" Mas, maaf ya hari ini aku harus ke rumah sakit. Ada jadwal operasi pasien. Dan sepertinya akan lama. Besok pagi mungkin aku langsung kerja juga."
" Nggak apa-apa. Take your time honey. Itu memang profesi mu."
" Thanks Mas. I love you."
" Me too honey."
Makan malam romantis, saat ini pasangan yang sudah 3 tahun menikah itu sedang menikmati dinner dalam rangka anniversary pernikahan mereka. Semua mata yang memandang pasti sepakat bahwa mereka adalah pasangan yang serasi dan tentunya romantis.
Tatapan penuh cinta terpancar dari si pria dan si wanita pun memiliki raut wajah bahagia. Semuanya seolah sempurna sampai sebuah kata menghancurkan semuanya.
Cetak!
" Ini untuk kamu."
" Waah Mas, ini cantik banget. Thank you."
Si wanita begitu bahagia menerima hadiah sebuah kalung berlian. Jika untuk beli sendiri, dia tentu sangat bisa. Keluarganya bukan keluarga biasa, dirinya pun merupakan dokter spesialis bedah anak jadi mudah memiliki perhiasan bertahtakan berlian seperti itu.
Hanya saja pemberian dari sang suami tentu adalah kebahagiaan tiada tara buatnya. Neha Aditri Lagford, wanita itu terus tersenyum sepanjang makan malam.
Bukan hanya karena sang suami saja, tapi banyaknya ucapan selamat ulang tahun pernikahan dari keluarga dan sahabat semakin membuat malamnya berbunga.
Bunga yang begitu mekar dan mengeluarkan harum itu masih bertahan hingga sampai di rumah. Di dalam kamar, Neha menyiapkan pakaian terbaiknya. Lingerie berwarna hitam yang ia beli khusus untuk malam ini terlihat sangat kontras dengan kulit putihnya. Tidak lupa Neha memberi sentuhan parfum pada tubuhnya agar tercium wanginya.
" Mas Dimi," panggil Neha dengan suara yang lembut dan manja.
Dimitri Wicaksono, pria berusia 37 tahun itu tertegun melihat kecantikan istrinya. Tampilan Neha yang begitu seksi, dimana buah da-danya terlihat karena hanya berbalut lingerie tipis membuat seluruh tubuhnya terasa panas.
" S-sayang,"
Sreeet
Neha duduk di pangkuan suaminya, sambil mengusap wajah Dimitri, Neha membisikkan kalimat cinta. Dia juga menyampaikan maafnya karena kesibukan pekerjaan.
" Aku sungguh minta maaf Mas, aku sangat sibuk akhir-akhir ini. Dan khusus anniversary kita ini, aku akhirnya ngajuin cuti selama seminggu. Jadi ayo besok kita liburan."
" Ya? Tadi pas makan malem bukannya kamu bilang besok akan langsung kerja?"
Dimitri seolah terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Neha. Ekspresi wajahnya tampak jelas sekali. Hal tersebut membuat Neha mengerutkan alisnya.
" Aku tadi bohong, sengaja mau bikin surprise buat kamu. Kenapa Mas, kamu sibuk ya?"
" Aah itu, enggak sih. Aku sebenernya ada kerjaan luar kota, jadi nggak mungkin bisa liburan sama kamu.
" Ooh gitu, ya udah nggak apa-apa. Aku ikut kamu aja. Udah lama juga kan kita nggak pergi bersama. Aku nggak masalah kok ikut kamu kerja. Nggak harus liburan, karena aku udah ambil cuti juga. Jadi anggep aja kerja sambil liburan ya kan?"
Dimitri tersenyum, tapi senyumannya itu nampak kaku. Seolah dia tidak nyaman dengan ucapan Neha dan tidak ingin Neha ikut.
Sebenarnya Neha bisa merasakan hal itu. Namun, Neha menepis pemikirannya tersebut, dia merasa bahwa itu hanya pikiran yang tidak penting.
Pun dengan Dimitri, saat ini ada hal yang lebih ingin dilakukannya ketimbang memikirkan permintaan Neha untuk ikut dinas keluar kota. Hasratnya yang sudah naik hingga ke ubun-ubun saat melihat tampilan seksi istrinya tentu tidak ingin dia lewatkan.
" Kamu beneran cantik sayang," ucap Dimitri dan ucapannya itu tidak lah bohong. Meskipun usia Neha sudah lebih dari 30 tahu tapi istrinya itu masih sangat cantik. Kulitnya masih mulus dan kenyal.
" Aaah Masss." Neha mendessah ketika Dimitri mencumbu setiap jengkal tubuhnya. Terlebih saat tangan dan mulut Dimitri dibagian-bagian sensitif pada tubuhnya.
" Sayang, ini udah basah banget."
" M-mass bissa masukin sekarang aja shhhh."
Dimi tersenyum lebar ketika melihat wajah memohon dari Neha. Tentu saja dia pun ingin segera memasukkan miliknya. Terlebih miliknya juga sudah sangat siap.
" Aku mulai ya?"
Drtzzzz
Drtzzzz
Drtzzzz
Ketika hasrat kedua nya sedang berada di puncaknya dan siap untuk menyatukan tubuh, suara dering ponsel membuat keduanya terhenti.
Neha mengerutkan kedua alisnya, dia sangat yakin bahwa itu bukan ponselnya. Pasalnya sebelum dia tadi mengganti bajunya, terlebih dulu dia sudah mematikan ponsel. Malam ini Neha hanya ingin fokus dengan sang suami, makanya dia melakukan itu.
" Mas, itu suara ponselmu?"
" Udah biarin aja. Kita lanjutin lagi ya."
Neha mengangguk, mereka kembali bersiap namun ponsel Dimi kembali berdering. Dimitri meminta Neha untuk mengacuhkan suara itu, dia ingin Neha fokus saja dengan apa yang sedang mereka lakukan. Namun Neha tidak bisa, suara ponsel itu sungguh berisik sehingga membuat konsentrasi Neha buyar dan hasratnya menghilang.
" Argghh sialan, siapa sih yang nelpon malam-malam begini."
Dimitri turun dari atas tubuh Neha, rupanya dia juga terganggu dengan suara ponsel itu. Mau tidak mau Dimitri mengambil ponselnya. Awalnya dia hendak mematikannya, namun ketika melihat siapa yang menghubunginya, Dimitri memilih untuk menjawab panggilan tersebut.
" Kan aku udah bilang, jangan nelpon di luar jam kerja. Besok kan bisa diomongin pas lagi di kantor."
Tuuuut
Tak
Sruuuk
Dimitri bicara dengan sedikit keras. Terlihat sekali dia marah. Dia pun menutup ponselnya, meletakkannya diatas meja dengan sedikit kasar dan kemudian kembali ke samping istrinya. Ia meraih tubuh Neha ke pelukannya.
" Anak buah kamu Mas?"
" Iya, ngeselin banget. Tahu sih besok kita mau ke luar kota, tapi kan tadi juga udah dibahas besok pun kami juga masih ketemu di kantor. Huh, ganggu."
Neha terkekeh geli. Dia bisa melihat wajah kesal suaminya. Tapi dia suka, pasalnya Dimitri menikmati waktu mereka berdua.
Tubuh polos keduanya yang hanya berbalut selimut membuat saling menempel sehingga hasrat keduanya kembali muncul.
" Kali ini, aku yakin nggak akan ada yang ganggu gitu sayang."
" Hahaha, iya Mas. Love you suamiku. Aaah."
Dimitri kembali menyerang Neha. Memulai kembali dari sesi awal. Ia menciumi setiap inci dari tubuh Neha, membuat istrinya melayang.
Dan ketika dirasa siap, secara perlahan Dimitri mulai memasukkan miliknya. Keduanya mengeranng bersama. Dimitri memacu tubuhnya lebih cepat, dan itu berhasil membuat Neha menikmatinya.
Malam itu benar-benar mereka habiskan lebih lama. Bukan hanya sekali, tapi beberapa kali. Dan pada akhirnya Neha tertidur karena sudah merasa lelah.
Dimitri menaikkan selimut pada tubuh Neha hingga ke batas leher. Ia lalu turun dari tempat tidur, mengambil ponselnya dan menuju ke kamar mandi.
" Hallo, udah tidur? Maaf ya tadi aku bicara keras. Kamu tahu kan maksudnya."
" Iya sayang, aku tahu kok. Ya udah kita ketemu besok ya. I love you Mas."
Tuuuut
TBC
Pagi hari disambut dengan senyum oleh Neha. Anniversary pernikahannya yang ketiga sungguh membahagiakan, membuat dirinya tak henti-hentinya mengembangkan senyum.
" Jadi Mas, kita langsung ke bandara apa ke perusahaan kamu dulu?"
" Ehmm gini, kamu ke bandara dulu aja. Aku ke kantor bentaran buat ambil beberapa berkas pelengkap."
" Ooh gitu, oke."
Dimitri bernafas lega, tentu saja dia tidak memperlihatkan itu di depan Neha. Ia sangat bersyukur karena Neha tidak banyak tanya. Sehingga dengan mudah dia bisa pergi ke 'kantor' lebih dulu sebelum ke bandara.
Ia kemudian mengemudikan mobilnya setelah meminta supir untuk mengantarkan Neha ke bandara. Tapi tujuan dari mobilnya pergi bukanlah ke perusahaan. Arah yang dituju Dimitri jelas berbeda.
Hal tersebut karena dia tidak benar-benar pergi ke perusahaan seperti apa yang dikatakan olehnya kepada Neha. Dimitri, saat ini dia sedang menuju ke sebuah komplek perumahan. Di perumahan yang tergolong perumahan elit itu, dia menghentikan mobilnya pada salah satunya.
Rumah tersebut tampak mewah meskipun tidak terlalu besar. Dimitri segera turun dari mobil dan bergegas untuk menekan bel pintu rumah. Sebenarnya dia bisa saja langsung masuk karena di juga tahu nomor sandi untuk membuka pintu.
Ting tong
Cekleek
" Masss, aku udah siap. Yuk jalan."
Seorang wanita muda usianya sekitar 26 tahunan, mengenakan dress selutut, berambut ikal sepunggung berwarna coklat, entah itu warna rambut aslinya atau bukan, tapi memang terlihat cocok dengan kulitnya yang putih. Wanita itu membukakan pintu dengan riang.
Bibir wanita muda itu tampah penuh, terlebih dia memoles lipstik berwarna marun. Tubuhnya yang langsing terlihat lincah ketika melompat ke tubuh Dimitri dan memeluknya.
Wanita itu tampak bahagia ketika melihat Dimitri yang sudah siap untuk menjemputnya. Seperti yang dirinya tahu, bahwa ia akan pergi mengikuti Dimitri untuk pergi ke luar kota.
" Nilam, maaf ya kayaknya kamu nggak bisa ikut kali ini."
" Yaah kenapa? Iiih Mas jahat deh. Kan Mas udah janji ke aku kalau ke luar kota kali ini aku bakalan ikut."
" Aku beneran minta maaf. Neha, dia ikut. Aku nggak nyangka dia ambil cuti buat hari ulang tahun pernikahan kami. Aku sungguh minta maaf Nilam sayang. Bulan depan, aku bakalan ngajak kamu ke Korea. Kamu suka negara itu kan, jadi ayo kita kesana bulan depan. Neha nggak mungkin selamanya punya waktu senggang. Kamu tahu itu."
Rasa excited dan bahagia yang tadi tertampak di wajahnya kini seketika berubah menjadi sendu. Ya Nilam begitu kecewa dengan perkataan Dimitri.
Sudah sejak lama ia menginginkan pergi bersama dengan pria itu. Tapi saat tiba hari H nya ternyata semuanya kembali gagal.
Nillam Cahya Putri, wanita berusia 26 tahun itu merasa sangat tidak senang. Wajahnya berubah menjadi sangat kesal. mengapa juga istri dari Dimitri harus cuti dan ikut, itu menjadikan dirinya tidak bisa bersama dengan Dimitri.
" Kamu tahu kan Mas, aku udah ambil cuti dari kerjaan ku untuk ikut kamu. Kamu beneran jahat deg Mas."
Nilam merajuk. Dia mash berusaha agar bisa ikut. Bukan tanpa alasan, kota yang akan disambangi Dimitri adalah kota yang ingin dia datangi sejak lama.
" Nilam please, jangan merengek kayak anak kecil. Kamu tahu kan bahwa ini pun juga diluar kendaliku. Dan kamu seharusnya inget, kamu pernah janji apa sama aku."
Nilam mundur, ucapan yang baru saja dilontarkan Dimitri begitu tegas dan juga sebagai peringatan.
Makna yang terkandung di dalamnya tidak main-main, jadi untuk sekarang Nilam harus puas dengan kegagalannya ikut serta dengan sang kekasih. Sebagai simpanan tentu dia harus tahu diri, tapi Dimitri tidak tahu bahwa hal tersebut malah membuat tekad Nilam semakin kuat.
" Aku pergi dulu ya, setelah pulang dari kerjaan luar kota aku akan langsung nemuin kamu."
" Iya Mas, hati-hati."
Cup!
Nilam mencium bibir Dimitri sekilas. Setelah Dimitri menghilang dari depan rumahnya, Nilam segera masuk ke dalam rumah dan membanting pintu dengan keras.
" Brengsek, wanita itu kenapa jadi tiba-tiba gini sih. Padahal sebelumnya nggak yang begini. Setahun adem ayem, tapi sekarang tiba-tiba dia bersikap seperti itu. Beneran ganggu banget, rencanaku buat berduaan sama Mas Dimi kan jadi gagal total. Hmmm, aku harus lakuin apa ya?"
Nilam menyeringai, benar dia semakin membulatkan tekad nya untuk bisa menguasai Dimitri sepenuhnya. Dia akan melakukan segala cara untuk menjadikan Dimitri satu-satunya miliknya.
Di tempat yang berbeda, tepatnya di parkiran bandara, sebelum turun dari mobil Dimitri merapikan bajunya lebih dulu. Dia juga bercermin untuk melihat wajahnya.
" Sial, Nilam selalu pake lipstik berwarna merah kayak gini. Haah," keluh Dimitri. Ia mengambil selembar tisu untuk menyeka bibirnya. Setelah di rasa cukup bersih, dia pun menyemprotkan parfum. Dia tidak ingin parfum milik Nilam menempel pada bajunya tercium oleh Neha.
Drtzz
" Mas, kamu dimana? Buruan pesawatnya bentar lagi berangkat."
" Iya sayang, aku udah jalan ke arah tempat boarding pass."
Dimitri menutup panggilan teleponnya ketika dia melihat Neha. Dengan senyuman yang lebar dia melambaikan tangannya ke arah sang istri.
Semua sepakat jika melihat perlakuan Dimitri kepada Neha akan menilai bahwa pria itu begitu mencintai dan menyayangi istrinya.
Pelukan mesra dan ciuman dalam di kening Neha membuat semua ingin berada di posisi Neha saat ini. Tanpa mereka ketahui, bahkan Neha pun juga tidak tahu bahwa Dimitri saat ini sedang memberi 'racun' sedikit demi sedikit yang bisa merusak hati dan pikiran Neha.
" Ayo kita berangkat sayang."
" Ya Mas ayo. Meskipun ini kunjungan kerja aku sungguh nggak sabar buat ngabisin waktu sama kamu. Maaf ya Mas, aku selalu sibuk dan kurang merhatiin kamu."
Degh!
Dimitri terkejut ketika mendengar permintaan maaf dari Neha. Ia tahu betul bahwa istrinya yang berprofesi sebagai seroang dokter spesialis bedah anak yang memang tidak banyak di RSMH sangat sibuk.
Di rumah sakit itu hanya segelintir saja yang berprofesi seperti Neha. Yang Pertama adalah Nataya Giandra Lagford yang merupakan ayah mertuanya dan yang kedua adalah Neha Aditri Lagford. Ayah dan Anak tersebut merupakan dokter spesialis bedah anak terbaik, sehingga meskipun usia Nataya sudah lebih dari setengah abad, dia tetap sibuk di rumah sakit.
Adapun dokter baru, mereka masih harus banyak belajar dan berpengalaman untuk sampai di poisi Nataya ataupun Neha.
" K-kenapa kamu tiba-tiba minta maaf sayang?"
" Sudah seharusnya Mas, sebagai istri aku banyak melupakan tugasku. Aku terlalu sibuk, meskipun dulu kamu sudah menyetujuinya saat kita menikah, tapi sekarang setelah 3 tahun pernikahan aku sadar bahwa aku kurang memperhatikanmu. Mulai sekarang aku, aku akan berusaha menjadi lebih baik sebagai istrimu."
Degh!
TBC
Sepanjang penerbangan, Dimitri dilanda rasa galau. Kata-kata Neha benar-benar menggelitik hatinya. Ada hal yang ingin dia tanyakan, mengapa, mengapa baru sekarang Neha bicara demikian. Mengapa baru sekarang Neha ingin bersikap lebih baik lagi.
Dimitri beharap Neha tidak begini. Dia berharap Neha sama sepeti sebelumnya yang sibuk. Karena dia sudah memutuskan untuk melepaskan sesuatu yang tidak bisa ia pertahankan.
Tring
Ponsel Dimitri yang berbunyi. Sebuah pesan masuk membuyarkan semua lamunannya. Ia melihat siapa yang tengah mengiriminya pesan.
< Kamu udah sampai Mas?>
< Iya baru aja aku sampai, sekarang lagi di hotel>
Tidak ada lagi pesan yang masuk dari Nilam. Dimitri langsung menyimpan ponselnya ketika Neha kembali dari kamar mandi.
" Mas kalau kamu mau gantian mandi, mandi gih."
Dimitri hanya mengangguk lalu melenggang ke kamar mandi. Pikirannya tengah kacau saat ini. Dia bingung dengan sikap Neha yang menurutnya berubah. Meskipun dari dulu memang Neha sebenarnya perhatian, hanya saja karena pekerjaan lah dia tidak bisa selalu memerhatikan Dimitri dengan lebih intens.
Byuuuur
Shower air dingin dibiarkan oleh Dimitri mengenai kepala dan tubuhnya. Ia seolah ingin menggunakan air itu unyuk menghapus semua pikiran kalutnya. Namun tentu itu tidak bisa.
Dimitri mendadak ragu dengan keinginannya untuk berpisah dengan Neha. Padahal sebulan sebelumnya dia sudah yakin bahwa ia akan menceraikan istrinya itu.
Selama sebulan sebelum anniversary pernikahan, Dimitri menyiapkan segalanya untuk berpisah dengan Neha. Dia bahkan sudah menyiapkan surat gugatan perceraian dari pengadilan. Dimitri berencana memberikan surat itu pada saat hari peringatan ulang tahun pernikahan mereka.
Namun, dalam sebulan itu Neha juga menjadi berubah. Neha semakin lembut memperlakukan Dimitri dan puncaknya, sebuah makan malam romantis serta malam yang panas menjadi hadiah ulang tahun pernikahan.
Hadian yang diberikan Dimitri waktu itu pun sebenarnya juga tidak disiapkan sebelumnya. Hadiah itu adalah hadiah yang ia beli secara mendadak.
" Dan pada akhirnya aku ragu buat memberikan surat gugatan cerai itu. Apalagi sekarang, dia tambah bersikap manis dan juga semakin pandai menggodaku. Haaah pusing."
Dimitri masih ingin di dalam kamar mandi hingga beberapa saat. Sedangkan di luar Neha menunggu Dimitri dengan tenang. Ia membuka ponselnya sambil membaca beberapa pesan yang belum sempat ia baca dan juga dibalasnya.
Semua pesan itu berisi tentang ucapan selamat ulang tahu pernikahan. Dimulai dari keluarganya kemudian berlanjut hingga sahabat dan rekannya di rumah sakit.
< Lagi liburan jadi sekarang? Gue denger lo ambil cuti?>
< Iya bener, panggil gue Mbak.>
< Haah males, lagian lo bukan Mbak Gue.>
Neha terkekeh geli, seorang pria mengiriminya pesan, dia merupakan sahabatnya dari kecil karena berada dalam circle pertemanan keluarga. Dan sekarang menjadi rekannya di rumah sakit meskipun memiliki bidang spesialisasi yang berbeda selalu berseteru dalam setiap kesempatan.
Semenjak kecil Neha selalu meminta pria itu memangilnya mbak atau kakak karena usia si pria lebih muda 3 tahun dari dirinya. Namun pria itu menolak mentah-mentah. Dan hal itu lah yang selalu dijadikan Neha sebagai senjata meledek hingga saat ini.
Lepas sudah tawa Neha. Padahal mereka hanya berkirim pesan, namun seolah mereka berhadapan satu sama lain.
Cekleek
Tap tap tap
" Kenapa kok ketawanya geli amat?" Dimitri yang dari dalam kamar mandi mendengar tawa Neha menjadi penasaran. Hal apa yang menjadikan istrinya itu tertawa terbahak-bahak.
" Aah ino Neel, aku selalu suka ngeledekin dia."
" Ooh, hari ini mau keluar nggak jalan-jalan sebentar. Suasana sore lumayan enak buat jalan-jalan."
" Yuk, tentu aja mau."
Neha bangkit dari duduknya, dia mengganti pakaiannya tepat di depan Dimitri dan entah mengapa hal itu membuat Dimitri merasa terangsangg. Dia yang masih hanya sekedar mengenakan handuk dan belum berpakaian, langsung memeluk Neha. Kulit mereka yang menempel membuat Dimitri semakin merasa panas.
Cup
Dimitri mencium tengkuk Neha, tangan satunya meremmas bagian dada Neha dan tangan yang satunya menelusup ke bagian sensitif lainnya.
" Aaah Mas, aku baru aja mandi ini. D-dan katanya kita mau keluar uuughh."
" Sebentar saja ya, aku mohon. Dia udah tegang banget uughh."
Neha pasrah, apalagi dia jelas bisa merasakan bahwa benda milik Dimi begitu keras menyentuh tubuh bagian belakangnya. Ia sedikit terkejut akan hal itu.
Hari-hari sebelumnya sebelum ulang tahun pernikahan, hubungan malamnya dengan Dimitri tidaklah terlalu bergairah. Neha hanya sekedar melakukannya tanpa merasakan gairah apapun. Dalam satu minggu, paling 2 kali saja.
Bruk
Dimitri membawa Neha ke tempat tidur, dan mereka berakhir berguling bersama di tempat tidur. Nafas keduanya saling beradu menikmati setiap sentuhan dan gerakan hingga sama-sama berada pada puncaknya.
" Ayo kita mandi bareng aja, biar cepet."
" Ya baiklah."
Neha sedikit berpikir, meskipun kali ini Dimitri penuh gairah namun dia merasakan ada hal yang berbeda dari sentuhan sang suami. Jika kemarin-kemarin dia tidak ambil pusing akan hal itu karena hanya sekedar menuntaskan hasrat, dan semalam dia juga tidak menyadarinya karena ingin memberikan servis terbaiknya, tapi sekarang Neha bisa merasakan hal itu dengan pasti.
Tadi, Dimitri melakukannya dengan sedikit terburu-buru. Dia tidak terlalu lembut, dan sedikit menggebu-gebu.
Meskipun Neha tidak tahu kenapa itu dan apa sebabnya ia berpikiran seperti itu, tapi hati kecilnya merasakan sesuatu. Rasa yang tidak bisa ia uraikan apa itu.
Setelah mandi kembali, pada akhirnya mereka berjalan-jalan. Jalanan di kota Yogyakarta tepatnya di Malioboro memang sellau ramai, namun Neha menikmatinya. Terlebih tangannya bergandengan erat dengan tangan sang suami. Dan Neha memutuskan untuk tidak menghiraukan perasaan aneh nya itu. Ia mencoba berpikir positif, mungkin memang saat ini dimiliki tengah bergairah saja dan tidak ada salahnya akan hal itu. Ya seperti itulah Neha berpikir untuk sekarang.
" Mau duduk di sini dulu?" tawar Dimitri. Ada sebuah bangku di sana, dan semua orang bebas untuk duduk.
" Ya boleh, seru juga lihat orang lalu lalang gini."
Neha setuju, mereka pun duduk di sebuah bangku panjang. Seperti yang dikatakan oleh Neha tadi, rasanya menyenangkan untuk duduk di hari yang sore ini sambil melibat orang-orang berlalu lalang. Karena mungkin bukan hari libur, jadi orang yang melintas tidak lah terllau banyak. Namun jalanan tetaplah ramai, bahkan bisa dibilang sedikit macet.
Tring
Bunyi ponsel milik Dimitri sebagai tanda sebuah pesan masuk. Awalnya Dimitri mengacuhkannya namun saat ponsel itu kembali berbunyi beberapa kali, dia pun akhirnya membuka.
< Aku iri tahu lihat kalian begitu, padahal aku yang pengen banget bisa duduk berdua sama kamu>
< Mas, kamu nginep di kamar 1035 kan, nanti malam kalau istrimu udah tidur keluar ya, ke kamar 1037, aku ada di sana.>
Degh!
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!