"Euhmm, hentikan Pak! Saya mohon ...." Suara rintihan itu terdengar semakin keras di dalam ruangan sang CEO. Gea tidak bisa berkutik saat Leon menyentuh tubuhnya dengan jemarinya.
Leon mengangkat tubuh Gea hingga terduduk di atas meja kerjanya. Dia semakin mengintimidasi tubuh Gea hingga dokumen-dokumen di atas meja itu berjatuhan. "Kenapa kamu terus menghindariku, hem?" Leon mengendus leher Gea.
Gea menggigit bibir bawahnya sambil mendongak merasakan sapuan lembut dari bibir Leon di lehernya.
Leon membuka kancing kemeja Gea dan ciuman itu semakin turun.
"Hem, Pak Leon hanya menginginkan tubuh saya kan? Saya tidak pantas bersama Pak Leon."
Kalimat itu menghentikan gerakan Leon. Dia kembali menatap Gea dan mencium bibirnya lalu menggigitnya kecil agar berhenti berbicara. "Jangan bilang, kamu tidak pantas untukku."
"Tapi, saya hanya cleaning service di sini."
Leon masih menatap Gea dengan tajam meskipun Gea terus menghindari tatapannya. "Kamu pantas untukku karena aku cinta sama kamu, dan cinta itu tidak memandang kedudukan seseorang."
"Pak Leon ...." Gea kembali mendekatkan wajahnya dan memagut bibir yang telah menjadi candunya.
Leon menyingkap rok pendek Gea. Dia semakin berani menyentuh titik sensitif Gea. Suara Gea mengalun lembut di telinganya dan selalu membuatnya tidak tahan melakukannya.
Exit.
Selena melebarkan matanya saat layar microsoft word-nya tertutup karena tiba-tiba ada yang menekan tombol exit. Dia menoleh dan menatap mamanya yang sudah bersiap memarahinya.
"Mama, kenapa masuk ke kamarku tanpa ketuk pintu. Ih, aku lupa gak kunci pintu."
Selena adalah seorang penulis novel online. Dia melakukan pekerjaan itu sejak kuliah, berawal dari kegabutan hingga sekarang menjadi pekerjaan tetap setelah lulus kuliah selama satu tahun. Tapi pekerjaannya tidak disetujui oleh kedua orang tuanya karena yang Selena tulis adalah novel dewasa dengan rate usia 21 plus.
"Elen, Mama sudah bilang berulang kali, berhenti menulis! Lebih baik kamu urus perusahaan saja," kata Vita, mamanya Selena yang menentang habis-habisan apa yang dilakukan putri satu-satunya.
"Mama, apa salahnya aku jadi penulis. Oma juga penulis terkenal. Lagian gajiku setiap bulan juga bisa mencapai 5000 dollar tanpa perlu capek-capek keluar rumah dan mikirin perusahaan." Selena kembali menatap layar laptopnya untuk menyimpan hasil tulisannya.
Kemudian Selena menunjukkan aplikasi novel online yang merilis karyanya pada mamanya. "Lihat nih, semua karyaku booming dan sudah dilihat ratusan juta viewer. Pasti sebentar lagi akan ada perusahaan film yang meminang salah satu karyaku."
Vita tertawa dengan keras sambil menjewer telinga putrinya. "Kamu bandingkan diri kamu sama Oma! Beda! Oma menulis sebuah karya yang menginspirasi dan penuh pelajaran dalam hidup. Sedangkan kamu, menulis cerita dewasa terus-terusan. Jangan kotori pikiran pembaca dengan tulisan-tulisan kotor kamu itu."
"Ih, Mama!" Selena mengusap telinganya yang terasa panas karena jeweran dari mamanya. "Beda pasar. Lagian aku menulisnya penuh dengan kata-kata indah. Tidak terlalu full adegan juga."
"Mama akan aduin sama Papa, biar kamu dapat hukuman."
"Yah, Mama. Tolonglah beri anaknya ini kebebasan. Aku sudah merasa nyaman dengan pekerjaan ini."
Vita tetap keluar dari kamar putrinya dan berjalan cepat menuju ruang kerja suaminya sambil terus berbicara karena putrinya berusaha menahannya. "Kakak kamu sekarang sedang menempuh S2 dan mulai memimpin perusahaan. Adik kamu juga kuliah di luar negeri. Kamu putri Mama satu-satunya, Mama ingin kamu mendapat bagian perusahaan yang sama seperti kakak dan adik kamu."
"Ma, aku tidak butuh perusahaan. Aku punya passion sendiri. Tolong mengerti."
Vita tetap masuk ke dalam ruang kerja suaminya. Dia menahan tangan putrinya agar tidak kabur.
"Ada apa? Hampir setiap hari Mama dan Selena ribut," kata Shaka, papanya Selena, sambil menutup dokumen yang baru selesai dia tandatangani. Dia kini menatap dua wanita kesayangannya yang sama-sama cerewet dan keras kepala. Ya, Selena adalah jiplakan dari mamanya.
"Pa, Elen tidak mau dengerin apa kata Mama. Dia masih saja menulis novel dewasa itu. Papa lihat sendiri komentar di lapak karyanya, banyak pembaca yang berimajinasi dengan tulisan Elen."
Shaka berdiri dan berjalan mendekati putrinya. "Darimana kamu dapat referensi adegan seperti itu? Kamu belum menikah, bahkan Papa tidak pernah lihat kamu pacaran."
Selena meremat tangannya sendiri. Ya, selama ini dia sibuk melihat drama dan membaca novel, lalu sibuk dengan dunia halunya. Spek pria idamannya terlalu tinggi seperti oppa atau gege sehingga dia terus menolak pria-pria yang berusaha mendekatinya.
"Dari, hmm, dari drama sama bacaan. Tapi masih dalam batas wajar untuk rate 21 plus. Industri perfilman Indonesia sekarang sudah meningkat. Adegan seperti itu sudah hal wajar."
"Tidak!" Bentak Shaka yang membuat putrinya terkejut. "Elen, jangan menormalisasikan hal-hal seperti itu. Papa izinkan kamu jadi penulis asal tulisan kamu menginspirasi pembaca."
"Itu juga menginspirasi," gumam Selena pelan tapi masih bisa didengar oleh papanya.
"Menginspirasi apa? Menginspirasi pembaca agar melakukan adegan itu?"
"Papa, jangan menilai hasil karyaku sebelum benar-benar membacanya. Adegan 21 plus itu hanyalah pemanis untuk menarik pembaca. Tentu saja aku tetap menyelipkan konflik yang bermakna dalam hidup."
Shaka membuang napas panjang. Putrinya itu memang sangat keras kepala. "Kamu bilang, gaji kamu dari menulis novel dewasa itu bisa mencukupi kehidupan kamu?"
"Iya, bisa. Bahkan masih sisa. Kalau novelku terus trending, pasti nanti akan dipinang perusahaan produksi film."
Shaka melipat kedua tangannya dan berjalan pelan ke kanan dan ke kiri untuk menimbang keputusan yang diambilnya adalah benar. "Kamu tidak mau perusahaan?"
Selena menggelengkan kepalanya. "Aku tidak sanggup mengurus perusahaan Papa. Aku sudah cukup mengurus perusahaanku di dunia halu."
Shaka tertawa mendengar jawaban putrinya. Hanya sesaat, kemudian wajahnya kembali berubah menjadi serius. "Kalau kamu memang sudah bisa mencukupi kebutuhan kamu sendiri dengan hanya menulis novel online, kamu keluar saja dari rumah ini dan buktikan pada Papa kalau kamu bisa sukses."
Selena menatap wajah papanya. Tidak ada ketakutan sedikitpun dengan perkataan papanya. "Oke, kalau itu mau Papa. Aku bisa menyewa tempat kos dan bebas menulis di sana tanpa ada gangguan dari Mama dan Papa. Aku akan buktikan kalau aku bisa menjadi penulis sukses." Kemudian Selena keluar dari ruang kerja papanya.
"Astaga, Selena. Kamu keras kepala sekali!" Vita akan menyusul putrinya tapi Shaka menahannya.
"Biarkan saja. Kalau dia sudah tidak sanggup hidup di luar, pasti dia akan kembali."
Kemudian Shaka menghubungi salah satu anak buahnya untuk memberinya perintah. "Kamu awasi Selena setelah dia keluar dari rumah. Laporkan apapun yang dia lakukan!"
💕💕💕
Weh, Selena bukan aku ya. Kalau aku author alim. 🤣🤣
Jadikan favorit ya .... 😚
"Keluar dari rumah menangis? Tentu saja tidak, aku justru tertawa bahagia, karena gak akan ada lagi yang menggangguku. Uangku cukup buat sewa apartemen." Selena berjalan keluar dari rumahnya sambil menyeret koper dan menenteng tas laptopnya.
"Bawa saja motor kamu," kata Shaka yang berdiri di dekat pintu rumahnya dan hanya menatap putrinya yang benar-benar akan pergi dari rumah.
Selena tertawa mendengar perkataan papanya. "Papa, motor ini aku beli dengan gaji pertamaku, jelas aku bawa. Papa kan pelit." Selena mengangkat kopernya di belakang motor dan mengikatnya lalu dia memakai helmnya.
"Papa sudah belikan kamu mobil. Sama seperti kakak kamu," kata Shaka sambil mendekati putrinya.
"Elen, kamu mau tinggal dimana?" tanya Vita. Dia memberikan bekal makanan pada Vita. Bagaimanapun juga sebenarnya dia tidak tega jika putri satu-satunya hidup di luar rumah seorang diri.
Selena menerima tas yang berisi bekal itu dan menggantungnya di sepeda motor. "Makasih Mama. Mama tenang saja, aku bisa jaga diri. Bye-bye Mama dan Papa. Aku akan kembali kalau aku sukses seperti kata Papa." Kemudian Selena melajukan motornya pergi dari rumah itu.
Vita hanya menatap kepergian putri satu-satunya. "Yah, sepi tidak ada yang diajak bertengkar lagi."
"Itu sudah menjadi pilihannya. Nanti kalau Elen dapat masalah, pasti dia akan kembali."
...***...
Selena tersenyum setelah mendapat kartu akses masuk unit apartemennya. Meskipun unit apartemen yang dia sewa tidak terlalu besar, yang penting dia merasa nyaman dan bisa berkhayal sepuasnya.
Selena masuk ke dalam lift dan menuju lantai sembilan. Setelah lift itu terbuka, Selena mencari pintu dengan nomor 121. Setelah ketemu, dia menempelkan kartu akses lalu masuk ke dalam unit apartemennya.
Dia menutup pintu dan meletakkan kartu aksesnya di tembok, seketika lampu di dalam unit apartemen itu menyala. "Lumayan luas dan nyaman. Fasilitasnya juga lengkap."
Selena meletakkan laptopnya di atas meja. Dia menggeret kopernya masuk ke dalam kamar. "Lumayan besar juga ranjangnya."
Kemudian Selena menghempaskan tubuhnya di ranjang dan menatap langit-langit kamarnya. "Sebenarnya aku juga tidak ingin membantah Mama dan Papa kayak gini, tapi aku tidak bisa meninggalkan dunia haluku," gumam Selena.
Setelah beberapa menit berdiam diri, dia kembali duduk dan mengambil ponselnya. Dia membuka platform novel onlinenya untuk melihat komentar dari bab yang baru satu jam lalu dia rilis.
"Wah, sudah ada 100 komentar."
Selena menyusuri komentar itu dan tersenyum membacanya.
"Omo, Pak Leon memang hot."
"Aku juga mau jadi Gea. Ikat dan bawa aku Pak Leon."
Senyum Selena semakin lebar membaca komentar-komentar itu tapi jemarinya kini berhenti menggulir layar ponselnya. Ada komentar dari nama akun Mister R dan menghina setiap bab di dalam novelnya.
Cerita sampah.
Mana ada CEO yang jatuh cinta sama cleaning service.
Tidak bermoral melakukan s*ks di kantor, apa-apaan itu.
Pasti penulisnya masih bocah dan tidak tahu aturan. Jangan kamu kotori dunia literasi dengan imajinasi liar kamu.
Selena menarik napas panjang, dia menahan diri untuk tidak membalas komentar hujatan itu, hingga banyak yang membalas komentar itu dari pembaca setianya.
Prince Halu: Aku pembaca setia Peri Halu, tidak setuju dengan komentar kamu ini. Setiap penulis berhak mengembangkan ide ceritanya, selagi lolos dari editor platform, itu berarti ceritanya masih dalam batas wajar.
Selena tersenyum membaca komentar dari Prince Halu. "Aku penasaran, Prince Halu beneran cowok bukan sih? Dari awal aku menulis, dia selalu meninggalkan komentar positif. Di saat aku masih pemula dulu, dia yang selalu memberiku semangat. Andai saja aku bisa bertemu dengannya. Kalau dia benar-benar seorang pria dan masih lajang, aku mau jadi istrinya karena dia pasti mendukung karirku 100%." Selena tertawa cekikikan membayangkannya. Ya, hidupnya memang selalu dipenuhi dengan khayalan.
Selena kembali melihat kolom komentar, terjadi perseteruan antara Mister R dan Prince Halu.
Mister R: Dalam batas wajar? Jangan-jangan kamu pria kesepian yang menjadikan novel ini sebagai ajang fantasi kamu untuk c*li.
Prince Halu: Kamu menghina novel ini tidak bermoral, tapi komentar kamu lebih tidak bermoral lagi. Kamu lihat saja, novel ini pasti akan dipinang oleh Lion Crown Entertainment.
Mister R: Angkat mahkotamu, King! Aku sangat tahu selera LCE, mereka tidak mungkin mengambil cerita sampah seperti ini.
Selena sudah tidak tahan lagi, akhirnya dia membalas komentar hujatan itu.
Mister R, jika kamu tidak suka dengan karya ini, tinggalkan saja. Tidak usah kamu baca.
Selena menghela napas panjang. Ingin dia memblokir akun Mister R itu tapi urung. "Mister R ini udah beberapa kali menyebut LCE, apa dia karyawan di sana?"
Sepertinya orang tua kamu tidak mendidik dengan benar. Orang tua macam apa yang membiarkan anaknya menjual tulisan p*rno. Atau jangan-jangan kamu memang j*lang yang suka menggoda laki-laki.
Selena melempar ponselnya ka atas ranjang. Dia masih bisa terima jika karyanya dihina tapi dia tidak terima jika kedua orang tuanya ikut dihina. "Jangan salah sangka, orang tuaku mendidikku dengan baik, aku saja yang salah jalan."
Selena mengambil ponselnya dan menghubungi temannya yang seorang peretas. "Dio, cari akun yang aku kirim. Aku mau tahu lokasinya dimana."
Selena memutuskan panggilan itu lalu segera mengirim akun Mister R pada Dio. Sambil menunggu proses, Selena turun dari ranjang dan membuka kopernya. Dia memasukkan pakaiannya ke dalam lemari. Setelah itu dia menata beberapa alat make upnya di dekat cermin.
"Tidak ada meja rias, meja biasa pun jadi."
Beberapa saat kemudian ponselnya berbunyi. Dia segera mengangkat panggilan itu.
"Gimana Dio?" tanya Selena.
"Lokasi Mister R tepat di gedung LCE. Sepertinya dia orang dalam LCE. Aku dengar orang LCE memang sering memantau perkembangan novel online untuk dijadikan film, mungkin mereka memang sedang memantau kamu."
"Kalau dia karyawan LCE, kenapa berani komentar hujatan seperti itu?"
"Apa jangan-jangan Regan Alvanio, CEO LCE yang sekarang."
"Regan Alvanio?"
"Iya, dari biodata yang aku lihat, nama lengkapnya Regan Alvanio, berumur 35 tahun, menyandang status duda selama 8 tahun. Istrinya meninggal saat melahirkan dan anaknya juga meninggal saat itu juga. Mungkin saja karena trauma berat di masa lalu, dia membenci novel romansa. Apalagi melibatkan adegan vulgar CEO. Nama akun itu Mister R, bisa saja memang Regan."
Selena tertawa cukup keras mendengar hal itu. "LCE sudah banyak memproduksi drama tentang CEO, kenapa harus novelku yang dia hujat."
"Kamu selidiki saja ke perusahaannya karena akun itu juga memakai nama e-mail Regan01."
Selena terdiam beberapa saat. Dia tersenyum setelah mendapatkan satu ide. "Aku udah dapat cara. Makasih infonya, uangnya aku transfer."
Selena memutuskan panggilan itu. Dia segera keluar dari kamar dan membuka laptopnya. Dia mencari info lowongan di LCE.
"Cleaning service? Oke, gak masalah. Kalau terbukti Pak Duda ini yang meninggalkan komentar hujatan itu, aku akan membalasnya dengan tanganku sendiri!"
"Pak Regan, Imagine Films sudah berhasil mengadaptasi drama dari novel online di pf hijau yang sedang trending."
Regan membenarkan kacamatanya dan menatap Ivan, asistennya. "Adakan rapat! Kita juga harus segera mencari kandidat karya yang akan kita adaptasi selanjutnya." Kemudian Regan berdiri dan keluar dari ruangannya menuju ruang rapat.
Regan Alvanio, seorang duda berumur 35 tahun. Setelah kehilangan istri dan anaknya delapan tahun yang lalu, dia menolak setiap kali wanita yang mendekatinya. Dia sangat dingin dan juga arogan.
Dia kini duduk di ruang rapat dan menatap karyawannya yang mulai memenuhi kursi di depannya.
"Imagine Films sudah resmi mengadaptasi salah satu novel trending di platform hijau. Apa kalian ada masukan, novel online mana yang sekarang sangat diminati?" kata Regan. Dia menghidupkan layar tablet di depannya yang terhubung dengan semua karyawan yang mengikuti rapat pagi itu.
"Pembaca di pf biru sangat banyak, bagaimana kalau kita ambil karya dari sana saja? Ada beberapa novel yang sedang trending." Rika menunjukkan data di tablet itu.
Regan melihat beberapa novel kandidat yang terpilih. "Peri Halu?" gumam Regan sambil menautkan alisnya. "Novel ini rate usia 21 plus." Regan terdiam sambil membuka novel dengan ratusan juga pembaca itu. "Iya, popularitasnya memang sangat bagus."
"Pak Regan, itu novel dewasa, bagaimana jika nantinya tidak lolos sensor?" kata Ivan yang tiba-tiba menyahuti perkataan Regan.
Regan masih berpikir sambil mengetuk meja dengan jarinya. "Apa ada pendapat lain?"
"Saya sudah membaca keseluruhan cerita itu. Tidak hanya melulu adegan dewasa, ada konflik keluarga dan persahabatan juga. Untuk adegan dewasa, nantinya bisa kita skip. Jika Pak Regan setuju, saya akan meminta penulis untuk mengirimkan sinopsis terlebih dahulu."
Regan masih membaca blurb dalam novel online itu. "Percintaan antara CEO dan cleaning servis? Bukankah itu termasuk cacat logika?"
"Tapi, itulah cerita yang laris di pasaran saat ini. Kesenjangan sosial dan perubahan CEO arogan yang menjadi bucin," kata Rika lagi.
"Pilih beberapa kandidat lagi, selain novel ini. Suruh mereka kirim sinopsis keseluruhan cerita, nanti kita pilih lagi di rapat selanjutnya. Untuk saat ini kita promosikan dulu drama horor kita yang baru rilis. Gencarkan promosi di media sosial dengan buat challenge atau konten yang menarik."
"Baik, Pak."
"Rapat selesai, silakan kembali bekerja."
Mereka semua berdiri dan keluar dari ruangan itu.
Regan tetap duduk di kursinya sambil melihat tablet yang masih memperlihatkan karya dari nama pena Peri Halu itu.
"Apa Pak Regan akan memilih novel itu?" tanya Ivan. Dia sedikit mengintip apa yang masih dilihat bosnya.
"Lihat saja perkembangannya nanti. Kita harus berani mengambil cerita yang diminati pasaran meskipun aku sendiri tidak suka. Novel ini juga masih on going, entah penulisnya mau menyelesaikan cerita dengan cepat atau tidak jika kita memang memilih karyanya." Regan mematikan tablet di ruangan rapat itu lalu berdiri dan berjalan keluar.
"Apa cleaning service khusus untuk ruanganku sudah ada?" tanya Regan.
Ivan mengikuti langkah jenjang Regan kembali ke ruangannya.
"Sudah, hari ini dia akan datang interview dan bisa mulai bekerja besok."
"Tunjukkan peraturan yang aku buat. Jika dia tidak sanggup, suruh mundur." Regan masuk ke dalam ruangannya dan duduk di kursinya. Dia memang sangat pemilih dan tidak sembarang orang dia izinkan menyentuh barangnya. Setiap barang yang ada di ruangannya harus tetap dalam posisi semula dan tidak boleh ada debu sedikitpun. Jika terjadi sedikit saja kesalahan, dia akan langsung memecatnya.
...***...
Selena menghentikan motornya di tempat parkir LCE. Dia mendongak dan menatap gedung perusahaan film yang menjulang tinggi itu. "Lumayan, tingginya sama dengan perusahaan Papa." Kemudian dia turun dan melepas helmnya. Dia sudah mengirim lamaran lewat e-mail dan langsung mendapat balasan untuk interview.
"Tidak menyangka, ijazah SMA-ku berguna juga." Selena masuk ke dalam perusahaan itu dan bertanya pada resepsionis. Resepsionis mengarahkan Selena menuju ruangan yang berada di dekat pantry.
Selena melihat beberapa cleaning service dan juga OB sedang beristirahat di pantry. Lalu ada seorang wanita yang mendekatinya. Sepertinya dia adalah cleaning supervisor.
"Nama kamu siapa?" tanya Siska selaku cleaning supervisor di perusahaan itu.
"Selena."
Siska melihat penampilan Selena dari atas hingga bawah. "Sebelumnya kamu bekerja dimana?"
Hari itu Selena memang sengaja mengubah penampilannya. Dia mengikat rambut lurusnya dan memakai kacamata. Pakaiannya juga sederhana, hanya memakai kaos lengan pendek dan celana levis. Jangan sampai ada yang tahu jika sebenarnya dia anak konglomerat dan juga penulis novel dengan gaji dua digit dalam sebulan. "Saya bekerja di rumah makan. Saya keluar dari rumah makan karena pulangnya terlalu malam."
"Oke, tugas kamu adalah membersihkan ruangan CEO. Ingat! Kamu harus datang lebih pagi sebelum CEO datang. Ruangan harus bersih dan tidak ada debu sedikitpun. Jangan pernah menggeser atau memindah barang yang ada di ruangan itu. Pewangi ruangan juga harus tetap sama. Kamu harus memastikan isi minuman di lemari pendingin dengan jumlah yang sama setiap harinya. Makanan ringan dan juga permen harus tersedia dan kamu letakkan di tempatnya. Kamu juga harus membuat kopi dengan takaran yang sama setiap pukul sepuluh dan dua siang. Yang paling penting, kamu harus pakai masker, jangan tunjukkan wajah kamu secara langsung pada CEO. Jangan bicara asal juga. Kamu hanya boleh menjawab apa yang ditanyakan CEO."
Selena menghela napas panjang mendengar aturan yang panjang lebar itu. Tentu saja, dia tidak akan mentaati peraturan itu. Dia akan membuat sang CEO kesal setiap harinya.
"Kamu mengerti?" tanya Siska.
"Jadi saya merangkap menjadi OB?"
"Iya, karena kamu hanya khusus ditempatkan di ruangan CEO. Kamu harus sangat hati-hati, jika tidak mau dipecat."
Selena menganggukkan kepalanya.
"Ya sudah, kamu bisa mulai bekerja besok."
"Baik." Kemudian Selena memutar tubuhnya dan keluar deri ruangan itu.
Aku langsung ditempatkan di tempat orang yang aku cari. Jalanku balas dendam dipermudah.
Baru beberapa langkah keluar, sudah ada yang menghampiri Selena. Dia melihat seorang pria yang memakai seragam cleaning service tersenyum padanya.
"Perkenalkan namaku Adi." Adi mengulurkan tangannya dan langsung dibalas Selena.
"Selena." Pandangan matanya kini menatap keluar kaca. Dia melihat ada dua orang yang berjalan keluar dari perusahaan menuju tempat parkir. "Apa itu Pak Regan?"
"Iya."
Selena segera berlari keluar dari perusahaan. Dia mendekati Regan untuk memastikan wajah aslinya. Tapi saat dia sudah dekat, bukannya berhenti, dia justru tersandung kakinya sendiri dan terjatuh menimpa Regan.
Regan menahan tubuh Selena dengan cepat dan menatapnya.
Selena terpaku dengan paras tampan dan tegas itu. Satu tangannya menapak di dada bidang Regan.
Wah, otot dadanya sangat keras. Figur pria yang hot. Tidak! Ingat Selena, dia adalah hater.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!