NovelToon NovelToon

ALANA (Hug Me Mom)

Alana 1.

kisah di mulai saat suara tangis bayi yang baru lahir terdengar nyaring dari dalam ruang bersalin, rasa bangga dan bahagia tersirat di wajah Kunan, akhirnya istrinya camilla berhasil melahirkan putri kembarnya. namun sejauh ini baru terdengar satu tangisan bayi, membuat Kunan mau tak mau merasa cemas.

dokter keluar dari ruang bersalin, Kunan dan tiga putranya berangsur mendekati dokter sambil melempari nya pertanyaan

"bagaimana pak? istri dan bayi saya selamat kan pak?" tanya Kunan yang sudah berkeringat dingin

"bayi pertama anda lahir dengan selamat, namun bayi kedua masih belum lahir, istri anda sudah tidak kuat mengenjan jadi kami akan melakukan operasi dengan segera harap anda menandatangi nya pak" ujar Dokter yang membuat Kunan semakin berkeringat dingin hatinya penuh dengan gundah

Pharta, Rayn, dan Seno juga semakin cemas, ibunya pingsan saat adik perempuan nya belum keluar satu lagi, dokter sudah melakukan upaya agar Camilla bangun namun hasilnya tetap nihil, jadi mau tak mau mereka harus melakukan operasi

Operasi berlanjut dengan tenang, si bungsu lahir dengan selamat. sorak bahagia bergemuruh di hati mereka berempat, betapa bahagianya keempat lelaki itu mendengar adik bungsunya terlahir dengan selamat. namun kebahagiaan mereka tak tertahan lama karena Camilla belum juga bangun dari komanya, sehari setelah operasi, mereka mendapat kabar yang sangat menampar mereka. Camilla meninggalkan mereka untuk selama-lamanya, bahkan Camilla belum bertemu dengan kedua bayinya, Kunan benar-benar sangat terpukul.

pharta, Rayn dan Seno, mereka harus kehilangan ibunya di saat mereka masih sangat kecil, si sulung Pharta saat ini baru kelas 6 SD, Zayn juga baru menginjak kelas 4 saat ini dan terakhir Seno dia bahkan baru kelas 1 SD dan harus kehilangan sosok ibu untuk selamanya, suara tangis mereka memenuhi ruang mayat, dimana tubuh ibu mereka terbujur kaku dan sudah dingin

Kunan begitu sangat mencintai istrinya, saat ini hatinya sangat hancur, dia bahkan gelap mata dan menyalahkan Dokter. di benaknya Dokter lah yang bersalah saat ini, jika bukan karena operasi itu, istrinya tidak mungkin mati!

"benar! jika bukan karena operasi, mana mungkin istriku akan mati!!" bentaknya dengan meremas kerah baju sang Dokter

"saya harap anda tetap tabah pak, ini sudah takdir Tuhan.. sebelum Almarhum pingsan, dia berpesan untuk memastikan putri bungsu anda lahir dengan selamat.. kami sudah melakukan yang terbaik dan semaksimalnya namun Tuhan berkehendak lain, mohon bapak tetap bersabar dan tabah" ucap Dokter menenangkan Kunan

"tapi kenapa.. kenapa harus merenggut istriku kenapa!!" teriaknya frustasi, kini amarah pindah pada bayi lucu yang sedang di gendong suster, mendekati bayi bungsunya Kunan tak tahan dan ingin berteriak lagi, mengapa dia harus lahir, jika dia tak lahir istrinya tak pergi meninggalkan mereka

"aaakkkkhh!!!" teriak Kunan di samping tubuh Almarhum istrinya.

... **✿❀ 15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑑𝑖𝑎𝑛 ❀✿**...

"Lanaa.. !!" teriak seorang gadis cantik dengan pakaian seragam nya, berlari menuruni tangga

"Lana cepetan kita udah mau telat nih.. !" teriaknya lagi

Aluna Naviera dan Alana Naviera adalah nama dari dua bayi kembar yang lahir 15 tahun silam. Kunan memberikan nama kedua putrinya dengan nama istrinya, Camilla Naviera. waktu kecil wajah mereka cukup identik, namun setelah besar mereka terlihat berbeda, wajah mereka malah terlihat sangat berbeda jika Aluna berwajah bulat matanya besar dengan senyum manis yang tak pernah bosan di lihat maka wajah Alana lebih tegas dan bentuknya ovale, tatapan mata Alana lebih tajam seperti elang walau selalu di sembunyikan dengan ekspresi sendu, Alana jarang tersenyum dan terbilang introvert walau Alana sendiri memiliki sisi lain yang tak pernah ada yang tau

Alana keluar dari kamarnya, Alana tidur di kamar bawah tangga. sedangkan Aluna tidur di kamar mewah yang di rancang segala desainnya secara langsung oleh abang Pharta mereka, Pharta saat ini sudah berusia 26 tahun, sibuk dengan dunia kerjanya yang sebagai CEO di salah satu perusahaan ayahnya, sedang kan abang Zayn berusia 24 tahun, abang Zayn sibuk dengan pekerjaannya sebagai Dosen sekaligus Dokter spesialis jantung. dan Seno yang berusia 21 tahun sibuk dengan kuliahnya namun mereka sangat peduli dan selalu menyempatkan waktu dengan Aluna sang tuan putri mereka

bagi mereka Aluna adalah satu-satunya tuan putri di keluarga, Aluna selalu di manja dan sangat di jaga bagaikan porselen seharga miliyaran rupiah, tak boleh ada yang lecet sedikitpun. berbeda dengan Alana yang di anggap ketika mendapat masalah, Alana akan di anggap hidup saat dirinya membuat satu kesalahan selebihnya Alana hanya angin tak penting bagi mereka.

Alana cukup tabah, setidaknya Alana tak pernah mengeluh di hadapan mereka, dan selalu menjadi anak yang penurut walau bahkan dia sakit hingga sekarat sekalipun tak ada yang akan peduli bahkan Aluna saudara kembarnya sendiri. jika saudara kembar memiliki telepati satu sama lain maka berbeda dengan dua anak remaja itu, Aluna terlalu di manja hingga lupa bagaimana untuk memahami apa yang di rasa Alana

"Lan.. hari ini lu berangkat bareng supir aja ya, gue mau mampir dulu tempat lain sama abang Seno" ucap Aluna yang sedang menikmati sarapannya

Alana tak menjawab, sudah terbiasa seperti ini. Alana tak pernah berangkat dengan supir karena ayahnya tak pernah mengizinkan, dia sering berangkat menggunakan angkutan umum atau kadang bus

"Lan.. ntar di kelas lo yang ngajar pak Mika ya? tolong balikin pulpennya pak Mika ya, gue titip di lo aja males gue ketemu ketua kelas lo" ucap Aluna lagi, masih tak di gubris Alana yang sibuk dengan sarapan 'sisa' nya, ya.. sarapan sisa Seno, hanya itu yang boleh lana makan pagi ini

usai dengan sarapannya, Alana beranjak keluar dari rumah untuk berangkat sekolah, namun teguran ayahnya membuatnya berhenti

"anak sialan! berangkat sekolah bukannya salim sama orang tua!" marah Kunan

Lana menarik nafas panjang, dia berbalik untuk menyalami ayahnya, namun respon ayahnya masih sama seperti sebelumnya menepis tangan Lana dan melewatinya begitu saja. Lana menarik nafas pelan lagi dia sudah terbiasa seperti ini jadi stok kesabarannya masih penuh

"lo berangkat pake ojol aja, gue mau pake mobil" sahut Zayn melewati Lana. oke! kali ini mobil bukan Ayah yang pakai tapi abangnya, tak apa dia juga sudah terbiasa seperti itu

Lana juga bekerja paruh waktu untuk membiayai dirinya, Ayahnya memang menafkahi tapi tak banyak, jika 50 juta untuk Aluna satu minggu maka untuk Alana 50 ribu selama satu minggu. untuk biaya sekolah ayahnya masih menanggung tapi tak selalu

apa ada rasa iba di hati mereka untuk Alana? jawabannya tentu tidak, karena luka mereka yang kehilangan seorang malaikat itu masih ada dan mereka limpahkan dengan kebencian pada Alana.

Alana 2

seperti biasa Alana datang saat setengah menit akan di mulai upacara, tak punya banyak waktu Alana menitipkan tasnya pada pak satpam Parjo, tempat biasa dia menitipkan tasnya. pak Parjo pun tak keberatan, selama tidak benar-benar telat.

"woi.. telat lagi lu? anak pembantu kayak lu hobby banget telat" tiba-tiba Dipta menyapa Alana yang berjalan menuju lapangan

seperti biasa juga, Alana tak akan menggubris nya, ya.. Alana memang di anggap anak pembantu dari rumah besar milik keluarga Ardinata. pasalnya jangankan ayahnya, bahkan ketiga kakaknya dan Aluna pun tak pernah angkat bicara untuk identitasnya. Kunan bahkan mengatakan pada publik jika dia hanya memiliki seorang putri, putri bungsu kesayangan mereka, ALUNA NAVIERA. meski nama mereka mirip namun para siswa dan guru menganggap jika Alana sedang mencuri nama Aluna demi bisa di anggap berasal dari keluarga kaya. Lana tak pernah peduli dengan omongan mereka, dia tau jika dia mendengarkan ucapan mereka rasa sakitnya tak akan ada yang peduli

hanya satu orang yang tulus sayang padanya, namanya Jinan, teman sebangku yang juga menjadi sahabatnya. beruntung Lana memiliki seorang teman bak malaikat, tapi untuk urusan keluarga Lana memang tak pernah melibatkan siapapun, bahkan Jinan tak pernah di beri taunya, Jinan tau kebenarannya namun tetap diam dan berpura-pura tak tau, bukan apa Jinan tau Lana tak suka orang lain mengetahui apapun tetang pribadinya

"apaan sih lu, awas sana jauh-jauh! sumpek tau liat virus pagi-pagi!" sahut Jinan yang mendorong Dipta menjauh,

"Na, tas lo mana?" tanya Jinan celingak celinguk

"tuh, pak Parjo" jawab Lana menunjuk menggunakan dagu

"kebiasaan deh, udah gue bilang gue bisa jemput lo Alana.. ngapain sih masih jalan kaki!" marah Jinan, Jinan tau Alana jalan kaki, seperti biasanya

"gak perlu, jalan kaki itu sehat" jawab Lana enteng, walau terkadang dia mengeluh karena harus berlari sejauh itu

sudah setengah tahun mereka sekolah di sini, di SMA GARUDA, SMA elit yang di penuhi banyak anak Sultan dari penjuru kota. Lana masuk ketempat ini juga karena Beasiswa, beruntungnya Alana karena tak harus mendapat ocehan pahit ayah dan abang-abangnya saat harus melanjutkan sekolah

.

pelajaran pertama di mulai, yang mengajar pagi ini adalah pak Mika, guru tampan yang di sukai banyak siswa. selain tampan pak Mika juga masih muda dan perjaka, senyumnya selalu di dambakan anak didiknya terutama siswi-siswi centil yang tak pernah lepas dari barang-barang branded

"Nan, ingetin gue ya, kalo pelajaran selesai nanti gue mau balikin pulpen pak Mika" bisik Lana

"lo minjem pulpen pak mika?" tanya Jinan mengernyit

"bukan gue, tapi Luna" jawab Lana masih berbisik, Jinan hanya manggut-manggut mengerti. siapa yang tidak tau jika pak Mika memang selalu perhatian pada Aluna, tak sedikit siswi iri pada kecantikan Luna

jam istirahat tiba, Lana juga sudah mengembalikan pulpen pak Mika, namun seperti biasa apapun yang Lana lakukan akan menjadi topik baru dari gosip harian para siswa. kali ini karena Lana yang memberikan pulpen pada pak Mika, gosip yang menyebar cukup populer, Lana ingin merebut perhatian pak Mika, selama ini Lana cemburu pada Luna. tak ada tenaga bagi Lana menjelaskan toh juga mereka tak akan mendengarkan, tapi Jinan berbeda dia cukup risih dengan Gosip yang setiap hari berbeda namun tentang satu orang saja

Lana duduk di kursi dalam perpustakaan, membaca beberapa buku penting yang akan dijumpainya saat ujian nanti. Jinan pun sama, namun Jinan tak terlalu suka membaca jadi dia hanya menolak balik buku saja menemani Lana disana,

"Na, lo kerja kan siang ini? gue ke tempat kerja lo ya? boleh yaa..? please.." rengek Jinan dengan suara pelan

"ngapain? gue gak ada waktu buat ladenin lo ya, gue sibuk" tolak Lana

"njir, gue kesana juga gak bakal jadi beban lo kali, boleh ya?" Jinan masih berusaha membujuk

"terserah lo deh Nan, lagian lo ngapain si kesana gak ada kerjaan lain apa" Lana tau bahkan jika menolak pun Jinan akan pergi kesana

"emang gak ada, hehe gue malah terhibur kalo liat lo kerja" sahut Jinan cengengesan tak karuan. sebenarnya Jinan ingin selalu ada untuk Lana, apapun yang terjadi Jinan akan tetap menemani Lana. Jinan tau betapa lelahnya Lana namun Lana selalu tampil sempurna dan berpura-pura kuat.

"woi anak pembantu, sini lo!" panggil Dipta saat mereka keluar dari perpustakaan, Dipta terkenal sebagai siswa tampan yang tergila-gila pada Luna, yah.. namun Luna sama sekali tak pernah memandangnya. Luna lebih berharap jika yang mengganggunya adalah Lingga, ketua OSIS yang cuek, tegas, incaran banyak siswi lainnya. sejauh ini hanya Luna yang boleh mendekati Lingga, karena yang lain tak berani bersaing dengan nya, bukan apa selain Luna yang tak membiarkan mereka mendekat Luna juga adalah wakil ketua OSIS jadi mana berani mereka melawan

"lu bisa gak si sopan dikit, ortu lu gak ngajarin lu sopan santun ya?" sarkas Jinan yang sudah muak dengan Dipta

"lo gak usah ikut campur, gue manggil dia" tunjuk Dipta tepat di depan mata Lana

"gue punya nama, dan gue bukan anak pembantu! lo mau apa" sebenarnya Lana malas meladeni Dipta, tapi terkadang Dipta tak akan berhenti mengganggunya jika tak di gubris

"beliin gue makanan, gue laper" perintahnya pada Lana

"lo anggap gue apa?" tanya malas Lana

"pembantu" Dipta memang seperti itu, dia suka membully anak-anak yang notabenya bertentangan dengan Luna, padahal Lana tak pernah sekalipun ribut dengan Luna tapi begitulah karena gosip tak jelas banyak yang mengira Lana ingin merebut segala hal yang dimiliki Luna meski Lana hanya diam bernafas saja

"muka lo lebih mirip pembantu" cecar Lana meninggalkan Dipta, Lana tak pernah membiarkan dirinya di rundung, sudah cukup keluarganya menjadi luka terdalam Lana tak akan biarkan dirinya tersakiti di luar

"iya bener, Lana bener banget mending lu ngaca deh muka lo tu rada mirip sama pembantu di rumah gue, Jangan-jangan lo anaknya?" sahut Jinan pedas. suka sekali jika Lana melawan, Jinan pasti akan membantunya, lagi pula mubazir bakatnya dalam me roasting orang jika tak di pergunakan

"bangs*t, awas lo berdua!" gumam Dipta tak terima

"Lana!"

baru akan masuk kelas,Aluna menghampirinya sedikit berlari

"lo hari ini pulang sama gue ya, nanti supir jemput ko sebenernya gue mau lo temenin gue ke Mall gue mau belanja" ucap Luna tersenyum

sejujurnya sangat malas Lana mengiyakan, sudah hafal jika Luna mengajaknya bersama pasti dia hanya akan menjadi penonton betapa bahagianya Luna bersama keluarga kecil yang tak pernah menganggapnya itu. tapi jika menolak dia hanya akan mendapat cambukan bertubi dari sang Ayah, Alana sedang malas sakit walau biasanya dia lebih memilih di cambuk karena melihat tawa mereka cukup mengiris hatinya.

"ya"

hanya itu jawaban Lana, yang kemudian masuk tak lagi peduli dengan Aluna padahal Aluna masih ingin mengatakan sesuatu

"kok lo masuk sih, gue masih belum selesai" gerutu Luna

"ya udah masuk, Lana bukan pembantu lo yang harus ngikutin semua kemauan lo. berasa jadi tuan putri banget ya sampe lupa sama saudara sendiri" celetuk Jinan yang masuk tak peduli dengan wajah kesal Aluna

"gue gak pernah gak anggep dia sodara kok, dianya aja yang sok tertindas!" gumam nya kesal sambil menghentakkan kaki

Alana 3

yaa, disinilah Alana sekarang. membawa banyak paperback yang berisi dress, gaun, dan barang-barang branded lain, dan tentu saja milik Aluna yang saat di gandeng mesra oleh abang Pharta dan abang Seno. bergelayut manja di lengan kedua abangnya, banyak mata tertuju pada mereka dan ada juga yang menatap Lana, tak bisa di pungkiri jika mereka menganggap Lana sebagai asisten mereka, bisikan mereka bahkan sampai terdengar di telinga Lana

"Anak-anak muda sekarang banyak yang mandiri ya, mereka bahkan bekerja paruh waktu"

"iya, bagus juga seperti itu, tak perlu manja meminta-minta pada orang tua"

"tapi kasian juga ya, pulang sekolah harus lanjut kerja, capek banget kan pasti"

Lana hanya tersenyum kecut mendengar bisikan mereka, apa itu mandiri? dia bahkan berharap terlahir dari orang miskin namun memperlakukannya seperti keluarga!

"lo tunggu di parkiran aja, kita mau makan dulu" ucap dingin Pharta, Lana berjalan meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun

"abang, tadi di sekolah Luna di kasarin tau!" ucap Luna merengek, Lana sengaja memperlambat langkahnya karena masih belum terlalu jauh jadi dia bisa mendengar laporan Luna tentang kesehariannya di sekolah tadi

"bajing*n mana yang berani kasar sam tuan putri gue hah! kasih tau gue siapa nama dan kelasnya besok gue datengin dia!" sahut Seno marah

"kasih tau abang siapa dia" Pharta pun menimpali

"namanya Jinan!"

sontak Lana menghentikan langkah kakinya

"dia temen sekelasnya Lana, di kelas A!! masa dia bilang Luna memperlakukan Lana kayak pembantu, padahal Luna kan selalu baik sama Lana sekarang aja Luna ajakin Lana main kan!" adunya dengan suara sedih Pharta melirik Lana yang sudah berjalan menjauh, tatapan kesal itu bisa Lana rasakan meski tak melihatnya. Seno ingin mengejar Lana untuk memberinya pelajaran namun Pharta mencegah, karena saat ini mereka berada di tempat umum

"gapapa, kamu jangan sedih besok biar abang yang ngurusin dia" ujar Pharta menenangkan Aluna dengan mengelus lembut kepala adiknya itu

"gue aja bang, besok biarin Abang Seno yang ngurus masalah ini, kamu gak perlu hawatir, Tuan putri Abang gak boleh sedih lagi oke?" sahut Seno dengan nada lembut, Luna tersenyum senang, dia sangat bahagia karena memiliki Abang yang selalu manjakan nya

Lana berdiri di samping mobil Abangnya, hari ini yang menjemput bukan sopir, tapi Pharta dan Seno sendiri. Lana menahan nafas mengingat aduan Luna tadi, dia tau Jinan yang bermulut pedas tak pernah takut pada siapapun tapi.. apa yang Luna katakan tadi? Jinan menyinggung sikap Luna yang memperlakukan dirinya seperti pembantu? bukannya semua orang menganggap nya begitu? dan juga tak seorangpun tau jika dia juga bagian dari keluarga Ardinata kan?

Lana tak tau harus bertanya pada Jinan atau tidak, Lana tak pernah bicara saat dirinya di cap sebagai pembantu, karena Ayahnya tak pernah mengakui dirinya jadi percuma juga dia berbicara

melihat jam di tangannya, Alana mendengus kesal, setengah jam lagi dia akan mulai bekerja, Bosnya tak pernah mentolerir orang terlambat, Lana tak ingin keluar dari pekerjaannya yang sekarang, selain pekerjaan ini adalah bidangnya gajinya pun lumayan bagi dirinya

Lana tau jika menyentuh mobil abangnya tanpa izin dia akan mendapat hukuman, tapi dia akan terlambat jika tak pergi sekarang jarak antara tempatnya saat ini ke tempat kerjanya adalah 25 menit jadi mau tak mau Lana membuka pintu mobil abangnya dan menaruh semua belanjaan Aluna, Lana tak peduli dengan kemarahan Abangnya toh juga dia akan tetap mendapat hukuman nantinya karena laporan Luna sebelumnya, jadi Lana tak fikir panjang

Lana berlari menuju parkiran ojek, menggunakan motor akan membuatnya sedikit lebih cepat untuk sampai di tempat kerjanya.

'BUTIK LADY MAYY' tempatnya kerja saat ini, yah.. Lana cukup berbakat di bidang Desain, itu membuatnya semakin nyaman dengan pekerjaan nya saat ini. Lana tak mengganti baju seragamnya, dia sudah biasa seperti ini

ternyata di dalam Jinan sudah menunggunya dengan anteng, Lana hanya tersenyum malas melihat temannya itu duduk santai sambil ngemil burger

"dih, lama banget lo, dari mana aja?" tanya Jinan saat Lana masuk

"nemenin Luna belanja" jawab nya

"eh ehh.. Na, tadi kayaknya Bos lo nyariin lo deh, coba lo cek dulu kedalam" sahut Jinan sebelum Lana memulai pekerjaannya

Lana masuk ke bagian lain ruangan itu.

Jinan melihat sebuah berita diHP miliknya, Jinan mengernyitkan dahi. sepertinya besok akan ada kehebohan baru di sekolah, berita heboh itu tentu saja di buat oleh putra ketiga dari keluarga ARDINATA, siapa lagi jika bukan Seno! bahkan nama Jinan tertera jelas di berita

"wkwk, kayaknya putra ketiga keluarga ini begok deh, ceroboh, naif, pongah pula! dia gak takut apa nama besar keluarganya bakalan tercemar? cuma karena gue ngomong dikit gitu dia udah seheboh itu? pengen banget gue ungkapin kemunafikan mereka!" gumam Jinan sambil tersenyum mengejek

"dia pikir dengan buat berita kayak gini dia bakalan di takutin kah? sumpah si, kalo gue jadi Lana malu gue punya abang kaya dia!" lanjutnya

Jinan juga menambah komentar pada berita konyol yang di buat oleh Seno, "gue tunggu". Jinan tak pernah takut pada siapapun, walau nama keluarga nya gak sebesar keluarga Ardinata namun pengaruh keluarganya cukup banyak dan luas

"ohhh.. Jinan Gabriella.. hidup lo seru banget sih bisa berurusan sama si pongah Senoanj*ng itu.." teriaknya sambil menggeliat manja

malamnya, Lana di antar oleh Jinan pulang, awalnya Lana menolak karena dia bisa menggunakan ojek, tapi Jinan yang keras kepala tak menerima penolakan jadi Lana pun terpaksa di antar oleh sahabatnya itu

"tau pulang lo? kemana aja?" sapa Rayn yang duduk di sofa

"gue kerja bang" jawab pelan Lana

"kerja? hehh, ada juga ya yang nerima anak sial kayak lo buat kerja, gak takut bangkrut apa mereka?" sahut Rayn lagi

"lo tau kan salah lo apa?" Pharta yang baru keluar dari dapur pun menghampiri Lana

"tau kok bang, gue nyentuh mobil lo tanpa izin" jawab Lana pasrah

"karena kesialan lo yang nyentuh tanpa izin itu, mobil bang Pharta mogok! gue heran deh sama lo, kenapa si lo harus lahir? pembawa sial tau gak!!" bentak Seno juga

Alana memang terbiasa mendengar ucapan menyakitkan dari Abang-abangnya, namun meski terbiasa pun, hatinya yang sudah penuh luka itu masih tergores dan tergores, bahkan lebih dalam lagi.

"gue minta maaf bang.. "

"maaf? lo pikir dengan maaf lo itu, bisa ngembaliin segalanya?" potong Rayn menatap Lana penuh dendam

"buat apa lagi dia?" tanya Kunan yang baru pulang kerja

"biasa, pembawa sial ini menebarkan kesialannya pada kita lagi" jawab Seno blak-blakan

"sini kamu!"

Kunan menarik paksa lengan Alana, bahkan Alana belum istirahat sekarang, tapi Ayahnya sudah menariknya ke gudang untuk dihukum

"yah.. Lana capek yah, habis kerja boleh gak hukumannya di tunda besok aja? besok Lana janji gak akan ngeluh yah.." seru Alana saat Ayahnya mendorong kasar dirinya

"besok? baik! besok kamu juga akan mendapat hukuman lagi!!" ucapnya dengan suara yang kasar

ctazz.. ctazz.. ctazz..

bertubi-tubi Alana mendapat cambukan di tubuhnya, bahkan Darah pun mulai mengotori seragamnya. namun Alana tak bersuara sedikitpun dia berusaha tak mengeluh kesakitan karena Ayahnya akan menambah cambukan jika mendengar suara tangis atau erangan nya

puas dengan cambukan nya, Kunan keluar dari gudang. Lana meremas roknya, menahan agar tak membuat suara, dari luar pintu gudang yang terbuka seseorang berdiri menyaksikan pahitnya hari yang di lalui Alana

Alana mencoba berdiri walau sulit, perlahan Alana berjalan menuju kamarnya. Pharta, Rayn dan Seno menatapnya dingin, tak ada rasa iba sedikitpun dimata mereka. Alana lelah berharap, dia tau tak akan ada yang peduli dengan dirinya, meski di lubuk hatinya yang terdalam dia masih sangat menginginkan kasih sayang mereka

setelah mengunci kamarnya, Alana mulai meneteskan air mata. di kamar ini, hanya di kamar ini Alana menunjukkan sisi rapuhnya. hanya pojok kamar ini yang mengerti betapa sakitnya dia, hanya tempat tidur yang tau berapa banyak airmatanya di setiap malam. Alana membuka laci dan meraih sebuah foto, wanita cantik di foto itulah yang selalu mendengar semua keluhannya di setiap malam

"bunda.. Lana luka lagi, kali ini gara-gara nyentuh mobil abang tanpa izin, bunda Lana capek tau.. pulang kerja masa Ayah nyambut Lana pake cambuk.. kapan ya Lana bisa di peluk Ayah bun? bunda benci juga ga sama Lana? Alana yang bunuh bunda, pasti bunda benci banget ya sama Lana.. bun, nanti kalo bunda mau hukum Lana, terus mau cambuk Lana jangan di bagian punggung sama pinggang ya bun, sakit banget Lana selalu luka di bagian itu, lukanya gak pernah bener-bener kering tapi Ayah selalu balas lukanya.. bahkan sekarang lukanya ada nanahnya bun, tapi Ayah gak peduli.. gak apa, Lana kuat kok, cuma Lana pengen cerita sama Bunda aja.. selamat malam bunda" senyum Alana memeluk selembar foto itu, airmatanya deras tak ingin berhenti.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!