NovelToon NovelToon

Kang Pijat

BAB 1

"Bruuuk.... Braaakk"

"Aduuu...h" sambil mengelus kepalanya

"Wah, benjol lagi " Iwan tampak bingung dengan apa yang terjadi. " Oalaa... rupanya aku tertidur "

Segera Iwan berpindah ke kamar

"Krucuuuk.... kruucuuk.... kruucuuk...."

Alunan suara yang indah menyadarkan Iwan kalau perutnya minta segera di isi.

Segera ia pergi ke dapur, setelah melihat isi lemari makan yang kosong gak ada makanan. "Waduuh... kosong !" sambil memegang perut, agar irama perut gak mengganggu segera ia meminum beberapa gelas air untuk menipu kondisi perutnya.

" Bentar rut perut, nanti kita cari makanan "

" Breeeettt.... Pruuuttt" jawab si perut.

Mencium aroma yang

memabukkan, Iwan tertawa geli " baunya! haa...haa...haa..."

Segera ia meninggalkan dapur untuk menuju ruang tamu. Terduduk lemas Iwan berpikir" kemana aku cari makan, kantong kosong, mau hutang malu" Iwan memegang dagunya." Ahh mancing saja di sungai, semoga hari ini aku beruntung dapat ikan banyak dan besar besar". Segera ia mengambil alat pancing yang ia buat dari bambu dan timba plastik bekas cat.

Sesampai di sungai yang tak jauh dari rumahnya, Iwan segera mencari cacing tanah disekitar pinggiran sungai. Setelah merasa cukup cacing yang ia dapat, Iwan menuju ke pohon besar dipinggir sungai yang menurutnya tempat berkumpulnya ikan saat panas panas begini.

" Ah tempat yang rindang dan sejuk" segera ia memasang umpan cacing tanah di mata pancingnya dan dilemparkan kearah sungai. Menunggu sambaran ikan di pancing ia segera mengeluarkan hp jadul kesayangannya

"Hemm masih jam 11 siang" dan dimasukkannya lagi kedalam kantong celananya.

Dhuuut...dhuuuut... Senar pancing bergoyang "kena.... Besar ini ha...ha...ha..." Gembira Iwan melihat tarikan ikan, dengan hentakan yg tak terlalu kuat diangkat pancing itu keatas.

Coplaaak....coooplaak... menari si ikan dipermukaan air. " Whuii.. besaaar,5 jari!" Serunya. Ikan dari mata pancing dilepasnya dan segera memasang umpan cacing tanah yang baru.

Satu jam tlah berlalu," sudah dapat 9 ekor nila, cukuplah untuk makan hari ini" segera ia pergi meninggalkan sungai.

"Dapat ikan banyak Wan " sapa Bu mi

" Lumayan Bu dapat 9 ekor ikan nila"

" Kalau ikannya besar ibu juga mau , kau jual berapa?" tanya Bu mi

" Besar besar bu, lihat rata rata segini" ditunjukkannya ikan nila itu.

"50 ribu boleh ibu beli Wan "

" Klo ditimbang 2 kg lebih "batin Bu mi

" Boleh Bu mi, silahkan"

" Bu mi bawa ikannya kedalam dan sekalian ambil uangnya ya Wan"

"Ya silakan Bu"

Setelah mendapat uang, segera Iwan pamit dan pergi menuju warung nasi.

Mbak Ya, nasi pecel ikan ayam sama es teh dibungkus ya " pesan Iwan ke pemilik warung.

" Ini Wan, 13 ribu totalnya? "

"Oke mbak, terima kasih " setelah mendapat uang kembalian segera ia meninggalkan warung nasi milik mbak ya.

Setelah menyantap nasi pecel Iwan kembali memikirkan keadaanya ," besok aku cari kerja lagi, barangkali dapat "

" Apa mancing aja lagi ya, buat lauk nanti malam"

Segera Iwan menuju sungai ketempat ia memancing tadi, dan kembali ia mencongkel dan menggali tanah disekitar pinggir sungai.

Beberapa galian tanah Iwan hanya mendapat beberapa ekor, tapi ia tidak putus asa untuk terus menggali tanah untuk mencari cacing.

Dan saat matanya tertuju pada bongkahan tanah yang ia gali pakai kayu, sesuatu benda kusam berwarna kuning.

Diambil benda beserta tanah yang menyelubunginya dan di cucinya memakai air sungai.

"Wah sebuah cincin hi...hi...hi..." riang hati Iwan.

"Semoga cincin ini dari emas, lumayan kalau dijual ha...ha...ha..."

Lalu dibungkus dengan sobekan kertas dan dimasukan cincin itu kedalam kantong celananya. Setelah itu Iwan kembali melanjutkan mencari cacing

Sepertinya cukup ini cacingnya buat umpan " segera ia menuju ke pohon besar tempat memancingnya tadi.

"Wah sudah sore, ini ikan pada pergi ke mall atau kemana ya, 4 jam

memancing cuma dapat 5 ekor itupun hanya ukuran 2 - 3 jari "gerutu Iwan.

" Pulang aja sekalian mampir ke toko Pak mun, beli beras "

Setelah mendapat yang dibutuhkan di toko Pak mun, Iwan bergegas pulang tak lupa dipinggir jalan ia memetik beberapa lombok yang ditanam warga dipinggir jalan menuju rumahnya.

"Wah lumayan buat sambel nanti hi...hi..hi..."

Sesampai dirumah Iwan menanak nasi dan menggoreng ikan hasil pancingannya. Setelah selesai memasak, Iwan mandi dan tak lupa berdendang lagu dangdut yang dihapalnya.

Jam 7 malam Iwan bersiap untuk makan

"Hem... makanan yang nikmat, ikan goreng + sambel, sayang gak ada lalapannya he...he...he..."

Setelah kenyang Iwan menuju ke ruang tamu, tanpa sadar ia ketiduran kembali di kursi.

"Cucuku! Pakailah cincin yang kamu miliki, jangan dijual!"

"Waduh... tapi Mbah kalau dijual kan bisa untuk biaya hidup!" Sanggah Iwan.

" Kamu belum tahu ke istimewaan cincin itu, kamu bisa kaya"

"Yang bener Mbah" kata Iwan

Plaaaak, sebuah pukulan mendarat dikepala Iwan.

"Kamu itu diberitahu orang tua gak mau nurut, klo kamu sudah memakai cincin itu baru kamu bisa merasakan apa yang Mbah bilang"

"Ya...ya... nanti aku pakai mbah" seru Iwan

"Tapi ingat pesan Mbah, gunakan apa yang kau dapat untuk menyembuhkan dan melindungi orang!"

"Apa aku bisa jadi dokter Mbah ?" Tanya Iwan

" Kamu itu lulusan apa jadi dokter !"

Plaaak... Kembali satu pukulan mampir kekepala Iwan.

"Mbah ini gimana sih katanya bisa menyembuhkan orang, apa jadi dukun !" ujar Iwan

" Ya... Kamu jadi dukun pijat, puas kamu" kata si Mbah

" Hah dukun pijat, mana punya tenaga aku Mbah. Apalagi kalau yang dipijat gemuk, aduuuh... mana tahan"gerutu Iwan

" Kalau kamu gak mau ya sudah, Mbah ambil cincin itu lagi "

" Lho jangan Mbah, baik akan aku pakai cincinnya"

"Nah begitu, Mbah mau pulang sekarang"

Criiiing.....

Tersadar Iwan dari tidurnya" mimpi yang aneh hii..."

Kembali Iwan melamun " apa ini tentang cincin yang aku temukan disungai tadi siang "

Diambilnya bungkusan kertas dikantong celananya, " Apa benar cincin ini bisa memberi kemampuan untuk melindungi dan menyembuhkan orang?" cincin pun diputar putar dan dipandangi terus olehnya.

"Ah masa bodoh, akan kucoba pakai cincin ini "

Setelah memakai cincin, Iwan merasakan sesuatu yang mengalir didalam tubuhnya, " ah rasanya nikmat sekali terasa tubuhku penuh tenaga"

"Aduh mataku!" teriak Iwan

Tiba tiba Iwan merasa kalau matanya seperti melihat sinar menyilaukan, setelah sinar itu memudar Iwan membuka matanya.

"Sinar apa itu tadi, hi... untung mataku gak kenapa kenapa "

" Hem cincin yang aneh" kembali dipandangi cincin yang terpasang di jari manis tangan kanannya.

" Ya dari rasanya setelah aku pakai cincin ini ada sesuatu yang aneh dalam diriku, mungkin cincin ini bisa merubah jalan hidupku!"

" Kalau benar seperti yang di omongkan Si Mbah dalam mimpi, besok aku akan coba menawarkan jasa pijat keorang orang" gumam Iwan. Dilihatnya jam masih pukul 11 malam, lalu dia memejamkan matanya dan tertidur.

***

Bersambung.....

BAB 2

Dilihatnya dalam lemari makan masih ada 2 ikan goreng sisa semalam dan sisa nasi, lalu diciumnya nasi itu masih belum basi. Iwan menggoreng nasi dengan bumbu seadanya dan memakannya dengan lauk ikan nila goreng, setelah itu ia duduk di ruang tamu. Ia lalu menghitung sisa uangnya, "habis ini aku coba kewarung untuk mencoba benar gak mimpiku tadi malam nanti siangnya aku mancing lagi untuk lauk nanti malam !" Gumam Iwan lalu melangkah pergi. Ia mulai memikirkan kewarung kopi mana yang kemungkinan banyak pekerjanya.

"Aku ke warung kopi Mak Ju saja, kan disana tempat nongkrong bapak bapak, pasti mereka butuh pijat " segera Iwan pergi ketempat warung kopi Mak Ju.

Setelah sampai di warung kopi Mak Ju, Iwan memesan kopi dan mengambil sebatang rokok eceran. Dihisap dan dihembuskan pelan asap rokoknya sambil menunggu kesempatan. Sudah setengah jam Iwan di warung Mak ju tapi masih belum juga dia mendengar ada keluhan dari bapak bapak pengunjung warung hingga Mak Ju bertanya " Nak Iwan gak kerja "

" Belum dapat pekerjaan Mak!"

"Oh masih nganggur, apa gak cari kerja?" Tanya Mak Iwan

" Ini juga masih cari kerja Mak, ya barangkali ada yang butuh pijat, hitung hitung nolong orang" jawab Iwan

" Lho memang kamu bisa mijat Wan!' tanya Pak No

" Ayo coba sini Wan, ini kakiku bengkak habis terpeleset di bangunan kemarin " kata Pak Har.

Iwan menghampiri Pak Har"Mana Pak Har kaki yang sakit" tanya Iwan

" Ini yang sebelah kanan, terlihat bengkak" kata Pak Har

" Permisi ya Pak, mungkin nanti agak sakit " Iwan memegang kaki Pak Har

Saat memegang kaki Pak Har,Iwan terkaget melihat ada yang aneh dari apa yang dilihatnya. "Apa ini "batin Iwan

Dilepaskannya kaki Pak Har yang dalam penglihatannya tadi tampak seperti benang benang yang terangkai dan ada titik titik besar dan ada yang memanjang berwarna gelap, saat Iwan melepas kaki Pak Har penglihatan Iwan normal kembali dan yang tampak adalah sebuah kaki kotor berbau tak sedap.

" Pantas baunya gak enak, kakinya banyak kutu airnya qi...qi...qi..." batin Iwan.

"Mak Ju boleh gak aku minta minyak gorengnya sedikit "

" Ini Wan!" Mak Ju menyodorkan minyak goreng.

"Tolong tuangkan sedikit ketanganku Mak"

" Sudah pakai aja!" seru Mak ju

"Cuma dikit kok Mak" ditengadahkan tangannya ke Mak ju

" Ngerepotin aja kamu ini Wan" agak jengkel Mak Ju menuangkan minyak goreng ketangan Iwan.

"Ya nanti gantian Mak Ju aku pijiti biar gak pegel he...he...he..."

" Ya nanti kalau warungnya tutup atau gak ada yang ngopi, boleh kamu pijiti Wan "

"Wah lama kalau nunggu warung tutup Mak!" jawab Iwan

Ayo Wan buruan mijatnya, kalau kakiku terasa mendingan nanti aku kasih kamu uang" sela Pak Har yang sudah tidak sabar.

Iwan segera membaluri kaki kanan Pak Har dengan minyak goreng.

"Tahan ya Pak" seru Iwan dan kembali ke anehan terjadi dipenglihatannya, tampak jalinan urat di kaki Pak Har. Iwan dengan pelan mengurut kaki Pak har dengan tekanan yang tak terlalu keras, dilihatnya saat memijat tadi titik titik itu ada yang hilang Iwan agak sedikit paham dia hanya menyentuh dan menekannya sedikit hingga titik itu hilang. Dengan santai Iwan memijat dan mengurut di urat berwarna gelap memanjang dengan tekanan yang sama tidak segera hilang, Iwan menambah sedikit tekanannya hingga warna gelap itu terus menghilang. Iwan yang baru pertama kali memijat mulai paham apa yang harus

dilakukan saat memijat.

"Pak Har, ini uratnya sudah aku betulkan coba buat jalan " kata Iwan

" Lho kok cepat Wan, masak cuma kamu elus elus gitu bengkaknya hilang !" seru Pak Har tak percaya karena dia tidak merasa sakit bila dibandingkan dengan dipijat tukang urut lainnya.

"He..he...he.... dicoba dulu Pak buat jalan, kalau masih sakit aku betulkan lagi uratnya mungkin di paha atau pantat ada yang lebam karena kebentur " saran Iwan. Segera Pak Har berdiri dan berjalan beberapa langkah " wah hebat kamu Wan, kakiku sudah gak sakit" kata Pak Har sambil menggerak gerakkan kakinya.

" Coba buat lari Pak, keliling kampung ha...ha...ha...! "Seru Iwan.

Tanpa sadar Pak Har menuruti perkataan Iwan berlari ditempat " lho he kok gak sakit, hebat kamu Wan.

Ilmu apa yang kamu pakai ? cuma ngelus ngelus kok sembuh" tanya Pak Har. "Oh... itu ilmu tekanan batin Pak ha..ha...ha..." gurau Iwan

Orang orang yang di warung pun ikut tertawa.

"Sana Wan tambah lagi minumnya, kopi atau itu gorengannya dimakan, kalau mau rokok minta sama Mak Ju"

"Uang aja Pak Har!" Sahut Iwan lalu mengambil sebatang rokok lagi.

" Wan no hp kamu berapa?" Tanya Pak Heru.

" Ini Pak no hp saya, dicatat ya Pak 081xxxxxx" kata Iwan, dan mereka mencatat no hp Iwan dikontak telepon.

"Oke sudah aku catet " kata Pak Heru.

"Nih Wan!" Pak Har memberikan selembar uang 50 ribu ke Iwan.

"Wah... terima kasih Pak Har"

Iwan memasukkan uang itu kedalam saku celananya lalu Pak Har segera pergi ke tempat kerjanya dengan berseri seri.

Iwan segera membayar kopi dan rokok lalu berpamitan.

"Bapak bapak! aku pulang dulu, kalau ada yang butuh pijat bisa telpon ke nomor hpku!" segera Iwan pergi meninggalkan warung kopi dan mampir ketoko membeli sebungkus rokok dan kopi sachet lalu menuju rumahnya.

" Ternyata mimpi itu benar adanya " Iwan memandangi cincin dijari tangan kanannya. Iwan melihat jam di hp jadulnya" hem masih jam 11 siang, setelah ini aku ke warung kopi mana ya" kembali Iwan berpikir akan tujuan selanjutnya.

" Ah nanti aku ke warung kopi Mbak Anis aja, biasanya rame banyak sopir yang mampir ngopi " tersenyum Iwan membayangkan promosi yang akan ia lakukan.

Setelah menetapkan warung kopi yang akan dituju, Iwan segera pergi menuju kearah warung kopi mbak Anis meski warung itu agak jauh tapi dengan tekadnya Iwan melangkah pasti.

Saat melintas didepan mini market, tersadar Iwan kalau membutuhkan minyak urut. Segera ia masuk kedalam mini market untuk membeli minyak urut, melihat harga yang ada Iwan kembali berpikir. " Coba aku bandingkan dengan hand body mana yang lebih murah" segera ia menuju ke rak perawatan tubuh." "Klo pakai minyak urut lebih mahal, beli hand body aja yang paling murah baunya juga harum" pikir Iwan.

Setelah mengambil hand body Iwan menuju ke kasir untuk melakukan pembayaran.

Sesampai di warung kopi Mbak Anis, Iwan memesan segelas kopi dan duduk santai mengambil sebatang rokok dan menyimpan sisanya disaku celana. Di hisap rokoknya dengan santai sambil memasang telinga barangkali ada yang butuh jasa pijatnya.

"He.... Wan dari mana kamu, kok jauh olehmu ngopi" seseorang menyapa.

"Eh kamu Ris, aku dari jalan jalan trus mampir kesini" jawab Iwan kepada Aris. "Mbak, kopi manis ya"sembari Aris mengambil rokok eceran.

" Kamu sudah dapat pekerjaan Wan?" tanya Aris sambil menyalakan rokok.

" Ini juga aku lagi kerja Ris!" jawab Iwan

"Kerja dimana Wan" tanya Aris

" Aku sekarang mijat Ris!" jawab Iwan tanpa malu.

" Lho mulai kapan Wan kamu mijat, panggilan atau mijat dirumah?" tanya Aris.

"Ya mulai hari ini Ris aku mulai " Jawab Iwan.

***

Bersambung....

BAB 3

Setelah bercerita panjang kali lebar sama dengan luas, Iwan menyeruput kopinya dan mengambil rokok eceran.

"Mbak rokok filternya 1" setelah menyalakan rokok Iwan bertanya ke Aris

" Gimana menurutmu Ris dengan promosi pijatku ini?"

" Ya bagus saja Wan, lagian kamu juga baru mulai nanti lama lama juga pasti orang tahu. Apalagi kalau mereka cocok dengan tehnik pijatmu, emmm...pasti pelangganmu semakin banyak" jawab Aris.

Waktu pun berlalu " Wan aku lanjut kerja lagi, no hpmu masih yang dulu kan " tanya Aris.

"Ya no hpku masih tetap yang dulu Ris, jangan lupa kalau ada yang pingin pijat hubungi aku" kata Iwan

"A... siap!" Aris lalu segera pergi menuju ketempat kerjanya.

" Sudah 2 jam lebih aku disini, lebih baik pulang saja dulu, nanti malam dilanjut ke warung kopi lainnya" gumamnya.

Dengan langkah gontai Iwan menyusuri jalan." Braaakkk..." terdengar bunyi tabrakan sekitar 200 m dari tempatnya, dikejahuan 2 orang gadis terduduk kesakitan.

Nampak sepeda motor terguling dipinggir jalan, Iwan berlari menuju ketempat terjadinya kecelakaan. Setelah meminggirkan motor, Iwan memperhatikan kedua gadis itu dan bertanya " kamu kenapa dik, ada yang sakit gak?"

" Anu... Kak tadi ada batu dijalan, aku gak melihat jadinya jatuh " sambil meringis gadis itu bercerita.

"Sini aku lihat mana yang sakit, biar aku obati!" Sahut Iwan, kedua gadis itu hanya menggeleng.

" Apa perlu kakak antar kerumahmu, biar kakak yang bonceng " kata Iwan, sedang kedua gadis itu saling berpandangan.

"Gak usah kak, aku masih bisa kok" jawab salah satu gadis.

" Ya sudah kalau begitu, kakak tinggal ya. Hati hati kalau bersepeda motor!" Iwan segera berlalu melanjutkan perjalanan kerumahnya.

Sesampai dirumah Iwan segera mengganti pakaian dan mengambil alat pancing lalu pergi kesungai.

Pyoook....pyoook.... Iwan menepuk air sungai dengan tangannya " kan....ikan ayo sini ngumpul makan !" Seru Iwan berharap ikan ikan mau mendekat dan memakan umpan yang ia berikan.

Dhuuut....dhuuut... Coplaaak....

Plaaaak...

Kaget Iwan melihat pancingnya melengkung. "Waa.... ikan besar ini... !"

Gemetar Iwan menarik pancingnya, perlawanan ikan pun semakin garang. Terjadilah adu kekuatan, Iwan segera menggunakan tehnik bertahan sambil menarik ikan perlahan lahan. Akhirnya ikan itu dapat dinaikannya ke pinggir sungai.

" Wuih ikan gabus, untung pancingku gak patah," batin Iwan.

Haripun semakin sore " ah lumayan dapat ikan gabus 1 dan 4 ekor ikan nila" segera ia pergi meninggalkan sungai.

Saat melewati rumah Bu mi, " wan....!" sapa Bu mi

"Ya Bu, ini aku dapat ikan cuma 5 ekor" ujar Iwan. Bu mi segera melihat ikan yang di bawa Iwan," ibu beli ya Wan, sini ikannya" dibawanya ke 5 ekor ikan kedalam rumah.

"Wan ini uangnya, ibu kasih segini ya"

"O...ya Bu mi gak papa.terima kasih ya Bu" dimasukkan 2 lembar uang 20 ribuan kekantong celananya.

" Mari Bu mi" Iwan pamit dan menuju rumahnya.

" Sudah jam 7 malam waktunya ke warung kopi" Iwan keluar dari rumahnya. Belum jauh ia meninggalkan rumah hp jadulnya berbunyi

Tolet ....tolet.....plaak....plaak.... tolet...tolet

" Siapa ini yang telpon " gumam Iwan

"Halloooo...."

"Ya...hallo dengan siapa?" tanya Iwan

"Wan ini Pak Har yang tadi pagi kamu pijit diwarung"

"Oh ya Pak, ada apa?" jawab Iwan

" Kamu ada di mana Wan, aku ada perlu sama kamu "

" Aku masih di rumah Pak!" jawab Iwan

"Begini Wan, aku mau minta tolong kamu. Anakku habis jatuh tadi siang, kaki dan tangannya agak bengkak "

"Siap Pak Har, aku segera meluncur kerumah Pak Har" kata Iwan

"Wah rejeki tak kan kemana he... he...he..." Gumam Iwan

Diperjalanan Iwan bertemu Budi dan Hadi." Wan sini wan, duduk duduk sini!" seru Hadi

"Sorry Had, ini aku ada perlu mau kerumah Pak Har!" Kata Iwan

" Wah mau ngapeli anak Pak Har ya Wan!" seloroh Budi

"Memang anak Pak Har cewek!" tanya Iwan

" Lho kamu belum tahu Wan, anak Pak har lumayan cantik Wan! tapi masih sekolah kelas 1 SMA" seru Hadi

" Aku tadi ditelpon sama Pak Har katanya anaknya jatuh dari sepeda motor" kilah Iwan

"Trus apa hubungannya sama kamu Wan!" Tanya Hadi

" Aku disuruh mijat, kaki dan tangan anak Pak Har bengkak" jawab Iwan

" Wah profesi baru nih, mulai kapan Wan kamu mijat?" seloroh Budi

"Ya mulai tadi pagi Bud! Aku kerumah Pak Har dulu, gak enak nanti mereka kelamaan nunggu" kata Iwan tak sabar untuk pergi

"Wan ... Wan... boleh ikut gak!" pinta Hadi

" Aku ini mau kerja Had, bukan mau berkunjung! malah nanti ngerepotin Pak Har" sanggah Iwan

"Gak lah barangkali kamu butuh bantuan megangi anak Pak Har hehehe..." Saut Hadi sambil meringis

" Wah ini juga bisa buat promosi anak dua ini hi...hi...hi.." batin Iwan girang

"Baiklah, ayo kalau kalian mau ikut" ajak Iwan.

TEEENGGG.... TENGG....TENGGGGG.....

"Permisi... Pak Har..... Permisi... ..!" seru Iwan didepan

CEKLEK.... terdengar daun pintu dibuka

" Ayo masuk Wan pagarnya gak dikunci " seru Pak Har.

Merekapun segera masuk kedalam

" Maaf Pak Har lama nunggu, Hadi sama Budi ini apa pingin ikut " Iwan beralasan

" Ya ndak papa Wan, yang penting kamu sudah mau kesini. Sebentar bapak mau panggil istri dan anak bapak ya!" Kata Pak Har.

" Ini kan anak yang jatuh tadi siang "batin Iwan sedang Hadi dan Budi senyam senyum melihat anak Pak har.

"Ini Iwan bu! yang tadi pagi mijit bapak" kata Pak

Iwan pun menganguk, "saya Hadi bu teman Iwan" seru Hadi " ah kesempatan kenalan sama camer he..... he.... hee...."batin Hadi riang.

"Kalau yang itu siapa namanya" tunjuk istri Pak har.

"Saya Budi bu!" jawab budi malu malu

" Pijatnya disini atau dimana Pak?" tanya Iwan

"Disini saja Wan" jawab Pak har

" Nin kamu duduk sini biar dipijat mas Iwan, biar sembuh ! makanya kalau sepeda motoran itu hati hati!" seru Pak har.

"Hallo adik, ketemu lagi.Ternyata kamu anak Pak Har.Temanmu tadi gak kenapa kenapa kan tanya Iwan

Nina menatap ke Iwan "O... ini kan kakak yang bantuin tadi siang ya? " tanya Nina

Iwan menjelaskan kejadian tadi siang ke Pak har dan istrinya.

"Jadi mana yang sakit?" tanya Iwan

Nina segera memperlihatkan kakinya yang bengkak" pelan pelan kalau mijit kak, aku gak kuat sakit!"

kata Nina Iwan segera memijat dan mengerahkan penglihatannya ke kaki Nina, dan tampak dimatanya banyak urat yang peredaran darahnya terhambat akibat benturan.

Dengan tekanan yang ringan Iwan memijat dan mengurut hingga titik dan garis gelap hilang.

"Sakit dik" tanya Iwan dan Nina hanya tersenyum lalu menggeleng karena pijatan Iwan tidak membuat dirinya kesakitan.

Hanya butuh waktu 5 menit kaki Nina yang bengkak kembali seperti semula.

" Nah sudah selesai, kini tinggal tangannya" kata Iwan dan mulai memegang dan memijat telapak tangan Nina. Iwan terus memijat titik titik dan garis gelap hingga hilang.

***

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!