NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikah dengan Manusia Kutub

BAB^^1~

Udara segar sore ini, menyapu masuk dari celah jendela yang ada di sebuah kamar dari rumah mewah yang ada di kota Jakarta.

"Kamu diam, dong, didandanin tolah-toleh terus dari tadi," sahut seorang ibu muda berusia empat puluh tujuh tahun sambil sibuk mendandani seorang gadis sangat cantik, tetapi sayang dia tomboy.

"Mama, ini apa-apaan, sih? Ini bukan style Mara banget, jijik tau nggak? Bibir merah kek abis makan ayam mentah aja, euh!" gerutu gadis yang merasa risih dengan apa yang dilakukan ibunya itu.

"Diam aja kamu, kali ini aja kamu nurutin permintaan Mama ngapa," titah Sarita.

"Emang selama ini aku ga nurutin kemauan Mama sama Papa, ya? Dari orok sampe segede ini suruh belajar iya, harus selalu dapet peringkat satu udah. Kurang apa coba Mara selama ini?" celoteh Asmara Agler Mahesa.

Gadis tomboy ini sedang didandani oleh ibunya yang bernama Sarita.

"Kamu kurang jadi wanita," sindir Sarita.

Jleb!

Perkataan ibunya itu membuat hati Mara tersayat. Namun, ia bersikap biasa saja seolah tak terjadi apa-apa dengannya.

Gadis ini sangat pandai menyembunyikan ekspresi wajahnya.

Ia selalu memasang senyum dan bersikap ceria pada setiap waktu.

Mara menghela berat lalu ia menjawab. "Tega banget ngatain anak sendiri ga kayak wanita. Maksudnya gimana coba?"

"Ya 'kan kalo wanita suka shoping, jalan-jalan, koleksi perhiasan dan lain-lain. Lah kamu nge-drag kumpul sama cowok, sukanya ugal-ugalan dan satu lagi, kamu kurang mendalami peran sebagai seorang wanita, kamu jangan banyak bicit, nurut aja sama Mama," cerca Sarita sambil memutar bola matanya.

"Kan aku cuma lakuin apa yang aku suka. Terserah Mama aja. Mara bakal nurut kali ini. Tapi inget ya, Mah kali ini doang, untuk selanjutnya Mara ga bakal mau didandanin kek gini lagi, jijik banget," celoteh Mara dengan wajah datar.

"Nah, dari tadi kek nurut," ucap Sarita sambil tersenyum.

Sarita merias wajah Asmara secantik dan se-perfect mungkin, ibu muda itu juga memilihkan dress terbaik untuk anak semata wayangnya itu.

Beberapa saat kemudian, Mara menuruni tangga rumahnya diikuti oleh ibunya dari belakang.

Tak-tak-tak!

Bunyi langkah kaki Mara yang sedang menuruni tangga.

Seorang pria yang sedang duduk diruang tamu menoleh ke arah suara yang datang.

"Nah 'kan, cantik juga kamu dipoles dikit sama Mama," sahut Loies, ayah Asmara.

Batin gadis itu kesal ia tidak menjawab. Namun, tetap berusaha tersenyum.

***

Satu jam kemudian, mereka bertiga tiba di sebuah Restoran mewah dan turun dari mobil berwarna silver.

"Mah, aku nyeker aja, ya, susah banget jalan pake heels," sahut Mara sambil jalan tertatih memasuki restoran.

Sarita mencubit pinggang Mara.

"Aw! Sakit, Mah," rintih Mara.

"Kamu jangan aneh-aneh, bersikap yang baik. Sini Mama gandeng," ucap Sarita sambil meraih tangan Mara.

"Heuh, kek orang pincang aja," ucap Mara sambil memutar bola matanya.

"Jangan banyak bicara kamu," ucap Sarita.

"Iya, Mara bakal peminin malam ini."

"Ngomong aja salah gitu," desis Sarita dengan ekspresi datar.

***

Setibanya di dalam, keluarga kecil itu duduk di bangku yang sudah dipesan oleh klien dari Louies. Berisi enam kursi dengan meja berbentuk oval..

Mara sibuk memainkan ponselnya.

"Mara, kamu harus bersikap baik dan sopan. Kalau makan jangan kayak di rumah," ucap Loies.

"Hm," gumam Mara yang masih sibuk memainkan game di ponselnya.

Biasanya gadis tomboy itu jika makan di rumah selalu bersila di atas kursi sambil memainkan ponsel dan tidak duduk dengan baik, makan pun berantakan kemana-mana.

***

Tak berselang lama seorang wanita modis dan pria sipit berjas dengan badan tegap berjalan mendekat ke arah meja keluarga Loies.

Wanita modis itu tersenyum memberikan pelukan dan ciuman kepada Sarita, sedangkan pria sipit itu menjabat tangan Loies ala sultan.

Eh! Sultan gimana ya cara jabat tangannya?

Tahu, lah, he-he!

"Maaf kami sedikit terlambat," ucap pria sipit bertubuh tegap dengan ekspresi tegas.

Mara tak peduli juga tidak bergeming, ia masih sibuk dengan ponselnya.

"Tidak masalah, Tuan Hyunri. Tuan muda mana?" jawab sekaligus tanya Loies.

"Tadi katanya datang agak terlambat, karena ada meeting dadakan," jawab Tuan Hyunri sambil menarik kursi dan duduk di sana.

"Oh, tidak apa-apa, Tuan," jawab Loies.

"Siapa nama anaknya, Jeng?" tanya wanita modis itu.

Sarita menyenggol siku Mara agar gadis itu menjawab.

"Asmara, Te," jawab Mara sambil senyum paksa.

"Wah, namanya cantik. Seperti orangnya," ujar Isteri Tuan Hyunri yang bernama Namira.

"Makasih, Te."

Wanita modis itu senyum-senyum tidak jelas saat menatap Mara lekat.

Mereka memesan makanan terlebih dulu sambil menunggu Tuan Muda dari keluarga Widjaya Ningrat itu datang.

***

Saat makanan datang, tepat saat itu juga seorang pria tampan berkemeja putih dengan wajah tegasnya menghampiri meja mereka.

"Maaf saya terlambat," ucap pria itu dengan nada kepemimpinan dan tegas.

Emang upacara, ada kepemimpinan segala. He-he!

Loies dan Sarita menjabat tangan Tuan muda itu, mereka kagum dengan penampilan dan kharisma yang ada dari pria itu.

***

Mereka mulai makan dalam keheningan.

Mara belum menyadari jika ada seseorang di hadapannya, kali in ia fokus dengan makanannya.

Sangat sulit baginya untuk bersikap baik seperti ini.

Kakinya sudah merasa gatal, ingin sekali gadis itu mengangkat kakinya ke kursi. Namun, dia menahannya sebisa mungkin karena sudah berjanji akan bersikap baik.

Lihat aja nanti, aku ga bakal makan kek gini lagi, sumpah kaki aku gatel pengen aku angkat, batin Mara sambil menggaruk-garuk betisnya dengan heels yang ia pakai.

Selesai makan, pelayan restoran itu membersihkan meja lalu mengeluarkan makanan penutup ala kerajaan.

***

Setelah meja bersih dari sisa makanan keluarga Mara dalam keheningan.

Takut jika anak mereka tidak diterima oleh keluarga Widjaya Ningrat itu.

Sedangkan Mara terus menundukan kepalanya memainkan ponsel dan belum menyadari kedatangan Tuan muda itu hingga sekarang.

"Gimana, Ken?" tanya Tuan Hyunri membuka pembicaraan.

"Iya," jawab Tuan Muda yang bernama Kendrick Widjaya Ningrat itu.

Yes, anak aing laku, batin Sarita sambil senyum penuh arti.

"Gimana dengan kamu, Mara?"

"Hiya," seru Mara yang memenangkan game dari pertandingan di ponselnya itu.

Semua orang salah paham dengan ucapan Mara, mereka pikir gadis itu dengan gampang mengucapkan 'iya' dari perjodohan ini. Padahal gadis tomboy itu sibuk sendiri dengan game-nya.

"Jika seperti itu kita percepat saja pernikahan mereka," ucap Sarita. Ia takut jika anaknya tidak laku-laku, karena selama ini Mara belum pernah membawa pulang seorang pria sekalipun dan mengenalkan kepadanya.

"Saya setuju, Jeng," ucap Nyonya Hyunri sambil tersenyum manis.

"Ken, kamu antarkan Asmara pulang, ya?" suruh Tuan Hyunri.

"Hm," jawab Kendrick.

"Mara, pulang dulu, Nak?" ucap Sarita.

Asmara hanya berdiri dan masih memainkan ponselnya sambil berjalan ke arah parkir mobil. Tidak berpamitan kepada calon mertuanya.

Calon mertua kalau Mara tahu dia bakal dijodohkan, Lah ini Mara tidak tahu. Hedeh!

***

Ia membuka pintu mobil itu tetapi, masih sibuk dengan ponselnya. Gadis tomboy itu duduk di kursi belakang.

"Duh! Hp aku lowbat lagi," ucap Mara frustasi.

"Yah, anterin Mara ke tempat nongki, dong," sahut Mara.

Hening tak ada jawaban, membuat gadis itu kebingungan.

Ia menoleh ke sana ke mari, memperhatikan mobil yang sedang di dudukinya itu.

"Eh, ini bukan mobil, Papa," sahut Mara.

Bersambung....

WAJIB LIKE, KOMEN, VOTE, FAVORIT, RATE 5. 😚

BAB^^2~

Asmara langsung melihat pria yang duduk di kursi kemudi, lalu gadis itu meraih kerah kemeja Kendrick dan menatapnya penuh amarah.

"Kemu siapa? Kamu mau culik aku? Kamu ga tau aku siapa! Ha!" berondong Mara dengan pertanyaan berkali-kali dengan jarak yang sangat dekat dan masih mencengkeram kerah kemeja pria itu.

Kendrick tak bergeming sedikit pun, ia juga santai saat Mara memegang kerahnya.

Ia santai ria dengan wajah datarnya.

"He! Kamu bisu ya, apa kamu budeg? Kamu salah kalo mau culik aku. Aku pemenang taekwondo sejagat bumi, aku bisa patahin tulang kamu sekarang juga," cecar Mara tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Pria itu berapi-api mendengar perkataan Mara yang mengatakan hal buruk tentangnya. Ia menghela panjang lalu mengenggam balik tangan gadis yang memegang kerahnya itu dengan erat tanpa menunjukkan ekspresi wajah marah maupun kesal. Mimik Kendrick datar. Ia segera mendorong tubuh si gadis hingga gadis itu tergeletak tak berdaya di bangku depan samping kemudi dengan posisi tangan dikunci di atas kepala oleh sang pria yang di anggap sebagai pencuri itu.

Memang, sih, salah Mara. Dia terlalu sibuk dengan ponsel dan pemikirannya yang aneh-aneh sampai tidak tahu apa yang sudah terjadi dengannya. Asmara Agler Mahesa gadis tomboy yang benar-benar aneh.

"Saya calon suami, Anda."

Asmara terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Kendrick, pria yang dihinanya itu bisa bicara dan dia juga tidak tuli, sekali lagi gadis tomboy itu berprasangka buruk tentang kalimat yang dilontarkan oleh si pria dingin. Nada bicaranya yang cukup serius, tegas juga datar tanpa cengkok di dalamnya.

He! Memangnya lagu, ya, harus ada cengkoknya. Entahlah.

"Kamu mau culik aku, kan? Berani-beraninya kamu bilang kalo kamu itu calon suami aku. Hello, aku udah punya pacar kali," cetus Mara sambil berontak dan berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman Ken.

"Terserah," ucap Kendrick tegas, ia melepaskan tangannya dari Mara, karena gadis itu terlihat kesakitan.

Bilangnya jago taekwondo, masa iya baru dikunci tangannya saja sudah kesakitan.

Kendrick kembali dalam posisi duduknya dan merapikan kemejanya yang lusuh sambil menatap datar ke depan.

Asmara tidak mengancam pria dingin itu, ia berpikir bagaimana caranya membuktikan bahwa apa yang dikatakan oleh Kendrick ada benarnya.

"Kamu ada nomor bokap aku ga?" tanya Mara sambil duduk dengan benar di kursi depan.

Pria itu diam, ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana lalu memberikannya pada Asmara.

Gadis tomboy itu langsung mengetik nomor telepon ayahnya.

Di sana sudah tersimpan dengan nama Mr. Loies Agler Mahesa.

Mara jadi makin ciut untuk berpikir jernih, jangan-jangan apa yang dikatakan oleh Kendrick benar.

Setelah berdengung beberapa kali, akhirnya Loies mengangkat telepon.

"Halo, Pah. Ini Mara."

Ada apa telepon pakai hpnya Tuan muda?

"Hp Mara lowbat, Pah. Eh, emang bener manusia kutub ini calon suami Mara?"

Siapa manusia kutub?

"Yang punya hp ini, lah," ucap Mara tanpa rasa bersalah sambil memutar bola mata ke arah Kendrick, pria itu tidak menunjukan ekspresi wajah apapun sekali lagi.

Kamu jangan sembarang bicara. Dia calon suami kamu.

"Ha! Jadi bener dia calon suami Mara. Kok bisa, sih, Pah. Mara ga setuju dan Mara ga suka, titik."

Udah dulu, ya, Papa lagi nyetir, nih.

Tut!

"Halo, Pah!"

"Argh!!" Mara melempar ponsel tersebut tepat di pangkuan pria itu dengan keras. Untung tidak mengenai adik berharga miliknya. Bisa bahaya, dong.

Pria dingin itu hanya diam dan menghela lega.

"Nama kamu siapa?"

"Kendrick Widjaya Ningrat."

"Hm ... keren juga nama kamu," cetus Mara sambil tersenyum smirk.

Tak ada jawaban dari Ken, gadis itu menyahutinya lagi.

"Kamu inget, ya, aku ga bakal mau nikah sama kamu. Karena aku udah ada cowok dan aku bakal kabur dihari pernikahan karena aku bener-bener ga setuju sama pernikahan ini, titik," celoteh Mara dengan ketus panjang kali lebar. Terlalu banyak kata 'aku' sampai membuat author pusing.

"Terserah."

Mara tak habis pikir dengan pira yang dihadapannya ini. Bagaimana bisa ia mengoceh bagai burung beo dan hanya ditanggapi kata terserah dari Kendrick.

Gadis itu merasa geram.

"Oke, anterin aku ke tempat nongkrong kalo gitu," ucap Mara sambil melipat tangan di depan dada dan menatap keluar.

Kendrick tak menjawab tetapi, ia segera menyalakan mesin mobilnya dan melajukannya dengan kencang.

Ditengah perjalanan, Mara merasa ada yang aneh. Jalan yang dilaluinya bukan ke arah tempat dia biasa main.

"Eh! Ini bukan jalan ke tempat nongkrong aku. Harusnya tadi belok kiri, kamu mau bawa aku ke mana?"

Kendrick tak menjawab, ia fokus menyetir.

"Yawoh, salah apa hamba Mu ini. Bisa-bisanya ketemu sama manusia kutub kek gini," desis Mara yang tak digubris oleh Ken.

Pria dingin itu menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Mara.

"Turun!" suruh Ken yang masih dengan nada tegas dan ekspresi datarnyanya.

"Gak mau! Aku minta kamu anterin ke tempat nongkrong. Kamu malah anterin aku ke rumah. Aku ga mau turun, titik," seru Mara sambil memalingkan muka.

Diusianya yang terbilang cukup dewasa, Asmara masih saja keras kepala dengan ucapannya.

Kendrick kembali melajukan mobilnya.

Mereka dalam keheningan selama satu setengah jam hingga akhirnya, pria dingin itu menghentikan mobilnya tepat di halaman rumah mewah dan keluar dari mobil tanpa mengucap sepatah kata pun pada Asmara.

Mara terkejut, ia pikir Ken akan mengantarkannya ke tempatnya kumpul. Ternyata tidak.

Mara melihat sekeliling dari dalam mobil.

"Nyebelin banget, sih, itu cowok. Aku 'kan minta dia buat anterin ke tempat nongkrong. Kenapa malah dibawa ke sini, ini di mana coba? Eh! Rumah itu mewah banget, jangan-jangan rumah setan lagi. Sepi banget kek kuburan. Jangan-jangan rumah manusia kutub itu memang di tengah kuburan, aih," celoteh Mara tanpa henti pada dirinya sendiri.

Melihat kunci mobilnya masih terpampang nyata di sana, Mara tersenyum smirk. Ia mempunyai niat untuk membawa mobil itu ke tempat nongkrongnya.

***

Asmara memutari jalanan yang sepi bak kuburan itu hingga satu jam lebih dan dia tidak bisa menemukan jalan keluar sama sekali dari sana. Ia terpaksa berhenti sejenak di bahu jalan.

"Kenapa aku muter-muter terus di sini, sih, jalan keluarnya mana? Ga ada rumah ga ada lampu, ini di mana, sih. Astaga!" geram Mara sambil memukul-mukul setir.

"MAMA, MARA ILANG! HUWA!" teriak Mara frustasi sambil menangis bagai anak balita.

"Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Aku tenggelam dalam lautan luka dalam ... aku tersesat dan tak tau arah jalan pulang ...."

"Yawoh, kenapa aku malah nyanyi," cecar Mara yang merasa dirinya sangat tidak pintar.

Tiba-tiba datanglah dua orang tak dikenal memakai masker juga ber-hoddie warna hitam, yang satunya lagi warna pink.

Jangan-jangan blackpink? Aih. Tentu saja bukan, mereka memakai penutup mulu dan kepala hingha yang terlihat hanya matanya saja.

Dua orang itu mengetuk kaca mobil yang dikendarai Mara berkali-kali.

Bersambung....

Wajib, LIKE, KOMEN, VOTE, FAVORIT, RATE 5. SETELAH MEMBACA. 😊

Jangan lupa di FAVORITKAN ♡, ya. Biar gak hilang. Itupun kalau kalian maaih penasaran sama kelanjutan ceritanya. 😁

TERIMAKASIH.

BAB^^3~

"Siapa mereka? Wajahnya dibungkus dah kayak mumi aja ... atau jangan-jangan mereka pencuri. Duh gimana nih kalau mereka bener-bener pencuri?" Mara berpikir panjang bingung apa yang harus dilakukannya, kalau keluar sudah pasti habis riwayatnya dan hanya tinggal nama. Tetapi apa boleh buat saat Mara sedang memikirkan cara bagaimana mengatasi masalah tersebut. Kedua manusia yang ada di luar mobil semakin sering dan keras mengetuk kaca mobilnya.

"Lontong!" teriak Mara salah kaprah. Ia segera meremas mulutnya sendiri.

Harusnya ia berteriak minta tolong, tetapi malah salah sebut jadi lontong saking cemasnya.

"Astagfirulah, ini mulut kenapa gak bisa diajak bicara yang bener, sih? Udah kayak drama aja perasaan hidup aku," ucap Mara pada dirinya sendiri.

Karena keringat dingin mulai bercucuran di pelipisnya dan kedua orang tersebut juga tak kunjung pergi, akhirnya Mara memutuskan hanya membuka kaca mobil saja. Alhasil ia langsung ditodong pistol tepat di dahinya. Mara bersikap biasa meskipun kakinya gemetar.

"Apa-apaan ini?" tanya Mara baik-baik.

"Keluar dari mobil sekarang juga!" suruh pria berhodie hitam.

"Kalian siapa ya? Berani sekali nyuruh-nyuruh saya keluar?"

"Turun atau saya tembak kepala Anda?!" tegas si hoddie hitam.

Pria yang berhoddie pink memerhatikan sekeliling sambil memainkan pisau ditangannya.

"Tunggu! Kalian laki-laki, kan? Kok beraninya sama perempuan, kalau cari target itu laki-laki dong." Mara masih membantah, ocehan tersebut makin membuat si pencuri naik darah dan langsung menembakkan pistol ke langit-langit.

Duarrr!

Mara terperanjak dari duduknya, spontan ia langsung menangkat kedua tangannya. Nyalinya sudah lari entah ke mana saat mendengar suara tembakan.

Mara langsung keluar dari mobil tersebut.

Lagian ini bukan mobil aku, ngapain juga aku pertahankan. Dari pada nyawaku yang melayang mending aku kasih aja, deh. Lagipula dosaku juga masih banyak. Hiks, ngenes amat ya hidupku.

Saat Mara tiba diluar, secepat kilat kedua pria itu masuk dan berlalu begitu saja bersama mobil milik Ken.

Mara mengigil kedinginan apalagi dress yang ia kenakan saat ini kekurangan bahan.

Benar-benar kurang asem, nih Mama ... masa iya aku di minta pakai dress kaya gini, kan dingin banget. Ya amsyong, batin Mara sambil berjalan di tengah aspal, tak tahu mau ke mana. Karena di sana tak ada pencahayaan sama sekali.

Ia melepas heels yang dipakai tadi, wanita itu lebih memilih nyeker. Karena heels sungguh menyiksanya.

***

Lima belas menit kemudian, ada sebuah mobil datang dan membunyikan klakson beberapa kali di belakang Mara. Tetapi gadis itu tak menoleh karena ia sudah minggir ke bahu jalan, begitu pikirnya.

Pengendara tersebut geram karena Mara tak mau menoleh.

Akhirnya ia turun dari mobil dan langsung menarik tangan Mara erat.

"Kamu!" seru Mara sambil melotot tak percaya.

Ken terus menarik tangan Mara hingga mendekat ke mobilnya yang masih menyala.

"Hei? Mau bawa aku ke mana? Lepasin enggak!" berontak Mara. Ken tak menggubris, ia membuka mobil dan langsung mendudukkan Mara di sana.

"Aw! jangan kasar ngapa sama perempuan!" seru Mara sambil mengelus bekas tangan Ken.

Ken langsung masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi.

Mara menikmati saja saat Ken membawa mobil secepat itu, karena ia biasanya juga balapan dengan teman-teman prianya.

"Mau bawa aku ke mana? Kantor polisi?" Ken diam tak menjawab.

"Masa iya aku salah? Helo! Aku di sini korban ya, dan aku gak salah." Ken masih fokus menyetir, seolah tak mendengar celotehan Mara.

"Astagfirullahhaladziem ... Abang kutub, punya mulut itu buat bicara, jawab ngapa?" Mara memutar bola matanya tak percaya, bagaimana bisa ada orang setenang itu, padahal Mara sudah mengatainya berkali-kali.

"Ya Tuhan ... orang tuaku serius mau jodohin aku sama manusia macam dia? Benar-benar harus lari, nih!" ujar Mara sambil geleng-geleng kepala.

Tiba-tiba, Ken mengerem mobil mendadak dan membuat Mara yang nyerocos tak ada hentinya itu terkejut karena kepalanya terbentur bagian depan mobil.

Karena sibuk dengan ocehannya juga, Mara tak memerhatikan jalanan yang ia lalui bersama Ken tadi.

"Turun!" suruh Ken.

"Ini di mana?" tanya Mara kebingungan.

Ken tak menjawab, ia ingin Mara tahu sendiri di mana mereka sekarang.

"Oh, di rumah. Aku pikir kamu mau bawa aku ke kantor polisi ... rupanya kamu sadar juga kalau aku di sini sebagai korban."

"Hutang harus dibayar." Kata itu keluar dari mulut Ken begitu saja.

Wajah datarnya menatap Mara yang sedang melongo tak percaya.

"Hutang apaan?" tanya Mara tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Ken langsung mengeluarkan sesuatu dari dalam tas yang ada di belakangnya.

Tanpa sepatah kata ia memberikan beberapa kertas berisikan nota pembelian dan kepemililan mobil tersebut.

Asmara kaget saat melihat harga mobil milik Ken, ia melongo tak percaya.

"What! 250 miliyar? Ini uang semua? Aku ada koleksi motor paling mahal harga 100 juta. Aku punya mobil 3, belum cukup dong buat gantiin mobil kamu?" Mara malah curhat tentang betapa ngenes dan tak berharga dirinya saat ini.

"Gimana?" tanya Ken dingin.

"Gimana apanya? Ya jelas aku gak bisa bayar lah. Rumah juga punya orang tua. Mana mungkin aku bisa bayar," jawab Mara tanpa rasa malu. Mungkin urat malunya sudah terputus sejak kenal manusia ini dari beberapa jam yang lalu.

"Jadi isteri saya atau rumah orang tua kamu disita?" tanya Ken tegas.

"Kamu tau enggak? Akutu punya pacar."

"Gak nanya," jawab Ken datar.

"Asem! Gak tahu orang curhat apa. Aku ada pacar cuma belum kukenalin ke orang tua. Aku sama dia udah LDRan selama tiga tahun ini," ujar Mara meminta belas kasihan dari Ken. Pria itu tak mendengar apa yang Mara katakan.

"Udah?"

"Udah apanya?" Mara pura-pura mengelap air mata di pipinya. Padahal tak ada apa-apa di sana.

"Kalau udah turun!" suruh Ken.

"Kamu ini belum jadi suami aku aja udah nyebelin pakai banget, gimana jadinya kalau udah nikah? Gak bisa dibayangin!" Mara mengacak rambutnya kesal, tak percaya ia dipertemukan dengan pria seperti Ken.

Mara langsung turun mobil tanpa sepatah katapun.

Ia menutup pintu mobil dengan sekuat tenaga dan apa yang terjadi. Kaca pintu mobil mahal itu retak.

Mara langsung menutup mulut tak percaya.

Ken memberikan tatapan tajam pada Mara.

Hawa dingin tiba-tiba munvul dari belakang Mara, bulu kuduknya pun berdiri. Namun ia berusaha tetap tenang.

Mara malah menunjukkan jari tengahnya pada Ken, seperti anak kecil yang nantang berantem.

Setelah memberikan tatapan yang mematikan itu, Ken langsung melajukan mobilnya dengan kencang.

Mara berlari memasuki rumah dengan perasaan kesal.

Sebelum masuk ke kamar, terpaksa ia harus melewati ruang keluarga yang isinya dua orang yang udah berumur namun, kepo dan alaynya tingkat tinggi.

"Cie-cie yang baru pulang," ucap Sarita saat melihat puterinya berjalan mendekat.

Mara diam menyembunyikan ekspresinya yang kalut.

"Seru, kan jalan sama Ken?" hardik Loies.

Mara masih diam, ia langsung duduk di tengah-tengah orang tuanya.

"Gimana? Ken keren, kan? Ganteng juga, baik mah udah pasti, ya kan ya kan?" tanya Sarita tanpa ingin tahu bagaimana perasaan puterinya itu.

Mara tidak menjawab pertanyaan apapun dan memang ia tak ingin berkata sepatah kata pun karena kecewa dengan kedua orang tua yang tiba-tiba menjodohkannya dengan manusia yang tak ia kenal.

Loies menutup hidung karena mencium bau tubuh Mara yang seperti asam.

Andai mereka tadi tahu anaknya berjalan menyusuri gelap, pasti mereka cemas dengan keadaan Mara saat ini.

"Kamu tadi abis nyemplung got, ya? Bau banget? Mandi sana!" suruh Loies.

Ya seperti itu lah sikap orang tua Mara, tak pernah disaring dulu kalimatnya kalau mau bicara, langsung aja sampai hati.

Mara langsung pergi ke kamar dan membersihkan tubuhnya.

Setelah itu ia coba menghubungi pacarnya yang saat ini ada di Jepang.

.

.

Bersambung....

Setelah sekian purnama, akhirnya aku bisa kembali nulis lagi, yeay! Btw ada yang nungguin gak? 😁

Oiya. Mohon maaf lahir dan batin semuanya 🙏....

Kalian penasaran nggak sih sama nextnya?

Kalau penasaran aku lanjut deh, kalau enggak ya udah cukup sampai di sini aja. He-he.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!