NovelToon NovelToon

I Will Save You This Time

Prolog

Tetes demi tetes air mata tidak mau berhenti walau kelopak mata nya sedang tertutup. Sang empunya ternyata sedang bermimpi hal yang sangat menyedihkan, hingga terisak dalam tidurnya.

"Hiks hiks" terbangun dan mengusap kedua matanya yang basah.

"Rasanya begitu menyesakkan hiks, sampai terbawa mimpi. Padahal aku juga tidak mengenalnya, tapi kenapa sampai sesedih ini hiks." ucap seorang gadis berambut lurus sepunggung, dengan kulit putih bersihnya, dan hidung mancung, serta lesung pipi kecil di sebelah kiri pipinya.

Setelah puas menangis karena mengalami mimpi yang menyedihkan, ia mengedarkan pandangannya ke sekitar tempat tidur.

"Ini pasti nggak mungkin, kenapa kamar tidur ku kembali seperti sebelum aku mengganti wallpaper dinding kamar tidur ku dengan warna coquette." gumamnya

Berkali-kali gadis cantik itu atau yang akrab disapa Meyra mengusap-usap kedua matanya berharap dinding wallpaper nya yang berwarna matcha berubah menjadi coquette namun hasilnya tetap saja tak berubah. Ini adalah wallpaper dinding kamar tidurnya dari 2 tahun yang lalu. Matcha, favorit Meyra Jovania Smith.

Kemudian dia beralih ke handphone nya. Membuka benda kotak segi panjang dengan logo apel yang telah tergigit di belakang handphone nya.

Lagi-lagi Meyra dibuat terkejut. Karena tanggal, bulan, dan tahun yang tertera di handphone menunjukkan 7 Januari 2022.

"Ini benar-benar nggak masuk akal. Seharusnya sekarang kan tanggal 6 Mei 2024, kenapa malah jadi 7 Januari 2022. Jadi aku kembali ke 2 tahun yang lalu gitu ?" tanyanya pada diri sendiri yang masih dibuat heran dengan kejadian yang tidak masuk akal sama sekali.

"Mamaaa" panggil Meyra dengan sedikit berteriak. Dia bergerak menuruni tangga, ia harus memastikan sesuatu.

"Ada apa Meyra, kenapa teriak-teriak ?" tanya Zoe, Mama nya Meyra yang sedang berkutat di dapur.

"Ma, aku mau main dong ke rumahnya Kak Keyra." ucap Meyra yang sudah menghampiri Mama nya di dapur.

"Ha, maksud kamu apa sih Mey ?" tanya Mama nya bingung.

"Iya, main ke rumah Kak Keyra sama Kak Josh, suami Kak Keyra."

"Kamu ngelindur ya Meyra ? Orang kakak kamu masih tahap tunangan sama Josh." Zoe menatap heran putri bungsunya itu.

"Tapi bukannya Kak Key sama Kak Josh udah nikah ya Ma ?" Meyra bertanya pada sang Mama.

"Astaga Meyra . . . Kamu bener-bener ngelindur deh. Pasti kamu abis mimpi kakak kamu nikah kan jadinya kebawa sampai kamu bangun. Udah sana cuci muka, sekalian mandi biar gak ngelindur lagi." perintah Zoe yang diangguki oleh gadis manis itu.

"Hehehe iya Ma." cengirnya

...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...

"Nyatanya aku emang abis mimpi Ma, hal yang sangat menyedihkan. Dan aku kembali ke dua tahun yang lalu." batinnya

Meyra masih tidak menyangka akan mengalami hal yang mustahil seperti ini. Kembali ke masa lalu ? Ia pikir hal tersebut hanya ada dalam novel-novel. Tapi nyatanya sekarang terjadi pada dirinya.

"Bentar, jadi cowok itu belum meninggal kan sekarang. Dan aku masih bisa menyelamatkannya dari cinta yang membuatnya begitu patah hati sampai mengakhiri hidupnya sendiri. Oke, jadi aku tahu tujuanku sekarang apa. Semangat Meyra." Meyra melakukan gerakan seolah menyemangati dirinya sendiri. Berbagai macam ide kini terbesit dibenaknya.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari tau tentang kehidupan cowok itu. Dan orang yang bisa membantunya yaitu Papanya.

Bab 1

"Ma, Meyra mau izin pergi ke kantor Papa ya ?" izin Meyra pada Mamanya yang tengah duduk di ruang tamu.

"Tumben kamu, biasanya diajak Papa ke kantor aja nggak mau." ucap Mamanya heran

"Hehe, Meyra ada perlu Ma soalnya."

"Ada perlu apa emang ?" tanya Zoe

"Ada deh Ma. Meyra berangkat dulu Ma, bye-bye." mengecup pipi sang Mama dan segera melangkahkan kakinya pergi menuju kantor Morris, Papa Meyra.

*

Setelah sampai di kantor Papanya, Meyra langsung saja bergegas menuju ke ruangan sang Papa. Karyawan lain yang melihat itu hanya tersenyum hormat menyambut anak dari bos mereka.

"Tok tok" bunyi pintu diketuk

"Iya siapa ?" Meyra tidak menjawab, tapi langsung masuk.

"Meyra, tumben kamu kesini nak, ada apa ?"

"Hehehe" cengirnya

"Ada apa Meyra, bilang saja pada Papa ?" Morris tahu, jika Meyra sudah mengeluarkan cengirannya seperti itu pasti ada suatu hal yang ingin dia minta.

"Papa peka banget deh. Jadi gini Pa, aku mau Papa cari data-data tentang seseorang."

"Siapa itu Meyra ?" tanya Morris

"Cowo Pa, namanya Nathan Anders Harrison. Dia gamer dan sehari-harinya dia jadi joki game. Dia tinggal sama neneknya dan 2 saudara kandungnya, karena Papa sama Mamanya sudah bercerai." jelas Meyra pada Papanya.

"Waduh anak Papa sudah besar ya, sudah mengerti cowok." Morris menggoda sang anak.

"Papa ih . . . Meyra mohon ya Pa, carikan data-datanya, please Pa." mohon Meyra dengan memasang wajah memelasnya.

"Iya sayang iya"

"Makasih Papa" mencium kedua pipi Papanya sebagai rasa terima kasih dan senang karena sang Papa sudah mau membantunya.

Morris hanya geleng-geleng kepala.

"Sepertinya memang Meyra tengah jatuh cinta" menatap putri bungsunya yang sekarang tersenyum sumringah karena permintaannya dikabulkan olehnya.

*

"Bagaimana pun caranya, aku akan membuatmu bahagia kali ini. Aku akan menyelamatkan mu dari patah hati, menyelamatkan mu dari perjuangan yang sia-sia." ucap Meyra dengan kilauan mata yang menunjukkan penuh tekad dan ketulusan.

Meyra pun beranjak masuk ke dalam kamar setelah puas memandangi bulan yang tengah bersinar indah dari atas balkon. Ia mendudukkan dirinya di atas meja belajar dan kemudian meraih buku catatan kesayangannya.

Jemarinya bergerak lincah menuliskan nama seseorang. 'Nathan Anders Harrison', nama yang baru saja dia tulis. Tak ketinggalan untuk menambahkan bentuk love di samping nama Nathan.

Setelah itu, ia pun menutup buku catatan miliknya dan menggenggamnya dengan tangan yang menyilang sembari menempelkannya ke dada, layaknya memeluk seseorang.

"Tunggu aku Nathan" gumamnya sembari tersenyum manis.

...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...

Keesokan harinya, saat sarapan pagi di kediaman Smith.

"Meyra, Papa sudah menemukan apa yang kamu cari nak." kata Morris, sang kepala keluarga yang memulai percakapan.

"Serius Pa ?" tanya Meyra pada Papanya dengan penuh antusias.

"Iya, serius Meyra"

"Wah hebat banget, nggak butuh waktu lama buat mencarinya. Terima kasih Papa." Meyra tersenyum manis

"Sama-sama sayang"

"Emang Meyra cari apa Pa ? Tumben minta bantuan Papa segala." tanya Keyra penasaran, sehingga ia ikut nimbrung percakapan adiknya dan Papanya.

"Adek kamu lagi cari tau tentang cowok kak"

"Ih Papa cepu, gak asik." canda Meyra, pura-pura merajuk.

"Oh, jadi kamu udah mulai suka-sukaan ya sama cowok. Ya ampun, anak Mama udah gede." Zoe ikut melemparkan candaan pada putri bungsunya.

"Ih Mama ikut-ikutan juga."

"Gak papa dek, yang penting jangan ngeduluin kakak ya nikahnya hahaha." Keyra tertawa dan orang tuanya pun ikut tertawa mendengar perkataan putri sulungnya barusan.

"Tau ah, nyebelin banget semuanya." Meyra kali ini benar-benar kesal karena semua menggodanya.

*

"Meyra" panggil Morris

"Iya Pa, kenapa ?"

"Kamu beneran suka sama cowok itu ?"

"Kalo iya emangnya kenapa Pa ?" Meyra balik bertanya.

"Papa lihat dia kurang cocok sama keluarga kita Meyra."

"Maksud Papa apa ngomong kayak gitu ?"

"Papa cuma mau kamu dapat yang setara"

"Please deh Pa, emang harus banget ya liat seseorang dari ekonominya ? Dia pekerja keras dan rajin banget loh Pa, nggak menutup kemungkinan dia bisa sukses di masa depan."

Setelah percakapan tersebut terjadilah keheningan diantara keduanya. Ayah dan anak itu sama-sama bergelut dengan pikiran masing-masing.

*

Setelah sampai di kantor Morris, Meyra mengikuti dibelakangnya untuk mengambil data-data Nathan.

"Ini sayang" Morris menyerahkan berkasnya pada Meyra.

"Makasih Pa, aku baca di rumah aja."

"Biar asisten Papa anterin kamu pulang ya nak ?"

"Nggak usah Pa, Meyra naik taksi aja. Meyra pamit pulang." setelah itu Meyra buru-buru pergi dari ruangan kerja sang Papa. Ia masih merasa kesal dengan percakapan bersama Papanya waktu di dalam mobil tadi.

"Maafin Papa, Meyra" ucapnya sendu, setelah punggung Meyra tak terlihat lagi.

Bab 2

Meyra akhirnya sampai di rumah, ia merebahkan tubuhnya di kasur.

"Kenapa si Papa harus ngomong kayak gitu, bikin kesel aja deh." gumamnya dengan wajah cemberut, sembari menatap ke langit-langit kamarnya.

"Oh iya, aku harus membacanya sekarang." tangan Meyra meraih sebuah berkas yang berisi data-data Nathan, yang diberikan oleh sang Papa tadi.

Matanya fokus membaca dengan teliti. Dengan ini bisa dia jadikan informasi untuk tindakan kedepannya yang harus dilakukan dalam mendekati Nathan.

"Jadi dia anak bungsu, sama seperti aku dong. Bedanya aku punya satu kakak perempuan, kalo dia punya satu kakak perempuan dan satu kakak laki-laki. Nanti gimana ya jadinya kalo anak bungsu sama anak bungsu. Ah udah deh, trabas aja Meyra."

Meyra melanjutkan membaca dan kemudian ia tercengang dengan fakta yang baru saja diketahuinya.

"Ini serius, kakaknya Nathan kerja di kantor Papa ? Baik itu kak Edwin maupun kak Ellen ? Wahh..." Meyra menggelengkan kepalanya tidak menyangka, karena mereka ternyata sedekat ini.

"Fiks si ini, aku sama Nathan memang berjodoh." ujarnya yang kemudian membuatnya senyum-senyum sendiri.

"Eh tapi kita gak satu universitas ya ternyata" senyumannya yang secerah matahari tadi luntur seketika.

"Nathan di Princeton, aku di Stanford. Hm, kayaknya aku harus pindah deh. Besok aku coba bilang ke Papa deh. Tapi untuk masalah jurusan gimana ya ?" tanya Meyra pada dirinya sendiri sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuk tangan kanannya ke dagunya, seperti sedang berpikir keras.

"Pilih jurusan yang aku udah pilih kayak di Stanford apa jurusan baru yang nantinya sama kayak Nathan ya. Pilih jurusan yang aku minati aja deh. Bucin boleh, tapi jangan sampai mengorbankan cita-cita Meyra. Oke deh, besok fiks minta pindah universitas ke Papa."

Tiba-tiba saja ada seorang gadis dengan rambut panjang bergelombang, kulit kuning langsat, hidung mancung, dan tinggi semampai yang masuk ke kamarnya.

"Heh, gue gak salah dengerkan Mey, lo mau pindah universitas, kenapa ?" tanyanya

"Eh, Sera." kaget Meyra

Bagaimana tidak kaget, dia tidak mendengar pintunya dibuka oleh seseorang. Dan dirinya memang tadi duduk di tempat tidur dimana posisinya membelakangi pintu kamarnya. Mungkin karena ia terlalu fokus membaca sampai tidak mendengar suara pintu dibuka.

"Jawab Mey" Serana atau yang kerap dipanggil Sera adalah sahabat Meyra sedari kecil. Bahkan orang tua mereka berdua juga sudah menganggap satu sama lain sebagai keluarga saking akrabnya.

"Duh, iya-iya. Aku emang mau pindah ke Princeton." jawab Meyra setelah pundaknya dicengkram dan digoyang-goyangkan Sera, membuatnya agak pusing.

"Hah, tapi kenapa Mey ? Bukannya Stanford universitas yang lo pengenin banget dari dulu kan. Nah pas lo udah masuk kenapa malah pindah ke universitas lain. Lo kerasukan apa Meyra ?"

"Kerasukan jin tomang" ucapnya mengasal, membuat Sera berdecak kesal.

"Gue tanya serius Mey" Meyra memutarkan bola matanya malas. Lagian Sera juga yang mulai, masa dirinya dibilang kerasukan. Orang dia saja sehat walafiat begini.

"Kamu juga sih Sera, kenapa malah bilang aku kerasukan."

"Ya lo aneh aja tiba-tiba minta pindah universitas. Padahal dulu lo yang cerita kesana kemari mau masuk Stanford, bahkan mau minta bantuan Papa lo untuk masukin ke situ kalo sampe lo gak bisa masuk dengan usaha lo sendiri."

"Ya itu kan dulu. Sekarang mah pilihan aku beda lagi. Setiap orang pasti berubah kan Sera, entah itu pilihannya ataupun kepribadiannya. Jadi itu wajar oke."

"Halah, sok bijak lo mei-mei." Meyra hanya mendengus kesal mendengar perkataan Sera barusan.

"Eh, ini apa ?" Sera meraih berkas yang dibaca Meyra tadi.

"Sini balikin" belum sempat Meyra mengambil balik berkas yang dibawa Sera, sahabatnya itu sudah terlebih dahulu membacanya dengan membawanya agak jauh.

"Jangan bilang karena ini lo mau pindah ke Princeton Mey."

"Emang kenapa kalo iya ?" tanya Meyra

"Astaga Meyra, selera lo kok cowok culun gini si."

"Enak aja, dia tuh imut tau. Lagian kalo ntar penampilannya dirombak bisa langsung berubah jadi cowok terganteng." Meyra merebut kembali berkas yang ada ditangan Sera, dan untung saja Sera tidak menahannya.

"Dih gak ya. Mending cowok yang berotot, punya eight pack, tan skin, duhh... Macho banget gak si." mata Sera berbinar-binar saat menjelaskan tipe idealnya.

"Ya udah sih, itu kan selera kamu. Selera kita emang beda Sera, jangan disamain."

"Iya deh. By the way, lo kenal dia darimana ? Sampai lo cari tau data-datanya." Sera bertanya penasaran.

"Ada deh, kepo kamu hahaha." tawa Meyra yang terdengar merdu.

"Oh gitu, main rahasia-rahasiaan." Sera pura-pura ngambek.

"Gimana ya, kalo pun aku bilang tau dari mimpi kamu pasti gak percaya kan." sebenarnya Meyra juga bingung sih, mimpinya itu termasuk penglihatannya di masa depan kah. Atau dia yang datang dari masa depan terus kembali ke masa lalu. Tau deh, pusing.

"Dasar halu" ledek Sera pada Meyra, membuat gadis itu kesal.

"Tuh kan kamu gak percaya"

"Ya gimana mau percaya, orang alasan yang lo kasih gak masuk akal. Itu pasti karangan lo biar gue gak nanya-nanya lagi kan."

"Terserah" balas Meyra, ia lelah meladeni Sera.

"Keluarga lo lagi pada kerja ya ?" Sera mengalihkan topik pembicaraannya.

"Ya gitu deh. Papa jelas ke kantor. Kalo Mama lagi ngecek mall miliknya, dan Kak Keyra kalo gak ngecek butik atau gak ya cafe nya."

"Enak ya semua keluarga lo punya usaha masing-masing." kata Sera dengan wajah seolah kurang beruntung.

"Kamu juga sama aja ya kalo kamu lupa. Kamu malah anak tunggal kaya raya, jadi gak usah bagi-bagi warisan nanti." Meyra memutar bola matanya malas saat sahabatnya itu melupakan jati dirinya.

"Hehehe bener juga sih. Ke mall Mama lo yuk, gue bosen nih." ajak Sera pada Meyra yang tidak langsung disetujuinya.

"Bilang aja mau nyari gratisan disana."

"Tau aja deh" cengirnya

"Ya udah bentar, aku mau ganti baju dulu." Meyra mengambil baju yang ada di walk in closet.

"Oke Mei-mei"

"Dasar kak Ros" balas Meyra

"Hehh..."

"Betul kan, kamu garang soalnya." ujarnya sebelum masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamar miliknya untuk berganti pakaian, setelah menemukan baju yang cocok.

Gadis berlesung pipi itu tidak mau memang berganti didepan sahabatnya, karena dirinya merasa malu. Walaupun sama-sama bergender perempuan tapi dia rasa tidak bisa melakukan itu. Berbeda dengan Sera yang tidak ada malu-malunya pada Meyra.

"MEYRA"

"Jangan teriak Sera, ini bukan hutan." kata Meyra mengingatkannya, dari dalam kamar mandi.

"Kan, baru juga dibilang. Udah mirip aja sama kak Ros, garang betul." batin Meyra

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!