NovelToon NovelToon

THE WAR PRINCESS

Kelahiran

Saat itu adalah hari bahagia bagi seluruh bangsawan Kimendra atas kelahiran tuan putri mereka. Dan tuan putri mereka diberi nama Arlina Himmera Kimendra. Tuan putri yang disayangi dan kesayangan Hikosi Kamendra dan Hikari Lopez Kimendra.

Pesta meriah diadakan untuk memeriahkan atas kelahiran putri Arlina.

"Semoga putri Arlina diberikan umur yang panjang. "

"Semoga kebaikan senantiasa memberkati putri Arlina. "

"Semoga putri Arlina menjadi gadis cantik yang senantiasa hidup dalam berkhat dimanapun putri berada. "

"Selamat untuk Yang mulia tuan Hikosi dan nyonya Hikari. "

"Panjang umur untuk putri Arlina Himmera. "

Ucapan selamat dan doa ter panjatkan dan semuanya berbahagia.

Tuan Hikosi tersenyum mendengar ucapan baik dari orang-orang kerajan dan rakyat kerajaan. Begitupun yang dirasakan nyonya Hikari. Sementara untuk putri Arlina berada di ayunan bayi. Dan putra sulung Jargan Duke Rapasya Kimendra. Putra sulung tuan Hikosi dan nyonya Hikari yang duduk tak jauh dari sang ayah. Jargan juga merasakan kebahagiaan. Mendengar Ucapan dan doa tulus orang-orang untuk adik perempuannya.

...****************...

Lima tahun berlalu.

Tap

Tap

Tap

Seorang gadis kecil cantik dengan rambut hitam legam panjang sebahu dengan gaun merahnya berjalan di koridor meshion. Baik pelayan maupun perkerja lainnya langsung menunduk hormat setiap putri tuannya berjalan melewati mereka. Sementara sang putri tersenyum melihat mereka seakan tengah menyapa orang-orang yang dia temui.

"Arlina! "

Merasa namanya dipanggil. Anak kecil itu menoleh kebelakang.

"Kakak Jargan. " sapa Arlina melihat sang kakak laki-lakinya.

Terlihat pria tampan berusia 10 tahun dengan baju warna putih dan celana hitam mendekat kearah Arlina.

"Kenapa kau disini Ayah dan Bunda menunggumu? " tanya Jargan dengan lembut.

"Kenapa mereka menunggu aku? Apa ada sesuatu? " bingung Arlina yang belum menyadari.

Jargan melihat tatapan kebingungan adiknya menjadi kesal.

"Kamu ini bagaimana, hari ini kau akan dibaptis di gereja. " kesal Jargan.

Mendengar itu Arlina membelalak terkejut saat baru menyadari. Arlina menepuk dahinya.

"Astaga! Aku lupa. Baiklah aku akan siap-siap. Kakak langsung saja. Aku akan menyusul. "

Setelah mengatakan itu Arlina berlari menuju kamarnya. Jargan menghela nafas pasrah melihat sifat pelupa Arlina. Kemudian Jargan memutuskan untuk pergi untuk menemui Hikosi dan Hikari sembari menunggu Arlina.

"Jargan dimana adikmu? " tanya Hikari melihat keberadaan Jargan.

"Masih siap-siap bunda. " jawab Jargan.

"Dia lupa jika akan dibaptis? " tanya Hikosi.

Sementara Jargan mengangguk sebagai jawaban. Hikosi dan Hikari menghela nafas karena sifat putrinya itu.

Cekrek

Pintu dibuka, baik Hikosi, Hikari dan Jargan menoleh kearah pintu.

"Ayah, Bunda, Kakak. Aku sudah siap. " ucap Arlina berjalan mendekat.

"Baiklah. Kalau begitu kita berangkat. " ucap Hikosi lalu berjalan mendahului bersama Hikari dengan diikuti Jargan dan Arlina dibelakang.

Hikosi, Hikari, Jargan dan Arlina berangkat menaiki kereta kuda. Selama perjalanan mereka berbincang untuk menghilang kebosanan. Yang menjadi dominan adalah Jargan dan Arlina.

"Arlina kau akan mendapatkan berkah dari dewa dan dewa akan memberkatimu. Yang mana akan menjadi tujuanmu. " jelas Jargan.

"Apa Kakak juga seperti itu dulu? " tanya Arlina.

"Iya. Kakak dulu juga dibaptis digereja. "

"Jadi apa yang Kakak dapatkan? "

"Kakak mendapatkan berkah dari Dewa pencipta. Lihat simbol ini, "

Arlina melihat simbol dibahu Kakaknya berupa simbol kesatria berupa perisai dan tombak.

"Simbol ini bermakna sebagai pelindung. Berarti arah tujuan sebagai kesatria pelindung. Dari simbol dan berkat yang kakak terima. Kakak mendapatkan kekuatan anti tebas. "

"Apakah ada yang memiliki simbol sama? "

"Banyak. Tergantung bagaimana orang itu berlatih dan berusaha. Jadi kekuatan terukur batas makna mereka dan seberapa gigih berlatih. Dan Kakak berharap kau mendapatkan banyak berkat dan simbol yang berada diatas kakak. "

"Kenapa? Bukankah jika begitu aku akan melewati kakak? "

Jargan tertawa pelan melihat raut wajah tidak enak dari Arlina.

"Kakak tidak masalah jika itu terjadi. Karena kakak percaya jika semakin tinggi berkat orang itu maka tugas yang diemban akan semakin berat. Kakak hanya berharap jika kau mendapatkan berkat yang tinggi kau tidak menjadi gadis yang sombong dan angkuh. Tetaplah bersikap rendah hati kepada siapapun. " harap Jargan.

Arlina tersenyum mendengarnya.

"Siap! Aku akan mematuhi perintah. " ucap Arlina sambil hormat. Melihat itu Jargan tersenyum gemas dan mengacak-acak rambut Arlina.

Sementara Hikosi dan Hikari tersenyum mendengar percakapan kedua anaknya. Melihat kerukunan dan kasih sayang serta kebahagiaan membuat mereka sebagai orangtua merasakan kebahagiaan.

Setelah lama perjalanan akhirnya sampai digereja. Dimana Arlina akan dibaptis. Digereja ini juga Jargan dulu dibaptis.

"Selamat datang tuan Kimendra. " sapa pendeta dengan sopan.

"Terimakasih pendeta. Hari ini tepat Arlina menginjak usia lima tahun. Sudah saatnya Arlina dibaptis. " ucap Hikosi.

Pendeta mengangguk mengerti.

"Pembaptisan akan dimulai. "

Hikosi mengangguk. Lalu bersimpuh dihadapan patung dewa yang diikuti Hikari dan Jargan. Begitupun dengan Arlina hanya posisinya lebih maju.

"Putri Arlina Himmera Kimendra hari ini berusia 5 tahun. Mohon kebesaran dan terberkati lah dengan dengan arah dan tujuan. Agar mendapatkan keselamatan. " ucap pendeta didepan patung dewa.

Beberapa detik kemudian.

Patung dewa bersinar memenuhi gereja.

...****************...

"Cepat kita harus mengalahkan musuh. "

"Awas! "

Jleb!

"Putri! "

"Aku tidak papa. Aku tidak akan mati sebelum membunuh semua musuh. "

"Kau pikir kau bisa membunuhku secepat itu. Aku tidak akan mati sebelum membunuhmu Xander! "

"Kau terlalu banyak bicara Mera! Kau sebentar lagi mati dan aku akan menang. "

"Jangan sombong. Aku akan membunuhmu. Rasakan ini. YAAAAKKKK! "

CRASSS

BRUKKK

"Kita menang. Pemimpin musuh telah dikalahkan. Menang.."

BRUKKK

"Mera! "

Arlina membuka mata melihat sekeliling dimana semuanya putih.

"Ingatan apa tadi? Dan ini dimana? " ucap Arlina kebingungan dengan memegang kepalanya dan menatap sekeliling serba putih kecuali bajunya.

"Kau sudah datang, Mera. " ucap seseorang.

Arlina menoleh dan melihat seseorang yang diyakini Arlina seorang pria. Pria dewasa itu memakai baju abu-abu dan jubah warna hitam. Pria itu membawa pedang.

"Siapa kau? Ini dimana? "

Sementara pria itu tidak menjawab pertanyaan Arlina tapi tersenyum tipis menatapnya kearah Arlina. Entah kenapa senyuman pria itu begitu menenangkan dan Arlina merasakan perasaan yang aneh.

Tes

Arlina menyentuh pipinya. Basah itu yang dia rasakan.

"Kenapa aku menangis? " Arlina kembali menatap pria itu.

"Dia adalah masalalumu? " ucap seseorang lagi dan kali ini juga pria hanya saja bajunya yang warna coklat dengan zirah dan rambut pria ini panjang dengan wajah buram alias tidak terlihat oleh matanya.

"Ka-kau... "

"Oh aku adalah dewa perang. Kau berada ditempatku. Kau bisa manggil aku Alleric. "

"Bukankah aku dibaptis? Lalu siapa pria itu dan ingatan apa tadi? " tanya Arlina.

"Ingatan yang kau lihat adalah ingatan dikehidupan masalalu kamu. Dengan arti kau terlahir kembali menjadi Arlina. " jawab Alleric.

Arlina terkejut mendengarnya dan kembali mendengarkan penjelasan Dewa didepannya.

"Kau terbunuh saat berperang dan itu adalah perjuangan yang sangat besar. Kau terlahir untuk mengemban tanggung jawab sebagai gadis perang. Karna sebentar lagi terdapat serangan yang tidak bisa diatasi dengan mudah oleh manusia biasa. " jelasnya.

"Jadi dikehidupan kali ini. Aku akan dihadapi dengan peperangan lagi dan aku yang harus mengambil peran itu? "

Alleric mengangguk.

"Iya kau benar. Perang kali ini akan berbeda namun akhir perang ini tidak akan sama seperti masalalumu. "

"Tapi kau tidak perlu khawatir. Kau tidak akan sendiri. Kau akan mendapatkan rekan dan.. " Alleric melihat pria disampingnya.

"Dia. "

Arlina melihat kearah pria yang sejak awal menatapnya. Membuat perasaannya tidak karuan untuk pertama kalinya.

"Siapa pria itu? Aku merasakan getaran aneh saat bertatapan dengannya? "

Alleric tersenyum begitupun pria itu.

"Ingatan itu akan datang sendiri seiring berjalannya waktu sampai kau bertemu dengannya suatu saat nanti. "

Arlina mendengus karena dewa didepannya tidak menjelaskannya. Lalu pria yang dari tadi diam mendekat kearah Arlina dan berdiri didepannya.

Tak

"Akhhh! " Arlina mengusap keningnya yang disentil.

"Kau akan mengingat dari sentuhan itu. " ucap pria itu.

"Sekarang saatnya kau kembali. Aku akan membekalimu dengan pengetahuan dan kekuatan peperangan. Sampai dimana kau mengetahui tujuanmu dan disanalah kau akan memulai perjalananmu. Ditambah pengetahuanmu dikehidupan masalalumu. Bersamaan ingatanmu akan perlahan dikembalikan. " ucap Alleric.

"Sampai ketemu, Meraku. " ucap pelan pria itu. Sebelum semuanya memudar dan menghilang.

Pertemuan 7 petinggi

"Arlina! "

Arlina membuka matanya dan melihat dimana dirinya masih berada didalam gereja. Menatap kearah Ayah, Bunda dan Kakaknya yang melihat kearahnya. Lalu melihat kedepan dimana pendeta berada.

"Sepertinya anda telah mendapatkan berkat dari dewa, Nona. " ucap pendeta itu.

"Arlina bisa tunjukan apa yang kau dapatkan? " tanya Hikosi kepada putrinya itu.

Arlina mengangguk walaupun tidak mengerti apa yang terjadi barusan. Kemudian mereka bersama melihat tanda dibahu Arlina. Sebuah simbol pedang di bahunya.

"Pedang? " Hikosi menatap kearah pendeta begitupun Hikari dan Jargan.

Pendeta tersenyum.

"Tuan Kimendra, nona Arlina mendapatkan berkat dari dewa perang. Simbol dari pedang yang ada dibahu nona mengartikan akan ada tugas yang telah diemban yang akan menjadi tujuan nona Arlina melangkah untuk kedepannya. " jelas Pendeta.

"Apakah berarti memiliki kemiripan dengan tanda tombak dan perisai dibahu Jargan? "

"Tidak tuan, meski memiliki tanda simbol sama-sama senjata namun arah mereka berbeda. Jika tuan muda Jargan menjadi kesatria dengan arah simbol dimiliki. Sementara nona Arlina memiliki tujuan untuk mengemban tanggung jawab yang lebih besar ditambah nona diturunkan berkat langsung dari dewa perang. Simbol yang dimiliki nona adalah hal yang langka. Dan kemana arah jalannya aku tidak bisa menebaknya lebih jauh. Namun percayalah tuan, jika apa yang didapat nona adalah yang sebuah keberuntungan. "

Mendengar penjelasan pendeta, Hikosi hanya bisa mengangguk dan tidak bisa memaksakan untuk melihat jalan yang akan menentukan arah perjalanan putrinya untuk kedepannya. Namun baik Hikosi, Hikari maupun Jargan. Percaya ada takdir yang digariskan khusus untuk putri dan adik mereka adalah hal positif.

Sementara Arlina yang mendengar penjelasan pendeta hanya diam. Dia diam karena dia menyakini jika apa yang dia dapatkan ada hubungannya dengan apa yang dia bicarakan dengan dewa Allaric dan terutama untuk pria misterius itu.

****

Arlina saat ini berada dikamarnya setelah pulang dari gereja. Dia memandangi langit malam penuh dengan bintang dan cahaya rembulan.

"Siapa aku sebenarnya? " gumamnya.

"Kenapa ini terjadi padaku? “

"Dasar lemah. Bagaimana tuan memiliki putri yang lama. "

"Atau jangan-jangan dia anak adopsi tuan. "

"Iya ya, lihat saja. Menyusahkan sekali. "

"Bahkan dia kalah dengan adik perempuannya yang memiliki umur lima tahun lebih muda darinya. "

"Jika aku jadi tuan, aku akan membuang anak tidak berguna itu. "

"Dasar lemah. Percuma saja jika kau seorang putri raja tapi hanya beban. "

"Mending kau lepas aja nama kerajaan dari belakang namamu. Kau tidak pantas sama sekal**i! "

Arlina membuka mata. Nafasnya terengah-engah dan keringat membasahi keningnya. Arlina terduduk, menyentuh kepalanya yang terasa sakit.

"Apa itu tadi? Kenapa rasanya begitu sakit. " lirih Arlina menyentuh dadanya.

Arlina menatap keluar melalui pintu balkon yang terbuka. Terlihat matahari menampakkan sinarnya dipagi hari.

"Sudah pagi. " gumamnya.

Cekrek

Arlina yang mendengar pintu kamarnya dibuka menoleh dan melihat pelayan pribadinya bernama Connie.

"Nona Arlina. Tuan, Nyonya dan tuan muda menunggu nona dimeja makan. " ucap Connie.

Arlina mengangguk.

"Baiklah. Katakan pada Ayah, Bunda dan Kakak Jargan. Aku akan segera turun. "

"Baik Nona, saya permisi. " Connie menundukan kepalanya dan melangkah pergi.

Arlina turun dari tempat tidurnya dan masuk kedalam kamar mandi yang telah disiapkan pelayan tersebut.

Ceklek

Hikosi, Hikari dan Jargan menatap pintu dibuka. Melihat Arlina berjalan memasuki ruang meja makan. Pelayan mempersilahkan Arlina duduk dan mendorong kursi untuk lebih dekat dengan meja.

Setelah itu sarapan dimulai. Suasana begitu hening dan damai hanya bunyi gesekan garbu, pisau dengan piring. Hingga akhirnya sarapan pagi ini selesai.

"Arlina seperti yang kau minta Ayah sudah menyiapkan tempat latihan khusus untukmu. Ayah berharap takdir yang kau miliki berjalan dengan baik. " ucap Hikosi.

"Terimakasih Ayah. Aku akan berusaha semaksimal mungkin dan tidak akan mengecewakan ayah. Aku akan berlatih dengan giat. " balas Arlina.

Hikosi mengangguk puas akan jawaban putrinya, begitupun dengan Hikari dan Jargan.

"Kalau begitu Ayah akan mencarikan tutor untukmu. Dan sebelum itu kau pelajari dulu dasar-dasar mengunakan senjata. Semua yang kau butuhkan ada di perpustakaan. " ucap Hikosi.

"Baiklah Ayah. "

"Kau bisa bertanya kepada Kakak jika ada yang tidak kau mengerti. " tambah Jargan.

"Terimakasih Kakak. "

Setelah sarapan Arlina kini berada di perpustakaan keluarga. Dia mencari buku-buku yang dia butuhkan. Semua buku tentang senjata, bertarung dan berpedang dia kumpulkan. Membawanya dimeja. Arlina duduk dan mulai membaca satu buku.

"Wah ternyata ada macam-macam jenis senjata dan fungsi kegunaannya. Kalau begitu aku akan mempelajari satu-satu dulu. Lagian aku masih pemula. "

"Kalau begitu aku mempelajari bagian ini saja."

...****************...

Di aula Kerajaan terlihat para petinggi berkumpul untuk melakukan rapat. Terlihat tujuh pria berkumpul membahas sesuatu yang penting.

"Jadi ada apa tuan Margaret mengumpulkan kita kemari? " Seorang pria paruh baya dengan surai berwarna kuning memulai percakapan.

"Iya tidak biasanya tuan Margaret mengumpulkan ketujuh petinggi bersamaan seperti ini? " timpal seorang pria paruh baya dengan surai rambut berwarna hijau menambahkan.

"Perang akan kembali terjadi. " jawabanya.

Mendengar ini keenam pria paruh baya terkejut menatap kepala keluarga Margaret.

"Pe-perang? maksud anda apa? " tanya pria bersurai rambut warna biru.

"Iya, perang akan kembali terjadi. Namun perang kali ini akan lebih berbahaya dibandingkan dulu. "

"Apa yang membedakan? " tanya pria bersurai Merah.

"Kalian pasti telah mendengar tentang seorang pria yang dari Kerajaan kutukan? "

Ke-enam paruh baya itu mengangguk.

"Iya kami sudah mendengarnya. Kenapa? " tanya pria paruh baya bersurai warna unggu.

"Pria itu yang akan menjadi faktor utama peperangan ini terjadi. Dia akan mengambil alih tujuh wilayah yakni wilayah kita masing-masing. "

"Bukankah seharusnya dia sudah lama mati? " tanya pria bersurai rambut hitam bernama Hikosi Kimendra.

"Kau benar tuan Kimendra. Namun tidak ada yang tahu pasti apakah dia benar-benar mati. Maka dari itulah aku mengumpulkan kalian. Tuan Kimendra, tuan Alexander, Tuan Margenta, tuan Shankara, tuan Ocean, tuan Sanchez dan saya sendiri Margaret untuk membahas masalah ini. " jelas pria bersurai putih dengan nama Victor Margaret.

Mendengar itu enam kepala keluarga mengangguk mengerti.

"Jika memang pria itu kembali dan jika memang perang ini kembali terjadi maka kita harus menyiapkannya. " ucap pria bersurai unggu bernama Jacky Orsi Ocean.

"Jadi apa rencana kita? Jika pria itu kembali maka perang besar dipastikan akan benar-benar terjadi? " tanya pria bersurai kuning bernama Carlos Rash Margenta.

"Apa yang dikatakan tuan Margenta benar. Jika pria itu benar-benar kembali maka dipastikan perang ini akan lebih berat. Dan kita tidak tahu siapa saja yang memihak padanya. " balas pria bersurai merah bernama Arenga Luiz Shankara.

"Untuk saat ini yang perlu kita lakukan mengembangkan pelatihan perajurit terutama kesatria kita. Serta calon kesatria kita. kita akan upayakan untuk melatih mereka dan setelah siap kita akan mempertemukan mereka untuk menjadi tim. " usul pria bersurai hijau bernama Duke Jace Sanchez.

"Aku setuju atas usul dari tuan Sanchez. Untuk sementara kita fokus kepada kesatria kita terutama anak-anak penerus calon kesatria. Untuk selanjutnya kita akan kembali membahasnya. " ucap pria bersurai biru bernama Emric Alexander.

"Kalau begitu aku tutup pembahasan kita hari ini. Kita akan bertemu dipertemuan selanjutnya. " ucap Victor menutup rapat dan ketujuh petinggi bubar kembali kewilayah masing-masing untuk membahas yang telah mereka bahas hari ini.

Pelatihan

Jleb

Arlina tersenyum bidikan anak panahnya tepat sasaran. Lalu kembali mencoba dengan mengunakan tiga panah sekaligus. Dan lagi-lagi berhasil mengenai tepat sasaran.

Melihat dirinya berhasil di percobaan pertama. Arlina memiliki ide untuk membuat banyak objek untuk dijadikan sasaran. Dengan berbagai cara dan jarak dan Arlina bahagia karena semuanya tepat sasaran.

"Ternyata menyenangkan juga. Kalau begitu aku pakai senjata lainnya. " Arlina meletakan busur itu dimeja dan melihat macam-macam senjata dimatanya.

Hingga tatapan berhenti tepat disatu senjata yang mencuri perhatiannya.

Sring

"Pedang ini terlihat menarik."

Ya! Senjata yang dari awal mencuri perhatian adalah sebuah pedang. Arlina mengenggam pedang ditangannya. Lumayan berat tapi itu tidak masalah baginya.

Arlina mencoba mengayunkan pedangnya

Sring

"Arahkan dengan benar! "

"Kenapa kaku sekali! Jangan pura-pura lemah."

"Bagaimana kau merawat pedangmu dengan baik maka dia akan menjagamu. "

"Ayo coba, kau ayunkan pedangnya. "

"Haha.. bukan begitu. Tapi begini.. ah! maaf. Ini kau lanjutkan. "

"Untuk apa kau memakai pedang. Perempuan sepertimu paling cocok pakai anak panah hahaha! "

"Kenapa kau bicara seperti itu? Lihatlah pecundang ini. "

"Jangan dengarkan. Biarkan mereka mencaci dirimu tapi kau harus tetap berdiri. Kau harus buktikan jika kau tidak seperti yang mereka katakan. "

"Berdirilah menggunakan kedua kakimu sendiri. Jika kau terus bertumpang pada orang lain kau akan selamanya seperti itu dan latihanmu selama ini akan sia-sia. "

"Arlina! "

Arlina tersadar dan menoleh melihat Ayah dan Kakaknya datang dengan bersama pria dewasa asing dibelakang mereka. Jargan menepuk bahu adiknya.

"Ada apa? kau melamun? " tanya Jargan.

"Ah, tidak papa kak. "

"Kau yakin? "

"Iya Kak aku yakin. "

"Oh ya Arlina perkenalkan ini Andreas. Dia yang akan menjadi tutormu. " ucap Hikosi.

Pria dengan surai hitam panjang dikepang kesamping dan dengan kacamata. Bernama Andreas menganggukan kepalanya.

"Aku Andreas yang akan menjadi tutor untuk nona. Saya akan melatih nona sebaik mungkin hingga nona bisa menjadi kuat tak terkalahkan. " ucap Andreas.

"Terimakasih, mohon kerjasamanya. " ucap Arlina dengan sopan.

"Baiklah, bagaimana kalau kita langsung mulai. " Andreas menatap Hikosi.

"Silahkan Andreas. " ucap Hikosi mengizinkan. Lalu dirinya dan putra sulungnya minggir ketepi halaman memberikan ruang untuk Andreas melatih Arlina.

"Baiklah nona, seperti yang saya lihat jika anda sudah berlatih dengan anak panah terlebih dahulu. Dan semuanya tepat sasaran dan itu luar biasa. "

"Terimakasih, aku hanya sedikit mempelajari dari buku. "

"Begitukah? Luar biasa. Anda langsung bisa memahami hanya lewat buku. kalau begitu apa sekarang anda ingin mencoba mengunakan senjata lain seperti pedang yang ada ditangan nona. "

Arlina menatap pedang yang sedari tadi digenggaman nya.

"Iya aku ingin mencoba mengunakan pedang. Entah kenapa aku tertarik dengan senjata satu ini."

"Daya tarik mengikat. Itu adalah salah satu rasa penasaran yang dimiliki oleh setiap pejuang pemula. Hal itu hal biasa apalagi pedang adalah senjata utama untuk kesatria yang berada di garis depan peperangan. " Andreas mengambil satu bilah pedang.

"Jadi apa nona pernah melatih teknik senjata berpedang? "

Arlina terdiam sesaat. Dia nampak ragu bagaimana tidak. Dia baru pertama kali memegang dan belum mempelajarinya. Namun entah kenapa hal semacam ini pernah dia lakukan.

"Em.. Gini saja, coba nona melakukan teknik dasar berpedang. Lawan aku sekuat mungkin."

"Tapi aku belum pernah melakukannya? "

"Tidak papa, saya disini. Saya yang akan mengoreksi jika ada kesalahan. Nona hanya perlu percaya dirilah dan tenang yakin anda bisa melakukannya. Jangan ragu untuk memulainya. Kesalahan adalah hal yang wajar namun itu lebih baik daripada tidak melakukannya sama sekali. "

Arlina yang mendengar ucapan Andreas mengangguk mengerti.

"Baiklah pelatih. Aku akan melakukanya. "

"Bagus, ayo kita mulai. " ucap Andreas langsung mengarahkan pedangnya kedepan. Arlina mengangguk langsung mengarahkan pedangnya kedepan melakukan kuda-kuda.

"Baik aku siap. "

"Mulai! "

Tring

Arlina mengayunkan pedangnya yang langsung ditahan oleh Andreas. Arlina terus mengarahkan pedangnya terus menerus.

Tring

Trang

Tring

Trang

Serangan demi serangan Arlina arahkan yang awalnya Andreas hanya menangkis serangan Arlina kini bergerak memberikan perlawanan. Andreas takjub dengan serangan yang diarahkan padanya. Ayunan kuat membuat beberapa kali Andreas terdorong mundur. Melihat teknik berpedang Arlina telah melewati dasar-dasar berpedang. Itulah kenapa kini Andreas justru berbalik melawan karena jika diam saja seperti awal maka dipastikan pedang yang dia genggam akan patah jika terus dihantam dengan kuat.

“Bagus lakukan itu. Terus hantam lawanmu hingga lawanmu kewalahan menerima seranganmu. "

"Pastikan saat kau melakukan serangan jangan terlalu mengunakan banyak tenaga. Jika kau terlalu menguras tenagamu pada titik awal penyerangan kau akan kelelahan dipertengahan pertarungan. "

"Lihat sekitarmu. Cari celah untuk semakin memojokkan lawan. Fokus tapi tepat berusaha berfikir untuk mencari titik kelemahan musuh. "

"Jika kau tetap stack maka pertarungan tidak akan selesai. Maju, buat musuhmu terpojok. "

Sementara Arlina terus mengayunkan senjatanya, melihat Andreas bergerak dia ikut bergerak juga. Meski pria didepannya lebih tinggi namun Arlina tidak gentar. Apalagi suara-suara itu terus berputar berulang-ulang pada telinga dan ingatan. Arlina maju dan terus memberikan serangan dengan keras dan mencari sasaran untuk mencari titik lemah dan saat ada kesempatan.

Praang!

Sring

Pedang Andreas terbelah begitu Arlina langsung mengayunkan kuat pedang dengan kuat. Melihat itu membuat Andreas takjub. Bahkan Hikosi dan Jargan serta beberapa orang-orang yang memang sedang berjaga atau beraktivitas tercengang dan tak kalah takjub.

Hikosi seakan tidak percaya apa yang dia lihat. Dia tidak menyangka putrinya yang masih berusia 5 tahun bisa melakukan berpedang dengan hebat. Dibandingkan pelatihan dasar, apa yang dilakukan Arlina lebih ke duel. Jargan nampak takjub dan terpukau. Dia saja yang lebih lama berlatih tidak bisa sehebat itu namun dirinya merasa bangga jika adik perempuannya lebih hebat darinya.

"Kau menang nona Arlina. " ucap Andreas. Arlina menurunkan pedangnya dan menormalkan tatapannya yang tadinya menajam.

"Kau hebat nona, meski begitu awal berlatih anda bisa langsung memenangkan duel dengan saya. Meski awalnya saya hanya ingin melindungi teknik dasar pedang anda namun siapa sangka jika anda langsung bertindak serius hingga pelatihan ini menjadi duel. Tapi saya senang nona melakukan itu. Terus kembangkan naluri, insting dan kemampuan pedang anda. Semakin anda menguasai pedang, pergerakan tubuh, insting yang kuat, rasa, firasat, dan kejeniusan berfikir untuk mencari celah untuk mencari kelemahan musuh ditengah sengitnya bertarung maka yakinlah anda akan memenangkannya. "

"Terimakasih pelatih. Namun ini masih belum seberapa. Aku ingin berlatih sebanyak mungkin. Bukan hanya pedang tapi juga senjata lainnya. Karena pelatih pasti tau jika hanya bertumpu mengunakan satu senjata maka sewaktu-waktu akan sia-sia. Karna dimedan perang apapun bisa terjadi. " ucap Arlina.

"Dengan senang hati saya akan melatih anda. Dan jika anda berhasil saya berjanji akan membawa anda terutama berpedang berada ditingkat master. Semakin anda menjaga senjata dan zirah anda, semakin anda sering berlatih, semakin anda meningkatkan insting, firasat, naluri, kewaspadaan dan lain sebagainya anda bisa menjadi gadis perang yang tidak pernah terkalahkan."

"Aku akan berusaha hingga hal itu sampai benar-benar terjadi. "

"Kalau begitu kita lanjutkan berlatih! "

Arlina mengangguk dan mengarahkan senjatanya kearah Andreas.

"Siap."

Prangg!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!