitu Marsya"

"Ya soalnya kaya beruang mah tinggi gede badannya, Marsya kalo di sebelah dia jadi Marsya and the bear"

"Ppfttt hahahaha" Oriza tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan kakaknya itu.

*****

Brumm brumm ckittt

Terdengar suara motor berhenti, dan di parkirkan di garasi rumah, ternyata itu Papa Erwin yang baru saja pulang kerja.

"Assalamualaikum"

"Walaikumsallam" Mama Wulan menghampiri Papa Erwin sambil membawa segelas air putih untuknya. Papa Erwin pun duduk di sofa lalu meminum air yang di bawakan Mama Wulan.

Marsya dan Oriza duduk di sebrang sofa yang di duduki oleh Papa Erwin dan Mama Wulan.

"Papa kok pulangnya magrib sih, bukannya papa turun pagi ya?" Tanya Oriza, maksud turun pagi adalah kerja shift malam dan pulang pagi.

"Tadi Papa emang pulang pagi, tapi teman Papa minta antar ke Bogor." Jawab Papa Erwin merebahkan kepalanya ke sandaran sofa, Mama Wulan pun berinisiatif untuk memijat kepala Papa Erwin yang terlihat sangat kelelahan.

"Ngapain pa?" Tanya Mama Wulan.

"Dia beli rumah disana, dia minta temenin buat cek rumahnya, kebetulan dia beli rumah di pedesaan, dan rumahnya dekat dengan rumah tetua disana, jadi tadi Papa numpang istirahat dulu dirumah tetua itu karna Papa belum istirahat selepas kerja, eh malah bablas sampe sore"

Setelah berbincang sebentar terdengar suara adzan berkumandang, dan mereka pun melaksanakan kewajiban mereka.

Pernyataan Kalingga

Malam ini Papa Erwin absen melatih silat karena kelelahan, jadi Arka dan teman-temannya hanya datang dan mengobrol saja dengan keluarga Marsya. Sedangkan Marsya sedang duduk menyendiri di balkon rumahnya.

"Om, Marsya kemana?" Tanya Kalingga karena sedari tadi dia tidak melihat Marsya.

"Di balkon Ling." ucap Papa Erwin.

"Saya boleh ketemu sama Marsya Om?" Tanya Kalingga malu-malu.

"Boleh, asal jangan macem-macem, awas kalo macem-macem gue beri lo Ling." Jawab Papa Erwin dengan raut wajah datarnya.

Glek... Kalingga tercekat menelan ludahnya sendiri, tetapi dia harus memberanikan diri karena dia ingin bertemu dengan Marsya.

"Weh gercep banget lo Ling, mentang-mentang gaada Naresh" sela Liam.

"Tau nih bisa ae lo nyolong start" sambung Arkana.

"Yah lo pada gatau aja nih, tiap hari dia uring-uringan ke gue" ungkap Albiru yang sudah bosan setiap hari melihat Kalingga uring-uringan memikirkan Marsya.

"Bacot lo pada" jawab Kalingga sambil menggeplak lengan Albiru dan Liam.

"Ngga om, saya cuma mau ngobrol aja" sambungnya lagi.

"Yaudah sana samperin" kata Papa Erwin mempersilahkan Kalingga menemui Marsya.

Disisi lain Marsya sedang duduk menyendiri di balkon rumahnya, memandangi bintang-bintang di langit malam yang indah, mendengarkan lagu favoritnya sambil ikut bernyanyi, Marsya sangat merindukan Naresh, tentu saja.

A lonely road, crossed another cold state line

Miles away from those I love purpose undefined

While I recall all the words you spoke to me

Can't help but wish that I was there

And where I'd love to be, oh yeah

Dear God the only thing I ask of you is

To hold her when I'm not around

When I'm much too far away

Sesampainya di balkon Kalingga seakan terhipnotis saat mendengar suara merdu Marsya, dan semakin terpesona melihat Marsya yang saat itu membiarkan rambut panjangnya terurai tertiup angin, Marsya hanya memakai kaos merah muda dan hotpants dengan warna senada.

"Ekhmm... Suara kamu bagus." Ucap Kalingga membuka obrolan, lalu mendudukkan dirinya di kursi samping Marsya yang terhalang oleh meja kecil.

"Ehh Kak Lingga ngagetin aja" jawab Marsya sambil mengelus dadanya karena kaget saat mendengar suara Kalingga yang tiba-tiba.

"Udah malem kenapa diem dibalkon Sya? dingin" Kalingga melepaskan jaketnya lalu menyerahkannya ke Marsya.

"Hm, gapapa Kak, makasih ya, ada apa?" Marsya mencium aroma maskulin yang menguar saat menerima jaket dari Kalingga, ia lalu menutupi kakinya menggunakan jaket itu.

"Gaada, cuma mau ngobrol aja" ucap Kalingga dengan masih menatap Marsya.

"Oh oke" Marsya meraih ponsel untuk mengecilkan volume lagu di ponselnya.

"Kamu suka sama Naresh?"

Mendengar pertanyaan dari Kalingga membuat Marsya mengingat kembali senyum hangat Naresh, genggaman tangannya saat memberikannya camilan, dan usapan lembut di kepalanya saat Naresh pamit pergi untuk kerja, mendengar pertanyaan Kalingga membuat Marsya semakin sedih karena dia sangat merindukan Naresh.

"Iyaa" jawab Marsya sambil tersenyum pahit.

"Apa kamu bisa buka hati untuk orang lain?"

Marsya menoleh kepada Kalingga hanya untuk melihat raut wajahnya yang sendu.

"Kenapa Kakak nanya kaya gitu?" Marsya sedikit merasa tidak nyaman saat mendengar pertanyaan Kalingga.

"kamu tau Marsya, sejak pertama kali melihat kamu, Kakak sudah menyukaimu, Kakak suka kamu Marsya" ungkap Kalingga menatap lekat wajah Marsya dengan tatapan sendunya.

Marsya tertegun mendengar pernyataan cinta yang tiba-tiba itu, sebenarnya bukan kali pertama Marsya mendapatkan pernyataan cinta, tapi untuk pernyataan cinta secara langsung baru kali ini dia mendengarnya.

"Ah t-tapi Kak" Marsya tergagap karena bingung harus merespon seperti apa.

"Ssttt gausah dijawab, kakak cuma mau kamu tau perasaan kakak, dan izinkan kakak untuk bisa dekat sama kamu, kakak akan selalu ada ketika kamu butuh, dan akan selalu menjaga kamu" Kalingga menaruh jari telunjuknya di bibir Marsya karena tidak mau mendengar jawaban apa yang akan di berikan Marsya untuknya.

Sesaat Kalingga merasa seperti tersetrum ketika jari telunjuknya menempel pada bibir Marsya yang menurutnya sangat kenyal seperti jelly, dia merasa seperti ada kupu-kupu yang menggelitik di perutnya, dan merasakan aliran darahnya naik dari ujung kaki ke ujung kepala, karena tiba-tiba saja dia merasakan hawa malam itu sedikit panas. Sedangkan Marsya merasa merinding mendengar pernyataan Kalingga yang terkesan mendominasi dirinya, Marsya pun memalingkan wajahnya kembali melihat pemandangan langit malam.

"Iya" jawab Marsya lirih, entah mengapa Marsya tidak bisa berkutik, hanya itu saja yang keluar dari mulutnya sebagai jawaban, pikirannya mendadak kosong setelah mendengar pernyataan Kalingga.

"Terima kasih, yasudah Kakak mau kebawah, gabung lagi sama anak-anak" Kalingga bangun dari duduknya dan mengelus puncak kepala Marsya sambil tersenyum, lalu pergi untuk bergabung dengan teman-temannya lagi.

'siallll, kenapa jadi gini? kok bisa-bisanya sih gue gak berdaya di hadapan Kak Kalingga' 

sepeninggal Kalingga Marsya mengacak-ngacak rambutnya sambil terus menggerutu.

*****

Sabtu,

Pukul 06.43

"Kak bangunnn" Oriza mengguncang tubuh Marsya untuk membangunkannya dari tidur lelapnya.

Sebenarnya Marsya sudah bangun dari subuh untuk mandi dan menjalankan ibadah, tetapi dia tidur lagi karena dia hanya tidur selama 3 jam, semalam suntuk Marsya memikirkan Naresh, dan memikirkan pernyataan cinta tak terduga dari Kalingga, hingga tak terasa dia bergadang sampai jam 2 dini hari.

"Hmmm bentar lima menit lagi" gumam Marsya setengah sadar.

"Kak bangun ayoook, Papa ngajak ke Bogor" Oriza terus mengguncang tubuh kakaknya itu sampai akhirnya Marsya terbangun dari tidurnya.

"Kapan?" Tanya Marsya duduk bersandar di kepala ranjang dengan mata yang terbuka sebelah.

"Sekarang, cepet bangun siap-siap ntar ditinggalin loh"

"Iyaa iyaaa" dengan malas Marsya gegas ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

"Pa, di Bogor dingin ngga?" Tanya Marsya pada Papanya, setelah keluar dari kamar mandi.

"Kalo siang panas Kak, tapi dari sore menjelang malam dingin banget" jawab Papa Erwin sambil membantu Mama Wulan bersiap-siap.

"Banyak banget bawaannya" tanya Marsya keheranan ketika melihat Mama Wulan memasukan baju ganti, handuk, alat mandi, dan selimut ke dalam travel bag.

"Kita nginep disana, nanti kita main ke Curug (air terjun)" ucap Mama Wulan.

"Yessss asikkkk liburannn" pekik Marsya kegirangan karena selain dia akan melihat pemandangan, dia juga akan diajak ke curug.

"Iyaa yaudah siap-siap sana" jawab Papa Erwin agar Marsya segera bergegas.

Marsya bergegas memasukan keperluannya kedalam ransel, tak lupa dia memakai celana panjang, jaket tebal, dan sepatu kets. Marsya mempunyai riwayat alergi dingin, jadi dia harus berpakaian sehangat mungkin karena jika dia kedinginan dia akan merasakan gatal dan bentol-bentol di tubuh dan wajahnya. Setelahnya dia membantu menyiapkan keperluan Oriza ke dalam ransel yang sama.

Oriza menghampiri ayahnya sementara Marsya mempersiapkan kebutuhan mereka.

"Pa, kita berempat berangkat pake motor?" Tanya Oriza kebingungan, karena dirumah mereka hanya mempunyai satu motor, dan jika dulu sewaktu dia masih sekolah di SD mereka akan bepergian berempat menggunakan satu motor, sedangkan sekarang dia sudah SMP, tubuhnya sudah tumbuh lebih besar dan tinggi, begitupun Kakaknya.

"Engga, Arka dkk ikut, nanti Kakak sama adek di bonceng mereka yaa, biar ransel disimpan di motor Papa."

"Okey deh" Oriza pun masuk kembali kedalam kamar untuk memakai jaket.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!