Dari kejauhan, terlihat seorang pemuda berusia 17 tahun sedang duduk di sebuah kursi taman. Pemuda itu bernama Julian Gillan Vyno.
Di tangan kirinya terlihat, bahwa dia sedang memegang sebuah kartu smartphone berwarna hitam. Dan di tangan kanannya dia memegang ponselnya.
"Apa aku coba pasang kartu ini di hp-ku?" ucap pemuda itu.
Julian itu terlihat bingung, dan tak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang.
…Beberapa saat yang lalu…
"Ah, aku lapar, tapi tidak ada satupun makanan di lemari es ku"
Julian terlihat menghela napasnya, ketika membuka lemari es yang ada di hadapannya.
Julian ingin memasak sesuatu untuk makan malamnya, tapi lemari esnya benar-benar kosong.
Julian kemudian menutup lemari es itu dan mengambil jaketnya, kemudian keluar dari rumahnya.
Julian berjalan ke arah supermarket yang tak jauh dari rumahnya.
Julian kemudian membeli beberapa mie instan, camilan dan minuman.
Setelah semuanya cukup, Julian membayar belanjaannya itu ke kasir.
Saat keluar dari supermarket itu, Julian memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar.
Julian kemudian sampai di sebuah taman yang tak jauh dari supermarket itu, dan kemudian duduk di salah satu kursi taman yang ada di sana.
Saat duduk, Julian merasakan sesuatu yang mengganjal, dan saat bergeser… dia melihat sebuah kartu berwarna hitam terselip di antara celah kursi taman itu.
"Apa ini?" tanya Julian sambil mengambil kartu itu.
"Warnanya hitam, pantas saja aku tidak melihatnya" ucap Julian kemudian mengeluarkan ponselnya.
"Apa aku coba masukan?"
Julian bingung, antara memasangkan kartu itu di ponselnya atau tidak.
Setelah beberapa waktu Julian berpikir, Julian memutuskan untuk memasangkan kartu itu di ponselnya.
Setelah beberapa saat setelah kartu itu terpasang, sebuah aplikasi tiba-tiba muncul di ponsel miliknya.
"Aplikasi apa ini?"
aplikasi itu bergambar sepasang sayap berwarna emas dengan perisai berwarna perak di antara sayap itu, dan gambar sebuah pedang berwarna hitam menghiasi perisai itu, aplikasi itu bertuliskan eternity.
Julian kemudian menekan aplikasi itu.
[Memuat Sistem…]
[1%…]
[15%…]
[27%…]
"Kenapa lama sekali?" ucap Julian sambil menunggu aplikasi itu terbuka.
[56%…]
[79%…]
[88%…]
[98%…]
[100%…]
[Aplikasi berhasil terbuka…]
[Apakah pengguna ingin menggunakannya sekarang?]
[Yes] [No]
Julian kemudian menekan tulisan 'Yes'
[Selamat kepada pengguna untuk menjadi salah satu di antara para pengguna eternity lain]
"Eh, pengguna eternity lain? Memangnya ada berapa eternity di sini?" tanya Julian.
[Sebelum menjawab pertanyaan dari pengguna, saya ingin memberitahu pengguna. Kami para sistem dengan chip eternity yang terpasang di sistem kami, membuat pengguna dapat membeli sesuatu dari berbagai negara bahkan dari dunia lain. Kami para sistem juga dapat menampilkan atau menjawab pertanyaan dari pengguna menggunakan suara maupun tulisan, seperti yang sedang saya lakukan]
"Begitu, ya. Sistem, apa kau bisa menggunakan suara saja?"
>"Jika itu yang pengguna inginkan, saya akan menurutinya"<
"woah, hebat"
Julian tiba-tiba mendengar suara muncul dari ponselnya.
>"Saya akan menjawab pertanyaan yang sebelumnya pengguna tanyakan. Di dunia ini ada sekitar seribu orang yang memiliki sistem eternity, itu tersebar di seluruh dunia"<
"Berarti hanya ada sedikit yang memiliki sistem eternity?"
>"Ya, karena sistem eternity adalah sebuah sistem yang diperuntukkan kepada orang yang memiliki masalah dalam kehidupan mereka, hanya untuk orang yang telah mendapatkan perlakuan buruk, bahkan bisa dibilang mereka yang hampir mengalami kematian. Tapi kami juga akan menyeleksi kembali, apakah dia pantas atau tidak"<
Jleb…
'sakit tapi tak berdarah' pikir Julian sambil mengelus dadanya.
Dari kecil Julian tinggal di sebuah panti asuhan, Julian di sana ketika umurnya 3 tahun.
Pemilik panti asuhan menemukan Julian tak jauh dari panti asuhan miliknya.
Saat itu, Julian terlihat bingung karena dia tidak tahu berada di mana, karena letak panti asuhan itu berada di sebuah kota kecil.
Julian tinggal di panti asuhan sampai usianya 15 tahun, dan kemudian memilih untuk pergi ke kota besar dan tinggal di sana.
Sebelum pergi, pemilik panti asuhan memberi Julian uang sebanyak 3.000.000 rupiah.
Di kota besar itu, selama satu tahun Julian gunakan untuk belajar dan bekerja.
Julian awalnya hanya bekerja di sebuah minimarket, kemudian menjadi pelayan di sebuah cafe, setelah itu memilih untuk bekerja disebuah restoran yang cukup besar.
Di restoran itu, Julian hanya bekerja shift malam saja, dan di sana Julian bekerja selama 2 tahun karena dia ingin fokus sekolah.
Sekarang Julian kelas 2 SMA, dari hasil kerjanya sendiri, Julian bisa membeli sebuah rumah walaupun rumah itu tidak besar, hanya sebuah rumah 2 lantai dan hanya Julian saja yang tinggal di sana.
oke… kembali ke cerita…
"sistem, apa aku bisa memberimu nama?" tanya Julian.
>"Ya, pengguna bisa memberikan nama untuk sistem"<
Julian kemudian memikirkan sebuah nama.
"Bagaimana kalau Sena?" tanya Julian kepada sistem.
>"Mendaftarkan nama Sena untuk sistem… pembaruan berhasil… apakah pengguna ingin Sena memanggil pengguna sebagai Master atau Tuan?"<
"ya" ucap Julian.
>"Baik, mulai sekarang Sena akan memanggil pengguna, Master"<
"Sena, tadi sebelumnya kau mengatakan bahwa aku bisa membeli apapun yang ada di seluruh dunia" ucap Julian.
>"Itu benar, Master"<
"Dengan apa aku bisa membelinya?" tanya Julian.
>"Master, anda bisa membelinya menggunakan poin, untuk permulaan, semua pengguna eternity akan mendapatkan seribu poin"<
"Lalu, bagaimana aku membelinya?"
>"Master bisa membelinya di 'shop', satu poin sama dengan seratus ribu rupiah… untuk sistem yang Sena miliki adalah sistem tercanggih, setiap sistem memiliki nilai poinnya sendiri, bahkan ada sistem dimana satu poin sama dengan seribu rupiah"<
Julian sangat terkejut ketika mengetahui jika Sena adalah sistem tercanggih, bahkan 1 poinnya sama dengan 100.000 rupiah.
.......
.......
(note : saya di sini menggunakan latar di negara Indonesia, untuk kota mungkin akan menggunakan Kota A, Kota B, dan seterusnya. Dan untuk nama perusahaan, apartemen, dan yang lainnya, hanya karangan saya saja)
.......
.......
"Sena, apa ada yang lainnya?" tanya Julian.
>"Di dalam sistem, ada status milik Master, master bisa memperkuat tubuh master menggunakan poin yang master miliki, atau menggunakan poin bonus ketika Master berhasil menjalankan misi"<
"Misi apa saja yang akan aku lakukan nanti?" tanya Julian.
>"Misi diberikan secara acak, setiap misi juga memiliki tingkatannya, yaitu F, E, D, C, B, A, S, SS, SSS, R, SR, SSR"<
"Oh, berapa banyak poin yang didapatkan setelah menjalankan misi?"
>"Untuk misi F, poin yang didapatkan 10-20 poin. Untuk misi E 20-40, misi D 50-70 poin, misi C 70-100 poin, misi B 100-300 poin, misi A 300-800 poin, misi S 1000-2000 poin, misi SS 5000-10.000 poin, misi SSS 10.000-50.000 poin, misi R 50.000-100.000 poin, misi SR 100.000-500.000 poin, misi SSR 500.000-1.000.000 poin"<
"Apa ada tingkatan lebih tinggi dari SSR?"
>"Ada, yaitu misi tersembunyi dan juga misi khusus"<
"Hmm, begitu ya. Aku tidak bisa membayangkan jika aku mendapat satu juta poin… satu poin saja sama dengan seratus ribu, dan aku mendapat seribu poin, dan jika aku tukar semuanya aku bisa mendapatkan seratus juta, dan jika aku mempunyai satu juta poin, aku mendapat seratus milyar, dan menjadi milyarder" ucap Julian sambil menyandarkan punggungnya.
'Jika aku benar-benar menjadi milyarder, aku tidak tahu harus ku apakan uang sebanyak itu' pikir Julian.
"sudahlah, lebih baik aku pulang" ucap Julian, kemudian berjalan pergi menuju rumahnya.
Julian terbangun dari tidurnya ketika mendengar alarm dari ponselnya.
Julian langsung bangun dan pergi ke kamar mandi untuk mandi, dan setelah itu memakai seragam sekolahnya.
Setelah semuanya selesai, Julian langsung berangkat menuju sekolah.
SMA DIAMOND, Sekolah ini sudah melahirkan anak-anak yang jenius dan berbakat. Saat ini Julian kelas 3 SMA
Julian bisa masuk ke sekolah ini karena Kepala Sekolahnya adalah sahabat dari pemilik panti asuhan tempat Julian dibesarkan.
Seluruh biaya sekolah Julian digratiskan, bahkan Kepala Sekolah selalu memberi uang sebesar Rp. 4 juta per bulan kepada Julian untuk kebutuhan sehari-harinya.
Julian menggunakan uang itu hanya untuk kebutuhan sekolahnya, sedangkan untuk kebutuhan sehari-harinya Julian menggunakan uang hasil kerjanya sendiri.
"Huft… uangku tinggal sedikit lagi, sepertinya aku harus segera mencari pekerjaan" ucap Julian sambil melihat saldo rekening di ponselnya, tinggal 200 ribu.
Uang milik Julian dan uang dari Kepala Sekolah dipisahkan, jadi Julian memiliki 2 kartu ATM.
Saat Julian sampai di kelasnya, Julian langsung duduk di bangku miliknya yang tepat berada paling belakang.
SMA DIAMOND tidak pernah mengacak kelas, jadi selama 3 tahun, jadi satu kelas muridnya akan tetap sama.
"Sena, mode tulisan" ucap Julian.
Sebuah tulisan kemudian muncul di ponsel milik Julian.
[Master, apa yang bisa saya lakukan?]
"Sena, apa kau bisa mencari lowongan pekerjaan yang gajinya lumayan?" tanya Julian kepada Sena.
[Mencari lowongan pekerjaan……… Ada lebih dari 30 lowongan pekerjaan dengan gaji di atas 2 juta, pekerjaan seperti apa yang anda inginkan, Master?]
"Pelayan restoran saja" ucap Julian.
[Ada 2 restoran dengan gaji pelayan di atas 6 juta, restoran mana yang Master inginkan?
• Sky Restaurant
• Gillan Restaurant
Master bisa menekan restoran mana yang Master inginkan]
'Gillan, aku juga memiliki nama Gillan, apa aku coba bekerja di sana?' pikir Julian.
Julian kemudian menekan Gillan Restaurant, dan seketika data diri Julian terpampang di layar ponselnya.
"Sena…"
Brak!
"Lihatlah ini, murid kesayangan Kepala Sekolah sedang sibuk dengan ponselnya sendiri" ucap Dila.
Yang mendatangi Julian adalah murid-murid yang suka membully murid lain.
Dila, Ashan, Roby, Angel, dan Fika.
Di sekolah, banyak tersebar rumor jika Julian adalah anak haram dari Kepala Sekolah, dan Julian tidak menanggapinya, karena itu juga banyak yang percaya jika Julian adalah anak haram Kepala Sekolah.
"Anak haram" ucap Fika.
Julian hanya menghela napasnya, dan kembali memainkan ponselnya.
'Sena apa aku bisa berbicara denganmu melalui pikiran' tanya Julian.
[Saya bisa mendengarnya, Master]
'Sena, langsung kirimkan saja semua data tentangku, mungkin saja di sana aku bisa menemukan informasi tentang orangtuaku' ucap Julian
[Baik, Master]
Sena langsung mengirimkan data Julian ke Gillan Restaurant.
Setelah itu bel masuk berbunyi, dan guru pun masuk ke kelas.
Yang masuk ke kelas Julian adalah seorang guru magang di SMA DIAMOND, usianya baru 22 tahun. Cheryl Amanda Serna.
'Aku selalu ingin bertanya, kenapa dia memilih menjadi guru, padahal keluarganya adalah keluarga terkaya keempat di Indonesia, Keluarga Serna' pikir Julian.
"Oh ya, kalian akan belajar satu mata pelajaran saja hari ini, karena tadi Kepala Sekolah mengatakan jika ada rapat, dan semua guru harus hadir di rapat itu" ucap Cheryl.
Semua murid di kelas itu langsung heboh, karena mereka sangat senang sekolah diliburkan.
"Julian, Kepala Sekolah ingin kamu pergi ke kantornya setelah ini" ucap Cheryl.
Julian hanya mengangguk, dan langsung mengeluarkan bukunya.
"Ibu di sini hanya akan memberi kalian tugas saja, karena Ibu bertanggung jawab untuk mempersiapkan rapatnya. Ibu akan mengirimkan tugasnya kepada Ketua Kelas"
Setelah itu Julian menerima pesan di grup kelas.
"Ibu sudah mengirimkannya, kalian bisa menyerahkan tugas itu dipertemuan selanjutnya, Ibu akan pergi sekarang" ucap Cheryl.
"Bu Cheryl, apa kami boleh pulang sekarang saja?" tanya salah satu murid.
"Ya, kalian boleh pulang daripada kalian bosan di kelas menunggu bel berikutnya"
Setelah itu Cheryl langsung keluar dari kelas.
Semua murid di kelas langsung membereskan kembali alat tulis mereka kemudian langsung pulang.
Julian langsung pergi menuju ruang Kepala Sekolah.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk"
Julian kemudian masuk setelah mendapat izin dari Kepala Sekolah, dan menutup pintunya.
"Kepala Sekolah"
"Kenapa masih memanggilku Kepala Sekolah?"
"Mm, Bibi Jean" ucap Julian.
Jean Ruan Natalie, berasal dari keluarga Ruan, keluarga terkaya ketiga di Indonesia, usianya 32 tahun.
"Bibi Jean, apa ada sesuatu sampai harus memanggilku?" tanya Julian.
"Apa ini?" tanya Jean sambil memperlihatkan ponselnya.
Julian kemudian mendekat dan mengambil ponsel milik Jean.
"Aku sudah memberi uang padamu, dan tadi Gillan Restaurant mengatakan jika ada murid di sekolah ini yang mendaftar menjadi pelayan di restorannya" ucap Jean.
"Aku tidak ingin merepotkan mu, dan aku ingin hidup mandiri" ucap Julian.
"Kenapa harus ke Gillan Restaurant? Lebih baik ke hotelnya saja" ucap Jean.
"Eh?"
"Di Gillan Hotel kau bisa menjadi pegawai di sana, dan gajinya juga bisa sampai 10 juta per bulan" ucap Jean.
"Bibi, aku masih anak sekolah, mana mungkin akan diterima di sana" ucap Julian.
"Aku bisa membantumu, aku memiliki kenalan di keluarga Gillan, jadi kau tinggal tunggu saja surat atau pesan penerimaannya ya" ucap Jean.
"Tapi…"
"Tidak ada tapi-tapian, dan juga kau boleh pulang sekarang" ucap Jean.
"Baiklah" ucap Julian, dan menyimpan ponsel Jean di atas meja kemudian keluar dari ruang Kepala Sekolah.
Saat Julian tiba di rumahnya, Julian langsung berganti pakaian dan pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan.
>"Master, ada pesan masuk"<
"Apa pesannya?" tanya Julian.
>"Ini dari Gillan Hotel, Master anda diterima sebagai pelayan hotel di sana"<
"Oh, kapan aku bisa mulai bekerja?"
>"Master, anda bisa mulai bekerja sekarang, nanti jam 4 sore anda disuruh untuk pergi ke sana"<
"Baiklah" ucap Julian, dan melanjutkan belanjanya.
Setelah semua bahan masakan komplit, Julian langsung menuju kasir.
"Totalnya 196 ribu, apa ada yang lain yang ingin anda beli?" tanya kasir.
"tidak… oh ya, apa anda bisa tolong untuk mengecek saldo di rekening ini?" tanya Julian sambil menyerahkan kartu ATM miliknya.
Kasir pun mengecek kartu ATM milik Julian, dia benar-benar terkejut melihat saldonya.
"I-itu, saldonya ada 94 juta…" ucap kasir dengan suara bergetar.
"Hmm, jadi selama 2 tahun ini ini aku hanya menggunakan 2 juta saja untuk perlengkapan belajarku… aku terlalu boros" ucap Julian.
Kasir itu kemudian mengembalikan kartu ATM kepada Julian.
"Terima kasih sudah mengeceknya, gunakan kartu ini saja untuk membayarnya" ucap Julian dengan mengeluarkan kartu ATM miliknya sendiri.
"Terimakasih sudah berbelanja" ucap kasir.
Julian langsung keluar dan pulang ke rumahnya.
Setelah sampai, Julian memasukkan semua bahan masakan itu ke dalam lemari es.
>"Master, anda menerima sebuah hadiah dari sistem, apa anda akan membukanya?"<
"Hadiah?"
>"Ya, setiap Pengguna Eternity akan mendapat hadiah sehari setelah Pengguna terdaftar"<
"Hadiah apa?"
>"Sebuah kotak pemula, sebuah kotak keberuntungan, sebuah kotak skill, dan sebuah kotak langka"<
"Apa itu tidak terlalu banyak?"
>"Tidak Master, apa Master ingin membuka kotaknya?"<
"Buka semua kotak"
[Membuka kotak pemula… mendapatkan 10.000 poin, mendapatkan buku skill 'Change of form', mendapatkan sebuah pisau (S)]
[Membuka kotak keberuntungan… mendapatkan sebuah cincin dimensi, mendapatkan skill 'Penguasaan Instan', mendapatkan 20.000 poin]
[Membuka kotak skill… mendapatkan skill 'regeneration', mendapatkan skill 'healing', mendapatkan skill 'immune to poison']
[Membuka kotak langka… mendapatkan setetes darah Naga, mendapatkan setetes darah Phoenix, mendapatkan Dragon Armor]
"Skill? ini seperti game saja" gumam Julian.
[Master, Semua yang Master dapatkan disimpan dalam Inventory, apa Master ingin memperbarui Status Master?]
"Sebelum itu, Sena apa kau bisa menjelaskan semua skill yang aku dapatkan?"
[Baik Master…
- Change Of Form, skill ini memungkinkan Master untuk mengubah wujud Master, bisa menjadi perempuan ataupun orang lain, Master juga bisa menjadi sebuah benda dan hewan.
-Penguasaan Instan, skill ini membuat Master dapat mempelajari sesuatu dengan cepat.
-Regeneration, skill ini membuat Master memiliki regenerasi yang cepat, luka separah apapun dapat sembuh dengan cepat.
-Healing, skill ini dapat digunakan Master untuk menyembuhkan orang lain. Tapi, jika lukanya sangat parah, skill ini hanya bisa untuk menghentikan pendarahannya.
-Immune to Poison, skill ini membuat Master kebal terhadap racun apapun]
'Ini benar-benar seperti game saja' pikir Julian.
"Sena, perbarui statusku" ucap Julian.
[Memperbarui status… status telah diperbarui, apa Master ingin menggunakan darah Naga, dan darah Phoenix?]
"Apakah akan sakit"
[Master hanya akan merasakan sakit di seluruh tubuh selama 4 menit]
"Baiklah, gunakan darah Naga, dan darah Phoenix" ucap Julian.
Setelah mengatakan itu, Julian merasakan seluruh tubuhnya sakit, bahkan Julian merasakan jika tulangnya dihancurkan.
Setelah 4 menit berlalu, rasa sakit yang dirasakan oleh Julian langsung menghilang, dan kekuatan besar mengalir di tubuhnya.
Julian yang sebelumnya memiliki rambut hitam, pupil mata berwarna coklat muda, berkulit putih bersih, dan tinggi badannya 176. Setelah darah Naga dan darah Phoenix menyatu dengan darahnya, warna rambutnya semakin hitam dan mengkilap, pupil matanya berubah, mata kanannya berwarna emas, dan mata kirinya berwarna biru safir, kulit Julian juga semakin halus, dan tingginya juga bertambah menjadi 180 cm.
[Selamat karena telah mewarisi darah Naga dan juga darah Phoenix, Master]
Saat Julian menatap jam di layar ponselnya, dia masih memiliki banyak waktu sebelum pergi bekerja.
'Masih jam 11 siang, apa aku tidur dulu' pikir Julian.
"Sena, bangunkan aku pukul 2 sore" ucap Julian.
>"Saya akan membangunkan Master tepat waktu, selamat beristirahat dengan tenang, Master"<
'Kenapa kata-kata terakhirnya itu seperti aku akan mati?' pikir Julian.
Julian kemudian pergi ke kamarnya, dan menutup pintunya.
Julian langsung melompat ke atas kasur, dan menarik selimut, setelah itu Julian langsung tertidur.
Tok! Tok! Tok!
"Mm, Sena, apa bisa kau saja yang membukakan pintu?" gumam Julian.
>"Bisa saja Master, tapi saya harus memiliki tubuh"<
"Beli saja di sistem mu"
>"Membeli tubuh untuk sistem… 1000 poin di potong dari poin milik Master, Master bisa mengatur tubuh untuk sistem"<
Julian melirik sebentar ke arah samping, dia melihat seorang gadis seusianya.
Rambut gadis itu berwarna putih, pupil matanya berwarna biru, kulitnya putih bersih, dan tingginya sekitar 167 cm.
"Sena, jadi anak kecil usia 3 tahun saja" ucap Julian, kemudian melanjutkan tidurnya.
Sena kemudian mengganti tubuhnya, terlihat seperti seorang anak perempuan berusia 3 tahun, dengan rambut putih sebahu.
Sena kemudian pergi untuk membuka pintu.
Cklek!
"Kalian mencari siapa?" tanya Sena.
Di depan Sena saat ini ada tiga orang pria memakai setelan jas, mereka memiliki perawakan tinggi dan bertubuh besar.
"Apa kami bisa menemui Tuan Julian?" tanya salah satu pria itu.
'Master, apa dalam wujud anak kecil ini saya harus memanggil Anda Ayah atau Kakak?' tanya Sena berbicara dalam pikiran Julian.
'Terserah' ucap Julian.
'Kalau begitu saya akan memanggil Master dengan Ayah saja'
'Eh?'
Sena langsung memutuskan panggilannya.
"Mencari Ayah?" tanya Sena sambil memiringkan kepalanya sedikit.
'Apa Tuan Julian sudah menikah di usia muda?' pikiran ketiga pria itu.
"Ayah! Ada yang mencarimu!" teriak Sena.
Julian yang terganggu dengan teriakan Sena langsung bangun, dan berjalan menuju Sena.
"Sena, bisakah kau tidak berteriak?" tanya Julian kepada Sena.
Julian kemudian melihat siapa yang ingin bertemu dengannya.
Julian melihat ke arah kerah jas yang mereka pakai, ada sebuah bros berbentuk kepala Naga berwarna emas.
'Lambang itu… mereka pengawal keluarga Gillan' pikir Julian.
"Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Julian.
"Tuan, Tuan Gillan ingin menemui Anda, jadi kami dikirim kemari untuk menjemput Anda" ucap salah satu dari pengawal itu.
"Ha~, baiklah, aku akan mengganti pakaian ku dulu" ucap Julian kemudian kembali ke kamarnya untuk menganti pakaian, setelah itu kembali.
"Sena, apa kau ingin ikut?" tanya Julian.
"Tuan bisa membawa Putri Anda" ucap salah satu pengawal.
'Dia bukan putriku! Dia itu sistem!' teriak Julian dalam pikirannya.
Para pengawal itu kemudian mengantar Julian dan Sena untuk masuk ke dalam mobil Limousine berwarna putih.
'Aku tidak terbiasa dengan barang-barang mewah ini' pikir Julian.
"Ayah" bisik Sena.
'Bisakah kau tidak memanggilku Ayah' pikir Julian.
'Master tidak suka dipanggil Ayah?' tanya Sena.
'Kau bukan anakku, untuk apa kau memanggilku Ayah?' tanya Julian.
'Tapi, ketika saya membuat tubuh ini, saya menggunakan DNA Anda'
Sementara itu, pengawal yang duduk di depan Julian, terus menatap Julian dan Sena secara bergantian.
'Mereka sangat mirip, apa mereka benar-benar Ayah dan anak? Tapi, bukankah Tuan Julian baru 17 tahun?' pikir pengawal yang duduk di kursi yang ada di depan Julian.
Julian hanya menyandarkan tubuhnya, dan kemudian mengambil ponselnya yang ada di saku celana miliknya.
Saat Julian melihat bayangannya sendiri di layar ponselnya yang belum dia nyalakan itu, Julian sangat terkejut dengan warna matanya yang berbeda.
'Kenapa kedua warna pupil mataku berbeda?' pikir Julian.
Julian kemudian menyalakan ponselnya, dan menekan kamera.
Di kamera ponselnya itu, Julian bisa melihat jelas warna pupil matanya, emas dan biru.
'Ini…'
'Master, warna matamu berubah karena darah Naga dan darah Phoenix yang menyatu dengan darah Master' ucap Sena yang berbicara dalam pikiran Julian.
'Apa aku bisa mengubahnya menjadi satu warna saja?' tanya Julian.
'Ya, Master bisa mengubahnya, tapi Master tidak bisa mengubah warna mata Master ke warna mata yang sebelumnya' ucap Sena.
'Begitu ya… apa aku hanya perlu memikirkan salah satu dari kedua warna mata ini?' tanya Julian.
'Ya, Master'
Julian kemudian mengubah warna matanya, sekarang kedua pupil matanya itu berwarna biru safir.
Tak terasa juga, jika mereka sudah sampai di Kediaman keluarga Gillan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!