Matahari sudah bersinar terang menyinari bumi, namun gadis berambut sebahu dan bergigi gingsul itu belum juga terbangun dari tidurnya.
Salahkan tugas Kimia yang diberikan amat banyak serta pengumpulannya begitu mendadak.
"Senja, kamu tidak sekolah nak ?" tanya perempuan paruh baya yang sudah ia anggap sebagai ibu kandungnya.
Perlahan ia mengerjapkan mata mendengar suara Bu Asri yang kerap dirinya panggil dengan sebutan Bunda.
Tangannya menggapai jam beker yang ada di sebelahnya. Ia terkejut, melihat jam sudah menunjukkan pukul 6.
"Ya ampun Bun, kok Senja gak dibangunin."
Senja buru-buru turun dari ranjangnya dan berlarian kesana-kemari untuk bersiap ke sekolah.
"Kamu tidurnya pules banget nak. Bunda udah coba bangunin, kamu nya gak bangun-bangun."
Memang begitulah Senja, jika ia merasa begitu kelelahan maka akan susah untuk dibangunkan. Karena semalam ia begadang mati-matian mengerjakan tugas Kimia.
Gurunya pun tidak ukur dalam memberikan tugas. Dia yang rajin dan punya otak cemerlang saja dibuat kalang kabut, bagaimana kabarnya dengan murid pemalas yang tidak memahami pelajarannya.
"Kamu gak mau sarapan dulu ?" Senja menggeleng.
"Ya udah ini bekalnya dibawa. Bunda udah masakin yang banyak buat kamu."
"Makasih Bunda. Senja pamit sekolah dulu ya."
Senja mencium tangan Bu Asri tak lupa juga kedua pipi nya. Walau sudah besar, gadis itu tetap bermanja-manja.
"Hati-hati nak"
"Siap Bun" Senja memposisikan diri layaknya sedang hormat terhadap atasan.
Senja Aurelia, siswi pintar kelas XI IPA 1 yang tinggal di Panti Asuhan Permata. Ia sejak kecil sudah dirawat oleh Bu Asri yang kala itu menemukannya di depan Panti.
Senja tak habis pikir, mengapa kedua orangtuanya tega untuk membuangnya. Apa salah, dirinya lahir ke dunia ini. Pertanyaan yang seringkali berputar dalam benaknya.
...🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺...
Pagi yang cerah, gadis manis dengan gingsul nya itu memulai hari dengan piket kelas. Untungnya gadis itu tidak telat dan sekarang masih menunjukkan pukul setengah 7 lebih 10 menit. Namun kelasnya itu masih cukup sepi. Padahal hari ini hari senin, dimana akan dilaksanakan upacara bendera. Entah kenapa teman-teman sekelasnya bisa sesantai itu.
Selang beberapa menit, siswa-siswi mulai berdatangan. Sedangkan Senja sendiri sudah membaca-baca buku. Ia memang suka sekali membaca, terutama buku pelajaran. Keren sekali bukan.
Akan tetapi, murid lainnya yang melihat Senja rajin seperti itu tak suka. Katanya caper lah, inilah, itulah, dan bla bla bla. But ya, Senja tidak mempersalahkan itu. Ini hidupnya, dia yang menjalani kenapa harus mendengarkan omongan dari orang lain. Toh ini sudah menjadi motto hidupnya demi mencapai sebuah kesuksesan.
"Bentar lagi bel" gumamnya saat melihat jam menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit. Lantas Senja segera memasukkan bukunya ke dalam tas, dan ia mencari topi miliknya. Naas, topinya tidak ditemukan.
Dicarinya dengan lebih teliti lagi, namun hasilnya tetap tak ada. Gadis itu menyerah, dan ia tersadar jika dirinya lupa untuk memasukkan topi ke dalam tas.
"Duh... Kok bisa si gue pikun gini." ucapnya sembari menepuk dahi pelan.
Tiba-tiba saja sebuah topi berada di mejanya. Dan kemudian ia menoleh ke samping, melihat siapa yang memberikannya topi.
"Lo ngapain ?" tanyanya heran.
"Ya mau pinjemin lo topi lah. Gitu aja gak peka. B a k a . . ."
Demi apa, ia sedang dikatai bodoh oleh cowok di sampingnya barusan.
"Tidak perlu tuan Fajar yang pintar, namun sayangnya kalah pintar dari saya." ucap Senja dengan menekankan kata pintar. Setelahnya ia buru-buru pergi sebelum kesabarannya habis karena cowok itu.
"Cih, sok jual mahal banget si."
Fajar mendengar perkataan Senja tadi bahwa gadis itu lupa membawa topi, dan dengan baik hati cowok itu berniat membantu namun malah ditolaknya mentah-mentah.
"Ayo woi ke lapangan, bengong aja lo." ajak Candra teman sebangku Fajar.
"Eh, iya ayo." Fajar dan Candra melangkahkan kakinya menuju ke lapangan untuk upacara.
Upacara bendera akan dimulai dan Senja benar-benar dibuat gelisah.
"Siswa-siswi yang tidak memakai topi diharapkan maju ke depan." seru seorang guru melalui mic.
"Sial" gumam Senja.
Mau tidak mau dirinya harus maju dan menjadi tontonan banyak murid. Walaupun begitu, masih ada juga kok yang tidak bawa topi, tapi itu siswa.
Parahnya lagi ada sekitar 10 siswa yang tidak membawa topi. Otomatis Senja menjadi satu-satunya cewek yang dipanggil maju karena tidak memakai topi. Mana sekarang riuh dengan suara bisik-bisik dari netizen.
"Tuhkan, dia tuh bukan good girl. Cuma caper aja dia selama ini jadi anak baik-baik."
"Muka sok polos kayak dia mah emang cuma sebatas topeng." Dan masih banyak lagi yang membicarakan hal buruk yang ditujukan kepada Senja.
Senja sendiri berusaha untuk tetap tenang. Dirinya berfikir positif saja, toh ini kan bukan kemauannya untuk melanggar. Ini semua juga karena ia lupa.
Manusia bila lupa wajar bukan. Lagipula mana ada manusia yang selalu ingat terus. Suatu saat dia pasti akan mengalami yang namanya lupa akan sesuatu. Right ???
"Lo tadi bukannya kasihin topi ke Senja ?" tanya Candra dengan suara pelan.
"Emang, tapi ditolak tuh. Yaudah sukurin aja, dia yang ngerasa malu kan sekarang."
"Parah lo, jangan gitu napa."
"Gue udah coba berbaik hati ya, dia nya aja yang sok jual mahal." Candra tertawa dan kemudian meninju bahu Fajar pelan, melihat temannya itu memberengut kesal karena seorang cewek. Sedangkan Fajar mendengus karena Candra yang menertawakannya.
"Bla bla bla bla bla" ceramah yang diberikan kepala sekolah terasa membosankan. Bagaimana tidak, ceramahnya saja sampai panjang kali lebar.
Siswa-siswi nya hanya memasukkan ke telinga kanan dan keluar lewat telinga kiri. Bahkan saking lamanya, tak jarang ada yang berani menyahut kata capek dengan suara yang cukup lantang.
Kepsek yang mendengarnya malah tersenyum. Iya tersenyum, karena menambah ceramah lebih lama lagi. Sehingga sekarang tiada yang berani untuk protes.
...🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺...
Peluh menetes dari pelipis Senja. Rasanya benar-benar panas tiada tara. Indonesia kan emang sekarang kalo panas, panasnya sampai bisa goreng telur di jalanan.
Kepalanya sekarang mulai nyut-nyutan. Dia melihat jam dan tersenyum lega karena tak lama lagi waktu upacara akan habis.
"Harus kuat" batin Senja menyemangati dirinya sendiri, yang sedang dijemur di panasnya matahari layaknya ikan teri.
"Sekian anak-anak amanat yang bisa Bapak sampaikan, kalo ada kurang lebihnya kata Bapak minta maaf yang sebesar-besarnya." ucap Kepala Sekolah mengakhiri ceramahnya.
Dalam hati, para murid menggerutu dengan kesal. "Kalo ada kurang lebihnya kata, yaelah... Ini mah udah kelebihan kata woi."
Setelahnya siswa-siswi bubar dan kemudian berhamburan untuk menuju ke kelas masing-masing.
Senja mencoba untuk berjalan dengan pelan-pelan karena kepalanya terasa semakin berat.
"Astaga... Ini efeknya kalo gue gak sarapan nih." batinnya.
Tak lama kemudian matanya mulai berkunang-kunang, tubuhnya lemas, dan akhirnya Senja pun pingsan.
Entah bagaimana sekarang Fajar telah menangkap tubuh Senja yang akan terjatuh. Ia mencoba menepuk-nepuk kedua pipi Senja pelan, namun gadis itu tetap tidak membuka matanya. Yaiyalah... Namanya juga pingsan, gimana sih Fajar.
"Udah jar, buruan bawa ke UKS."
"Yaudah ayo temenin gue" Candra memutar bola matanya malas. Ya gimana ya, Fajar kan udah gede masa ngurus beginian aja minta ditemenin.
Lagipula temannya itu tidak peka sama sekali apa, kalo dirinya ini pengen segera ke kelas dan leyeh-leyeh setelah berdiri lama mendengarkan ceramah yang panjang sepanjang rel kereta api. Badannya ini lelah, kupingnya pun juga lelah. Cukup, Candra memang orangnya se-dramatis itu gengs.
Namun dengan ogah-ogahan, Candra tetap mengikuti Fajar dari belakang untuk menemaninya yang sedang menggendong Senja ke UKS.
Mereka sempat jadi tontonan murid-murid yang lainnya. Bagaimanapun Fajar dan Senja itu tidak pernah terlihat bersama ataupun akrab. Jadi murid-murid berasumsi keduanya itu saingan / rival dalam memperebutkan juara.
"Kenapa bukan gue aja yang digendong Fajar"
"Halah, paling tuh Senja caper. Kayak gak tau aja kelakuan cewek sok polos macem dia."
"Pasti dia cuma pura-pura pingsan."
Dan banyak lagi bacotan para netizen yang tidak menyukai Senja. Sebagian kesal terhadap Senja karena mereka menyukai Fajar. Coba bayangkan cowok yang kalian suka gendong cewek lain dihadapan mata kalian. Sakit kan ?
Fajar memang terkenal dikalangan para siswi. Seminggu saja sudah ada 1 atau 2 orang yang menyatakan perasaan kepadanya. Akan tetapi Fajar sendiri belum tertarik untuk menjalin hubungan dengan lawan jenisnya.
Fajar meletakkan Senja di ranjang UKS dengan perlahan. Ia memandangi wajah gadis itu yang terbilang tirus. Bibirnya yang kecil, bulu mata lentik, serta hidungnya yang mancung.
"Lo cantik, tapi sayangnya ngeselin." ucap Fajar dan kemudian ia tersadar lalu menepuk bibirnya.
"Apaan si gue" katanya kembali.
Tak lama kemudian datang seorang guru yang biasanya menjaga UKS, Bu Gea namanya.
"Senja kok bisa pingsan ?" tanya Bu Gea.
"Tadi dia maju Bu, nggak bawa topi."
"Ya ampun. Yaudah kamu balik aja ke kelas, biar Senja Ibu yang urus."
"Iya Bu, kalo gitu saya permisi." Bu Gea menganggukkan kepalanya.
Perempuan paruh baya itu mendekat ke arah Senja. Beliau lalu mendekatkan minyak kayu putih yang sudah ada ditangannya ke hidung Senja. Setelahnya Senja terbangun.
"Bu Gea" ucap Senja saat terbangun dari pingsan.
"Senja, kok kamu bisa pingsan si ?"
"Anu Bu, saya belum sarapan he he." cengirnya dan dibalas gelengan kepala oleh Bu Gea.
"Lain kali, kamu jangan sampai lewatin sarapan. Tau sendiri kan, kalo efeknya bisa seperti ini."
"Iya Bu"
"Oh ya, kok kamu tumbenan si gak bawa topi ?"
"Lupa Bu, tadi aja saya berangkat buru-buru."
"Kamu telat ?"
"Enggak si he he"
"Kamu tuh ya, saking disiplinnya sampai lupa segala hal." Senja tersenyum malu.
"Yaudah, mending sekarang kamu isi perut dulu. Minta izin guru yang ngajar pasti boleh kok."
"Nggak ah Bu, gak enak. Lagipula saya habis ini harus ke BK dulu."
"Gak papa kamu izin aja buat makan"
"Nggak Bu"
"Kamu keras kepala banget ya. Apa Ibu aja yang omongin ?" tawar Bu Gea, namun tetap saja Senja menolak. Gadis itu merasa tidak enak jika harus merepotkan orang lain.
"Yasudahlah terserah kamu"
"He he... Makasih Bu. Kalo gitu saya pamit ke BK." Bu Gea tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Guru-guru memang terkenal baik dengan Senja. Bagaimana tidak, gadis itu pintar, ramah, serta sopan santun terhadap guru.
...🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺...
Senja mengetuk pintu yang bertuliskan Ruang BK. Sebenarnya jantung Senja sudah berdisko ria, ia tak tau akan mendapat respon seperti apa nanti. Semoga saja tidak buruk, harapnya.
"Iya masuk" suara Pak Boni menyahuti ketukan pintu barusan.
"Mm, permisi Pak"
"Oh, kamu Senja."
"Iya Pak"
"Silahkan duduk dulu"
"Terima kasih Pak" Pak Boni mengangguk.
"Saya agak terkejut tadi kamu maju ke depan. Kenapa ?" tanya Pak Boni to the point.
"Saya lupa Pak"
"Bukan alasan klasik kan ?
"Tidak kok Pak, saya benar-benar serius."
"Saya tau kamu tidak seperti murid yang lainnya. Lain kali jangan sampai lupa bawa topi ya !!" Senja mengangguk mengiyakan.
"Kamu berarti berangkat telat terus buru-buru sampai lupa bawa topi ?"
"Tidak Pak, saya sampai di sekolah jam setengah 7 lebih padahal, dan teman-teman juga belum banyak yang datang. Tapi memang saya terburu-buru sih." Senja tersenyum kikuk.
"Oalah begitu. Senja, disiplin itu memang penting, tapi ya pastikan dulu gitu lho barang-barang sekolah kamu itu sudah lengkap atau belum."
"He he iya Pak, lain kali saya akan lebih teliti lagi."
"Sip kalo begitu. Sekarang kamu boleh kembali ke kelas."
"Iya Pak terima kasih. Saya permisi."
"Huft" Senja menghembuskan nafasnya lega. Kini ia berjalan untuk masuk ke kelas.
Di kelas sudah ada Bu Ana yang mengajar, Senja mengetuk pintu kelas dengan sopan dan mengucap salam.
Bu Ana melihat ke arah Senja, sedangkan para siswi sudah berbisik tetangga.
"Maaf Bu, saya habis dari UKS dan juga BK."
"Tidak apa-apa Senja. Sekarang kamu boleh duduk. Oh ya, kamu juga boleh sambil makan bekal ya." ucap Bu Ana sembari mengecilkan perkataanya pada kalimat terakhir. Senja tersenyum kikuk dan kemudian melangkah menuju tempat duduknya.
Ini pasti Bu Gea yang bilang. Tapi tak apalah, artinya beliau peduli bukan. Terima kasih Tuhan, walau mungkin tidak ada yang mau berteman dengan dirinya, namun masih ada segelintir orang yang peduli dengan keadaannya.
Sepasang mata menatap Senja heran. Pasalnya gadis itu baru saja tersenyum. Bukankah mestinya ia merasa sedih, karena pasti kena marah atau bahkan dihukum oleh BK.
"Woi" sahut Candra pelan sembari menepuk lengan Fajar, membuat teman sebangkunya itu terlonjak kaget.
"Apaan si bambang, ngagetin aja lo."
"Cie... Yang lagi ngeliatin Senja."
"Masalah buat lo ?" tanya Fajar dengan ngegas.
"Sewot amat, kek anak perawan yang lagi pms."
"Ngomong sekali lagi coba !!" tantang Fajar dengan mata yang sudah melotot.
"Nggak kok nggak. Ampun..."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!