NovelToon NovelToon

She'S My Wife

Bab 1

"Halo Tuan. Saya izin mengabarkan informasi tentang calon tunangan anda Tuan"

"Katakan!"

"Maaf Tuan. Nona tidak kembali ke kota nya melainkan ke desa B untuk menemui laki-laki lain"

"..."

"Siapa laki-laki itu?"

"Dia hanya orang biasa Tuan, dan seperti nya Nona.. Astaga.. Maaf Tuan, Nona mencium laki-laki itu"

Brak!

Laki-laki yang di sebut Tuan itu membanting ponsel serta barang-barang di dekat nya dengan ganas.

"Berani sekali kamu Bella! Kau bermain-main di belakang ku ya" gumam Gevano sembari memakai jas kebanggaan nya dengan terburu-buru.

"Antar aku ke desa B sekarang!!" titah Gevano memencet telepon kantor yang berpusat pada asisten nya yang ada di ruangan sebelah.

"Aku harus memberi Bella pelajaran yang setimpal karena perbuatan nya itu!" gumam Gevano dengan emosi yang meletup-letup.

...----------------...

"Bell.. Kamu.. Kamu kenapa datang tiba-tiba kesini? Kalau ada yang lihat bagaimana?" laki-laki yang di cium oleh Bella nampak terkejut dengan keberanian Bella, kekasih nya.

"Aku kangen, apa salah nya?" tanya Bella sembari bergelayut manja pada laki-laki itu.

"Tapi.. Malu Bell.. Nanti di lihat orang-orang" balas laki-laki sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri.

"Biarin aja, orang-orang sini juga tau kalau aku pacar kamu, apa yang perlu di maluin coba?" tanya Bella masih terus bergelayut manja di lengan laki-laki itu.

"Tapi.. Kamu kan harus nya lagi siapin baju pengantin mu.." jawab Mahardika mulai menunduk kepala.

"Ck, aku nggak mau di jodohin dengan pilihan Daddy, aku nggak minat sama cowok kantoran itu" ujar Bella nampak kesal.

Ya, Gevano dan Bella memang sudah bertunangan tetapi itu karena perjodohan dari Daddy-nya Bella yang membuat perjodohan itu.

Dan Gevano yang kadang posesif kepada Bella sering di anggap mulai jatuh cinta pada Bella dan itu membuat Bella semakin tertekan dan ingin menjauh.

Bagi Bella, lelaki kantoran terlalu egois dan mementingkan diri nya sendiri, seperti Daddy-nya itu yang setiap perintah harus di turuti.

Itu membuat Bella menjadi perempuan yang memberontak dan keras kepala lambat laun.

"Tapi kamu harus turuti kemauan Daddy kamu, kalau nggak kamu bakal di usir dari keluarga mu" sahut Mahardika mencoba membujuk Bella.

Tetapi Bella yang keras kepala hanya berdecak sebal dan memilih menepis tubuh Mahardika dan berhenti bergelayut manja.

"Aku nggak peduli kalau akan di anggap orang asing di keluarga ku sendiri, yang penting aku hidup bahagia dengan pilihan ku, yaitu kamu" balas Bella mundur beberapa langkah.

Deg

Secinta itu kah Bella pada Mahardika? Apa yang harus di lakukan oleh Mahardika sekarang? Dia lelaki tak berpunya, rumah nya yang berada di belakang mereka mengobrol saja terlihat begitu kumuh dan tak mewah.

"Nikahi aku Dika! Agar aku bisa bebas dari perjodohan itu" pinta Bella memelas.

Mahardika menggeleng lemah, dia tak tau harus apa. Bagaimana jadi nya nanti Bella menikah dengan nya? Apa yang harus Mahardika siapkan? Uang pun tak cukup untuk diri nya makan sehari.

"Aku mohon Dika.. Aku mau lepas dari jeratan perjodohan itu, aku mau memilih cinta yang tanpa paksaan" melas Bella berlutut di hadapan Mahardika.

"Bella! Jangan berlutut Sayang.." seru Mahardika ikut berlutut di depan Bella.

"Aku mohon.." melas Bella mulai mengeluarkan air mata yang sejak tadi ia tahan.

"Nikahi saja! Aku yang akan tanggung biaya hidup kalian" seru seseorang yang suara nya lumayan familiar di telinga Bella.

"Itu.. Gevano?!" pekik Bella segera mendongak menatap Gevano yang melangkah dengan tegas ke arah nya.

"Kalian ingin menikah kan? Akan ku siapkan segala nya sekarang juga" ucap Gevano dengan tatapan mata tajam pada Bella.

Bella menunduk sejenak dan segera bangun di ikuti Mahardika.

"Ya! Sekarang kamu sudah tau kan? Kenapa selama ini aku mencampakkan mu? Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?!" balas Bella tak takut menatap Gevano.

Gevano terkekeh. "Awalnya aku ingin marah dan memberi mu pelajaran di hadapan kekasih mu ini! Tapi.. Ku rasa itu tidak perlu" ujar Gevano membuat Mahardika sigap melindungi Bella yang langsung ia tarik ke belakang tubuhnya.

"Setelah ku pikir-pikir aku salah karena menerima perjodohan itu tanpa memikirkan perasaan mu" balas Gevano tetap berbicara dengan tatapan datar dan tegas.

"Sekarang aku akan membantu kalian menikah" ujar Gevano membuat Bella melangkah maju ke samping Mahardika.

"Benarkah itu Gevano?" Bella nampak antusias berbeda dengan Mahardika yang masih dalam posisi bingung.

"Ya, biar asisten ku yang mengurus nya" balas Gevano dengan anggukan sekali.

"Tunggu sebentar" ucap Mahardika menghentikan pembicaraan sejenak.

"Kenapa? Apa perlu ku jelaskan bahwa semua yang ku lakukan selama ini pada Bella itu hanya fiktif belaka? Aku hanya berakting manis di depan orang tua Bella yang memang selalu memantau nya" jelas Gevano tanpa di suruh.

"Selebihnya kau tak perlu tau, biarlah berlalu yang penting kalian menikah dan aku bebas" ujar Gevano lagi segera melangkah meninggalkan Bella dan Mahardika.

"Anda terlalu baik Tuan.. Dan juga terlalu kuat menghadapi kenyataan ini" gumam Asisten Milo menggeleng takjub.

"Semoga Tuan bisa dapatin yang lebih baik daripada Nona Bella" doa Asisten Milo lalu segera menghampiri Bella dan Mahardika yang masih bengong menatap punggung Gevano.

Bab 2

Gevano bersandar di dinding koridor aula tempat pernikahan Bella dan Mahardika berlangsung.

Hingga terdengar bunyi SAH menggema di aula itu lalu sorakan tepuk tangan dan lain sebagainya mulai terdengar.

"Tuan.." Asisten Gevano datang menghampiri Gevano yang masih dalam posisi bersandar.

"Beri Mahardika kartu ini, dan katakan pada mereka untuk menggunakan nya sebaik mungkin dan harus di terima" ucap Gevano sembari memberikan kartu berwarna emas.

"Kenapa anda melakukan ini Tuan? Harus nya Tuan yang menikah dengan Nona Bella, bukan nya dia.." tanya Asisten Milo dengan kepala menunduk.

Gevano menghela nafas. "Aku hanya bersalah pada Bella, mungkin memang sekarang bukan waktu nya aku menikah" jawab Gevano sangat berbanding terbalik dengan penjelasan nya pada Bella dan Mahardika tadi.

"Anda layak mendapatkan yang setara Tuan" balas Asisten Milo di angguki Gevano.

Tak perlu setara kedudukan nya, setara cinta nya juga tak apa.

"Aku pulang duluan, kau urus mereka terlebih dahulu" titah Gevano di angguki patuh oleh Asisten Milo.

Gevano mengendarai mobil sembari menghirup rokok yang dia simpan di dashboard mobil.

"Bagaimana sekarang aku mendapatkan istri? Mama sudah meneror ku habis-habisan" gumam Gevano berpikir.

Karena Gevano sibuk dengan pikiran nya tentang cara mendapatkan istri hingga tak sadar ia menyetir mobil sedikit oleng ke pinggir.

Bruk!

Gevano tersentak dan langsung mengerem mendadak. "Apa yang terjadi? Apa aku menabrak seseorang?" gumam Gevano bermonolog sembari melirik spion.

"Astaga!" pekik Gevano langsung keluar dari mobil saat mendapati seorang gadis yang terkapar di jalan.

Saat itu jalanan sedang sepi dan hanya ada mereka berdua di jalanan itu.

"Aku harus bagaimana? Tidak ada yang melihat nya kan?" Gevano mendadak seperti orang tak berilmu.

Segera Gevano mengangkat tubuh gadis itu masuk ke dalam mobil nya. "Ringan sekali" sempat-sempatnya Gevano mengomentari bobot tubuh gadis yang dia angkat itu.

Setelah memasukkan nya ke dalam mobil, Gevano tak langsung menjalankan mobil nya dia sejenak menatap tubuh gadis itu mencari tau nama nya atau apapun tentang gadis itu.

"Harus nya aku memasukkan nya ke kursi tengah, kenapa kesini?" monolog Gevano protes pada diri nya sendiri.

Lagi-lagi Gevano keluar dan mengangkat tubuh gadis itu dan ia pindahkan ke kursi tengah agar gadis itu bisa lebih leluasa.

"Nah, aman deh" ucap Gevano kembali masuk ke dalam mobil nya dan mulai menjalankan mobil nya.

Gevano membawa gadis itu ke rumah sakit terdekat yang di tunjukkan di maps.

Setelah mengurus pemeriksaan gadis itu. Gevano tak langsung pergi, ia menunggu sampai gadis itu terbangun dari pingsan nya.

Luka di sikut dan kening gadis itu sudah di obati dan di beri plaster, jadi Gevano tak perlu khawatir yang berlebihan.

"Enmh.." Tak lama gadis itu bergumam sembari membuka mata nya secara perlahan.

"Dimana ini?" lirih gadis itu mata nya menelisik ke semua arah yang warna hanya putih.

"Udah sadar?" tanya Gevano basa-basi dan membuat gadis itu mengalihkan atensi sepenuhnya pada Gevano.

"Kamu siapa?" tanya gadis itu menatap tajam Gevano yang duduk di kursi samping brangkar.

"Aku Gevano. Maaf telah membuat mu luka dan pingsan saat di jalan tadi" jawab Gevano sembari meminta maaf.

Gadis itu mengedip kan mata beberapa kali. "Kenapa nggak kamu tabrak aja tadi? Kenapa cuma serempet" gadis itu protes yang membuat Gevano bingung.

"Aku sengaja ke tengah jalan buat di tabrak malah kamu nya ke pinggir jalan" omel gadis itu.

"Kamu kenapa sih? Bosan hidup? Masih untung ku selamatin dan ku bawa ke rumah sakit" balas Gevano ikutan mengomel.

"Nggak ada yang nyuruh kamu selamatin aku" balas gadis itu tak mau kalah.

Gevano menghela nafas pelan. "Kenapa?" tanya Gevano. Gadis itu terdiam.

"Calon suami ku nikah sama orang lain di depan mata ku" jawab gadis itu menunduk kepala nampak bersedih.

Gevano tertegun. "Nggak kamu jaga sih calon suami mu itu" ucap Gevano membuat gadis itu mencebik.

"Aku kan cuma pelampiasan selama ini karena calon suami ku itu udah ada pacar tapi pacar nya itu di jodohin sama orang lain" jelas gadis itu dengan mengoceh.

"Terus?" tanya Gevano dengan sabar dan menatap lekat gadis itu yang tatapan gemas.

"Eh ternyata tadi aku ngelihat calon ku sama pacar nya itu di KUA di daerah tempat tinggal ku" lanjut gadis itu membuat Gevano tertegun.

"Siapa nama calon mu?" tanya Gevano mulai menaruh curiga.

"Mahardika, dia laki-laki yang penuh sejuta janji pada ku, bahkan dia sempat janji sama Bapak ku buat nikahin aku" jawab gadis itu menatap ke sembarang arah.

Deg

"Dunia begitu sempit ya?" lirih Gevano samar di dengar oleh gadis di hadapan nya.

"Hah apa? Kamu ngomongin aku? Pasti kasian ya sama aku" sinis gadis itu melirik tajam Gevano.

"Nggak. Nama kamu siapa?" balas Gevano memilih mengalihkan topik ke yang lain.

"Andina Putri, panggil aja Andin" jawab gadis cantik nan mungil itu bernama Andin.

"Kenapa nggak Dina atau Andina aja tanggung banget hilangin satu huruf" tanya Gevano bingung.

"Nama ku sama Ibu ku itu sama, makanya di bedain. Ibu ku Dina, aku Andin" jelas Andin seakan sudah begitu akrab dengan Gevano.

"Kamu bikin aku sedih" ujar Andin dengan bibir melengkung ke bawah.

"Eh hah kenapa?" tanya Gevano panik tapi segera mencoba untuk tenang.

"Kamu bikin aku inget Ibu ku, kan aku jadi kangen" jawab Andin mulai meneteskan air mata nya.

Bab 3

Gevano nampak kebingungan harus bagaimana menanggapi kesedihan Andin.

Sejenak menghela nafas pelan. "Kalau gitu aku bawa kamu ke tempat Ibu mu istirahat ya, biar kamu nggak sedih lagi" bujuk Gevano mencoba menenangkan Andin.

Andin terdiam sesaat. "Ibu aku di istirahat kan di kota, aku nggak bisa kesana kalau nggak sama Bapak" balas Andin menunduk sedih.

"Kamu orang kota?" tanya Gevano di angguki Andin dengan pelan.

"Iya, Bapak milih buat pindah ke desa supaya bisa lupain kenangan nya sama Ibu" jawab Andin sedih.

Gevano turut bersedih, "Kalau gitu Bapak kamu juga bisa ikut ke kota" ucap Gevano mencoba membujuk terus, dia tak tega melihat air mata Andin yang menetes.

"Bapak nggak akan mau.. Dia akan ke kota kalau aku sudah di lamar oleh laki-laki, itu kata Bapak" ujar Andin dengan jujur.

Gevano mencerna baik-baik penjelasan Andin.

Ingin tak peduli tapi entah kenapa hati nya tergerak untuk membujuk gadis berparas ayu itu agar tak bersedih lagi.

Tapi masalah terbesar nya ada di Bapak Andin yang tak ingin ke kota kecuali gadis ini di lamar oleh seorang laki-laki.

Harus apa aku?

Gevano membeku menatap mata Gevano. Kedua nya terdiam hingga suster datang untuk melepas infus yang terpasang di tangan Andin.

...----------------...

Dengan canggung kedua nya berada di dalam mobil yang sama.

Entahlah sekarang harus bagaimana. Gevano sudah kebingungan.

Drrrtt ddrrrttt

Ponsel Gevano berbunyi mengeluarkan getaran yang membuat atensi kedua nya melirik.

"Ck, Ma.." lirih Gevano setelah mengetahui siapa yang menelepon nya.

Ponsel Gevano kembali bergetar sesekali bunyi pesan masuk.

Gevano berdecak kesal langsung ia angkat dan di biarkan Mama nya mengoceh lebih dulu.

"Kamu itu ya nggak sopan banget sama Mama! Nggak angkat telepon Mama dari tadi"

"Mana calon istri buat Mama?! Mama perlu kepastian hei!"

"Vano! Jangan diam aja! Dimana kamu sekarang?"

"Belok mana?" Gevano seakan tak mendengar ocehan Mama nya dan memilih bertanya alamat pada Andin.

"Lurus beberapa meter lagi baru belok kiri" jawab Andin sembari memperagakan nya menggunakan tangan kanan nya.

"Oke" balas Gevano kembali mendengarkan ocehan Mama nya yang tiba-tiba senyap.

"Ma?" panggil Gevano merasa ocehan Mama nya telah menghilang dan mencoba mengecek ponsel nya apakah telepon nya masih berlanjut.

"Mama kemana?" tanya Gevano lagi dengan menghidupkan loudspeaker telepon.

"Cewek tadi siapa? Calon istri kamu ya? Mau tau dong Van"

Andin melirik sekilas dan langsung kikuk tak berani bersuara sama sekali, bahkan untuk menghirup udara saja rasa nya Andin tak mau.

"Bernapas lah, jangan sampai kamu kekurangan oksigen" tegur Gevano merasa Andin yang nampak seperti gelagapan.

Dengan segera Andin menghirup udara berkali-kali secara perlahan.

"Mama kok di kacangin? Mentang-mentang Mama lagi makan kacang"

"Ma.. Bisa stop dulu nggak Ma? Aku lagi di jalan" pinta Gevano dengan nada bicara lembut.

"Mama akan stop ganggu kamu asal kamu pulang bawa calon! Grandma kamu udah mau cariin kamu calon kalau kamu nggak bertindak cepat"

Gevano lagi-lagi berdecak. "Kenapa kalian suka sekali menganggu hidup ku? Aku masih muda, tak perlu istri juga tak apa"

"Mama mau nimang cucu"

"Nanti ku belikan di toko mainan"

"Mana ada cucu di jual! Kamu kira boneka bayi? Pokoknya kamu harus bawa calon lebih dulu ke rumah!"

Tut

Tanpa di sahuti oleh Gevano, Mama nya langsung mematikan telepon secara sepihak.

Setelah nya beberapa saat terdiam. Gevano meminta maaf karena Mama nya yang begitu cerewet saat di telepon.

"Nggak masalah, Ibu ku dulu juga cerewet kok" balas Andin menunduk memandang kaki nya yang bergerak gelisah.

"Rumah kamu yang mana?" tanya Gevano setelah melewati rumah Mahardika.

Ternyata Andin dan Mahardika satu komplek juga. Pantas saja Andin tau kalau Mahardika ke KUA.

"Paling ujung itu rumah ku" jawab Andin memberi patokan sembari menatap ke arah jendela luar.

Gevano segera melaju ke komplek perumahan desa yang paling ujung. Ternyata komplek itu lumayan panjang jika dari rumah Mahardika yang berada di tengah-tengah.

Setelah sampai di depan rumah Andin. Kedua nya tak langsung turun, apalagi Andin yang sekarang membeku menatap ke depan.

"Nggak turun?" tanya Gevano ikut menatap ke arah depan melihat seorang lelaki paruh baya yang sedang menatap mereka juga dengan tajam.

"Itu Bapak ku.." jawab Andin mengisyaratkan Gevano untuk diam di mobil sejenak.

Andin keluar dan menghampiri Bapak nya yang berdiri tegak sembari memegang sapu lidi untuk dia menyapu daun kering di halaman.

"Bapak.." seru Andin menyalami Bapak nya dengan sopan.

"Darimana kamu? Mobil siapa itu? Kamu udah dengar berita Mahardika?" tanya Bapak nya langsung beruntun.

Seluruh desa sudah mengetahui pernikahan Mahardika yang begitu mendadak.

Ada beberapa yang turut bersedih karena Andin hanya di jadikan pelampiasan, padahal selama ini yang selalu setia menemani Mahardika itu, ya Andin.

"Aku.. Aku nggak apa-apa kok Pak, ini mobil teman ku Pak" jawab Andin menunduk mencoba menyembunyikan plaster yang ada di kening nya.

"Angkat kepala mu Andin! Jangan tutupi apapun dari Bapak" tegas Bapak nya membuat Andin langsung menurut.

"Luka kenapa ini? Ulah siapa?" tanya Bapak nya dengan tatapan tajam.

"Cuma keserempet kok Pak sama mobil di jalan waktu Andin nggak lihat kanan kiri" jawab Andin mencoba melindungi Gevano dari amukan Bapak nya.

"Dimana lagi yang luka?" Bapak seakan tau gelagat Andin yang memang tak bisa menyembunyikan sesuatu.

"Ini.." Andin menunjuk sikut nya yang juga di plaster.

Bapak Raka menghela nafas pelan. "Lain kali kamu hati-hati, carilah pengganti Mahardika agar bisa menuntun mu kalau lagi jalan" ucap Bapak nya khawatir.

Andin mengangguk patuh dan melirik pintu mobil Gevano yang tiba-tiba terbuka.

"Halo Pak.."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!