Ini tentang Xeira, tentang kisah cintanya dengan Jeffery sang artis juga model ternama, tentang rasa sayang Xeira pada Alexa sang adik dan tentang rasa cemasnya.
Xeira sangat menyayangi sang Adik, tak sekali pun dia menolak apa yang menjadi keinginan adik tercintanya namun satu hal yang menjadikan Xeira bimbang untuk mengambulkan salah satu permintaan sang adik, Jeffery. seorang pria yang adiknya dambakan sebagai seorang kekasih nyatanya adalah kekasih Xeira, pria yang Xeira cintai di dalam hidupnya.
Akankah Xeira memilih kembali menuruti sang adik dan melepaskan Jeffery, atau tetap mempertahankan pria itu dan menolak apa yang menjadi keinginan sang adik?
Aku memasuki rumah dengan senyum merekah. Ini memang sudah larut malam namun aku tak terlalu memikirkan itu saking senangnya. Senang karena baru saja bertemu dengan Kekasihku yang sejak 2 minggu tidak bisa aku temui. Bukan karena apa, hanya saja kekasih ku itu memiliki jadwal yang padat dalam pekerjaannya dan aku sebagai kekasih harus bisa memaklumi akan hal itu, tak apa dua minggu sekali bertemu asalkan pria itu tak membuat ku ragu dan tetap setia setidaknya itu yang selama ini aku pegang dan kekasih ku pun menyanggupi akan hal itu.
Sampai didepan pintu kamar adik, aku menghentikan langkah saat mendengar suara dari lagu yang tak asing di telinga ku, tak ingin berburuk sangka Aku mengetuk pintu kamar adik ku perlahan tak ingin terlalu menimbulkan suara yang mungkin akan sampai pada kamar kedua orang tua ku yang berada di belakang.
Alexa- adik ku- membuka pintu, menatap ku dengan senyum merekah yang ku sambut dengan hangat.
“Hai Kak, udah pulang?” aku mengangguk tanpa mengurangi senyuman.
“Udah. De, tadi Kakak dengar suara orang nyanyi dari dalem kamar kamu? Kamu lagi dengerin lagu apa?”
Alexa semakin melebarkan senyum dengan tangan yang menarik tangan ku terburu agar masuk ke dalam kamarnya. Sedetik saat aku memasuki kamar Alexa detik itu juga Aku merasa nafasku mendadak tercekat saat melihat seisi kamar Alexa yang di penuhi dengan foto dan poster seseorang yang amat sangat aku kenali.
“Sejak kapan kamu suka Jeffery?”
Aku bertanya bodoh, sedikit tak mengerti mengapa aku bertanya demikian di saat degub jantung ku menggila karena rasa cemas, tidak aku tidak boleh terlalu berlebihan.
“Sejak dua tahun yang lalu Ka. Aku suka banget sama Jeffery, dia ganteng banget Kak, kaya raya, terkenal lagi. Kurang apa coba dia? Ya ampun Ka aku rasanya pengen nikah sama dia aja deh. Pokoknya gimana pun caranya dia harus nikah sama aku, titik”
Aku mengulas senyum kikuk tak tau harus berkata apa, dan tak tau harus berbuat apa, adik ku menyukai Jeffery. Mungkin orang lain akan berfikir ‘ya sudah, biarin aja’ tapi bagaimana mungkin aku bisa melakukan itu saat sebenarnya seseorang yang adik ku kagumi dan dambakan sebagai seoarang suami adalah kekasih ku.
Tepukan Alexa pada bahu ku, mengembalikan aku ke alam nyata, mengulas senyum aku mencoba sebisa mungkin bersikap biasa, meredam semua kegaduhan yang terdapat di dada.
“Ya udah, kamu jangan tidur malem-malem besok kuliah, kakak juga mau istirahat, oke? Selamat malam.”
“Selamat malam ka”
......_......
Aku mengurung diri didalam kamar, masih mencoba mengerti atas apa yang tengah terjadi, mungkin kalau saja yang menyukai Jeffery adalah orang lain seperti yang biasa aku temui semasa kuliah atau teman kantor ku, aku akan bersikap biasa saja, dan tak terlalu mengambil pusing atas hal itu.
Namun ini adik ku. Aku tau aku salah karena tak berkata jujur soal hubungan ku yang selama ini terjalin dengan seoarang artis pada keluarga, itu semua karena aku tak ingin semua orang menentang hubungan ku dan Jeffery, tapi sekarang mungkin semua akan menjadi lebih rumit.
Apa yang akan aku katakan kalau sampai adik ku tau tentang hubungan kakaknya dengan pria yang menjadi idola dari adik ku itu, atau apa yang akan aku jelaskan pada Jeffery tentang semua ini. Aku tak ingin hubungan ku usai sampai disini, saat kami bahkan sudah menjalinnya selama 4 tahun.
Ketukan dipintu, membuat aku menoleh, menatap sekat kayu itu dengan tanya, menunggu seseorang yang mengetuk di luar sana berbicara.
“Ka ayo makan, Papah sama Mamah udah nunggu”
“Iya Kakak keluar bentar lagi”
Aku segera beranjak saat suara langkah kaki dari luar terdengar, membuka pintu aku meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja, ini masih terlalu dini untuk di pikirkan, lagi pula perasaan adikku mungkin hanya sekedar perasaan suka fans kepada idolanya saja, setidaknya aku bisa bernafas karena pikiran itu.
“Pagi Mah, Pah, Dek”
“Pagi”
“Xeira, gimana kerjaan kamu, baik?”
Mamah bertanya saat aku sudah duduk dengan baik. Disampingku Alexa duduk dengan handphone yang setia ada digenggaman, aku meliriknya yang tengah men-scroll Instagram.
“Baik mah, kaya biasa. Semua aman”
“Xa, taruh dulu Handphone-nya. Ini meja makan”
Aku melihat adik ku menunduk sebal, namun tak ayal menurut dan menyimpan Handphone ke saku celana. Aku hanya menggeleng tak habis pikir
.
“Gimana kampus De, baik? “
“Baik Kak. Cuma tugas aja yang lagi numpuk nih, hehe agak pusing”
“Kamu tuh ngeluh pusing karena tugas numpuk tapi gak pernah di kerjain. Nonton mulu, siapa itu namanya?”
“Jeffery.”
“Nah iya itu. Gimana kamu mau ngerjain tugas, kalo tiap malem kerjaanya cekikikan nonton Jeffery Jeffery itu?”
Mamah memberi ultimatum, aku mengulas senyum walau agak sebal dalam hati mendengar nama kekasih ku dijadikan sebab permasalahan.
“Yeh Mamah. Biarin aja sih Mah. Namanya juga ‘kan aku lagi jatuh cinta. Apa salahnya sih?”
“Gak salah sih De. Justru baik kalo kamu bisa jadi-in Jeffery sebagai motivasi buat belajar, bukannya malah mantengin dia mulu. Nanti, kamu mau ketemu dia terus dia cuman nganggep kamu bocah kecil yang gak tau apa-apa?”
Aku ikut menasehati, setidaknya tidak terlalu memojokan dua belah pihak entah itu Jeffery atau Alexa.
“Iya Kak. Aku bakal rajin belajar biar biasa jadi wow di hadapan Jeffery.”
Kami semua tertawa, tak terkecuali aku, sedikit susah memang tertawa disaat hati mu berharap semua itu tidak akan terjadi. Tapi bagaimana pun aku harus bisa menyembunyikan semua itu, semua resah dan cemas ku yang berlebihan ini tak akan baik jika aku terus mengikutinya dan mungkin akan berakhir buruk untuk hubungan ku dengan Jeffery ataupun hubungan ku dengan Alexa nanti.
Kini aku tengah berjalan menuju kantor ku yang tak terlalu jauh dari rumah, 25 menit dengan berjalan santai dan 10 menit menggunakan sepeda motor, jadi aku lebih memilih untuk berjalan kaki ketimbang menaiki sepeda motor ku, itung-itung menghemat uang bensin dan juga bisa sekalian berolahraga, dua keuntungan bagi ku.
Nama ku Xeira usia 24 tahun yang kini bekerja di salah satu perusahaan desain interior untuk perumahan pada bagian devisi keuangan. Sebenarnya perusahan tersebut milik keluarga Jeffery, aku juga awalnya tak tau akan hal itu, tapi saat awal hubungan kami dan Jeffery menjemputku ketika selesai bekerja, Jeffery sedikit terkejut saat aku bekerja di perusahaan keluarganya tapi dia tak marah akan hal itu justru meminta pada orangtuanya agar menaikan jabatan ku yang aku tolak dengan segan, karena menurutku itu sama saja menggunakan orang ‘dalam’ untuk kepentingan kita, dan aku tak pernah suka akan hal itu.
Aku lebih suka menikmati proses yang ada dan naik perlahan dengan usaha ku sendiri tanpa mengandalkan orang lain walau sebanyak apa Jeffery membujuk ku untuk itu.
Perihal kedua orang tua Jeffery, mereka telah mengenalku tentu saja karena permintaan Jeffery tentang posisi ku itu yang kemudian menjadi pertemuan sekaligus perkenalan antara aku dan kedua orang tua Jeffery dengan mendadak, tapi beruntungnya aku kedua orang tua Jeffery menerima ku juga mendukung prinsip ku tentang bekerja keras dengan usaha ku itu, bahkan mereka sempat memarahi Jeffery saat itu, aku sangat ingat saat Jeffery merajuk karena aku yang terkesan mendapat perhatian orang tuanya lebih dari dia yang aku tanggapi dengan tawa pelan kala itu, oh Jeffery.
Aku menghentikan langkah ku saat aku merasakan getaran teratur pada tas yang aku bawa, Jeffery menelfon, aku mengulas senyum segera mengangkatnya dan suara serak khas bangun tidur menyapa ku lembut.
“Morning Baby”
“Morning Jeff, kau baru bangun?”
“Ya, aku merindukan mu jadi menelfon. Kau dimana?”
“Aku tengah berjalan menuju kantor. Pergi mandi terlebih dahulu Jeff” jawab ku pelan, dengan kembali melanjutkan langkah menuju kantor yang tinggal beberapa meter lagi.
“Aku ingin menemani mu sampai kantor”
“Dengan bertelfon begini?” aku tertawa pelan, ada-ada saja pria ini.
“Ya. Umm mungkin lain kali aku akan menghantarkan mu secara langsung, menjemput mu, dan menemani mu sampai kau duduk di ruangan”
“Yah aku akan menunggu kalau begitu”
“Tapi baby, mengapa kau masih bertahan dengan posisi mu sekarang? Aku bisa membuat mu naik jabatan, kau bisa langsung jadi CEO-nya, kau tau itu’kan?”
“Dan menggantikan tugas mu begitu? “ terdengar tawa pelan diseberang sana.
“Aku tidak mau Jeff, kau tau prinsip ku. Dan aku tak ingin menggantikan posisi mu, itu terlalu berat” jawab ku yakin.
Sebenarnya Jeffery memiliki posisi dalam perusahaan ya sebagai CEO namun pria itu masih menikmati dunia ke-artisan-nya, dia masih ingin bermain katanya, jadilah sekarang posisi itu masih sering di pegang oleh orang tua Jeffery, hal yang sedikit tak ku suka dari Jeffery, pria itu masih suka bermain-main dan belum ada niatan untuk fokus dalam pekerjaan, tapi aku memaklumi hal itu karena Jeffery sudah terikat kontrak dengan label-nya dan kalau dipikir-pikir kami memang masih terlalu muda untuk melangkah ke arah serius entah dalam hal apapun itu.
“Baby? Hallo kau masih mendengar ku?” aku tertegun segera mengangguk saat aku tak sadar mengabaikan Jeffery secara tidak langsung.
“Ya. Jeff aku sudah sampai kantor, aku tutup telfonnya ya?”
“Oke Baby. Jangan terlalu lelah, aku akan menjemput mu saat pulang kantor nanti”
“Tak perlu Jeff, kau pasti lelah”
“Tidak baby. Aku akan menjemput mu dan tidak ada penolakan.”
“Baiklah. Kau juga, jangan terlalu memaksakan bekerja Jeff, kau bisa meminta istirahat saat kau lelah oke, dan ya makanlah dengan baik. Kau mengerti?” balas ku sedikit mengingatkan yang dengan tawa pelan Jeffery balas lembut.
“Aku mengerti Baby. Kau juga, jaga diri mu dan jangan terlalu dekat dengan pria lain. Aku tidak menyukainya.”
“Iya Jeff. Baiklah aku tutup ya?”
“Ya. Selamat bekerja baby. Aku mencintai mu”
“Aku juga Jeff”
Aku segera mematikan sambungan telfon sebelum kemudian memasuki gedung kantor dan memulai pekerjaan ku, tapi baru saja aku mendudukan diri di ruangan ku, denting pesan masuk membuat fokus ku teralih, itu dari Alexa yang mengirimkan sebuah foto, aku segera membukanya dan mendapati foto Jeffery sebagai model untuk sebuah Brand baju ternama, sebelum pesan kedua yang Alexa kirim membuat ku menghela nafas pelan.
“Jeffery ganteng banget’kan Ka? Ya ampun aku makin jatuh cinta!”
Aku menatap pesan itu sedikit lebih lama, sebelum membalasnya dengan kata singkat.
“Iya”
Aku mengulas senyum, menonaktifkan handphone ku dan meletakannya ke dalam tas, memfokuskan perhatian ku pada pekerjaan juga mengalihkan kecemasaan yang mulai menyerang. Aku harus bisa mengalahkan kecemasan berlebihan ku dan berfikir kalau semua akan baik-baik saja. Alexa hanya menganggumi, dia tidak tau semua sifat Jeffery dan hanya menyukai karena pria itu tampan semua hanya sementara, aku yakin Alexa akan melupakan Jeffery saat adik ku itu menemukan seorang pria yang baik dalam hidupnya, dalam artian pria lain di sekitar lingkungannya. Aku yakin itu.
-
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!