Novel In Your Love ini kelanjutan dari Karya Novel sebelumnya yang berjudul, In A Broken Heart To Find You. Tapi disini Author akan sedikit menjelaskan secara singkat dikisah sebelumnya agar pembaca tetap paham akan jalan ceritanya.
Cerita kali ini menceritakan tentang Lelaki yang bernama Aaron Glendan Mark O'Neill. Usianya 23 tahun. Dia Putra sulung dari pasangan Kevan Mark O'Neill dengan Freya Finnian Geralt.
Aaron memang bukanlah putra kandung dari Freya, melainkan anak Kevan dari wanita lain. Namun Aaron selalu menjadi anak kebanggaan bagi Freya, yang sudah dianggap sebagai anak kandungnya sendiri.
Aaron selama ini tidak tau akan rahasia ini. ia tumbuh bersama kasih sayang Freya sejak usianya masih dua tahun. dan ia tidak pernah mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan adik tirinya yang bernama Atreya Gildea Mark O'Neill. Gadis berusia 20 tahun yang lumpuh karena menderita Cerebral palsy sejak lahir. keduanya selalu menjadi anak-anak kesayangan Freya dan Kevan, pasangan sehidup semati itu.
Namun kini kedua orangtua Aaron dan Atreya tewas. Freya ditembak oleh seorang mafioso yang bernama Peter yang tak lain adalah kakak dari ibu kandung Aaron yang bernama Claire. sedangkan Kevan, ayahnya tewas bunuh diri dengan menembak kepalanya setelah melihat Freya, istri tercintanya telah terkujur kaku.
Sebelum meninggal, sang ayah berpesan pada Aaron untuk selalu menjaga Atreya, adiknya. Beliau juga meminta mereka meninggalkan Irlandia dan tinggal di Indonesia bersama dengan nenek Shofi, yang tak lain adalah ibu dari mendiang Freya. karena disanalah kedua anaknya akan aman.
Semua harta kekayaan dan semua aset perusahaan Kevan jatuh ke tangan Aaron dan Atreya. Namun semua masih dibawah kendali Aaron, sang anak tertua.
Kini Aaron menjelma menjadi Lelaki yang dingin dan kaku. ia tak banyak bicara dan bercanda kecuali dengan adiknya.
Terjebak oleh keadaan dengan usianya yang terbilang masih muda, Aaron, lelaki tampan, cool, dan sedikit pendiam itu rupanya tidak bisa dikatakan sebagai lelaki berprestasi yang membanggakan jika sampai saat ini dia masih saja melajang dan tidak pernah dekat dengan seorang gadis mana pun kecuali sang adik.
Wajahnya yang rupawan ditengah karirnya yang mulai cemerlang, nyatanya hal itu tidak membuat lelaki itu menyempatkan diri untuk melirik perempuan-perempuan yang ada disekitarnya. Seolah ada dinding kokoh yang sulit untuk diruntuhkan oleh siapa pun yang sedang berusaha untuk mendekatinya.
Bukan tanpa alasan Aaron memilih untuk menjauh dari mahluk bernamakan perempuan. Hatinya masih beku karena trauma yang menimpa keluarganya. Terlebih sejak kecil ia sangat mencintai adiknya yang memang memerlukan perhatian khusus darinya.
******
Sore itu nampak Atreya sedang berada di kebun bunga milik sang nenek. ia memetik setangkai bunga mawar putih yang indah merekah nan harum.
"Apa kau menyukai mawar putih?" suara nenek Shofi sedikit mengagetkannya. gadis itu merasa bersalah karena telah memetiknya tanpa meminta ijin terlebih dahulu.
"Nenek? maaf aku telah mengambil milikmu. Mawar putih ini selalu membuat tanganku gatal untuk memetiknya." Atreya terlihat menundukan pandangannya karena takut sang nenek marah.
Shofi lalu mengangkat wajah cucunya itu. Ia membungkukkan tubuhnya agar sejajar dengan Atreya yang duduk dikursi roda.
"Atreya, kau mirip sekali dengan mendiang ibumu. Ia sangat suka mawar putih. petiklah sebanyak yang kau suka, karena aku membuat kebun mawar ini hanya untuk mengingat putriku" terlihat kedua mata Shofi sudah penuh dan siap tumpah membasahi pipi sang nenek. Melihat Shofi menangis, Atreya menjulurkan kedua tangannya, lalu mengusap air mata Shofi dengan ibu jarinya.
"Maaf aku telah membuat mu menangis, Nek" lirihnya.
"Tidak, sayang. Nenek justru senang kau dan Aaron tinggal disini. Kalian membuat nenek bahagia disisa usia nenek yang tua ini. Hanya kalian yang nenek punya sekarang." ucap Shofi lalu merengkuh tubuh Atreya diatas kursi rodanya. mereka saling berpelukan.
"Ehem" suara deheman seseorang membuat keduanya melepaskan pelukannya.
"Kakak sudah pulang?" Atreya terlihat sumringah melihat kedatangan Aaron.
"Ya, baru saja" jawab Aaron lalu mengecup puncak kepala sang adik dan beralih merai tangan Shofi untukmencium punggung tangan sang nenek. "ini sudah sore, kenapa kalian masih disini? ayo masuklah!! disini banyak nyamuk" ujar Aaron lagi.
"Baiklah, ayo kita kedalam. Aku juga sudah lelah ingin rebahan disofa" sahut Atreya hendak memutar kursi rodanya namun Aaron langsung meraih handle kursi roda tersebut, dan langsung mendorongnya membawa tubuh Atreya masuk kedalam rumah yang diikuti oleh Shofi.
"Aaron, bagaimana dikantor baru mu. apa semuanya sudah beres?" tanya Shofi kemudian.
"Masih ada beberapa urusan legalitasnya yang harus aku selesaikan, Nek. Itu perusahaan yang sudah cukup lama collapse. Kami juga memanggil kembali beberapa karyawan kompeten yang dulu di PHK supaya tidak perlu lagi ada training dan menghemat waktu. Jadi aku harus betul-betul fokus menata ulang semuanya" jawab Aaron.
"Kamu pasti mampu, nak" ucap Shofi menyemangati cucunya.
Aaron belum lama ini membeli perusahaan milik Adiguna Company yang sudah beberapa bulan ini mengalami krisis hingga membuat ratusan karyawannya terkena phk.
Sasaran Aaron memang membidik investasi pada perusahaan-perusahaan yang hampir bangkrut. Berbekal dengan latar belakang pendididkan Ekonomi dari Harvard University, Aaron memang memiliki jiwa bisnis yang baik menurun dari Kevan, ayahnya.
.
.
.
Kalau suka dengan jalan ceritanya jangan lupa like dan komentarnya ya. 🤗😘
Pagi itu dimeja makan,
" Kaka, bolehkah aku melanjutkan sekolah lagi ?" tanya Atreya setelah menelungkupkan sendok dan garpu diatas piringnya yang sudah kosong.
" baiklah, nanti kaka akan cari kan guru privat buat melanjutkan home schooling mu." jawab Aaron masih mengunyah sisa makanan dimulut ya.
" tidak kak. aku ingin masuk ke universitas umum biasa." jawab Atreya merajuk.
Aaron langsung menautkan tatapan tajam pada sang adik. melepaskan alat makan diatas piringnya, lalu menyangga dagu dengan kedua punggung tangannya diatas meja makan.
" maksudnya kau ingin kuliah reguler biasa begitu ? tidak, Rea. Kaka tidak setuju." Aaron menolaknya mentah-mentah.
" kenapa kak ? aku bosan dari kecil dirumah terus. aku ingin punya teman." sahut Atreya sambil menatap Aaron yang tengah mengangkat sebelah alisnya dengan sorot mata elangnya.
" kalau hanya ingin punya teman, aku bisa bawakan teman sebayamu kerumah ini." jawab Aaron enteng.
" teman sewaan gitu maksud Kaka ?" tebak Atreya mendengus.
" iya."
jawab Aaron tanpa beban, lalu beranjak dari kursi makan menuju ke ruang gym pribadinya.
Atreya langsung memutar kursi rodanya mengejar sang kakak yang melangkah dengan cepat karena menyadari Atreya tengah mengejarnya.
" kak, tunggu !!" sahut Atreya dengan cepat menikung langkah Aaron dengan kursi roda otamatisnya.
" apalagi, Rea ? kaka mau olahraga."
" ayolah kak, tolong daftarkan aku kuliah di kampus almamaternya mommy. aku ingin melanjutkan sekolah disana." rengek Atreya seperti anak kecil yang menggelayut manja ke tangan kakaknya.
Aaron membungkukkan tubuhnya agar sejajar dengan Atreya, lalu menangkup kedua pipi chubby adiknya.
" Rea, aku takut terjadi apa-apa denganmu. kita tidak tau diluar sana seperti apa. " lirihnya.
" Kaka, percaya lah. aku akan menjaga diriku sendiri. meskipun keadaanku lumpuh, aku ingin tetap menjalani kehidupan yang normal. kuliah, punya teman, dan mengenal lingkungan sekitar." jelas Atreya penuh harap.
" tapi, Re--"
" tapi Kaka takut ada orang yang menghinaku seperti waktu itu kan ?" Potong Atreya seolah sudah tau apa yang ada dipikiran Aaron.
" iya. aku yang tidak siap bila ada orang diluar sana yang akan mencemooh atau merendahkan kamu, Rea." ujar Aaron langsung merengkuh tubuh Atreya. matanya mulai berkaca-kaca namun segera ditepis oleh tangannya. " Shit!! kenapa jadi cengeng begini!", umpatnya dalam hati untuk dirinya sendiri.
Aaron selalu ingat kejadian waktu kecil dulu, saat membawa Atreya bermain ke taman. ada segerombolan anak laki yang mencemooh keadaan fisik Atreya. dan Aaron sangat tidak terima, akhirnya terjadilah perkelahian antar bocah. Aaron menonjok lalu menendang perut anak itu babak belur hingga tersungkur ke aspal jalan. sejak itulah Aaron tidak pernah mengajak Atreya bermain keluar lagi karena takut ada orang yang mengejek kondisi sang adik.
" Aaron, biarkan adikmu ikut sekolah reguler. percayalah, disini akan aman. tidak akan ada yang berani mengganggunya."
Shofi tiba-tiba datang dari arah pintu depan baru pulang dari pasar.
Aaron dan Atreya tertegun menatap ke arah neneknya. Shofi mendekat lalu menaruh tas belanjaannya diatas meja.
" Aaron, adikmu ini sudah cukup dewasa. kasihan bila ia terus-menerus diam diri dirumah. biarkan Atreya menjalani kehidupan sewajarnya. kau harus belajar mempercayai adikmu, sayang."
Aaron terdiam beberapa saat. ia berusaha mencerna semua kata-kata neneknya.
" bolehkan, kak ?"
Atreya kembali merajuk.
Aaron lalu berfikir beberapa menit. memejamkan matanya sesaat, sebelum mengatakan keputusannya.
" baiklah. tapi syarat dan ketentuan tetap berlaku." ucap Aaron seraya mencubit kedua pipi Atreya yang langsung terlihat bahagia itu.
" apa syaratnya, kak ?"
Atreya begitu antusias.
" nanti aku akan pikirkan dulu. sekarang kau jangan menggangguku lagi. aku mau olahraga."
ucap Aaron beranjak menuju ruang gym pribadinya.
Atreya terlihat sumringah, garis diwajahnya terlihat berseri-seri. Shofi meraih kedua lengan Atreya seraya duduk disampingnya.
" kau bahagia, sayang ?"
Atreya mengangguk pasti.
" iya nek. aku bahagiaaa sekali. akhirnya aku bisa sekolah ditempat umum. coba nenek bayangkan, dari kecil aku hanya mengikuti home schooling sendirian hanya ditemani mommy. "
Shofi hanya tersenyum getir mendengar cerita cucu nya itu. lagi-lagi ia teringat dengan mendiang Freya, anaknya.
" semoga kau tenang disana bersama papa dan suamimu, sayang. aku akan selalu menjaga anak-anak mu sampai akhir hidupku ini."
lirihnya dalam hati.
setelah melakukan treadmill dan angkat barbell selama kurang lebih satu jam, Aaron kembali ke kamar hendak membersihkan diri dikamar mandi yang berada dikamarnya.
hari ini sebelum Aaron pergi ke kantor, ia sudah janji pada Atreya akan mendaftar dulu ke kampus pilihan adiknya itu.
" nek, aku akan ke kantor dulu. titip Rea ya."
pamit Aaron.
" tanpa kau titipi juga aku akan menjaganya, Aaron. kalian itu kan cucuku."
sahut Shofi sambil menepuk bahu kekar milik Aaron.
" jangan lupa untuk mendaftarkan ku kuliah di kampus itu ya, kak."
" iya, bawel. kakakmu ini masih muda dan belum pikun." jawab Aaron lalu mengacak-acak rambutnya atreya.
" haish. kebiasaan Kaka nih ngacak-ngacak rambutku." Atreya langsung menepis tangan kakaknya lalu kembali merapihkan rambutnya dengan jari-jari tangannya.
" Aaron, selamat ya nak. sekarang kau sudah resmi menjadi pemilik perusahaan itu. nenek bangga padamu. kau mirip Daddy mu. dulu Kevan pembisnis muda yang handal. banyak perusahaan yang ia jalankan sendiri." kenang Shofi dengan mata keriputnya yang mulai berkaca-kaca.
Aaron lalu merengkuh tubuh mungil Shofi.
" sudahlah, nek. kita harus terus menatap kedepan. Kebahagiaan ataupun kesedihan adalah sementara, tak ada yang abadi kecuali perubahan."
ucapnya seraya mengusap-usap punggung neneknya yang sudah membungkuk itu.
" Kaka, aku sangat menyayangimu."
Atreya sudah melingkarkan tangannya dipinggang Aaron.
" kau ini, kalo begini terus aku bisa terlambat mendaftarkan mu ke kampus."
mendengar itu atreya segera melepaskan kedua tangannya dari tubuh kakaknya.
" oke, kalau begitu cepat pergilah kak ! "
ucapnya jadi terkesan mengusir mendorong tubuh kakaknya menjauh.
Aaron hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu bergegas pergi menggunakan mobil sport putih buatan Eropa itu. ia menjalankannya dengan kecepatan sedang karena jalanan disini sering macet, tidak selancar ditempatnya dulu yang bisa kebut-kebutan dijalan.
.
.
.
jangan lupa like and komentarnya ya 🤗
Aaron memang baru kali ini ke kantornya, setelah disibukan dengan mengurus pemindahan kepemilikan perusahaan lama kepadanya bersama pihak yang berwenang. ditambah ada beberapa kendala mengingat Aaron seorang Warga Negara Asing yang ingin mendirikan perusahaan di Indonesia. mau tidak mau ia harus mengikuti beberapa prosedur yang berlaku sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Suasana dikantor tampak begitu tegang. karena baru saja Pak. Rudi selaku manajer personalia itu mengumumkan bahwa hari ini akan kedatangan CEO baru.
" Pak Rud, katanya CEO baru kita warga asing ya ?" tanya Sesil, salah satu staff administrasi yang terkenal dengan kecantikannya yang mirip Luna Maya itu.
" Iya, Sesil. dan kau harus jaga sikap ya. jangan kecentilan dihadapannya." Rudi menajamkan tatapannya pada gadis yang sering bikin kehebohan dikantornya itu.
Sesil mendelik, rasanya ingin melontarkan sebuah pembelaan namun takut kena surat peringatan dua. karena sebelumnya wanita itu sudah mendapatkan surat peringatan satu gegara sering terlambat menekan finger print dipagi hari.
" apa dia bisa berbahasa kita, Pak ?"
tanya Anjas, pria berkacamata mata yang jago ngotak ngatik komputer para staff dikala ngeheng.
" tentu saja bisa. ibunya kan keturunan Irlandia-Indonesia juga." jawab manager Rudi itu sok tau.
padahal kenyataannya, Aaron bersungguh-sungguh belajar bahasa Indonesia baru dua bulan ini kepada Shofi sang nenek. tidak sulit baginya belajar bahasa Indonesia, karena dulu mendiang mommy nya sering berbicara bahasa Indonesia saat mengobrol dengan sahabat karibnya yang bernama Raya. dan Aaron diam-diam suka mengikutinya walaupun kala itu belum mengerti maknanya apa.
" ayo sekarang kita ruang rapat sebelum beliau datang ! soalnya tadi ia berpesan untuk mengumpulkan semua perwakilan staff disana. ada beberapa perubahan manajemen yang akan diterapkan." ujar Rudi.
Satu persatu perwakilan staf yang ditunjuk pun bergegas berdatangan ke ruang rapat yang berada dilantai tujuh.
*****
Mobil Aaron sudah tiba didepan gedung kantornya. Dia mengenakan setelan jas mahal dan kaca mata hitam yang masih melekat dikedua matanya. Lelaki dengan postur tinggi, berahang tegas dan memiliki alis yang cukup tebal itu pun langsung masuk menuju meja receptionist.
"Apa yang lainnya sudah berada diruang rapat ?" suara bariton milik Aaron nyaris membuat dua gadis penjaga meja depan itu histeris dan tampak terhipnotis. bagaimana tidak, pesona Aaron mampu membuat setiap wanita mengaguminya.
kedua gadis itu masih tercengang menatap Aaron.
" hey, apa kalian tuli ? sekarang dimana Pak Rudi ?" Aaron tak sabar menggebrak meja dan membuat keduanya jadi terperanjat.
" nama kamu-- Sari dan Mita kan ?"
Aaron secara bergantian membaca nametag yang terpampang nyata diseragam blazer milik kedua gadis tersebut.
" eehm, anu i--"
" lelet." sahut Aaron jengah.
Belum sempat dijawab oleh keduanya, Aaron langsung melengos pergi menuju lift dipojok sebelah kanan lobby utama.
" sombong sekali. mentang-mentang bule." umpat Mita setelah kepergian Aaron dari hadapannya.
" hah, bule ? tadi dia bule kan, mit?", tanya sari melotot. "jangan-jangan--" sari langsung menutup mulutnya.
" bos baru kitaaa..."
ucap Mita dan Sari kompak seraya menepuk jidatnya masing-masing.
*****
Aaron langsung memencet tombol lantai tujuh didalam liftnya yang hanya sendiri itu.
Dalam hatinya masih kesal dengan kedua receptionist tadi. kesan pertama Aaron terhadap para karyawan disini begitu buruk, tidak sopan dan tidak professional.
" pantas saja perusahaan ini sebelumnya bangkrut. security depan yang tidak komunikatif, receptionist yang tidak ramah. ah, mereka perlu di evaluasi lagi."
gumamnya masih kesal.
Pintu lift itu terbuka dengan sendirinya dilantai tujuh. Aaron tampak kebingungan mencari letak ruang rapat sebelah mana.
" tidak ada petunjuk arah. bagaimana ini SOPnya ?" Aaron mengernyut dan tampak menggerutu sendiri.
" hey, kau ?", tangan Aaron melambaikan kepada seorang office girl yang tengah mengepel lantai.
Dengan sigap gadis itu menghampiri nya.
" iya, pak. ada yang bisa saya bantu ?", ucapnya seraya menundukan pandangannya.
" kamu sedang bertanya pada lantai ?" tanya Aaron menautkan alisnya sebelah sambil melipat kedua tangan di bawah dadanya.
" sama anda, pak." sahut gadis itu masih tetap dengan menundukkan kepalanya.
" kalau begitu angkat kepalamu !! tidak sopan sekali anda berbicara dengan tidak menatap lawan bicara anda." Bentak Aaron.
Akhirnya dengan penuh keberanian, gadis cleaning servis itu mengangkat wajahnya.
" dimana ruang rapat dilantai ini ?" tanya Aaron kemudian.
" oh, mari saya antar pak." gadis cleaning servis itu beranjak hendak menunjukan tempatnya.
Aaron pun tanpa menunggu lama mengikuti langkah gadis itu.
" ini pak." gadis itu berhenti tepat didepan pintu bertuliskan 'RUANG RAPAT' dengan huruf kapital berukuran cukup besar.
" oke, terimakasih." ucap Aaron hendak membuka pintu ruangan, tiba-tiba Rudi datang dari arah belakang Aaron, sepertinya baru selesai dari toilet.
" pak. Aaron." sapa Rudi yang memang sudah pernah bertemu dengannya.
Aaron langsung menoleh, lalu reflek membuka kacamata hitamnya seraya mengulurkan tangan hendak berjabat tangan.
" selamat pagi, pak Rudi."
" oh, selamat pagi pak. Aaron. mari masuk pak. mereka sudah menunggu didalam." ucap Rudi mempersilahkan.
Beberapa pasang mata langsung memandangnya saat Aaron masuk ke ruang meeting.
" ya Tuhan, sungguh indah ciptaanMu ini. gantengnya kebangetan." Sesil reflek memujanya.
Anjas langsung menyikut tangan Sesil.
" hush. jangan berlebihan. lebih gantengan aku ketimbang dia."
" alaah, jelas gantengan dia lah. dari postur tubuh aja udah beda jauh. kamu dan pak. Aaron, ibaratnya kaya mesin ketik dengan laptop Apple MacBook." ledek Sesil terkekeh.
" heh, justru sekarang ini mesin ketik banyak dicari. itu benda langka yang punya nilai."
ujar Anjas tak mau kalah.
" iya, benda langka yang hanya untuk dijadikan koleksi dan dipajang, bukan untuk dipake. "
sahut Sesil ngotot seraya menjulurkan lidahnya pada Anjas.
" ehem--"
Aaron mendengar perdebatan mereka. ia melotot menatap tajam bergantian pada Sesil dan Anjas.
" kalau anda mau diskusi berdua, silahkan keluar !"
tegas Aaron terlihat geram, memang dari awal masuk kantor ini darahnya sudah merasa panas dan kali ini sudah mendidih.
Sontak pandangan mata para staf lainnya ikut tertuju pada tingkah Sesil dan Anjas. tak luput mata Rudi yang melotot kepada Sesil yang membuat nya langsung menurunkan pandangannya karena takut.
" ****** dah. siap-siap kena sp 2 nih."
umpat sesil dalam hati.
" maaf, Pak. kami salah."
ucap Anjas.
" cepat keluar !"
" tapi pak--"
" keluar !"
ujar Aaron memalingkan muka tanpa mempedulikan ucapan maaf dari kedua karyawannya itu.
akhirnya Sesil dan Anjas keluar dari ruangan meeting dengan wajah menunduk.
Keadaan diruang meeting tampak hening dan tegang. bahkan untuk bernafas pun mereka tampak hati-hati sekali karena takut terdengar.
Sampai akhirnya Rudi kembali memecah suasana, ia mengenalkan beberapa staf penting dikantor itu kepada Aaron. termasuk sekertaris pribadinya nanti yang bernama Naomi. Selanjutnya membahas ke inti rapat yakni membicarakan masalah perusahaan yang akan Aaron pimpin selanjutnya.
.
.
.
NEXT
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!