kring......kring
Alarm berdering terus menerus mengusik tidur lelap yang baru saja dirasakan oleh Daren
"Den daren, den semua orang sudah menunggu di bawah den!" suara panggilan dari balik pintu yang menggelegar menghancurkan mimpi yang akan dilanjutkannya
teh encum adalah orang yang yang ditugaskan setiap hari membangunkan daren wistara darma karena suaranya yang luar biasa menembus langit ke tujuh
"ampun teh, saya baru tidur bilang yang lain nanti saya menyusul" daren menutup telinganya dengan bantal dan masih enggan untuk beranjak
Dor....dor...dor
Pantang menyerah teh encum tetap berjuang mengalahkan rasa malas tuan mudanya yang terlalu sering pulang larut dan tak tidur tepat waktu
"iya.... Iya sabar!" daren akhirnya pasrah sebelum pintu kamarnya jebol oleh kekuatan teh encum
"sudah di tunggu yang lain untuk sarapan den, kasihan loh tuan besar sama nyonya besar kelaparan gara-gara aden" teh encum meninggalkan kamar daren dengan tersenyum karena tugas utamanya sudah berhasil dia lakukan
"bawel!" ucap daren dengan kesal lalu membuntuti teh encum menuju meja makan
"selamat pagi semua, hehe maaf kesiangan" daren tanpa rasa malu dengan wajah kusut belum cuci muka ataupun sikat gigi duduk bersama dengan anggota keluarga yang sudah sangat rapih dan siap untuk bekerja
"ayo makan!" ucap kakek tamrin yang menjadi kepala keluarga tertua dan ditakuti oleh anggota keluarga yang lain
semua patuh dan membuka piring masing-masing untuk sarapan
"nenek mau makan apa biar daren siapkan?" tanya daren yang menjadi cucu kesayangan sang nenek karena bertingkah sangat manja dan dimanjakan oleh kakek dan neneknya
"nenek minum jus saja, kamu makanlah yang banyak biar sehat dan makin pintar seperti kakakmu" ucap nenek irma sambil menunjuk kearah Arsen yang tak banyak bicara dan penuh rahasia
"dia bukan pintar nek, dia pekerja keras iya kan kak" daren mengajak sang kakak becanda meski tanggapannya seperti biasa hanya dehaman atau senyuman sinis saja yang ditunjukan oleh arsen
"Mulai minggu depan kamu harus belajar dengan kakakmu dan ikut ke kantor, tiap hari hanya kelayapan saja ngga ada guna!" ucap pak hanung pada daren yang memang sulit sekali untuk serius bahkan menjadi dewasa
"kalau sudah ada kakek, papa dan kakak yang kerja, lalu siapa yang akan menikmati hasilnya jika bukan daren iya kan ma?" daren mengedipkan sebelah matanya pada sang mama
"sudah-sudah! Selesaikan sarapan kalian daren hari ini temani kakek jalan-jalan ke kebun baru" ucap kakak tamrin
"oh iya arsen, minggu depan joana akan pulang ke indonesia dan keluarganya minta kita adakan makan malam keluarga, kamu kosongkan jadwal ya" ucap kakek tamrin
"baik kek, akan arsen kosongkan jadwal weekend depan, saya duluan ada meeting" arsen berpamitan dan meninggalkan meja makan lebih dulu dari pada yang lain
"dia memang cucu kakek yang paling bisa diandalkan" kakek tamrin memuji arsen
"pak, bu! saya duluan ada pemotretan di butik" pamit mama avanti yang merupakan seorang pemilik butik ternama dan pekerjaannya sehari-hari adalah mendesain baju baik untuk keperluan penjualan butik maupun pemesanan
"iya nak, hati-hati, hanung antarkan istrimu" ucap kakek tamrin
Usia yang sudah menginjak tujuh puluh lima tahun namun kakek tamrin masih aktif , terlihat sehat dan penuh semangat
"iya pak, saya antarkan avanti ke butik dulu baru ke kantor" pak hanung begitu patuh dan juga menyayangi istrinya
"nenek mau ke kebun bunga, sepertinya pak bejo bawa bunga baru untuk nenek" pamit nenek yang juga sudah selesai dengan sarapannya
"daren antarkan nek?" daren beranjak dan membantu sang nenek yang duduk dikursi roda untuk membawanya ke kebun bunga yang sangat luas dihalaman belakang rumah, sengaja sang suami membuatkannya untuk masa tua istri dan dirinya nanti yang hanya bisa menikmati keindahan alam karena sudah tak lagi memikirkan dunia saja diusia senjanya nanti
"terima kasih daren, bersiaplah kakekmu akan mengajakmu ke kebun buah yang baru dibelinya. bawakan buah yang manis untuk mama dan nenek nanti" nenek irma meminta daren menemani kakeknya
karena papa daren hanya anak satu-satunya yang dimiliki oleh nenek dan kakeknya
"baik nenek cantikku, daren tinggal ya. kalau butuh sesuatu panggil teh encum atau mba yanti oke" daren meninggalkan sang nenek dan kembali ke kamarnya yang cukup jauh dari halaman belakang
meski tinggal dalam satu pekarangan namun antara rumah kakek-nenek dan papa-mama daren tidak dalam satu atap dan memiliki jarak yang agak jauh antara rumah satu dan lainnya, hanya setiap pagi dan makan malam diwajibkan untuk berkumpul agar terasa nikmat makan bersama dengan keluarga besar
"ayo kek berangkat" ajak daren yang sudah selesai bersiap lalu menghampiri kakek tamrin untuk mengantarkannya ke tujuan
"pak kemal duduk dibelakang atau disamping, saya yang akan mengemudi kali ini" ucap daren menarik supir pribadi sekaligus asisten kakek tamrin keluar dari kursi kemudi
"tapi mas daren" tolak pak kemal
"biarkan saja mal, kapan lagi kamu merasakan disetirin sama anak malas ini" kakek tamrin memberikan perintah yang artinya tak usah diperdebatkan lagi oleh kemal
"baik pak" kemal patuh dan duduk di kursi depan , samping daren duduk mengemudi dengan santainya karena membawa sang kakek
"kebun apa kali ini yang kakek beli?" tanya daren disela perjalanan sambil mendengarkan musik favoritnya
"nanti kamu akan lihat" jawab kakek tamrin tak mau memberitahu pada cucunya
"hm, kakek sangat misterius ternyata, padahal pesan nenek untuk membawakan buahny yang manis dari kebun kakek langsung" ucap daren tak terlalu perduli karena baginya yang penting bisa berpesta dan bersenang-senang dengan teman-temannya sudah lebih dari cukup tanpa mau tahu urusan lainnya
usia daren saat ini dua puluh tiga tahun dan baru saja menyelesaikan kuliahnya di luar negeri, namun hanya seperti membeli gelar saja karena tak mau menggunakannnya untuk bekerja diperusahaan seperti sang kakak yang sudah membantu papanya sejak dibangku kuliah sambil magang diperusahaan
"sepertinya kak arsen adalah keturunan yang mewarisi gen kakek paling banyak" ucap daren lagi
"mas daren ini suka sekali becanda seperti bu irma" sahut pak kemal yang memang menyukai daren karena tak pernah menjaga jarak dengan para asisten maupun pekerja dirumahnya
"depan belok kiri mas" ucap pak kemal memberikan arahan
daren pun menuruti arahan asisten kakeknya dan betapa terkejutnya daren ketika melihat pemandangan indah, hamparan persawahan menghijau begitu rata dan luas terlihat seperti lautan rumput hijau yang menyejukan mata, dikelilingi oleh perbukitan dan aliran sungai deras
"ini cocok buat kamping nih tempatnya" ucap daren
meski dua jam perjalanan membawa mobil tak merasa lelah karena apa yang dilihatnya saat ini telah membayar lunas rasa lelah nya.
"kamu suka?" tanya sang kakek
"tentu saja jika diwariskan padaku" jawab daren asal dan langsung menuju sungai kecil yang terlihat mengaliri sawah dengan gemercik air jernih
"terima kasih kemal" ucap kakek tamrin
Butik avanti
"ma, kenapa diam saja sejak pagi?" pak hanung menanyakan kepada istrinya tentang suasana hati sang istri yang tak seperti biasanya
Meski memang banyak terdiam namun biasanya senyum manisnya masih menghiasi pagi hari
Pak hanung mampir sebentar ke ruang kerja bu avanti untuk memastikan tak ada masalah yang terjadi
"ngga ada apa-apa pah, mama lagi banyak pesanan desain saja, papa ngga ke kantor?" bu avanti duduk disamping suaminya di sofa tamu ruang kerjanya
dengan penuh kelembutan bu avanti menjawab pertanyaan suaminya dan apapun kondisinya bu avanti adalah orang yang lemah lembut namun tegas dalam keputusannya dan sulit untuk dipengaruhi jika sudah ada kemauannya
"papa lihat mama lagi memikirkan sesuatu karena tak biasanya mama diam saja saat sarapan, apalagi ada daren" pak hanung masih belum percaya kepada istrinya
Sudah dua puluh lima tahun berumah tangga dan pastinya sangat hafal dengan sifat bu avanti
"beneran pah, sebaiknya papah ke kantor aja deh mama lagi sibuk nih" bu avanti merasa saat ini tak ingin ada orang lain yang mengganggunya termasuk suaminya
"please!" bu avanti mengatupkan kedua tangannya memohon agar suaminya meninggalkannya sendiri
"baiklah, kalau ada apa-apa mama kasih tau papa ya, papa ke kantor dulu" pak hanung mengecup kening bu avanti seperti biasa
Usia pak hanung adalah empat puluh delapan tahun sedangkan bu avanti lebih tua yaitu lima puluh dua tahun
Namun perbedaannya tak nampak karena keanggunan dan kecantikan bu avanti masih terlihat dibawah umur pak hanung
"iya pa, papa hati-hati!" bu avanti mengantarkan suaminya sampai ke depan pintu butiknya dan kembali ke ruangan kerjanya
Pak hanung meminta sang supir mengantarkan ke kantor seperti biasanya
"prapto ke kantor dulu baru pembibitan" titah pak hanung pada supirnya
"baik pak!"
Mobil melaju pelan dan menuju kantor perusahaan yang sangat mewah dan megah
Pak hanung turun dari mobil dan masuk ke kantor namun sebelumnya dia mendatangi kantor anak sulungnya terlebih dahulu
"arsen!" panggil pak hanung karena tak nampak anaknya di ruangan dan melihat sekertarisnya sedang menuju ke arahnya
"pak arsen sedang rapat pimpinan" widya menyampaikan pada pak hanung jika atasannya sedang menhadiri rapat
"baiklah, kalau sudah selesai suruh ke ruangan saya" pak hanung meninggalkan ruangan arsen dan masuk ke ruangannya yang berbeda lantai dengan sang anak sulung
"Joni! Ke ruangan " panggil pak hanung melalui telfon pada asistennya
"baik pak!" joni menutup telfon dan masuk ke ruangan atasannya sesuai perintah
Tok..tok..tok
"permisi pimpinan, ada yang bisa saya bantu?" joni menghadap dan segera menanyakan keinginan atasannya
"cari lowongan kerja dibagian paling kecil di devisi ini, buat pendaftaran calon pegawai dan masukan daren didalamnya tanpa ada yang tahu sedikitpun informasi ini. Nanti lebih jelasnya kamu diskusikan dengan arsen" ucap pak hanung yang merasa anak bungsunya sudah harus mulai bekerja
tak membiarkannya dimanja terus oleh kakek dan neneknya, usianya yang semakin dewasa dan juga pak hanung tak mau pilih kasih terhadap anak-anaknya
"baik pimpinan, akan segera saya laksanakan. Maaf pak apakah ada kriteria pekerjaan tertentu yang dilarang?" joni harus memastikan jika pekerjaan untuk anak atasannya tak salah pilih
"apa saja!" pak hanung ingin daren belajar dan tahu bagaimana menghasilkan uang itu sangat sulit
Berbanding terbalik dengan pengeluarannya yang satu malam saja bisa menghabiskan puluhan juta dan tanpa tahu bagaimana uang sebanyak itu ada dalam rekening atau kartu kreditnya
"baik pak, permisi!" joni keluar ruangan pak hanung dan berpapasan dengan arsen
"pagi pak" sapa joni pada anak pimpinan perusahaannya
"ya" jawab arsen singkat lalu masuk ke ruangan pak hanung
"pagi pah" arsen mengetuk pintu dan masuk ke ruangan papanya
"duduk sen, ada yang papa mau bicarakan mengenai adikmu. Papa ingin kamu urus dia agar belajar sepertimu" ucap pak hanung
Perbedaan antara arsen dan daren hanya tiga tahun tapi sangat terasa perbedaanya dari segi kedewasaan dan tanggung jawabnya.
Sejak lulus SMA arsen sudah ingin bekerja dan magang di perusahaan dan saat kuliah pun tak mau ke luar negeri agar bisa sambil bekerja di perusahaan
Hingga saat ini bisa mendapatkan posisi wakil pimpinan atas kerja kerasnya selama ini bukan hanya karena anak dari pemilik perusahaan saja
"baik pa, nanti arsen urus kebetulan dibagian ob lagi ada lowongan, apa papa keberatan jika daren memulai dari sana?" arsen meminta pendapat papanya untuk posisi adiknya pertama kali mendapatkan pekerjaan
"atur saja dimanapun tapi tetap awasi jangan sampai ada yang tahu tentang siapa dia dan juga potong semua fasilitas yang berlebihan padanya" pak hanung sungguh tak main-main kali ini
"hm, baiklah ada lagi pa? Kalau ngga ada arsen ada rapat keluar sekarang" pamit arsen
"itu saja, tadi papa juga sudah minta joni untuk urus kalian atur saja bagaimana. Pergilah hati-hati nak!"
Arsen mengangguk dan meninggalkan ruangan pak hanung dengn wajah datar tanpa ekspresi yang selalu menghiasi hari-harinya dan kembali ke ruangannya untuk mengambil sesuatu sebelum pergi rapat bersama dengan asistennya
"mobil sudah siap pak" ucap farel mahesa yang merupakan asisten arsen
"bawa berkas yang widya siapkan" arsen melangkahkan kakinya pasti ke lobby kantor dan segera menuju tempat untuk meeting dengan pt global garden untuk pembahasan masalah perkebunan dan pembibitan tanaman
di dalam mobil arsen mengotak-atik ponselnya yang tak ada bunyi dering telfon selain dari keluarganya dan juga kliennya saja
"kok ponselnya dilihatin terus pak, apa akan muncul wajah bidadari yang akan menghubungi bapak wakil pimpinan?" farel yang sudah tiga tahun kebelekang ini menemani keseharian arsen dan mulai akrab karena arsen tak memiliki teman dekat selama ini
tak ada jawaban dari mulut arsen yang sangat irit bicara dan jika tak penting dia hanya akan diam tentu saja suasana sering canggung atau hampa
"dicuekin tuh ngga enak pak" ucap farel pada supir yang menertawakan farel karena sudah tahu bosnya pendiam dan tak suka bercanda namun malah sering mengganggunya, alhasil candaan farel tak berguna
sesampainya ditempat meeting farel menemani arsen menemui klien kemanapun arsen pergi farel selalu ada disampingnya
"selamat siang pak ferdinan" arsen menyapa terlebih dahulu pada klien yang sudah datang dan menunggunya
tanpa banyak basa-basi yang tak disukai arsen rapatpun dimulai dan segera menemukan titik temu untuk tingkat keuntungan yang diinginkan masing-masing perusahaan,
"terima kasih atas waktunya pak, hasil revisinya akan dikirimkan oleh sekretaris saya " arsen pun pamit setelah semua rapat beres dan tak ada yang terlupakan
"senang bekerjasama dengan perusahaan anda" ucap pak ferdinan lalu menghantarkan arsen sampai ke loby hotel dimana keduanya sepakat untuk rapat sekaligus makan siang di restoran hotel yang arsen pilih
Perusahaan PT Garden Raya Sejati
"kayshila lestari"
"saya bu" kayshila mengangkat tangan menunjukan dirinya hadir untuk wawancara pekerjaan
"silahkan masuk"
kayshila yang merupakan lulusan SMA satu tahun yang lalu memberanikan diri untuk melamar diperusahaan besar setelah mendapat infomasi dari temannya yang tinggal di kota. kayshila tak menyangka jika lamarannya diterima dan diberikan kesempatan untuk tes beberapa kali dan saat ini adalah tes penentuan apakah dirinya akan diterima atau gugur
kayshila duduk mengahadap tiga orang yang akan menginterviewnya dan dimulai dari yang memiliki wajah jutek dan terlihat galak
pertanyaan tak terlalu banyak hanya seputar pekerjaan yang akan dilakukan oleh kayshila jika nanti diterima diperusahaan. kayshila merasa puas karena semua pertanyaan dapat dijawab dengan percaya diri dan juga dengan sangat tegas
"baiklah, dalam satu minggu ini akan kami hubungi jika anda diterima diposisi ini" ucap pegawai yang mengantarkan kayshila keluar ruangan interview
"gimana shil?" tanya anisa yang setia menemani sahabatnya untuk melakukan tes, anisa pula lah yang memberikan informasi lowongan pekerjaan pada kayshila karena merasa kasihan hanya seorang diri karena keluarganya meninggal saat kecelakaan lalu lintas beberapa tahun lalu, berkat bantuan dari ayah dan ibu anisa kini kayshila bisa lulus walau hanya sampai jenjang SMA
"doakan saja nis, sepertinya tak banyak pesaingnya jadi kemungkinan diterima" ucap kayshila
"aamiin, ayo pulang dan tunggu infomasi selanjutnya" ajak anisa
"nis maaf ya repotin kamu terus" kayshila merasa tak enak hati sudah satu minggu ini menumpang di kost anisa karena belum punya uang untuk tinggal sendiri
"kamu ngga boleh ngomong begitu, kita sahabat shil dan kita akan bersama berjuang untuk masadepan kita jadi lebih baik, semangat" ucap anisa yang selalu membuat shila memiliki keluarga dan tak pernah kesepian
brug
"maaf"
"hei, kalau jalan pakai mata dong" anisa marah karena temannya ditabrak pria yang langsung kabur tanpa bertanggung jawab dan pria itu hanya mangatupkan kedua tangannya sambil berlari seperti sedang dikejar oleh seseorang
"sudahlah nis, ayo pulang" ajak shila
keduanya sampai dikamar kost yang hanya ada kamar dan kamar mandi saja didalamnya, namun kayshila bersyukur jika tak ada anisa dan keluarganya maka entah apa yang akan terjadi padanya
"hm, lapar shil" anisa merasakan perutnya keroncongan dan mulai harus diisi
"ada mie instan nis, kita buat bagi dua ya. nanti aku kerja lagi ditoko sambil menunggu panggilan kerja lainnya" ucap shila
"kamu apa-apaan sih shil, itu dikardus banyak mie instan dan telur. ibu baru kirim uang dan makanan kemarin jadi masih banyak stok dan ini katanya ada ayam rendang kesukaan kamu dari ibu" ucap anisa memberikan bungkusan yang bertuliskan untuk kayshila
"ya ampun nis" shila memeluk sahabatnya, betapa shila sangat banyak berhutang budi pada anisa dan juga keluarganya yang begitu baik padanya sejak dulu sampai saat ini
"sudah jangan nangis terus, aku lapar" anisa sangat menyayangi shila
"maaf" shila menghapus air matanya dan mulai menyalakan kompor
dua gadis remaja yang sedang menikmati mie instan dihadapannya dan sambil saling bercerita keluh kesah keduanya, anisa datang ke kota untuk melanjutkan pendidikannya sementara kayshila harus bekerja karena tak mau terus menjadi beban untuk keluarga anisa
diapun tak tahu harus membalas bagaimana kebaikan yang salama ini ia terima, meski semuanya tulus namun shila juga merasa terlalu berhutang banyak
kring......kring
suaran ponsel jadul milik kayshila berdering
"halo, benar dengan saya sendiri" ucap shila setelah menekan tombol menerima panggilan masuk
"terima kasih pak, baik saya akan kesana besok pagi" shila merasa senang dan kembali memeluk anisa
"aku diterima nis, mulai besok akan training untuk jadi OG" shila berteriak kegirangan
"syukurlah, selamat sayangku" anisa menyelamati sahabatnya
"tapi shil, kamu jangan pindah ya, kita tetap bisa tinggal bersama kans shil?" anisa tak mau berpisah dengan shila dan tak mau sendirian
"sementara ini ngga nis, aku belum cukup uang buat kos sendiri tapi kalau sudah gajian aku harus pindah kan dari sini ke kantor jauh nis, lagian juga aku tak enak jika harus terus menumpang" shila memberikan penjelasan
"kalau gitu kita cari kost yang agak lebar cukup untuk berdua gimana?" saran anisa agar keduanya tak terpisahkan
"setuju, cari yang dekat kantor dan juga kampusmu" shila tak keberatan jika harus tinggal bersama dengan anisa dan mencari tempat yang lebih layak untuk keduanya namun tetap harus sesuai dengan pendapatannya tak boleh melebihi anggran
karena shila ingin menabung dan membuka usaha dikampung nanti ketika sudah memiliki modal, shila juga menginginkan melanjutkan pendidikannya nanti setelah semua bisa dicapainya satu-persatu
"ayo habiskan mie mu, keburu mengembang" ucap anisa turut bangga pada sahabatnya yang memang sebenaranya sangat pintar namun sayangnya nasibnya saja yang kurang beruntung dalam segi kehidupan
"pertama, kita harus cari kost dan kedua ganti ponselmu agar bisa untuk video call" ucap anisa yang kesal karena shila tak mau menerima bantuannya atau pemberiannya ponsel yang canggih
"buat apa, ini sudah cukup! masih bisa hubungi kamu kok" ucap shila kekeh bahwa ia tak butuh hal lain, shila hanya ingin merubah hidupnya dimasa depan dan memiliki banyak tabungan meski harus berhemat
"baiklah tuan putri, nanti kalau sudah kerja kamu harus beli ponsel baru. hei kita sudah mulai remaja dan bisa mencari....."
"ssstttt" shila membungkam mulut anisa
"kamu kesini untuk belajar dan aku akan bekerja, kamu lulus dan aku punya modal kita kan pulang bersama nantinya" shila tak mau memikirkan hal lain apalagi masalah lelaki
sama sekali tak ada niat ataupun dibenaknya memikirkan tentang pasangan hidup saat ini
"aku sumpahin kamu cepet ketemu jodoh" ucap anisa yang bukannya takut malah mengutuk sahabatnya sendiri
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!