NovelToon NovelToon

Pernikahan Sementara

01

Disclaimer! Cerita dan keseluruhan tokoh adalah fiksi. Bijak dalam membaca dan mencerna cerita. Selamat membaca♡
Seorang wanita berdiri menatapi bayangan dirinya di cermin. Ia masih belum menyangka akan datang sebuah hari, yang mengubah kehidupannya 180 derajat. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya.
Bunda
Bunda
Hanna, lekas bersiap. Pengantin pria sudah tiba.
Sesaat, ibunya menatap dengan mata berkaca-kaca. Anak semata wayang yang dulunya manja, telah bertumbuh menjadi seorang pengantin. Dan itu adalah impian pertama Hanna kecil saat membuka album foto pernikahan kedua orangtuanya.
Hanna
Hanna
Bunda menangis?
Bunda
Bunda
(menyeka air mata) Tentu tidak. Entah darimana debu ini masuk ke mata Bunda.
Bunda berjalan mendekati Hanna lalu mengagumi busana yang dikenakan putrinya. Dress berbahan satin dengan warna putih gading begitu sempurna mengikuti lekuk badan putrinya. Dengan sedikit manik-manik semakin menambah kesan mewah oleh pemakainya. Namun, berbeda dengan Bunda yang sumringah, Hanna justru berekspresi sebaliknya.
Bunda
Bunda
Hanna, mengapa kamu murung? Senyum sedikit dong anak Bunda. Ini 'kan hari terbesarmu. (Bunda menangkup dagu putrinya)
Hanna
Hanna
(Hanna menggeleng pelan) Engga, Bun.
Bunda
Bunda
Lalu, kenapa Bunda lihat kamu seperti tidak bahagia?
Lidah Hanna begitu kelu. Ia tidak menginginkan pernikahan ini. Semuanya berawal dari kesalahpahaman. Akan tetapi, sudah terlambat untuk menjelaskan. Hanna belum siap untuk menikah.

02

Empat bulan yang lalu. Hanna mendapat panggilan kerja di sebuah penerbitan majalah yang bergengsi setelah setahun lebih dirinya menjadi seorang pengangguran. Dengan semangat empat lima, Hanna berusaha memberikan yang terbaik untuk wawancara kerja kali ini.
Hanna
Hanna
NovelToon
Hanna
Hanna
Baik, Hanna. Cukup tampilkan sebisamu dan semoga kali ini aku lulus wawancara kerja.
Hanna bermonolog di depan cermin dengan busana kasual yang dimilikinya. Suasana hatinya tidak sebanding dengan cuaca di luar sana yang tidak bersahabat. Saking asyiknya berfoto, Hanna tidak menyadari waktu wawancara tinggal sejam lagi. Buru-buru ia pergi menuju halte bus yang tiba di waktu yang tepat.
Hanna
Hanna
Syukurlah. Mengapa aku begitu bego, astaga.
Hanna merutuki dirinya di dalam hati. Jantungnya terus berdegup kencang. Ia tidak pernah merasa segugup ini sebelumnya. Bagi Hanna, wawancara kerja lebih sulit daripada sidang skripsi yang baru setahun berlalu.
Seketika hujan turun saat Hanna baru turun dari bus. Hentakan sepatu hak tingginya menciptakan cipratan air tergenang membasahi terusan celananya. Entah apa yang Tuhan rencanakan, Hanna mulai merasa firasat buruk akan terjadi. Tanpa melihat ke depan, Hanna tanpa sengaja menabrak seseorang saat ia tengah merapikan pakaiannya yang kusut.
Tumpahan kopi mengenai baju Hanna.
Baskara
Baskara
Hei, kalau jalan pakai mata, dong!
Hanna tersentak mendengar suara tegas dari seorang lelaki
Hanna menundukkan kepala lalu berjalan cepat tanpa meminta maaf
Pria itu menggelengkan kepala dengan heran
Baskara
Baskara
Sialan! Dia membuang kopi berhargaku!
Pria bernama Baskara, seorang editor majalah yang kehilangan menikmati segelas kopi hangat yang baru saja dibelinya. Ia melirik tajam ke arah punggung wanita yang berjalan cepat meninggalkan dirinya. Seorang pria lain datang menghampirinya.
Nino
Nino
Hei, Bas. Asem banget wajah kau.
Baskara yang kesal bukan main, memilih diam seribu bahasa. Sebagai sahabat, tentu saja Nino dibuat bingung. Baru saja mereka semangat membahas kesepakatan untuk proyek besar dengan investor, tapi, yang dilihatnya adalah kegelapan di wajahnya.
Di dalam lift
Nino
Nino
Bas, nanti akan ada anak baru yang akan aku tempati di divisi kamu. Ajarkan dengan baik. Jangan ulangi kejadian dulu.
Nino
Nino
Tentunya kamu gak mau 'kan rekan yang lain kesusahan? Apalagi Tania sedang cuti hamil. Harus ada orang yang bisa back up kerjaannya.
Baskara hanya terdiam mendengarkan celotehan sahabat yang sekaligus atasannya. Perusahaan yang berdiri ini adalah milik ayah Nino. Sebagai penerus, tentunya Nino telah mempersiapkan diri bila jabatannya dari manager akan naik menjadi direksi utama.
Lantai 3
Nino
Nino
Ya sudah, aku duluan. Sudah waktunya menginterview.
Baskara mengangguk kecil dan menjawab singkat. Ia langsung menutup lift untuk membawanya menuju lantai dua. Baru saja lift terbuka, ia kembali dipertemukan dengan wanita yang telah menumpahkan kopinya.
Baskara
Baskara
Kamu?!
Note Author. Segala referensi foto dari pinterest. Jangan lupa tinggalkan like dan share <3

03

Di dalam toilet
Hanna
Hanna
Bodoh! Bodohnya aku! Kotor banget bajuku. Mana gak bisa hilang lagi noda kopinya.
Hanna terus menggerutu ke dirinya seraya membersihkan noda kopi dengan tisu basah yang dibawanya. Ia melirik jam tangannya dan dirinya kembali diserang kepanikan. Lima menit lagi waktu wawancara. Hanna berlari secepat mungkin menuju lift. Namun, niatnya diurungkan karena banyak orang mengantri. Mengambil jalan pintas, Hanna menaiki anak tangga yang menuju ke lantai dua.
Hanna
Hanna
Ada lift! Beruntungnya aku di sini tidak ada antrian lift.
Begitu pintu lift terbuka, manik hitam Hanna melebar. Hal yang sama dirasakan oleh orang yang membuka pintu lift. Sesaat mereka saling beradu tatap.
Baskara
Baskara
Kamu?!
Hanna
Hanna
A-apa? Saya?
Baskara
Baskara
Iya. Kamu yang menabrak saya tadi di basement bawah.
Kesadaran Hanna kembali pulih
Hanna
Hanna
Oh! Yang tadi itu ...
Hanna membungkukkan badan
Hanna
Hanna
Saya minta maaf, pak. Saya tidak sengaja.
Hanna
Hanna
Nanti saya bayar kerugian apapun
Baskara menghela napas
Baskara
Baskara
Baik, aku maafkan.
Baskara
Baskara
Sekarang, enyahlah dari hadapanku.
Tatapan Baskara masih tersimpan kekesalan yang sukar mereda. Ia melangkah keluar seolah memberi Hanna sebuah pelajaran.
Menepis kejadian yang berlalu, Hanna masih mengumpulkan keberanian dan rasa kepercayaan dirinya. Dengan hati yang mantap, Hanna memasuki ruang manager dan mulai menjalani sesi wawancara.
Hanna
Hanna
Selamat pagi, pak
Nino
Nino
Pagi juga. Anda pasti Chintya Hanna Dewi, benar?
Hanna menjawab dengan lantang
Hanna
Hanna
Betul, pak. Saya sendiri.
Nino tertawa kecil
Nino
Nino
Hanna, saya belum setua itu kalau dipanggil 'pak'. Panggil saya dengan nama saja, ya?
Hanna menatap ke bawah papan nama yang terpampang di depannya. Radel Nino Eka.
Hanna
Hanna
I-iya, pak. Maksud saya, Nino.
Nino
Nino
Haha. Santai saja.
Nino
Nino
Baik, bisa kita mulai dengan perkenalkan diri kamu dulu.
Wawancara yang berlangsung 45 menit itu berjalan lancar. Jauh di lubuk hati Hanna berharap ia lulus wawancara kali ini.
Nino
Nino
Baik, Hanna. Nanti kami infokan kembali hasil wawancara ini.
Nino
Nino
Terima kasih atas meluangkan waktunya. Kamu bisa pulang sekarang.
Hanna
Hanna
Terima kasih juga, Nino.
Rumah Hanna
Setibanya di rumah, Hanna langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi tengkurap. Ia memukul gemas kasur dengan kedua tangan terkepal. Tidak akan ia lupakan kejadian tak mengenakkan itu. Sayup-sayup, suara bunda memanggil namanya.
Bunda
Bunda
Hanna, ayo turun, nak. Bunda sudah masakkan bola-bola daging kesukaanmu
Perlahan, Hanna mengangkat kepala. Nafsu makannya mulai membara setelah mendengar makanan favoritnya. Ia langsung beranjak dari tempat tidur lalu menghampiri bunda yang tengah menyiapkan makanan.
NovelToon
Hanna
Hanna
Bun, terima kasih
Bunda
Bunda
(Mengernyitkan dahi) Berterima kasih untuk?
Hanna
Hanna
(Tersenyum tipis)
Hanna
Hanna
Karena Bunda penyemangat hidup Hanna
Hanna
Hanna
Hanna gak bisa apa-apa tanpa Bunda
Mendengar perkataan putrinya, Bunda sedikit tersanjung.
Bunda
Bunda
Tentu, sayang
Bunda
Bunda
Bunda selalu ada di setiap langkahmu, nak
Saat tengah makan bersama, Hanna mendengar dering notifikasi dari ponselnya. Seketika mata Hanna terbelalak ketika membuka pesan notifikasi.
Bunda
Bunda
Ada apa, nak? Sampai terkejut begitu
Hanna
Hanna
Bun...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!